Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO
14. INT. RUMAH PAMAN DEN - RUANG TENGAH - MALAM
PAMAN DEN duduk di sofa ruang tengah sambil menonton televisi. Ekspresi muka PAMAN DEN berubah serius ketika melihat seorang pembaca berita, membacakan berita mengenai kecelakaan AILEEN seorang model cantik.
NARAYA keluar dari dalam kamar DAISHA dengan ekspresi wajah sedih. PAMAN DEN menyadari kehadiran NARAYA lalu mematikan televisi dengan segera. NARAYA jalan tidak bersemangat mendekati PAMAN DEN dan duduk dekat PAMAN DEN, menghela nafas cepat.
Muka keduanya terlihat tidak bersemangat dan keduanya saling diam. SFX; suara pintu di ketuk. PAMAN DEN menoleh ke arah pintu utama kemudian mengangkat bokong, setengah berdiri.
NARAYA
(Menahan laju PAMAN DEN)
Biar aku aja yang buka pintunya, Paman...
PAMAN DEN menoleh pada NARAYA lalu menganggukan kepala satu kali. NARAYA berdiri dan jalan menuju pintu keluar. PAMAN DEN kembali duduk dan melanjutkan menonton televisi.
CUT TO
15. INT. RUMAH PAMAN DEN - TERAS - MALAM
NARAYA membuka pintu, ekspresi wajahnya masih tidak bersemangat tapi tetap ramah. DUA ORANG POLISI berseragam berdiri di depan pintu. NARAYA terkejut campur bingung.
POLISI I
Selamat malam, mba... maaf kami mengganggu...
NARAYA
(Bingung)
Malam pa... ada apa ya...
POLISI II
Kami membawa surat panggilan untuk saudari Daisha..
Kami berharap Saudari Daisha bisa datang ke kantor esok hari sebagai saksi atas kecelakaan seorang model bernama Aileen...
NARAYA
(Menerima surat dari POLISI)
Baik, Pa... surat ini akan saya sampaikan pada Daisha...
POLISI I
Kalo begitu... kami mohon ijin pamit, mba..
Terimakasih atas kerjasamanya...
Selamat malam...
NARAYA
Malam, Pa...
DUA ORANG POLISI pergi. NARAYA menutup pintu. NARAYA masih berdiri menghadap pintu, kedua matanya menitikan air mata. NARAYA mencoba tegar dan menahan tangisnya lalu melihat pada amplop yang dipegangnya.
Tanpa sepengetahuan NARAYA, PAMAN DEN berdiri dibelakang NARAYA dengan wajah penasaran.
PAMAN DEN
Ra... Siapa yang dateng...
NARAYA
(Menghapus air mata, berbalik badan)
Polisi, Paman... bawa surat panggilan buat Dai..
(Memberikan surat pada Paman)
PAMAN DEN
(Bingung)
Surat panggilan...?
PAMAN DEN membolak balikan amplop dengan ekspresi wajah bingung. NARAYA jalan menuju kamar DAISHA dan meninggalkan PAMAN DEN. PAMAN DEN keliatan bingung lalu menerawang isi amplop dan sebentar menoleh ke arah kamar DAISHA. Pintu kamar DAISHA tertutup.
PAMAN DEN kemudian berjalan menuju sofa ruang tengah. Duduk di sofa, membuka amplop dan membaca isi surat. Ekspresi muka PAMAN DEN mendadak berubah tegang. Surat ditaro di atas meja dan kedua tangan PAMAN DEN mulai mengepal di atas meja seperti hendak marah.
PAMAN DEN
(Sedih, bicara sendiri)
Kenapa harus Dai, Tuhan...
PAMAN DEN menghela nafas cepat lalu duduk bersandar di sofa sambil menatap langit-langit. Ada air mata menitik di pipi PAMAN DEN. PAMAN DEN terlihat sangat frustasi, diam dan terus menitikan air mata. Surat panggilan dari kepolisian dibiarkan tergeletak di atas meja.
FADE IN
FADE OUT
CUT TO
ESTABLISH - Suasana kemacetan di jalan raya, siang hari.
16. INT. RUMAH AILEEN - RUANG TAMU - SIANG
DAISHA duduk di sofa dengan lengan kiri masih terbalut perban. Ekspresi wajah DAISHA tidak bersemangat dan cenderung murung. NARAYA duduk disebelah DAISHA dengan wajah tegang.
IBU THISA berdiri dengan ekspresi wajah sedih dan terus menatap pada satu titik. DAISHA dan NARAYA memperhatikan dengan perasaan cemas. Suasana tidak terasa nyaman.
IBU THISA
(Ketus, bicara tanpa melihat DAISHA/NARAYA)
Permintaan maaf tidak akan pernah bisa mengembalikan penglihatan anak saya...
DAISHA terkejut. NARAYA hendak berdiri, tapi DAISHA menahan.
DAISHA
(Merasa bersalah)
Saya mohon....
Ijinkan saya untuk menebus semua rasa bersalah saya, Tante...
IBU THISA terlihat menyeka air matanya lalu menatap sinis DAISHA kemudian ia berjalan ke ruang lain tanpa bicara. DAISHA tertunduk menahan tangis.
NARAYA merangkul DAISHA. DAISHA menoleh lirih pada NARAYA. NARAYA mengelus punggung DAISHA, menguatkan.
CUT TO
17. INT. RUMAH AILEEN - DEPAN KAMAR AILEEN - SIANG
Pintu kamar AILEEN terbuka setengah. AILEEN duduk di ujung tempat tidur, menatap pada satu arah. Lampu kamar tidak terang. Gorden di setiap jendela tertutup, suasana kamar terasa sendu.
Raut wajah AILEEN murung, ia memakai kaca mata hitam dan ada perban yang membalut luka di keningnya. DAISHA diam-diam memperhatikan dengan perasaan bersalah dari luar kamar.
NARAYA berdiri dibelakang DAISHA lalu memegang pundak kiri DAISHA, menguatkan. IBU THISA berdiri disebelah DAISHA dengan air mata yang terus menetes di pipinya.
IBU THISA
(Suara pelan, menahan tangis)
Ibu mana yang tega melihat anaknya menderita dalam gelap...
DAISHA menoleh pada IBU THISA. IBU THISA menghapus air matanya lalu jalan meninggalkan DAISHA dan NARAYA, lagi-lagi tanpa kata. DAISHA semakin merasa bersalah, berdiri tidak tenang.
NARAYA mengelus punggung DAISHA seakan ingin menguatkan tapi dirinya sendiri tak kuasa menahan air matanya yang menitik di atas kedua pipinya.
CUT TO
18. INT. RUMAH AILEEN - TERAS DEPAN RUMAH - SIANG
IBU THISA berdiri di tengah pintu rumah yang terbuka. DAISHA dan NARAYA berdiri di teras. Ketiganya saling berhadapan merasa canggung dan tidak akrab.
DAISHA
(Suara memelas)
Sekali lagi saya mohon maaf, Tante...
Saya ga pernah berniat untuk mencelaka`kan Leen..
Semua terjadi diluar kuasa saya...
(Melirik pada NARAYA)
NARAYA
(Tersenyum, menguatkan)
IBU THISA
(Sedih)
Saya tau ... semua bukan sepenuhnya salah kamu...
Hanya saja.. saya belum bisa menerima jika nyatanya sekarang.. Leen kehilangan penglihatannya...
DAISHA
(Mengelus lengan IBU THISA, iba)
Ijinkan saya untuk menembus kesalahan saya, Tante...
(Menoleh pada NARAYA)
Kami berdua pamit ya, Tan...
DAISHA dan NARAYA lalu jalan ke arah pintu gerbang. IBU THISA masih memperhatikan keduanya secara diam-diam dengan tatapan haru.
DAISHA mendadak berhenti berjalan dan memegang kepalanya sambil meringis seperti menahan rasa sakit.
NARAYA
(Cemas)
Dai... kepala kamu sakit lagi..?
DAISHA
Iya, Ra... sakit banget, Ra...
(Meremas kepala dengan kedua tangan)
INSERT
Datang satu mobil sedan, berhenti di depan pagar rumah AILEEN.
DAISHA diam-diam memperhatikan mobil sedan yang baru saja datang sambil menahan rasa sakit di kepalanya. NARAYA merangkul DAISHA dengan perasaan cemas.
NERRISA keluar dari dalam mobil, masuk halaman rumah AILEEN. DAISHA dan NERISSA terkejut karena tidak menyangka akan saling bertemu. Keduanya hanya saling melihat tapi tidak saling menyapa.
NARAYA
(Panik)
Kita ke rumah sakit sekarang, ya...
NARAYA langsung memapah DAISHA keluar dari halaman rumah AILEEN. Tanpa disadari keduanya, NERISSA berhenti berjalan dan menoleh ke arah DAISHA yang tengah berjalan tergopoh-gopoh di bantu NARAYA, menuju pintu gerbang dengan tatapan sinis.
NERISSA
(Bicara dalam hati, sinis)
Aku harus secepatnya nyingkirin si cewe tomboy itu...
NERISSA masih memperhatikan DAISHA dan NARAYA yang mulai keluar dari pintu gerbang rumah AILEEN.
CUT TO
19. INT. RUMAH AILEEN - KAMAR DAISHA - SIANG
Pintu kamar AILEEN terbuka setengah. NERISSA masuk dengan langkah perlahan. AILEEN duduk di ujung tempat tidur, memakai kaca mata hitam dan hanya melihat pada satu arah di depannya. Lampu kamar tidak terang. Gorden tertutup. Tempat tidur tertata rapi. NERISSA berdiri tidak jauh dari pintu kamar.
NERISSA
(Bicara sangat hati-hati)
Leen... gimana kabar kamu...
NERISSA tidak berani mendekat dan hanya menyapa AILEEN dari kejauhan. AILEEN masih diam tidak merespon. NERISSA mulai gelisah menahan emosinya sendiri.
NERISSA
(Salah tingkah)
Sepertinya kedatangan aku ganggu kamu, ya...
(Diam beberapa detik, melihat pada AILEEN)
AILEEN
(Diam tidak merespon)
NERISSA
(Serba salah, menahan kesal)
Kalo gitu.. aku pamit ya, Leen...
Kamu cepat sembuh...
AILEEN masih diam tidak merespon. NERISSA masih berdiri berharap ada gerakan tubuh atau kata-kata yang keluar dari mulut AILEEN tapi harapan NERISSA sia-sia. NERISSA lalu jalan menuju pintu kamar yang masih terbuka dengan wajah kecewa dan keluar kamar.
CUT TO
20. INT. RUMAH AILEEN - DEPAN KAMAR AILEEN - SORE
IBU THISA berdiri tidak jauh dari pintu kamar AILEEN dan menyapa NERISSA yang baru saja keluar dari kamar AILEEN.
IBU THISA
(Merasa tidak enak hati)
Tolong maaf`kan sikap Leen, ya...
Leen masih terguncang hatinya...
NERISSA
(Kaget)
Eh... Tante... (Menghela nafas cepat)
Iya, Tante... Risa ngerti kok...
Pasti sulit bagi Leen untuk nerima semua ini...
INSERT
AILEEN menoleh ke arah sumber suara. Ekspresi wajah AILEEN marah dan menitikan air mata.
NERISSA pura-pura simpati pada kondisi AILEEN. Terdiam dan pura-pura sedih lalu menitikan air mata.
NERISSA
(Bicara sendiri sambil melihat satu titik)
Apa jangan-jangan Leen tau kalo aku yang...
(Gelisah)
IBU THISA mengelus punggung NERISSA. NERISSA pura-pura menghapus air matanya lalu senyum pada IBU THISA seakan ingin mengisyaratkan bahwa NERISSA menerima dan mengerti dasar perlakuan tidak ramah dari AILEEN kepada dirinya.
CUT TO
21. INT. RUMAH PAMAN DEN - KAMAR DAISHA - MALAM
DAISHA duduk bersandar di atas tempat tidur. DAISHA memangku anak kucing, mengelusnya sambil melamun.
NARAYA masuk kamar, membawa segelas air putih dan satu piring kecil berisi beberapa butir obat. NARAYA duduk di tepi kiri tempat tidur. Anak kucing melompat dari pangkuan DAISHA.
NARAYA
Dai... Minum obat dulu....
NARAYA menyodorkan piring berisi obat pada DAISHA sambil memegang segelas air putih. DAISHA meminum obat. NARAYA memperhatikan DAISHA dengan perasaan iba.
DAISHA
(Suara lemah)
Ra... Malem itu gue liat...
Nerissa ngedorong Leen ke tengah jalan...
dan Leen dalam kondisi mabok berat...
(Berhenti bicara, mengingat-ingat)
NARAYA menaruh gelas dan piring di atas meja kecil. NARAYA mengelus lengan DAISHA, menenangkan. DAISHA menghela nafas, DAISHA masih terlihat shock. DAISHA tiba-tiba memeluk NARAYA dan menangis.
DAISHA
Gue bener-bener ngerasa bersalah, Ra...
Gara-gara gue... Leen jadi buta....
NARAYA
(Melepas pelukan DAISHA, menghapus air mata DAISHA)
Kamu ga salah...
(Memegang pundak kanan DAISHA)
Sekarang kamu istirahat... Inget kata Dokter..
Kamu harus jaga kesehatan kamu...
NARAYA berdiri lalu menyelimuti tubuh DAISHA. DAISHA terpaksa berbaring dengan kedua mata masih berkaca-kaca dan melihat pada NARAYA terus.
DAISHA
(Suara lemah)
Ra...
NARAYA
(Senyum, memotong pembicaraan DAISHA)
Istirahat... Biar cepet sembuh...
DAISHA tersenyum dengan air mata masih menitik. NARAYA jalan keluar kamar dengan perasaan sedih hanya saja ia berpura-pura tegar dihadapan DAISHA.
NARAYA menutup pintu kamar, DAISHA menangis. CU pada DAISHA yang menangis.
CUT TO
22. INT. RUMAH PAMAN DEN - RUANG TENGAH - MALAM
PAMAN DEN duduk di ruang tengah, melamun sambil minum kopi. NARAYA keluar dari kamar DAISHA jalan menuju sofa dengan wajah sedih. NARAYA duduk disebelah PAMAN DEN. Keduanya tidak bersemangat.
PAMAN DEN
(Menaruh cangkir di atas meja, bicara tidak bersemangat)
Gimana kondisi Dai ...
NARAYA
(Menghela nafas)
Dai masih terpukul, Paman...
Dai ngerasa kalo kebutaan Leen adalah salah dia...
PAMAN DEN
(Sedih)
Hidup memang penuh kejutan...
Semua bisa ada diluar dugaan...
(Meneguk kopi)
NARAYA
(Wajah serius)
Paman... Paman ingat`kan sama Nerissa...
PAMAN DEN
(Mengingat)
Nerissa temen Leen yang waktu itu datang ke rumah sakit?
NARAYA
Iya, Paman...
PAMAN DEN
(Penasaran)
Emangnya ada apa sama Nerissa?
NARAYA
Dai liat Nerissa dorong Leen ke tengah jalan, malam itu...
PAMAN DEN
(Bingung)
Nerissa dorong Leen...?
Kok bisa....?
NARAYA
Menurut cerita Dai...
Malem itu Leen dalam keadaan mabuk berat... dan Dai lihat Nerissa dipaksa keluar dari dalam mobilnya terus...
PAMAN DEN
(Memotong pembicaraan NARAYA)
Nerissa coba nyelakain Leen...
dengan membiarkan Leen tertabrak mobil truck...?
NARAYA
Bisa jadi seperti itu, Paman...
PAMAN DEN
(Kesel, menggebrak meja dengan kedua tangan)
Kalo gitu... Dai bener-bener ga salah...
Dai cuma korban....
NARAYA
Dai emang korban dari kebutaan hati Nerissa, Paman...
Cuma masalahnya sekarang.... Gimana caranya supaya kita bisa bukti`in ke Tante Thisa kalo Nerissa yang salah bukan Dai...
PAMAN DEN
Kamu bener... kita harus cari bukti...
Jangan sampe hati Ibu Thisa juga ikut buta gara-gara dipengaruhi Nerissa...
NARAYA
Kita ga boleh kalah sama kejahatan Nerissa, Paman...
PAMAN DEN
(Menggaruk-garuk kepala)
Sebenernya apa yang membuat hati Nerissa buta...
Sampai-sampai tega mencelakakan Leen, temennya sendiri...
PAMAN DEN dan NARAYA lalu sama-sama duduk bersandar pada sofa. Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing.
INSERT
DAISHA duduk di atas tempat tidur sambil meremas kepalanya, menahan rasa sakit. DAISHA coba bangun dari tempat tidur tapi keseimbangan tubuhnya tidak baik dan tubuhnya membentur meja kecil sampai-sampai gelas yang berada di atas meja kecil, terjatuh dan pecah.
NARAYA terperanjat dari duduknya. PAMAN DEN masih duduk bersandar dengan wajah tegang.
NARAYA
Paman... suara apa itu..?
PAMAN DEN
(Berpikir,panik)
Jangan-jangan....
Keduanya mengadu pandang lalu teringat DAISHA dan langsung berlari masuk ke dalam kamar DAISHA.
CUT TO
23. INT. RUMAH PAMAN DEN - KAMAR DAISHA - MALAM
DAISHA terbaring di lantai tidak sadarkan diri. NARAYA panik lalu mengangkat kepala DAISHA ke pangkuannya dan menepuk-nepuk pipi DAISHA, coba membangunkan DAISHA.
PAMAN DEN lalu mengangkat tubuh DAISHA dibantu NARAYA dan membaringkan DAISHA di tempat tidur. NARAYA semakin panik, duduk di sisi DAISHA. PAMAN DEN berlari keluar kamar.