80 INT. RUMAH SAKYA - RUANG TAMU - EVENING
AYAH SAKYA sedang duduk di sofa, dari pakaiannya terlihat bahwa dia baru pulang kerja.
Dia memegang sebuah bingkai foto. Itu adalah foto dia dengan SAKYA KECIL. Di situ SAKYA KECIL tersenyum lebar sementara dia hanya tersenyum tipis. AYAH SAKYA melihat foto itu dengan tatapan nanar.
Dia menoleh ke rak buku yang ada di ruang tamu itu. Di atas rak buku itu ada foto dirinya dengan IBU SAKYA. Mereka berdua sedang tersenyum lebar di foto itu. Tampak IBU SAKYA sudah dalam keadaan hamil di foto itu.
CUT TO FLASHBACK:
81 INT. RUMAH SAKYA - RUANG TAMU
Terlihat AYAH SAKYA dan IBU SAKYA sedang duduk di sofa, IBU SAKYA tampak mengelus perutnya yang sudah membesar. Dia tersenyum dan menatap lembut ke AYAH SAKYA.
IBU SAKYA
Sebentar lagi kamu jadi Ayah.
(BEAT)
Udah siap kamu jadi superhero buat anak kita nantinya?
AYAH SAKYA
Siap, dong!
(BEAT)
Aku pasti akan jadi Ayah kebanggaan anak kita nanti, Ayah yang keren dan bisa diandalkan.
(BEAT)
Kamu sendiri gimana? Udah siap jadi Ibu?
IBU SAKYA
(tersenyum)
Siap, kok.
(BEAT)
Justru aku udah gak sabar mau meluk anak kita sambil ngeceritain dongeng dari buku-buku anak.
AYAH SAKYA
(tersenyun)
Anak kita pasti akan berlimpah kasih sayang, dari kamu, juga dari aku.
IBU SAKYA
Kamu tau apa cita-citaku buat anak kita nantinya?
AYAH SAKYA
Apa? Tumbuh ganteng kaya Ayahnya?
IBU SAKYA
(tertawa kecil)
Itu boleh juga. Tapi bukan itu.
(BEAT)
Aku mau anak kita tumbuh jadi anak yang bahagia. Yang penuh kasih sayang dan cinta.
(BEAT)
Jadi anak yang paling bahagia dan dicintai di Indonesia.
AYAH SAKYA
(menggelengkan kepala)
Nggak, Wid.
(BEAT)
Nggak cuman di Indonesia, tapi paling bahagia dan dicintai di dunia.
(BEAT)
Dan kita, sebagai orang tuanya, yang akan memastikan cita-cita itu menjadi kenyataan.
CUT BACK TO:
82 INT. RUMAH SAKYA - RUANG TAMU - EVENING
AYAH SAKYA menoleh ke foto lain yang terpajang di dinding rumah di dekat rak buku itu, foto dirinya dengan SAKYA. Foto yang memperingati SAKYA masuk SMA. Terlihat dia mengenakan kemeja rapi dan SAKYA mengenakan seragam SMAnya, mereka berfoto di depan gerbang SMA Ariya Sacca. Mereka berdua memasang muka datar di foto tersebut.
CUT TO FLASHBACK:
83 EXT. RUMAH SAKYA - TERAS - EVENING
SAKYA
Ayah gak pernah mikirin aku! Ayah gak pernah mikirin kebahagiaan aku!
CUT BACK TO:
84 INT. RUMAH SAKYA - RUANG TAMU - EVENING
AYAH SAKYA menoleh kembali ke foto yang dia pegang, foto dirinya dengan SAKYA KECIL.
CUT TO FLASHBACK:
85 EXT. RUMAH SAKYA - TERAS - EVENING
SAKYA
Maaf, ya, Yah.
(BEAT)
Maaf aku lahir di saat ayah gak menginginkan aku.
CUT BACK TO:
86 INT. RUMAH SAKYA - RUANG TAMU - EVENING
Tanpa AYAH SAKYA sadari, perlahan air matanya menetes.
CUT TO:
87 INT. RUMAH CHRISTIAN - KAMAR CHRISTIAN - NIGHT
Terlihat CHRISTIAN sedang asyik bermain Nintendo Switch sambil tiduran di kasurnya.
SAKYA masuk ke dalam kamar, di kepalanya masih ada handuk. Rambutnya masih terlihat basah dan berantakan. Dia dan CHRISTIAN sudah berganti pakaian dengan baju rumahan.
SAKYA
(berjalan mendekati CHRISTIAN)
Makasih lho, udah ngebolehin gue numpang mandi di rumah lo.
CHRISTIAN
(menoleh ke SAKYA)
Santai. Gue juga males ngobrol sama lo kalau tampilan lo masih gembel kaya tadi.
SAKYA
(duduk di lantai dan bersender ke kasur)
...Rumah lo masih sepi aja. Gak berubah dari dulu.
CHRISTIAN
Ya, gitu, deh.
(BEAT)
Nanti jam 9 juga Ayah sama Ibu gue balik, baru, deh, agak rame.
SAKYA
Kak Silvi mana?
CHRISTIAN
Kenapa? Kangen lo sama dia?
SAKYA
Sama masakannya, sih, iya. Kalau sama orangnya, sih, biasa aja.
CHRISTIAN
Parah banget lo. Perut doang dipikirin.
(BEAT)
Sejak kuliah, Kak Silvi ngekost. Kampusnya, kan, di Bandung, masa iya dia mau bolak balik Jakarta-Bandung tiap hari?
SAKYA
Oooh...
(BEAT)
Ya, mana gue tau kalau Kak Silvi kuliahnya di Bandung. Lo gak pernah cerita.
CHRISTIAN berhenti bermain game dan menaruh Nintendo Switchnya. Dia lalu berguling sampai kepalanya di samping kepala SAKYA.
CHRISTIAN
Udah, udah, gak usah bahas dia lagi. Gak penting.
(BEAT)
Sekarang lo udah makan sama mandi, udah kenyang sama bersihan, mari kita masuk ke topik utama kita.
SAKYA
Topik utama apa?
CHRISTIAN
Ya, apa lagi kalau bukan alesan lo tiba-tiba jadi gembel di taman?
SAKYA
(menghela napas)
Gue ribut sama Ayah gue.
CHRISTIAN
Sampe lo kabur ke taman?
(BEAT)
Lo, kan, udah biasa ribut sama Ayah lo. Tapi gak pernah sampe segitunya, deh, Sak.
SAKYA
Kali ini beda, Chris. Kali ini kami ribut gede.
(BEAT)
Gue capek, mumet, stress banget dah. Sampe akhirnya gue kelepasan ke Ayah gue, gua bilang kalau dia gak pernah mikirin kebahagiaan gue...
CHRISTIAN
Wah, gila...
(BEAT)
Terus gimana, tuh, reaksi Ayah lo?
SAKYA
Ayah gue ngebalikin ke gue, dia bilang gue juga gak pernah mikirin kebahagiaan dia.
CHRISTIAN
Hah? Maksudnya? Gak paham gue.
SAKYA
(terlihat segan untuk berkata-kata)
Dia bilang...
(menghela napas)
Dia bilang ke gue buat balikin Ibu, buat balikin Nenek...
CHRISTIAN
HAH?!
(BEAT)
Ayah lo kenapa, sih? Ibu sama Nenek lo, kan, udah lama meninggalnya, masih aja diungkit terus.
SAKYA
...Emang gue ini anak yang gak dia inginkan. Gue udah tau itu dari lama.
CHRISTIAN
Tapi, Sak, masa iya--
SAKYA
Kenyataannya begitu, Chris.
Mereka berdua terdiam. Suasana canggung.
SAKYA menundukkan kepalanya.
SAKYA
Gue udah gak tau lagi, Chris...
CHRISTIAN
Gak tau apa?
SAKYA
Gue udah gak tau lagi gue ini boleh bahagia apa nggak sebenernya...
(BEAT)
Gue mau percaya sama omongan Dita sama lo soal gue boleh bahagia, soal gue layak untuk bahagia. Ketakutan gue udah mulai pudar. Tapi setiap kali gue ketemu ayah gue, gue diingetin lagi sama ketakutan gue itu...
(BEAT)
Gue udah gak tau lagi harus gimana...
CHRISTIAN
Gue gak tau gimana rasanya dibenci sama keluarga sendiri, sih, Sak. Pasti berat...
SAKYA
Ya, jangan sampe juga, Chris.
(BEAT)
Lo harus bersyukur keluarga lo baik-baik aja.
CHRISTIAN
Gue gak tau rasanya jadi lo gimana, Sak. Tapi balik lagi ke yang pernah gue bilang. Orang di kehidupan lo itu gak cuman Ayah lo. Ada gue, ada Dita, ada temen-temen yang lain.
(BEAT)
Dan menurut kita, lo boleh banget buat bahagia.
SAKYA terdiam. Dia menoleh ke arah CHRISTIAN masih dalam posisi tertunduk. CHRISTIAN turun dari kasur dan duduk di samping SAKYA.
CHRISTIAN
Sak, lo harus tau kalau kehadiran lo itu bikin kami-kami ini bahagia. Bahkan, ya...
(BEAT)
Gue gak tau gue boleh cerita ini ke lo apa nggak, tapi, ya, udahlah, ya. Lo tau gak kenapa Dita bisa suka sama lo?
SAKYA
(menggelengkan kepala)
Nggak tau. Gue pernah nanya, tapi dia gak pernah mau jawab.
CHRISTIAN
Jadi...
CUT TO FLASHBACK:
88 INT. SMA ARIYA SACCA - PERPUSTAKAAN - NOON
Terlihat MUDITA sedang duduk, di hadapannya terdapat banyak tumpukan kertas. MUDITA tampak mengecek satu per satu lembaran kertas itu sambil sesekali menandai dengan bolpoin merah.
SAKYA (O.S)
Kalau capek, istirahat aja dulu. Kalau lagi gak happy, ya, gak usah dikerjain sekarang.
MUDITA menoleh ke sumber suara. Terlihat SAKYA sedang melihat dia. SAKYA sedang mengintip dari balik komik.
SAKYA
Gue liat lo kaya suntuk banget, santai aja.
MUDITA
(heran)
Memangnya aku keliatan banget lagi capek, ya?
SAKYA
Nggak, sih.
(BEAT)
Tapi gue ngeliatnya kaya lo lagi maksain diri aja. Kaya gak happy gitu.
(BEAT)
Ya, mungkin guenya aja yang sok tau. Gue juga gak kenal lo. Lupain aja, deh, omongan gue barusan.
(kembali asyik membaca komik)
CUT TO:
89 INT. SMA ARIYA SACCA - KANTIN - NOON
MUDITA
Waktu itu, Sakya belum kenal aku juga, Chris. Tapi gak tau gimana, dia bisa liat aku yang sebenernya.
CHRISTIAN
Liat lo yang sebenernya? Maksud lo...?
MUDITA
Dia gak liat Mudita si "anak baik" tapi dia liat Mudita yang apa adanya. Yang capek tapi tetep senyum, yang capek tapi tetep duduk manis ngerjain kerjaannya.
(BEAT)
Dan itu pertama kalinya aku ngerasa diliat sebagai diriku sendiri.
CHRISTIAN
Gue yakin, sih, Sakya gak inget pernah ngomong gitu ke lo.
MUDITA
(tertawa kecil)
Kayanya, sih, iya.
(BEAT)
Tapi karena itu, aku jadi penasaran sama dia. Aku jadi cari tau soal dia. Mungkin aku naif, tapi aku ngerasa Sakya bisa nerima aku apa adanya, Sakya bisa liat aku yang asli.
(BEAT)
Dan, tanpa aku sadar, aku udah suka sama dia.
CUT BACK TO:
90 INT. RUMAH CHRISTIAN - KAMAR CHRISTIAN - NIGHT
SAKYA
Gue gak inget pernah ngomong kaya gitu.
CHRISTIAN
Ya, kan, gue udah bilang juga kalau gue yakin lo pasti gak inget.
SAKYA
Tapi itu, kan, hal kecil banget, Chris. Bisa jadi gue cuman asal ngomong.
(BEAT)
Masa gitu doang Dita jadi suka sama gue?
CHRISTIAN
Namanya perasaan, ya, susah buat dimengerti, Sak.
(BEAT)
Kalau emang itu yang selama ini Dita cari, yang selama ini Dita ingin, ya udah...
SAKYA
Tapi, Chris, itu---
CHRISTIAN
Bentar. Bukan itu poin gue, Sak.
(BEAT)
Kenapa fokusnya malah jadi ke lo ngemasalahin alesan Dita suka sama lo?
SAKYA
Lho? Gue kira lo emang mau bahas itu.
CHRISTIAN
Bego, ah, lo.
(BEAT)
Poin gue, lo itu bahkan tanpa lo sadari udah bikin Dita bahagia. Karena ngerasa diliat sebagai dirinya sendiri. Lo gak akan pernah tau kalau hal kecil yang lo lakuin itu bisa bikin orang lain bahagia.
(BEAT)
Dan orang yang bisa bikin orang lain bahagia, udah pasti boleh juga untuk bahagia.
SAKYA menengadahkan kepalanya, dia kembali duduk tegap.
SAKYA
Gue gak pernah ngerasa gue bisa bikin orang lain bahagia...
CHRISTIAN
Tapi faktanya lo bisa. Emang lo aja yang bego, jadi gak sadar.
(BEAT)
Sekarang gue tanya, Sak. Lo mau gimana? Lo mau terus nyiksa diri lo karena ketakutan lo itu, atau lo mau coba buat berubah dan mulai mengamini kebahagiaan yang ada?
SAKYA
Gue...
CUT TO:
91 INT. RUMAH SAKYA - RUANG TAMU - NIGHT
SAKYA masuk ke dalam rumah dengan mengendap-endap. Lampu rumah sudah dimatikan. Suasana sepi.
AYAH SAKYA (O.S)
Sudah pulang kamu?
SAKYA terkejut. Lampu ruangan menyala, terlihat AYAH SAKYA di samping saklar lampu. Dia lalu berjalan mendekati SAKYA.
SAKYA
(menunduk)
Maaf, Yah. Sakya udah kaya anak kecil, kabur dari rumah. Aku---
AYAH SAKYA memeluk SAKYA. SAKYA terkejut, dia sampai tidak dapat berkata-kata.
AYAH SAKYA
Maaf, Sak. Kamu bener. Ayah selama ini lupa buat mikirin kebahagiaan kamu. Ayah terlalu larut dalam masa lalu, dalam kepergian Ibu dan Nenek kamu.
(BEAT)
Waktu kamu pergi dari rumah, Ayah jadi mikir. Ayah udah kehilangan sosok ibu dan istri. Lalu apa Ayah mau kembali kehilangan keluarga, kehilangan kamu, satu-satunya anak Ayah? Ayah udah gak punya sipa-siapa lagi selain kamu, Sak. Ayah salah. Selama ini Ayah salah...
SAKYA
(menggelengkan kepala)
Nggak, Yah. Aku juga sering kurang ajar sama Ayah. Aku---
AYAH SAKYA
Udah. Udah, Sakya. Kita jadikan hari ini awal yang baru, awal dari kita sebagai keluarga yang sebenarnya...
SAKYA terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnmengangguk kecil dalam pelukan AYAH SAKYA.
CUT TO:
92 EXT. JEMBATAN PENYEBERANGAN - NOON
Di tengah-tengah jembatan penyeberangan, SAKYA dan MUDITA berdiri. MUDITA sedikit menunduk sementara SAKYA menoleh ke arah yang berlawanan dari MUDITA. Suasana canggung.
MUDITA melirik ke SAKYA sementara SAKYA melirik ke MUDITA. Tatapan mereka bertemu. Mereka lalu kembali memalingkan muka mereka kembali ke posisi sebelumnya.
SAKYA terlihat ragu tetapi akhirnya dia membuka mulutnya.
SAKYA
Dit...
MUDITA
...Ya?
SAKYA
...Maaf, ya.
MUDITA tertegun sejenak lalu menoleh ke arah SAKYA. SAKYA masih menoleh ke arah yang berlawanan.
CUT TO: