Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO
35. INT. RUMAH AILEEN - KAMAR TAMU - PAGI
DAISHA masih tertidur. AILEEN duduk di ujung tempat tidur, membelakangi DAISHA. Perban sudah dilepas dari keningnya yang tinggal hanya bekas luka kecil menyerupai garis yang masih membiru.
Pintu kamar dibiarkan terbuka dan lampu kamar masih menyala meski tidak terang. Gorden jendela masih tertutup.
DAISHA menggeliat, merentangkan kedua tangannya lalu membuka kedua matanya. DAISHA kaget ketika melihat sosok AILEEN dan spontan duduk dengan tangan yang sesekali meremas kepalanya yang masih terasa pusing.
AILEEN
(Bicara tanpa membalikan badan)
Sebaiknya kamu pergi...
dan jangan pernah hadir di kehidupan aku lagi..
DAISHA terlihat bingung lalu beranjak dari tempat tidur. Berdiri dihadapan AILEEN dengan tubuh sedikit membungkuk sambil memegang kedua lengan AILEEN.
DAISHA
(Bingung)
Loh... emangnya kenapa...?
AILEEN
(Ketus)
Kamu ga sadar dengan apa yang udah kamu lakuin ke aku...
DAISHA
(Membela diri)
Loe denger baik-baik... Gue ga pernah ada niat buat bikin loe celaka... semua terjadi diluar kuasa gue, Leen...
AILEEN
(Membentak)
Tapi nyatanya kamu selalu buat aku celaka...
AILEEN menepis kedua tangan DAISHA dari lengannya. AILEEN berdiri. DAISHA menegakan tubuhnya tapi masih berdiri berhadapan dengan AILEEN. DAISHA mulai menitikan air matanya, bingung campur gelisah.
DAISHA
(Merasa bersalah)
Tapi kejadian malem itu... bener-bener diluar kuasa gue...
dan gue minta maaf kalo ...
AILEEN
(Memotong pembicaraan DAISHA)
Sulit rasanya hidup dalam gelap.. jadi aku mohon.. jangan pernah datang lagi untuk alasan apa pun...
DAISHA
(Memegang kepundak AILEEN)
Loe denger..
Gue cukup tau.. gimana rasanya hidup dalam gelap..
Jadi tolong... jangan terus-terusan hakimin gue...
Wajah AILLEN berubah kesal. AILEEN menepis kedua tangan DAISHA dari pundaknya dengan sekuat tenaga sampai-sampai keseimbangan AILEEN goyah dan tanpa sadar jemari AILEEN meraih kaos DAISHA dibagian lingkar leher.
DAISHA yang kaget jadi ikut kehilangan keseimbangan dan keduanya jatuh di atas tempat tidur dengan posisi DAISHA berada di atas tubuh AILEEN.
Tanpa disadari keduanya, IBU THISA dan NERISSA masuk ke dalam kamar. IBU THISA terkejut dengan apa yang dilihatnya sedang NERISSA diam-diam tersenyum puas melihat momen itu.
IBU THISA
(Marah pada DAISHA)
Apa yang kamu lakukan pada Leen...
DAISHA
(Segera berdiri,kikuk)
Saya.... Saya...
(Berdiri menjauh dari tempat tidur)
NERISSA
(Memotong pembicaraan)
Apa aku bilang, Tante...
Tante jangan terlalu percaya sama potongan cewe yang modelnya kayak cowo gini...
DAISHA
(Marah pada NERISSA)
Diem loe...
Jangan sok ngehakimin tampilan gue...
IBU THISA jalan mendekati AILEEN dan mendorong tubuh DAISHA untuk menjauh dari tempat tidur. IBU THISA mendudukan AILEEN dan keduanya kini duduk bersama di atas tempat tidur. IBU THISA merangkul AILEEN dan melindungi AILEEN. AILEEN masih terlihat shock dan hanya diam.
IBU THISA
(Pada DAISHA)
Tante kecewa sama kamu...
Tante pikir kamu perempuan normal...
(Sinis)
DAISHA
(Membela diri)
Tante...
Fisik saya emang ga seperti cewe pada umumnya dan tampilan saya tomboy... tapi saya normal..
(Merasa tertekan)
Tolong percaya sama saya, Tan...
tadi itu...
IBU THISA
(Marah, memotong pembicaraan DAISHA)
Keluar kamu dari rumah saya...
DAISHA berdiri terpaku, menahan emosi. Air matanya menetes dan kedua tangannya mengepal.
DAISHA
(Memelas)
Tolong denger penjelasan saya dulu, Tan...
IBU THISA
(Membentak)
Keluar...
IBU THISA memeluk AILEEN, AILEEN diam dipelukan IBU THISA. DAISHA menghapus air matanya, coba tegar. Diam-diam, NERISSA tersenyum puas sambil menatap sinis DAISHA.
DAISHA jalan mendekati NERISSA dan berheti dihadapan NERISSA, menantang.
DAISHA
(Pada NERISSA, sinis)
Loe denger... Bagaimana pun caranya...
Kebenaran akan tetap menyadarkan hati yang buta...
NERISSA
(Sinis, berbisik)
Hati yang buta tetap akan buta...
Dan aku pastikan... kebenaran itu akan gugur lebih cepat oleh hati yang buta...
Keduanya mengadu pandang dengan sorot penuh kebencian. Air mata DAISHA menitik di pipi. NERISSA tersenyum sinis. DAISHA jalan keluar kamar dengan perasaan kecewa dan marah.
IBU THISA diam-diam memperhatikan gerak-gerik NERISSA. NERISSA senyum sinis dan masih melihat ke arah pintu keluar.
CUT TO
36. EXT. TAMAN KOMPLEK - SIANG
Taman sepi pengunjung. Matahari bersinar tapi tidak terik karena pohon-pohon rimbun menutupi sebagian cahanya.
DAISHA jalan sendirian di jalanan taman sambil menggendong tas ransel. Air mata dibiarkan menetes di pipi. Headphone juga dibiarkan menggantung di leher.
DAISHA lalu duduk di satu bangku taman. Melepas tas dari gendongan, menghapus air mata dan melamun dengan kedua mata memerah menahan tangis.
FLASHBACK
PENGULANGAN SCENE NO.35 SEBAGAI PENEGASAN BAGAIMANA PROSES IBU THISA MENUDUH DAISHA SEBAGAI CEWE GA NORMAL.
FLASHBACK BERAKHIR
DAISHA duduk terdiam dengan tatapan kosong.
DAISHA
(Bicara sendiri, sedih)
Kenapa semua orang selalu menghakimi tampilan gue..
(Melamun sambil meneteskan air mata)
INSERT
KALANDRA asyik memotret kupu-kupu di taman. Tiba-tiba lensa kamera KALANDRA menangkap sosok DAISHA yang sedang duduk sambil menangis. KALANDRA menurunkan kameranya dan memperhatikan DAISHA dari kejauhan.
DAISHA masih menangis dengan kepala tertunduk. KALANDRA diam-diam mendatangi DAISHA dan tanpa disadari DAISHA, KALANDRA berdiri di hadapan DAISHA sambil menyodorkan sapu tangan.
KALANDRA
(Ramah)
Ternyata loe ga sekuat tampilan loe, ya...
DAISHA terkejut. Melihat pada KALANDRA yang berdiri dihadapannya sambil tersenyum. DAISHA segera menghapus air matanya, pura-pura tegar.
KALANDRA
Loe bisa apus air mata loe pake sapu tangan gue...
(Menyodorkan sapu tangan)
DAISHA bersikap cuek. DAISHA bangun dari duduknya buru-buru mengambil tas tapi tiba-tiba DAISHA merasa pandangannya kabur. Kepala DAISHA pusing dan keseimbangan DAISHA goyah lalu jatuh dipelukan KALANDRA.
Keduanya terlibat adu pandang dalam beberapa detik dan saling mengagumi satu dengan yang lain. Diluar dugaan, datang AYUMI (23 Tahun) mantan KALANDRA. AYUMI berdiri dibelakang keduanya dengan wajah kesal.
AYUMI
(Sinis)
Jadi..
cewe tomboy ini yang udah berhasil nyuri hati kamu...?
KALANDRA dan DAISHA terkejut. Keduanya terlihat kikuk dan gelagapan lalu berdiri saling menjauh.
KALANDRA
(Bingung, kikuk)
Ayumi...
DAISHA seperti tidak mau terlibat. DAISHA jalan menjauh tapi tangan KALANDRA cepat menangkap lengan DAISHA dan menahan laju kaki DAISHA.
AYUMI melihat itu dan cemburu. DAISHA melihat tangan kekar KALANDRA yang kini memegang lengan kanannya dengan erat.
KALANDRA
(Pada DAISHA)
Loe jangan pergi...
DAISHA melihat pada KALANDRA. KALANDRA senyum dan menarik lengan DAISHA sampai tubuh DAISHA tertarik dan kini berdiri berdekatan dengan KALANDRA.
DAISHA merasa tidak enak hati pada AYUMI. DAISHA meronta berusaha melepaskan tangan KALANDRA tapi diluar dugaan, tangan KALANDRA malah memeluk pinggang DAISHA.
AYUMI
(Kesal)
Semoga kamu tidak menyesal dengan pilihan`mu...
KALANDRA
(Senyum)
Kali ini gue yakin sama pilihan gue....
DAISHA menoleh pada KALANDRA yang berdiri disebelahnya dengan tatapan bingung. AYUMI pergi dengan wajah kesal sedangkan KALANDRA terlihat senyum-senyum sendiri. DAISHA masih berusaha melepaskan tangan KALANDRA dari pinggangnya.
DAISHA
(Marah)
Lepasin tangan loe dari pinggang gue...
KALANDRA
(Menoleh, bercanda)
Ga mau... Gue nyaman begini...
KALANDRA menoleh pada DAISHA sambil senyum meledek. DAISHA semakin kesal lalu menginjak kaki kiri KALANDRA dengan sekuat tenaga. KALANDRA terkejut dan kesakitan lalu melepaskan tangannya dari pinggang DAISHA. DAISHA berlari meninggalkan KALANDRA.
KALANDRA senyum-senyum sendiri sambil terus melihat ke arah DAISHA yang sudah hampir menghilang dari pandangannya.
KALANDRA
(Bicara sendiri)
Dasar tomboy...
dan kayaknya gue mulai suka sama dia...
(Senyum-senyum)
CUT TO
37. INT. RUMAH AILEEN - KAMAR TAMU - SIANG
IBU THISA masih menenangkan AILEEN. Duduk di tepi tempat tidur sambil mengelus-elus rambut AILEEN. NERISSA masih berdiri memperhatikan, pura-pura iba.
NERISSA
(Pada IBU THISA)
Sebaiknya Tante jangan pernah nerima dia lagi di rumah ini...
IBU THISA
Kamu betul...
dan Tante masih ga nyangka aja...
ternyata Dai itu penyuka sesama jenis..
(Mengelus rambut AILEEN)
Dia tega memanfaatkan kelemahan Leen untuk kepuasan dirinya sendiri...
NERISSA
(Menghasut)
Untung Tante cepat tau siapa dia yang sebenernya...
dan sepertinya...
Tante sudah mulai harus bergerak cepat deh...
memproses Dai ke ranah hukum... Karena bisa aja Dai membahayakan keselamatan Leen.. Seperti tadi contohnya...
IBU THISA
Kamu benar, Risa...
Dai harus mempertanggung jawabkan perbuatannya yang ceroboh itu... yang menyebabkan Leen kehilangan penghilatan..
AILEEN
(Nyeletuk ketus)
Aku mau istirahat, Mih...
IBU THISA dan NERISSA terkejut dengan ucapan AILEEN yang tiba-tiba.
NERISSA
(Kecewa)
Tante... sepertinya Leen perlu istirahat...
Kalo gitu aku pulang aja ya, Tan...
IBU THISA
(Merasa ga enak hati pada NERISSA)
Iya, Risa....
terimakasih ya... Kamu selalu ada buat Tante juga Leen...
NERISSA
(Pura-pura baik)
Sama-sama Tante...
Tante kan Risa anggap seperti orangtua Risa sendiri...
Kalo gitu... Risa pamit ya, Tan...
(Pada AILEEN)
Leen... aku pamit ya...
AILEEN tidak bereaksi dan hanya diam. IBU THISA tersenyum pada NERISSA. NERISSA keluar kamar dengan perasaan kecewa atas perilaku AILEEN yang tidak ramah.
CUT TO
38. INT. KURSI KEMUDI - MOBIL NERISSA - SIANG
Wajah NERISSA terlihat kesal. NERISSA menyalakan mesin mobil. Kedua tangan mencengkram kemudi, kesal.
NERISSA
(Kesal, bicara sendiri)
Kenapa sikap Leen akhir-akhir ini berubah sinis ya ke aku...
Apa jangan-jangan ingatan Leen mulai kembali soal kejadian malem itu...(Gelisah)
Ah... sudah`lah... yang penting sekarang...
aku sudah berhasil menyikirkan si cewe tomboy itu...
NERISSA menghela nafas, tersenyum sinis lalu segera memacu mobilnya meninggalkan rumah AILEEN.
CUT TO
39. INT. WARUNG MIE AYAM - SIANG
PAMAN DEN asyik menghitung uang di meja kasir. Ada tiga orang pelanggan mie ayam yang duduk di meja berbeda. DAISHA datang tanpa menyapa.
PAMAN DEN diam-diam mengamati gerak-gerik DAISHA. Ekspresi wajah DAISHA murung. DAISHA menaruh tas ranselnya di satu meja kosong lalu berjalan mendekati gerobak mie dan membuat mie ayam sendiri.
PAMAN DEN masih memperhatikan dari meja kasir. DAISHA selesai membuat mie ayam lalu jalan menuju meja kosong dan menaruh mangkok mie ayam di atas meja, duduk terus melamun.
FLASHBACK
PENGULANGAN SCENE NO.35 SEBAGAI PENEGASAN BAGAIMANA PROSES DAISHA DAN AILEEN JATUH DI ATAS TEMPAT TIDUR.
FLASHBACK BERAKHIR
Ekspresi wajah DAISHA berubah sedih lalu mengaduk-aduk mie ayam dalam mangkok. PAMAN DEN jalan menghampiri DAISHA sambil membawa sebotol air mineral lalu duduk dihadapan DAISHA dan menaruh botol air mineral didekat mangkok mie ayam.
PAMAN DEN
(Coba bercanda)
Kenapa mie ayamnya... kurang enak ya...
DAISHA
(Muka cemberut sambil melihat ke mangkok mie)
Enak kok, Paman...
PAMAN DEN
(Bercanda)
Kalo enak... kenapa ga kamu makan...
DAISHA
(Tidak bersemangat)
Aku dah kenyang, Paman...
Aku pergi dulu ya, Paman...
DAISHA langsung berdiri lalu mengambil tasnya dan berjalan keluar warung. PAMAN DEN menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus melihat ke arah DAISHA yang berjalan keluar warung mie.
Tak lama, NARAYA datang setelah DAISHA pergi dengan wajah panik dan tergesa-gesa menghampiri PAMAN DEN.
NARAYA
Paman, itu Dai mau kemana..?
PAMAN DEN
(Menghela nafas)
Paman ga tau, Ra...
Paman juga bingung sama kelakuan Dai...
NARAYA
(Bingung)
Maksud Paman....?
PAMAN DEN
Paman bingung sama tingkah Dai hari ini...
PAMAN DEN menunjuk pada mangkok berisi mie ayam yang sudah acak-acak`an isinya. PAMAN DEN ngeluyur ke meja kasir. Ada satu pelanggan yang hendak membayar. NARAYA menggaruk-garuk kepalanya, bingung.
NARAYA
(Cemas, bicara dalam hati)
Ini pasti ada hubungannya sama Leen...
Aku harus nemuin Leen....
NARAYA jalan cepat keluar warung. PAMAN DEN bingung melihat kelakuan NARAYA yang tiba-tiba pergi tanpa pamit. Satu pelanggan pergi setelah menerima uang kembalian.
PAMAN DEN
(Bingung, bicara sendiri)
Tadi Dai yang sikapnya aneh... sekarang Ra...
(Menggaruk-garuk kepala)
PAMAN DEN lalu merapihkan mangkok-mangkok mie ayam bekas pelanggan, sendirian. Warung sepi.
CUT TO
40. EKS. TAMAN KOMPLEK - SORE
DAISHA duduk di satu bangku taman. DAISHA menaruh tas ransel disamping tubuhnya lalu memakai headphone dan mulai duduk bersadar sambil melamun.
FLASHBACK
PENGULANGAN SCENE NO.03 SEBAGAI PENEGASAN BAGAIMANA PROSES KETIGA MAHASISWA MENGHAKIMI DAISHA SEBAGAI CEWE GA NORMAL.
FLASHBACK BERAKHIR
DAISHA mulai terlihat tidak tenang dan matanya memerah hendak menangis.
CUT TO
FLASHBACK
PENGULANGAN SCENE NO.05 SEBAGAI PENEGASAN BAGAIMANA PROSES AILEEN MENGHAKIMI DAISHA SEBAGAI CEWE GA NORMAL.
FLASHBACK BERAKHIR
DAISHA menangis dan melepas headphonenya.
CUT TO
FLASHBACK
PENGULANGAN SCENE NO.35 SEBAGAI PENEGASAN BAGAIMANA PROSES IBU THISA MENGHAKIMI DAISHA SEBAGAI CEWE GA NORMAL.
FLASHBACK BERAKHIR
DAISHA menundukan kepala. Tangisnya semakin menjadi sampai tersedu-sedu lalu DAISHA mengepalkan tangan kanannya dan memukul tas ransel yang berada disebelahnya, meremas tas dan melempar tas ransel dengan sekuat tenaga ke arah depan.
Tas ransel jatuh di tanah. DAISHA menangis. Tanpa disadari DAISHA, KALANDRA datang lalu mengambil tas ransel DAISHA. KALANDRA duduk disebelah DAISHA tanpa disadari oleh DAISHA.
KALANDRA
(Becanda)
Kayaknya taman ini tempat favorit loe buat nangis, ya...
DAISHA kaget lalu menoleh pada KALANDRA yang duduk sambil tersenyum dan memangku tas ranselnya.
DAISHA
(Berdiri, marah)
Loe ngikutin gue, ya...
(Menghapus air mata)
KALANDRA
(Santai)
Ih.. ge`er...
Orang gue ada kerjaan motret di taman ini... Yang ada loe tuh.. dari tadi bolak balik ke taman cuman buat nangis...
ganggu konsentrasi gue aja..
DAISHA
(Menarik tas ransel)
Balikin tas gue...
KALANDRA
(Bercanda)
Ga mao...
(memeluk tas ransel)
DAISHA
(Marah)
Balikin....
KALANDRA
(Bercanda)
Ga mau...
Keduanya saling tarik menarik tas ransel sampai-sampai tubuh DAISHA ikut tertarik oleh KALANDRA karena saking kuatnya tarikan KALANDRA. Wajah DAISHA sekarang menjadi dekat dengan wajah KALANDRA. Keduanya lagi-lagi beradu pandang, saling mengagumi dalam beberapa detik.
KALANDRA
(Bercanda)
Kalo dari deket gini... ternyata loe cantik juga ya...
DAISHA
(Salah tingkah)
Apa`an sih loe...
DAISHA kikuk lalu mengambil tas ransel dari pangkuan KALANDRA, berdiri membelakangi KALANDRA terus menggengdong tas ransel hendak pergi.
KALANDRA
(Duduk bersandar, santai)
Ahli gender Judith Halberstam bilang kalo perempuan muda yang menunjukan sifat maskulin sering kali...
ditindas atau dihukum..
DASIHA
(Berdiri tanpa membalikan tubuh dan terdiam)
KALANDRA
Dalam sejarah... seringkali tomboy dikaitkan dengan lesbianisme.. walaupun beberapa tomboy menyatakan dirinya sebagai lesbian... peran gender bukan indikator...
DAISHA
(Menitikan air mata dan masih terdiam)
KALANDRA
Kita`kan ga bisa nuntut semua orang untuk berpikir yang sama dengan kita...
DAISHA
(Menghapus air mata, bicara tanpa membalikan tubuh)
Mereka seperti buta hati... menghakimi tanpa pernah mau mempertimbangkan bagaimana perasaan gue...
Gue cape... Gue lelah...
KALANDRA
Biarkan mereka yang buta hati... Loe jangan...
Loe inget baik-baik... perempuan tomboy belum tentu tumbuh menjadi lesbian karena pada dasarnya... perempuan tomboy itu kehilangan sisi femininnya... ia hanya lebih menyukai hal-hal maskulin ketimbang perempuan kebanyakan..
DAISHA menghapus air matanya. Tapi tiba-tiba DAISHA merasa pandangannya mulai kabur dan kepalanya terasa pusing. DAISHA memegangi kepala dengan kedua tangan. KALANDRA merasa heran lalu berdiri masih memperhatikan DAISHA yang seperti sedang kesakitan.
Tak lama, keseimbangan DAISHA goyah. KALANDRA berlari menopang tubuh DAISHA sebelum tubuh DAISHA jatuh ke tanah dan DAISHA tidak sadarkan diri dalam pelukan KALANDRA.
KALANDRA
(Panik)
Dai... Loe kenapa...
Loe jangan bikin gue panik dong...
KALANDRA memperhatikan keadaan sekitar tapi taman sepi dan tidak ada satu pun orang yang terlihat lalu lalang. KALANDRA terpaksa menggendong DAISHA keluar dari area taman.
CUT TO
ESTABLISH - Gedung rumah sakit secara keseluruhan.
41. INT. RUMAH SAKIT - RUANG RAWAT DAISHA - SORE
Selang infus terpasang di tangan DAISHA dan selang oksigen terpasang di kedua lubang hidung DAISHA. Mesin pemantau detak jantung terus menyala.
PAMAN DEN berdiri tidak tenang di samping tempat tidur. NARAYA duduk di satu kursi samping tempat tidur sambil menggenggam tangan kanan DAISHA.
NARAYA
(Sedih)
Paman... gimana kalo terjadi hal buruk sama Dai..
PAMAN DEN
(Cemas)
Kita berdoa ya, Ra...
Paman juga ga mau sampe ada apa-apa sama Dai...
Jemari kanan DAISHA bergerak-gerak. DAISHA membuka kedua mata dan siuman. NARAYA senang dan semakin erat memegang jemari kanan DAISHA. PAMAN DEN berdiri mendekati DAISHA.
DAISHA
(Suara lemah)
Paman....
PAMAN DEN
(Mendekati DAISHA, cemas)
Iya, Dai.. Paman di sini...
(Mengelus rambut DAISHA, menahan tangis)
DAISHA menoleh pada NARAYA, tersenyum. NARAYA menggenggam jemari DAISHA, menitikan air mata.
DAISHA
(Pada NARAYA)
Gue ga pa-pa kok... Loe ga usah nangis...
NARAYA menghapus air mata lalu tersenyum dan coba menahan tangisnya. PAMAN DEN mengelus-elus kening DAISHA dan mencium kening DAISHA.
PAMAN DEN
(Cemas)
Paman khawatir sama kamu Dai...
Paman ga mau terjadi apa-apa sama kamu...
(Sedih)
KALANDRA tiba-tiba masuk ruang rawat sambil bawa satu kantung plastik berisi buah-buahan. DAISHA terkejut melihat sosok KALANDRA. PAMAN DEN langsung menghapus air mata begitu juga dengan NARAYA.
KALANDRA
(Merasa tidak enak hati)
Maaf... saya ganggu ya...
PAMAN DEN
(Pada KALANDRA)
Pas banget kamu dateng... Dai baru aja siuman..
KALANDRA tersenyum. Menaruh kantung plastik berisi buah di atas sofa lalu jalan mendekati tempat tidur DAISHA, menyapa DAISHA.
KALANDRA
Akhirnya loe siuman juga... Bikin gue khawatir aja loe..
(Senyum ramah pada DAISHA)
DAISHA
(Bingung, suara pelan)
Kok loe di sini...
NARAYA
Andra ini yang anter kamu ke rumah sakit...
Kamu pingsan tadi di taman...
DAISHA berusaha mengingat-ingat. Mukanya pucat. Suaranya lemah.
DAISHA
(Pada KALANDRA, suara lemah)
Makasih ya...
KALANDRA
(Ramah)
Iya, sama-sama... Loe cepet sembuh ya...
(Pada PAMAN DEN)
Paman... saya pamit ya... (Pada NARAYA) Ra... gue pamit...
PAMAN DEN
Terimakasih ya, Ndra...
Untung ada kamu...
KALANDRA mengangguk sambil tersenyum pada PAMAN DEN. KALANDRA juga senyum pada DAISHA. PAMAN DEN dan NARAYA memperhatikan sinyal-sinyal kekaguman diantara DAISHA dan KALANDRA.
NARAYA
(Pada KALANDRA)
Ndra...
aku antar sampai depan, ya...
Sekalian aku mau beli makanan kecil...
(Pada PAMAN DEN)
Paman... Aku ke depan sebentar ya...
PAMAN DEN mengangguk. KALANDRA membuka pintu dan mempersilahkan NARAYA keluar lebih dulu. DAISHA masih memperhatikan KALANDRA sampai KALANDRA keluar ruangan.
Diam-diam PAMAN DEN memantau gerak-gerik DAISHA dan PAMAN DEN senyum-senyum sendiri.
CUT TO
42. INT. RUMAH SAKIT - KANTIN RUMAH SAKIT - MALAM
Kantin rumah sakit tidak ramai. Dua orang mengantri di kasir. Satu orang duduk di sudut, minum kopi. NARAYA dan KALANDRA duduk berdua sambil meminum segelas minuman hangat.
KALANDRA
Jadi kalian sahabatan dari sejak kecil...
(KALANDRA meneguk minuman)
NARAYA
Yups...
Kedekatan kami sudah seperti kakak adik..
(Senyum)
KALANDRA
Dan kedekatan kalian berdua itu...
yang selalu disalah artikan oleh anak-anak di kampus...
NARAYA
(Menghela nafas)
Semua orang selalu salah menilai tentang kedekatan kami...
Hati mereka seperti buta...
tertutup dengan opini egois diri sendiri...
KALANDRA
Sulit mengetuk hati yang buta...
karena yang ada dalam benak mereka... hanya kesalahan orang lain dan keburukan orang lain..
NARAYA
Aku malah suka kasian sama Dai...
Dai selalu di`cap cewe ga normal karena tampilannya..
(Melihat wajah KALANDRA)
Ngomong-ngomong...
Kamu kayaknya tau banget tentang kami berdua..
KALANDRA
(Tersipu malu)
Gue... ehm...
(Grogi)
NARAYA
Aku tau kok...
kamu diem-diem sering motret Dai, kan...
(Menggoda)
KALANDRA
(Senyum-senyum, tersipu malu)
NARAYA
(Menggoda)
Kamu suka ya sama Dai...
KALANDRA
(Malu-malu, grogi)
Gimana ya...
(Melihat pada satu titik, muka berseri-seri)
Gue tuh ngerasa nyaman aja kalo deket-deket sama dia...
Dia itu unik...
NARAYA
Dai itu emang unik dengan segala perjalanan hidupnya...
(NARAYA meneguk minumannya)
KALANDRA
Maksud loe...
(Meneguk minuman)
NARAYA
Dai itu yatim piatu dari sejak kecil...
Paman Den`lah yang membesarkan Dai..
KALANDRA
Maaf...
Kedua orang tua Dai meninggal karena sakit atau...
NARAYA
Kedua orang tua Dai meninggal karena kecelakaan pesawat..
(Meneguk minuman)Paman Den adalah keluarga satu-satunya Dai..
Paman Den mendidik Dai seperti anak lelaki... Karena Paman Den ingin Dai tubuh menjadi pribadi yang kuat dan mandiri...
(Menahan tangis) Dan jadi`lah Dai yang sekarang...
KALANDRA
Apalagi yang gue belom tau soal Dai, Ra...
NARAYA
(Menitikan air mata)
Ada tumor ganas yang bersarang di kepala Dai...
KALANDRA
(Tidak percaya)
Loe becanda, Ra...
NARAYA
(Menghapus air mata, bicara serius)
Dai menderita kanker stadium 4...
Makannya Dai lebih suka memotong rambutnya dengan model pendek.. Karena sebenernya...
Rambut Dai sudah mulai menipis dan rontok...
KALANDRA menggeser tempat duduknya mendekati NARAYA. NARAYA menangis dan diluar dugaan, NARAYA menyandarkan kepalanya pada bahu KALANDRA.
KALANDRA
(Bicara dalam hati,bingung)
Dai... Kanker..? Ga mungkin... ini ga mungkin...
(Gelisah)
NARAYA
(Menghapus air mata)
Maaf ya... aku jadi cengeng gini...
(Kembali duduk seperti semula)
KALANDRA
(Senyum)
Ga pa-pa...
NARAYA menghapus air mata. KALANDRA kembali bergeser ke tempat semula dengan ekspresi wajah tidak bersemangat. KALANDRA meminum minuman, NARAYA memperhatikan gerak-gerik KALANDRA dan merasa tidak enak hati.
INSERT
IBU THISA melintas bersama NERISSA di koridor rumah sakit depan kantin.
NARAYA terdiam sambil melihat ke arah IBU THISA dan NERISSA yang berjalan ke arah pintu keluar rumah sakit.
KALANDRA
Ra.. loe kenapa...
(Menjetikan jari di depan muka NARAYA)
Woiii... Ra...
NARAYA
(Bicara dalam hati)
Itu bukannya Ibu Tisha sama Nerissa...
Ngapain mereka di sini...
(Berpikir)
KALANDRA
(Bingung)
Ra... loe kenapa....
Jangan bikin gue bingung dong...
NARAYA
(Terburu-buru)
Maaf ya... aku harus pergi...
NARAYA tergesa-gesa meninggalkan kantin. KALANDRA masih duduk dengan ekspresi wajah bingung.
KALANDRA
(Bicara sendiri)
Apa bener yang dibilang Ra soal kondisi Dai...
(Sedih)
KALANDRA bangun duduknya dan berjalan menuju meja kasir.
CUT TO
43. INT. RUMAH SAKIT - RUANG RAWAT DAISHA - MALAM
NARAYA masuk ruang rawat DAISHA dengan wajah panik dan nafas tersengal-sengal. Ada DOKTER dan SUSTER yang sedang memeriksa DAISHA. PAMAN DEN berdiri dengan wajah sedih dan cemas, memperhatikan DAISHA. NARAYA jalan menghampiri PAMAN DEN.
NARAYA
(Bicara berbisik)
Paman... aku tadi lihat Ibu Thisa dan Nerissa...
Apa mereka ke sini...
PAMAN DEN
(Menoleh dan menganggukan kepala dengan wajah sedih)
NARAYA
(Penasaran)
Apa yang mereka lakukan di sini, Paman...
(Memegang lengan PAMAN DEN)
DOKTER
(Pada PAMAN DEN)
Pa... bisa kita berdua bicara di ruangan saya...
PAMAN DEN
Bisa Dok...
(Pada NARAYA)
Paman pergi sebentar ya... tolong jaga Dai...
NARAYA
(Melepaskan tanggannya dari lengan PAMAN DEN)
Iya, Paman...
SUSTER keluar lebih dahulu lalu disusul DOKTER dan PAMAN DEN. NARAYA jalan mendekati tempat tidur DAISHA. DAISHA tertidur dengan selang infus dan selang oksigen yang masih menempel.
NARAYA duduk dan memegang tangan kanan DAISHA. NARAYA cemas, NARAYA menangis sambil menggenggam jemari kanan DAISHA.
CUT TO
44. INT. RUANG KERJA DOKTER - RUMAH SAKIT - MALAM
Wajah PAMAN DEN tegang. DOKTER mempersilahkan PAMAN DEN duduk. DOKTER mengambil satu map lalu diberikan pada PAMAN DEN.
DOKTER
Isi dalam map ini adalah rekam medis Dai selama ini...
Dan saya menyarankan...
Untuk segera dilakukan tindakan operasi...
PAMAN DEN
(Menitikan air mata)
Apa dengan operasi Dai bisa sembuh...
DOKTER
Dengan sangat menyesal.. saya harus jujur...
bahwa kemungkinan itu sangat kecil terwujud...
Tapi kami ingin melakukan yang terbaik...
Dan tindakan operasi adalah tindakan yang terbaik untuk Dai saat ini...
PAMAN DEN tertunduk dan menangis. DOKTER berdiri dan memegang pundak kanan PAMAN DEN, menguatkan.
CUT TO
45. EXT. RUANG KERJA DOKTER - RUMAH SAKIT - MALAM
PAMAN DEN keluar dari ruang rawat lalu berdiri bersandar di depan ruang rawat DOKTER. PAMAN DEN terlihat sangat gelisah lalu menangis.
INSERT
NARAYA berdiri dibalik tiang penyangga koridor. NARAYA ikut menangis.
PAMAN DEN menghapus air matanya. Menarik nafas dan mencoba tegar lalu jalan meninggalkan ruang kerja DOKTER sambil membawa map berisi rekam medis DAISHA.