Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO
24. EXT. RUMAH PAMAN DEN - RUANG TENGAH - MALAM
NARAYA berdiri tidak tenang. Pintu kamar DAISHA terbuka. PAMAN DEN dan DOKTER keluar kamar. DOKTER senyum pada NAYARA yang berdiri di depan pintu kamar dengan wajah cemas.
NARAYA
(Cemas)
Dok... gimana kondisi Dai...
DOKTER
(Senyum ramah)
Dai cuma butuh banyak istirahat...
sejauh ini kondisinya baik...
Tolong dibantu diingatkan ya...
NARAYA menghapus air matanya lalu menggandeng lengan PAMAN DEN yang berdiri di dekatnya sambil menyandarkan kepalanya pada pundak PAMAN DEN dan menitikan air mata.
DOKTER
(Memegang pundak NARAYA)
Berikan dia keleluasaan untuk mengisi sisa hidupnya..
NARAYA semakin tak kuasa menahan tangis dan semakin erat memegang lengan PAMAN DEN lalu menangis.
DOKTER
(Pada PAMAN DEN)
Saya pamit.. Kalo terjadi sesuatu pada Dai..
Jangan sungkan hubungi saya...
PAMAN DEN
Baik Dok... terimakasih...
Maaf... saya tidak bisa antar Dokter sampai ke depan..
DOKTER
(Senyum)
Ga pa-pa... Saya Pamit..
Selamat malam...
PAMAN DEN
Selamat malam Dok...
Hati-hati di jalan, Dok...
DOKTER jalan keluar rumah tanpa diantar. PAMAN DEN menghela nafas cepat dan diam-diam ikut menitikan air mata tapi coba untuk tetap tenang, berdiri sambil mengelus rambut NARAYA, menenangkan NARAYA yang masih menangis.
CUT TO
25. INT. RUMAH AILEEN - KAMAR AILEEN - MALAM
IBU THISA masuk kamar AILEEN sambil membawa segelas susu putih. Kamar AILEEN seperti kapal pecah. Bantal, guling, selimut, berserakan di lantai.
IBU THISA menaruh gelas berisi susu di atas meja kecil. IBU THISA mengambil bantal dan guling lalu di taruh kembali di atas tempat tidur.
AILEEN terlihat menangis. Di keningnya masih terbalut perban. IBU THISA lalu duduk di tepi tidur, mengelus rambut AILEEN, menenangkan AILEEN.
IBU THISA
(Sedih,bingung)
Sayang, kamu kenapa...
AILEEN
(Suara pelan)
Sebenernya apa yang terjadi sama Leen, Mih....
Kenapa Leen ga bisa inget semuanya...
IBU THISA
(Meraih jemari AILEEN dan memegangnya)
Menurut keterangan polisi... kamu hampir tertabrak oleh mobil truck... tapi ada yang menyelamatkan kamu dengan mendorong kamu sampai kamu lolos dari maut... cuma... dorongan itu membuat kepala kamu terbentur.. dan benturan keras itu merusak syaraf penglihatan kamu, sayang...
AILEEN
(Melepas pegangan tangan IBU THISA, bingung)
Mobil truck....? Benturan...?
Kenapa Leen ga bisa inget semuanya, Mih...
(Mulai histeris)
IBU THISA
(Menenangkan)
Sayang... Kamu tenang ya...
AILEEN
(Bicara nada tinggi)
Kenapa orang itu nyelamatin Leen... Kenapa orang itu ga biar`in Leen mati aja... (bicara lantang) Kenapa, Mih...?
IBU THISA
(Menenangkan)
Leen... Sayang...
Kamu ga boleh bicara seperti itu...
(Merangkul Leen)
AILEEN
(Kesal)
Leen mending milih mati, Mih...
dari pada Leen harus hidup dalam kegelapan...
(Menangis histeris)
Leen benci orang itu, Mih... Gara-gara dia... Leen buta...
IBU THISA
(Merangkul AILEEN erat-erat, menenangkan)
Sabar ya sayang...
Mamih sudah serahkan semuanya kepada polisi...
(Mengelus rambut AILEEN)
Kamu pasti bisa melihat lagi, sayang... (Menitikan air mata)
Percaya sama Mamih... Kamu sabar ya, sayang....
AILEEN mulai tenang. AILEEN memeluk IBU THISA tapi masih menangis. Diam-diam, IBU THISA juga ikut menangis sambil terus mengelus-ngelus rambut AILEEN dengan penuh kasih sayang.
CUT TO
Esthablis - Jalanan kota Jakarta di pagi hari.
26. INT. RUMAH AILEEN - KAMAR AILEEN - PAGI
AILEEN duduk di ujung tempat tidur. DAISHA masuk kamar dengan langkah sangat hati-hati sambil membawa segelas susu putih. DAISHA menaruh gelas itu di atas meja dan berjalan mendekati jendela lalu membuka gorden kamar dengan perlahan.
AILEEN
(Marah)
Jangan buka gordennya, Mih..
Aku ga suka...
DAISHA
(Terkejut, diam, berusaha tidak menimbulkan suara)
AILEEN
(Berdiri,bingung,curiga)
Mih... Mamih...
(Menerka-nerka, membentak)
Kamu siapa.. Kamu bukan Mamih...
Kenapa kamu bisa masuk kamar aku...
(Berteriak memanggil IBU THISA)
Mamih.....
AILEEN jalan sambil meraba-raba tepian tempat tidur. DAISHA diam-diam mengikuti AILEEN dan memastikan AILEEN tidak jatuh atau tersandung.
Tanpa diduga, AILEEN meraih bantal lalu melemparnya dan mengenai wajah DAISHA dan bukan hanya bantal, guling pun ikut di lempar dan semuanya mengenai wajah dan tubuh DAISHA. Tapi DAISHA berusaha tidak bersuara.
AILEEN
(Berteriak)
Pergi kamu... (Memanggil IBU THISA) Mamihhh....
AILEEN masih berjalan tanpa arah dan meraba-raba apa saja yang di lewatinya.
Kali ini, AILEEN memegang gelas berisi susu putih. AILEEN melempar gelas dengan cepat, gelas itu melayang dan mendarat di kening DAISHA.
DAISHA spontan memegangi keningnya, menahan sakit. CU pada botol obat jatuh dari saku DAISHA. IBU THISA masuk kamar, bingung.
IBU THISA
(Menenangkan AILEEN)
Leen... ada apa ini...
(Memeluk AILEEN, melirik kesal pada DAISHA)
Ini Mami... Hei... Ini Mamih...
AILEEN
(Marah)
Kenapa Mamih biarin orang asing masuk ke kamar Leen...
(Menunjuk tanpa arah, berteriak pada DAISHA)
IBU THISA
(Tenang)
Itu Mba Sumi... asisten rumah sebelah.. Mamih cuma minta tolong sebentar tuk jaga`in kamu... karena Mamih mau ambil pesanan roti kesukaan kamu di toko roti langganan kamu, sayang...
IBU THISA melirik sinis pada DAISHA. DAISHA senyum-senyum sambil garuk-garuk kepala merasa tidak enak hati.
AILEEN
(Mulai tenang)
Aku ga suka ya, Mamih...
ada orang asing masuk ke kamar aku...
Tanpa seijin aku...
IBU THISA
(Memapah AILEEN untuk duduk di atas tempat tidur)
Mamih minta maaf, sayang...
Mamih janji ga akan ngulangin lagi...
(Mencium kening AILEEN)
DAISHA masih berdiri kali ini sambil mengelus-elus keningnya dan memperhatikan IBU THISA. IBU THISA menunjuk ke arah pintu kamar yang terbuka, tanda untuk DAISHA keluar dari kamar. DAISHA mengerti kode itu lalu DAISHA jalan keluar kamar.
CU pada botol obat berukuran kecil yang tergeletak di lantai. DAISHA keluar dari kamar sambil terus memegangi keningnya.
AILEEN mulai tenang. IBU THISA melihat botol obat berukuran kecil yang tergeletak di lantai. IBU THISA mengelus-elus rambut AILEEN. IBU THISA kembali melihat ke arah pintu kamar yang terbuka dengan tatapan lirih.
CUT TO
27. INT. RUMAH AILEEN - RUANG TAMU - PAGI
DAISHA duduk bersandar di kursi ruang tamu sambil memegangi keningnya. Ada satu foto AILEEN yang terpasang di dinding. DAISHA mengamati foto AILLEN.
DAISHA
(Bicara sendiri)
Sekarang gue ngerti...
Kenapa semua orang ga suka sama loe..
DAISHA berdiri, jalan mendekati foto AILEEN yang terpasang di dinding rumah lalu mengamati foto AILEEN dari jarak dekat.
INSERT
IBU THISA mendorong AILEEN yang terduduk di kursi roda, keluar dari kamar. AILEEN menggunakan kaca mata hitam dan dengan kening yang masih terbalut perban.
DAISHA balik badan dan melihat IBU THISA sedang mendorong AILEEN yang terduduk di kursi roda. AILEEN terlihat tenang dan berpakaian santai namun tetap modis.
DAISHA mendekati IBU THISA dan berusaha tidak menimbulkan suara.
DAISHA
(Bicara tanpa suara)
Biar saya saja, Tan...
IBU THISA menggeleng-gelengkan kepala, tanda tidak mengijinkan DAISHA untuk membawa AILEEN keluar rumah.
AILEEN
(Bingung)
Mamih.. kenapa berenti...
IBU THISA
(Coba tenang)
Iya sayang, sebentar ya....
Ini Mamih lagi cari HP Mamih, sayang...
Mamih lupa naronya dimana...
DAISHA
(Pelan-pelan mengambil alih pegangan kursi roda dari tangan IBU THISA)
IBU THISA
(Bicara berbisik)
Taman komplek..
DAISHA
(Mengangguk)
DAISHA mendorong kursi roda ke arah pintu keluar. AILEEN duduk tenang di atas kursi roda. IBU THISA terlihat gelisah tapi berusaha tenang.
CUT TO
28. EXT. TAMAN KOMPLEK - PAGI
Udara di taman sejuk. Terdengar kicauan burung-burung kecil. Taman komplek sedikit pengunjung. Terlihat dua orang sedang duduk, mengobrol. Satu orang berlari santai sedang DASIHA mendorong kursi roda AILEEN dengan sangat hati-hati.
AILEEN
Mih... Pokoknya Leen mau..
Orang yang dorong Leen... Diproses hukum ya, Mih...
DAISHA berhenti mendorong, tiba-tiba raut mukanya berubah tegang.
AILEEN
Kenapa berenti, Mih...
DAISHA seperti orang kebingungan tapi DAISHA berusaha tenang dan kembali mendorong kursi roda, menyusuri jalanan taman tanpa bersuara.
AILEEN
(Bicara dalam hati,curiga)
Tumben Mamih ga banyak omong... Ga kayak biasanya...
Gerimis turun. DAISHA berusaha tenang, tidak bersuara dan mencari tempat berteduh sambil mendorong kursi roda AILEEN dengan sangat hati-hati.
CUT TO
29. EXT. TAMAN - PENDOPO - PAGI
DAISHA dan AILEEN berteduh di satu pendopo, di tengah taman. Dua orang ibu dan satu pemuda ikut berteduh dengan berpakaian olahraga. Tak lama, girimis berubah menjadi hujan lebat.
AILEEN merapihkan rambutnya yang sedikit basah. DAISHA mendorong kursi roda AILEEN ke tempat yang aman. DAISHA membungkuk, menarik tuas rem kursi roda dengan sangat hati-hati.
IBU I
Perhatian banget sih sama pacarnya...
Jadi iri deh...
IBU II
Iya, ya Jeng... Setia banget...
AILEEN
(Spontan nyeletuk)
Pacar..?
(Mulai curiga)
DAISHA salah tingkah. Berdiri agak menjauh dari kursi roda dan tidak bersuara, salah tingkah. Ekspresi muka AILEEN mulai berubah ketus seperti sudah mengetahui situasi yang sebenarnya.
Tanpa sepengetahuan DAISHA, AILEEN meraba-raba mencari tuas rem kursi roda. Setelah didapat, AILEEN menurunkan tuas rem, kursi roda bergerak.
DAISHA terkejut, panik lalu berlari menahan laju kursi roda dan langsung menarik tuas rem kursi roda.
DAISHA
(Spontan marah)
Loe apa-apa`an sih... Bahaya tau...
Mendengar suara DAISHA, kedua ibu terkejut. DAISHA langsung mendekap mulutnya dengan satu tangan, panik.
DAISHA
(Bicara dalam hati)
Celaka... gue keceplosan...
Ceroboh sih banget gue...
Dua orang ibu menatap DAISHA dengan tatapan sinis dan mulai berdiri menjauh.
IBU I
(Pada IBU II, Berbisik)
Ternyata dia cewe, jeng...
IBU II
(Bicara berbisik)
Iya... ternyata cewe... Kirain aku cowo...
Jangan-jangan mereka berdua....
(Berhenti bicara, menatap jijik pada Daisha dan Aileen)
DAISHA terpancing emosi, ekspresi wajahnya berubah galak lalu jalan mendekati kedua ibu.
DAISHA
(Kesel)
Jangan-jangan mereka berdua apa?
Kok ga dilanjutin... Denger ya ibu-ibu yang terhormat....
Jangan sok menghakimi orang laen deh kalo diri sendiri aja belom sempurna...
Dua ibu salah tingkah, tidak berani menatap DAISHA. DAISHA berdiri menantang sambil bertolak pinggang. Satu cowo yang yang berdiri agak menjauh, diam-diam menoleh memperhatikan.
AILEEN menurunkan tuas rem lalu memutar roda kursi. Kursi roda melaju perlahan di jalanan taman, di bawah hujan dan DAISHA belum menyadari itu.
COWO I
(Pada DAISHA)
Mba... temennya pergi tuh...
DAISHA
(DAISHA menoleh, panik)
Astagaaa, Leen....
Kursi roda AILEEN sudah bergerak ke jalanan taman. DAISHA berlari dan langsung mengejar AILEEN.
CUT TO
30. EXT. JALANAN TAMAN - TAMAN KOMPLEK - PAGI
DAISHA menghadang laju kursi roda AILEEN dengan kedua tangan. Hujan masih turun dan keduanya berada di jalanan taman.
DAISHA
(Membentak AILEEN)
Loe dah gila ya.... Loe mau celaka lagi...?
Harusnya loe itu lebih bisa menghargai hidup loe...
AILEEN
(Balas membentak)
Apa yang bisa dilaku`in orang buta seperti aku...
(Menitikan air mata) Aku hidup dalam gelap...
apa aku harus menghargai hidup`ku...?
DAISHA
(Membentak)
Pandangan loe boleh gelap... tapi hati loe jangan...
hati loe harus tetep terang... karena hati loe yang buat hidup jadi lebih berharga... (Memegang kedua bahu AILEEN)
Loe itu harusnya bersyukur...
karena masih dikasih kesempatan untuk hidup...
AILEEN
(Ketus)
Tau apa kamu soal kehidupan...
DAISHA tersentak, diam menahan emosi. Keduanya mulai basah kuyup. DAISHA menatap wajah AILEEN dengan ekspresi marah. OS: Suara petir. DAISHA spontan menutup kedua telinga, ketakutan.
Kursi roda AILEEN bergerak. AILEEN segera melarikan diri dengan memutar roda sekencang-kencangnya. DAISHA masih berdiri menunduk sambil menutup kedua telinga dengan kedua tangannya.
Kursi roda AILEEN terus bergerak menjauhi DAISHA. Ketika tersadar, DAISHA sudah melihat AILEEN melaju dan melintas di jalanan aspal taman komplek lalu dilihatnya roda kursi AILEEN melindas bongkahan batu dan kursi roda kehilangan keseimbangan lalu terguling.
DAISHA
(Panik, berteriak)
Leen....
DAISHA berlari mendekati AILEEN lalu memposisikan kursi roda di jalanan aspal dan perlahan membantu AILEEN berdiri, memapahnya untuk kembali duduk di atas kursi roda. AILEEN terlihat shock, diam tanpa ekspresi. DAISHA berusaha tenang.
DAISHA
(Cemas)
Apa yang sakit Leen.... Maaf`in gue Leen...
(Menyesal) Gue ga ada maksud buat...
AILEEN
(Ketus)
Aku mau pulang...
DAISHA menghela nafas cepat. DAISHA merasa bersalah. DAISHA mendorong kursi roda AILEEN dengan sangat hati-hati. AILEEN masih shock, diam tanpa ekspresi.
CUT TO
31. EXT. RUMAH AILEEN - DEPAN PINTU GERBANG - SIANG
Hujan berhenti tapi langit masih mendung. Ada dua orang laki-laki yang berdiri di depan pintu gerbang rumah AILEEN. Keduanya melihat terus ke arah rumah AILEEN dan gerak-gariknya mencurigakan.
DAISHA mendorong kursi roda lalu berhenti di belakang kedua lelaki itu yang masih sibuk memperhatikan kondisi rumah AILEEN. DAISHA menarik tuas rem kursi roda lalu jalan mendekati kedua lelaki itu.
DAISHA
(Curiga)
Mas... maaf... mau cari siapa ya...
LELAKI 1
(Kaget, kikuk)
Eh mba... Ini mba...
Kami disuruh antar ini untuk Mba Leen...
(Menunjukan satu amplop coklat)
DAISHA
(Ramah)
Oh..
Kalo gitu langsung aja ngomong sama orangnya..
LELAKI I
(Takut pada AILEEN, bicara hati-hati)
Mba Leen.. maaf...
kami hanya disuruh mengantarkan honor terakhir Mba Leen...
AILEEN tidak berekspresi hanya duduk diam. LELAKI I menoleh pada LELAKI II. LELAKI II memberi kode isyarat bahwa LELAKI I harus segera memberikan amplop itu pada AILEEN. LELAKI I mengangguk lalu segera menaruh amplop di atas pangkuan AILEEN dengan hati-hati dan segera menjauh.
DAISHA
(Senyum-senyum, bicara dalam hati)
Segalak itu apa Leen dimata mereka... Sampe untuk mendekat aja mereka keliatannya takut...
LELAKI II
(Bicara pelan pada AILEEN)
Kalo gitu kami pamit ya, mba Leen...
(pada DAISHA)
Mba.. Kami pamit...
DAISHA
(Menggoda)
Ga mau mampir dulu...
LELAKI II
Ga Mba.. terimakasih...
Kami harus segera balik ke kantor...
DAISHA mengangguk sambil tersenyum ramah. Dua Lelaki itu jalan menjauh dari AILEEN tapi masih berdiri di belakang DAISHA, memperhatikan AILEEN.
LELAKI I
(Pada LELAKI I, berbisik)
Gue pikir...
Mba Leen bakal marah-marah ga jelas kayak biasanya...
LELAKI II
Iya, ya... tumben... Biasanya galak banget...
DAISHA mendengar obrolan kedua lelaki itu dan senyum-senyum sendiri. Wajah AILEEN berubah seperti hendak menangis.
DAISHA
(Menggoda)
Bener nie... mas mas ga mao mampir dulu...
LELAKI I
(Ga enak hati)
Ga mba terimakasih... Kami pamit aja...
Dua LELAKI itu lalu pergi. DAISHA mulai mendorong kursi roda AILEEN masuk ke halaman rumah AILEEN.
DAISHA tiba-tiba berhenti ditengah jalan, memegangi kepalanya yang terasa sakit dan muka DAISHA mulai terlihat pucat. DAISHA berusaha tenang sambil menahan rasa sakit lalu kembali mendorong kursi roda. AILEEN masih terdiam, tidak perduli.
CUT TO
32. EXT. RUMAH AILEEN - TERAS RUMAH - SIANG
DAISHA mengetuk pintu rumah yang tertutup. Tak lama, IBU THISA membuka pintu dan berdiri di muka pintu rumah dengan muka panik karena melihat DAISHA dan AILEEN yang basah kuyup.
IBU THISA memegang wajah AILEEN, ingin memastikan AILEEN dalam keadaan baik. AILEEN hanya diam tanpa ekspresi.
IBU THISA
(Pada AILEEN)
Sayang... kenapa kamu jadi basah kuyup gini...
(Melotot pada DAISHA, marah)
DAISHA salah tingkah, menggaruk-garuk kepalanya dan tak berani menatap IBU THISA lama-lama karena merasa bersalah. Tanpa disadari, muka DAISHA semakin pucat, tatapan matanya mulai kosong. DAISHA merasa pusing lalu ia menutup mata dan jatuh tidak sadarkan diri.
CUT TO
33. INT. RUMAH AILEEN - KAMAR TAMU - MALAM
DAISHA terbaring di atas tempat tidur belum sadarkan diri. PAMAN DEN dan IBU THISA berdiri, memperhatikan sedang NARAYA duduk di samping DAISHA, membetulkan selimut DAISHA.
IBU THISA
Biarkan malam ini Dai menginap...
NARAYA
(Menitikan air mata/mengelus kening DAISHA)
IBU THISA
(Menyodorkan botol obat kepada PAMAN DEN)
Saya menemukan ini...
PAMAN DEN menoleh lalu mengambil botol obat dari tangan IBU THISA. NARAYA menoleh melihat pada botol obat.
PAMAN DEN
Ini botol obat kepunyaan Dai... (Melihat botol obat)
Pasti Dai telat minum obat lagi...
NARAYA
(Mengelus rambut DAISHA, menitikan air mata)
Dai sebenernya lagi berjuang melawan penyakitnya, Tan...
(Mengamati wajah DAISHA)
dan Dai disarankan untuk istirahat total... (Menoleh pada IBU THISA) tapi karena rasa bersalah Dai pada Leen yang begitu kuat... Dai rela mengabaikan kesehatannya..
(Menghapus air mata)
PAMAN DEN tertunduk, menghapus air matanya. IBU THISA melirik pada PAMAN DEN, merasa iba. Suasana mendadak berubah menjadi haru.
INSERT
AILEEN mendengarkan pembicaraan dari luar kamar. AILEEN berdiri di dekat pintu kamar tamu yang terbuka setengah. Ekspresi wajahnya datar.
CUT TO
34. INT. RUMAH AILEEN - KAMAR AILEEN - MALAM
AILEEN duduk di tepian tempat tidur. AILEEN duduk termenung dan masih ada perban berukuran kecil di keningnya.
FLASHBACK
PENGULANGAN SCENE NO.30 SEBAGAI PENEGASAN BAGAIMANA PROSES DAISHA MEMBETAK AILEEN DAN MENASEHATI AILEEN.
PENGULANGAN SCENE NO.31 SEBAGAI PENEGASAN BAGAIMANA PROSES KEDUA KURIR KANTOR MEMBICARAKAN KEBIASAAN AILEEN YANG SUKA MARAH-MARAH.
FLASHBACK BERAKHIR
AILEEN meneteskan air mata, seperti meresapi semua kejadian yang dialaminya hari itu.
NARAYA
Aku mohon... Jangan hakimi Dai...
NARAYA masuk kamar AILEEN dan berdiri memperhatikan AILEEN dari muka pintu kamar AILEEN yang terbuka.
AILLEN
(Bicara ketus)
Siapa yang ngijinin kamu masuk...
(Menghapus air mata)
NARAYA
(Menitikan air mata)
Tolong jangan hakimi dan hukum Dai..
AILEEN
(Ketus)
Dia udah buat aku buta...
jadi rasanya sangat pantas dihakimi dan dihukum...
NARAYA
(Menghapus air mata)
Coba kamu ingat lagi...
Apa benar cuma ada Dai di malam kecelakaan itu...
AILEEN
(Ketus)
Kamu tau`kan letak pintu keluar dimana...
NARAYA
(Menahan amarah)
Tolong.... buka hati`mu...
singkirkan gelap dalam hati`mu...
NARAYA menghapus air matanya lalu jalan keluar kamar. AILEEN masih terduduk di tepi tempat tidur, menitikan air mata.
AILEEN meraih bantal dan melempar bantal kesembarang arah sambil berteriak kesal. AILEEN menangis. Pintu kamar masih dibiarkan terbuka setengah.
INSERT
IBU THISA berdiri di dekat pintu kamar AILEEN. IBU THISA menangis.