Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Apa Aku Boleh Bahagia?
Suka
Favorit
Bagikan
2. Sequence #2

12 INT. SMA ARIYA SACCA - KANTIN - NOON

Suasana kantin ramai, meja kantin terlihat penuh dengan siswa-siswi yang sedang menikmati waktu istirahat. SAKYA dan CHRISTIAN habis membeli makanan, terlihat dari sepiring ketoprak yang mereka bawa di tangannya. Mereka tampak kebingungan mencari tempat duduk.

Tiba-tiba terlihat ada tangan yang melambai ke arah mereka. SAKYA menyadari hal itu dan melihat ke arah itu. Ternyata MUDITA melambaikan tangannya. SAKYA lalu berjalan menghampiri MUDITA, disusul oleh CHRISTIAN.

CHRISTIAN tampak terkejut dan bingung ketika menyadari bahwa meja yang mereka hampiri itu adalag meja MUDITA. Dia melirik ke SAKYA sementara SAKYA sendiri cuek saja.

MUDITA sedang makan batagor bersama dengan teman-teman perempuannya. SAKYA dan CHRISTIAN lalu bergabung dengan MUDITA dan teman-teman perempuannya itu. Mereka saling berkenalan lalu mengobrol sembari sesekali menyuapkan makanan ke mulut.

CUT TO:

13 EXT. TAMAN KOTA - NOON

Terlihat SAKYA memimpin jalan sementara MUDITA berjalan mengikuti di belakangnya. Saat masuk ke area taman, MUDITA tampak terkejut melihat adanya taman yang terbilang asri di tengah perkotaan.

Mereka berdua lalu berjalan masuk ke dalam area taman. SAKYA duduk di salah satu bangku taman. MUDITA menaruh ranselnya di bangku yang diduduki SAKYA lalu dengan riangnya dia menunjuk ke arah ayunan yang terletak tidak jauh dari bangku taman itu. MUDITA lalu berjalan menuju ayunan itu dan mulai asyik bermain ayunan.

SAKYA hanya tersenyum melihatnya.

CUT TO:

14 EXT. SMA ARIYA SACCA - KEBUN BELAKANG - MORNING

SAKYA sedang tidur-tiduran di kebun. Satpam sekolah melihatnya lalu menegurnya. SAKYA bangkit berdiri lalu lari, berusaha kabur dari satpam. Satpam mengejarnya.

Di antara kebun belakang dan gedung sekolah, satpam melihat MUDITA sedang membaca buku. Dia bertanya kepada MUDITA lalu MUDITA menunjuk ke arah gedung sekolah.

Satpam menunduk, tanda terima kasih, lalu kembali berlari ke arah yang ditunjuk MUDITA. Selang beberapa detik kemudian, SAKYA keluar dari dalam semak-semak di dekat situ.

Dia berjalan menghampiri MUDITA. Mereka berdua saling menatap lalu tertawa bersama. Menyadari sesuatu, MUDITA berhenti tertawa lalu mengambil daun yang tersangkut di rambut SAKYA. SAKYA hanya terdiam, sekilas terlihat raut wajahnya merona merah.

CUT TO:

15 INT. SMA ARIYA SACCA - PERPUSTAKAAN - NOON

Terlihat SAKYA sedang asyik baca komik Dragon Ball Super di salah satu meja perpustakaan. Di tengah keasyikannya, CHRISTIAN menepuk pundaknya.

SAKYA
(matanya masih melihat ke komik)
Apa, Dit? Lagi seru, nih.

CHRISTIAN terdiam sejenak lalu tersenyum jahil. Dia mengambil komik Dragon Ball Super yang sedang dibaca SAKYA dan duduk di sebelahnya. SAKYA sedikit kaget lalu menoleh ke arah samping dengan raut muka terganggu.

SAKYA
Dit--

SAKYA baru sadar bahwa CHRSITIAN lah yang menepuknya tadi.

SAKYA
...Ternyata lo.
CHRISTIAN
(tersenyum jahil)
Napa? Kecewa lo? Sorry, deh, gue bukan Dita.
SAKYA
Sini, balikin Dragon Ballnya. Bentar lagi gue kelar bacanya, nih. Nanggung.
CHRISTIAN
(tertawa)
Nih.
(menyodorkan kembali komiknya)

SAKYA mengambil kembali komik Dragon Ball Super yang disodorkan CHRISTIAN. Dia lalu kembali lanjut baca. CHRISTIAN melihat temannya itu untuk beberapa saat, lalu menghela napas.

CHRISTIAN
Lo sama Dita gimana?
SAKYA
(tatapannya masih melekat pada komik di depannya)
Gimana apanya?
CHRISTIAN
Lo, kan, gak mau pacaran sama dia. Gue juga udah denger alesan lo. Dan, ya..., oke lah. Gue sebagai temen, sih, dukung-dukung aja apa keputusan lo.
(BEAT)
Tapi akhir-akhir ini lo kayanya jadi deket banget sama Dita. Lo berubah pikiran apa gimana?
SAKYA
(tertegun sejenak)
...Nggak, kok.
CHRISTIAN
Yakin?

SAKYA terdiam. CHRISTIAN juga hanya terdiam melihat SAKYA.

SAKYA menghela napas lalu menaruh komik Dragon Ball Super yang sedang dibacanya itu di atas meja. Dia lalu menoleh ke CHRISTIAN sampai mereka saling bertatapan.

SAKYA
Yakin.

SAKYA lalu kembali mengambil komik Dragon Ball Super itu dan asyik membacanya kembali. Sedangkan CHRISTIAN hanya melihat kelakuan temannya itu tanpa berkata apa-apa.

CHRISTIAN lalu tersenyum jahil.

CHRISTIAN
Nanti Zamasu kalahnya sama Zeno.

SAKYA terdiam mendengar ucapan CHRISTIAN. Dia menoleh ke arah CHRISTIAN. Raut mukanya kesal.

SAKYA
Eh, kutil kuda. Jangan spoiler, dong!
CHRISTIAN
Spoiler apanya, lo yang gak update, Sak. Itu udah kelewatan jauh sama cerita Dragon Ball Super yang sekarang. Makanya beli, dong, jangan cuman ngandelin baca gratis di perpus sekolah.
SAKYA
(menggerutu)
Komik sekarang mahal, gak mampu gue...
CHRISTIAN
Ya, kan bisa baca online juga kalau lo mau.
SAKYA
Idih. Ilegal itu. Pembajakan.
(BEAT)
Gue, sih, menghargai komikusnya, ya. Anti bajakan.
CHRISTIAN
Ya kalau lo emang menghargai komikusnya, beli dong. Baca gratisan gini, mah, komikusnya juga gak dapet untung.
SAKYA
Mahal...
CHRISTIAN
(menggelengkan kepala)
Gue lanjutin, ya? Jadi nanti Goku bakal--
SAKYA
(menutup kedua telinganya dengan tangan)
Gak denger, gak denger.
CHRISTIAN
--pakai tombol yang dikasih Zeno buat main. Nah pas tombolnya itu dipencet, Zeno--
SAKYA (CONT'D)
GAK DENGER!!

Sebuah spidol melesat dari kejauhan dan menghantam dahi SAKYA. SAKYA dan CHRISTIAN terkejut. Mereka refleks menoleh ke arah spidol itu melesat.

Terlihat PETUGAS PERPUSTAKAAN, dengan raut muka penuh amarah, tengah menatap tajam mereka.

CUT TO:

16 INT. RUMAH SAKYA - RUANG TAMU - EVENING

SAKYA masuk ke dalam rumah. Dia melepas sepatu dan kaos kakinya. Dia memasukkan kaos kakinya ke dalam sepatunya lalu menaruhnya di rak sepatu. Dia lalu berjalan ke dalam rumah.

Dari dalam rumah, keluar AYAH SAKYA (MALE/40). Tangannya memegang secangkir kopi hitam. SAKYA melihat ayahnya, terdiam sejenak, lalu kembali berjalan. AYAH SAKYA berjalan menuju sofa lalu duduk. Dia menaruh cangkirnya di atas meja dan mengambil salah satu majalah ekonomi yang ada di atas meja. Dia lalu mulai membaca buku tersebut.

SAKYA berjalan melewati sofa itu dalam diam.

AYAH SAKYA
(tatapannya masih fokus ke bukunya)
Mana salammu?           

SAKYA berhenti berjalan, tepat di belakang ayahnya. Dia terdiam.

SAKYA
(nada terpaksa)
Aku pulang, Yah.
AYAH SAKYA
Dari mana saja kamu?
SAKYA
Ya... Dari sekolah...
AYAH SAKYA
Jangan bohong.
(BEAT)
Sekolah itu hanya sampai jam 3 sore. Sekarang ini sudah hampir jam 6.
(BEAT)
Dari mana saja kamu?
SAKYA
...Tumben Ayah peduli.
AYAH SAKYA
(menengok ke belakang dan menatap tajam SAKYA)
Apa maksud kamu?
SAKYA
(nada sinis)
Ya, tumben Ayah nanya-nanya soal aku. Biasanya juga nggak pernah.
AYAH SAKYA
Sudah berani kamu sama Ayah? Coba bilang sekali lagi!
SAKYA
Aku bilang Ayah nggak pernah peduli sama aku! Ayah itu---

AYAH SAKYA berdiri dan menggampar SAKYA. SAKYA refleks memegang pipinya yang digampar AYAH SAKYA, dia lalu hanya dapat terdiam. Dia tidak bergeming sedikit pun.

AYAH SAKYA
Memang kamu ini anak setan!
(BEAT)
Ayah tanya ke kamu baik-baik tapi malah begitu jawaban kamu, hah?!
SAKYA
(BEAT)
Kalau aku anak setan, berarti Ayah setannya.

Muka AYAH SAKYA memerah karena emosi.

CUT TO:

17 INT. SMA ARIYA SACCA - UKS - MORNING

Suasana UKS sepi. Hanya terlihat SAKYA dan CHRISTIAN. SAKYA sedang terduduk di kasur UKS, sementara CHRISTIAN berdiri di sebelahnya. SAKYA tengah sibuk dengan kasa dan alkohol, terlihat lengannya yang biru. CHRISTIAN memperhatikan SAKYA dengan tatapan heran.

CHRISTIAN
Lo bisa gak, sih, sekali aja gak berantem sama bokap lo?
SAKYA
Siapa yang berantem? Kalau berantem, tuh, berarti gue lawan dia.
(BEAT)
Ini, kan, gue yang dijadiin samsak secara sepihak.
CHRISTIAN
(menghela napas)
Biasanya, kan, kalau lo tau bokap lo bakal balik ke rumah, lo antara balik cepet banget atau malem banget biar gak usah ketemu dia. Kenapa kemarin lo balik sore, sih? Jam nanggung, jadi ketemu, kan, lo.
SAKYA
Kemarin, tuh, gue gak tau kalau dia bakal balik ke rumah. Gue kira dia masih dinas di Jayapura.
(BEAT)
Kalau gue tau dia bakal balik ke rumah, ya, gue bakal balik cepet, Chris. Kalau udah terlanjur sore juga mending gue ngapain dulu gitu sampai malem, keliling kota buat ngitungin jumlah manusia silver atau apa gitu. Biar pas gue balik dia udah di kamarnya, jadi gak perlu ketemu.

CHRISTIAN hanya dapat geleng-geleng kepala mendengar jawaban temannya itu.

SAKYA memakaikan kasa yang sudah ditetesi alkohol ke tangannya yang biru. Dia sedikit meringis. Dia lalu merekatkan plester ke kasa dan lengannya.

Setelah selesai, dia berdiri dan menghadap CHRISTIAN.

SAKYA
Udah, nih. Ayo balik ke kelas.

CUT TO:

18 EXT. SMA ARIYA SACCA - KEBUN BELAKANG - NOON

SAKYA sedang tidur-tiduran di kebun. Ranselnya ditaruh tidak jauh darinya. Raut mukanya tampak muram.

CUT TO:

19 EXT. SMA ARIYA SACCA - LAPANGAN BASKET - NOON

CHRISTIAN sedang asyik bermain basket. Suasana cukup ramai, ada beberapa siswa yang menonton dari pinggir lapangan. MUDITA sedang berjalan melewati lapangan basket ketika dia melihat CHRISTIAN. Dia lalu berhenti berjalan.

CHRISTIAN melihat MUDITA dan melambaikan tangannya ke MUDITA. Dia lalu berlari kecil menghampiri MUDITA di pinggir lapangan.

CHRISTIAN
Lo baru balik?
MUDITA
(mengangguk kecil)
Tadi abis bantu Bu Cindy rekap nilai ulangan.
CHRISTIAN
Ooh... Kelas lo doang? Apa kelas yang lain juga?
MUDITA
Semua kelas.
(BEAT)
Kamu remedial, Chris. Kalau tidak salah nilai kamu 60 atau 62 gitu.
CHRISTIAN
(cengengesan)
Udah tau kalau itu, sih.
(BEAT)
Justru kalau gak remed, gue baru kaget. Kok, bisa?
MUDITA
(tertawa kecil)
Sakya juga remedial.
CHRISTIAN
Jelas. Dia, kan, nyontek gue. Kalau gue aja remed, apalagi dia.
MUDITA
(heran)
Kalian, tuh, emang gak belajar atau gimana, deh? Kayanya sering banget remedial...
CHRISTIAN
Enak aja. Gue, sih, belajar, ya.
(BEAT)
Gak tau, deh, kalau Sakya.
MUDITA
Tapi kamu juga, kan, sering remedial, Chris?
CHRISTIAN
Ya itu, sih, murni karena gue bego aja.
(BEAT)
Gue jagonya di bahasa sama olahraga doang, Dit. Buktinya gue gak pernah remed Indo, Inggris, sama Penjaskes.
MUDITA
Oooh... Kalau Sakya?
CHRISTIAN
Kalau dia, mah,...
(terdiam sejenak lalu tersenyum jahil)
Kalau dia, lo coba tanya langsung aja ke orangnya.
MUDITA
Eh?
CHRISTIAN
(tertawa jahil)
Ya... Biar lo ada bahan obrolan aja sama Sakya.
MUDITA
Ih, apa, sih.
(BEAT)
Eh, kok, tumben kamu gak bareng Sakya?
CHRISTIAN
Tadi dia langsung cabut begitu bel pulang. Gak tau, deh, ke mana. Palingan juga keliaran gak jelas. Dia kalau lagi stress suka gitu.
MUDITA
Stress? Emangnya Sak---
CHRISTIAN
Emangnya Sakya kenapa?
(BEAT)
Lo mau tau?
MUDITA
(mengangguk)
CHRISTIAN
Hm...
(berpikir)
Gue ceritain ke lo, tapi lo jangan bilang ke Sakya kalau lo denger ini dari gue, ya?

CUT TO:

20 EXT. TAMAN KOTA - EVENING

SAKYA berjalan masuk ke dalam taman kota masih dengan muka muram. Dia duduk di salah satu bangku taman dan menaruh asal ranselnya. Dia sedikit tertunduk.

CUT TO FLASHBACK:

21 INT. RUMAH SAKYA - RUANG TAMU - EVENING

AYAH SAKYA
Memang kamu ini anak setan!

CUT BACK TO:

22 EXT. TAMAN KOTA - EVENING

SAKYA
(teriak)
Sial! Sial! Siaaaaal!!!!
MUDITA (O.S)
Sial kenapa?

SAKYA tertegun. Dia menengadahkan kepalanya. Dia melihat MUDITA tengah duduk di ayunan. MUDITA hanya tersenyum tipis.

SAKYA
Dita? Lo ngapain di sini?
MUDITA
Main ayunan.
SAKYA
Sendirian?
MUDITA
(mengangguk)
Seru, lho.
SAKYA
(menghela napas)
Lo ini gak jago boong, ya. Apa serunya buat lo sendirian maen ayunan di taman sini? Deket dari rumah lo juga nggak, ada temen yang maen bareng juga nggak.
(BEAT)
Lo nunggu gue?
MUDITA
Ih, geer banget kamu.
(BEAT)
Tapi bener, sih.
SAKYA
(mengacak-acak rambutnya)
Pasti si Chris cerita yang aneh-aneh ke lo.
MUDITA
Nggak, kok.
SAKYA
Kalau dia gak cerita apa-apa, ya, lo gak nungguin gue di sini, Dit.
MUDITA
(melompat turun dari ayunan)
Nggak. Christian gak cerita apa-apa ke aku.
(berjalan pelan ke arah SAKYA)
Aku nunggu kamu, ya, karena aku mau ketemu kamu aja.
(berhenti tepat di hadapan SAKYA)
Hari ini, kan, aku belum ketemu kamu sama sekali.
SAKYA
...Lo bener-bener gak jago boong, ya, Dit.
(BEAT)
Kalau mau ketemu, kan, lo bisa chat aja. Gak perlu nungguin gue lama-lama di taman ini.
(BEAT)
Bahkan sebenernya belum tentu juga gue bakal mampir ke taman ini, kan?
MUDITA
(tertegun, lalu berpikir sejenak)
Iya juga, ya...
(tertawa)
Yah, ketauan boongnya, deh.
SAKYA
(BEAT)
Jadi Chris cerita apa?
MUDITA
(duduk di sebelah SAKYA)
...Tentang Ayah kamu.
SAKYA
(menghela napas) 
Udah gue duga.
MUDITA
Tapi kamu gak perlu cerita apa-apa soal itu. Aku cuman mau ketemu sama kamu, kok. Serius.
(BEAT)
Aku cuman mau liat kamu, makanya aku nunggu kamu.
SAKYA
...Lo emangnya gak apa-apa jam segini masih di sini?
MUDITA
Gak apa-apa, kok. Aku, kan, emang sering pulang telat karena urusan OSIS.
(tersenyum jahil)
Tapi kalau kamu mau aku pulang, ya udah, deh, aku pulang.
SAKYA
(menggelengkan kepala)
Jangan...

MUDITA hanya tersenyum mendengar ucapan lirih SAKYA. Mereka berdua lalu terdiam. Tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari bibir mereka. Mereka bahkan tidak saling memandang.

SAKYA sedikit menunduk sementara MUDITA menatap ke langit, terlihat pemandangan langit senja menuju malam.

FADE IN:

23 INT. RUMAH MUDITA - RUANG MAKAN - MORNING

Terlihat langit pagi dari jendela rumah.

MUDITA sedang duduk di meja makan bersama dengan AYAH MUDITA (MALE/51) dan IBU MUDITA (FEMALE/50). Di meja makan terlihat ada nasi goreng dan jus jeruk yang disajikan sebagai sarapan.

MUDITA
(raut muka tidak percaya)
Ayah serius?
AYAH MUDITA
Kapan kamu lihat Ayah bercanda, Dit? Ayah selalu serius.
MUDITA
Aku gimana?
IBU MUDITA
Ya, ikut pindah, Dit. Kita semua akan ikut pindah.
MUDITA
Tapi--
AYAH MUDITA
Medan tidak berbeda jauh dengan Jakarta, kok.
(BEAT)
Paling logatnya saja yang berbeda, ya, kamu tahu lah logat Sumatera Utara seperti apa. Agak keras.
IBU MUDITA
Medan juga dekat dengan Danau Toba, lho, Dit. Nanti kalau ayah sedang libur, kita bisa ke Danau Toba. Kamu belum pernah jalan-jalan ke danau, kan?
MUDITA
Em...
(tampak ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak jadi)
...Kita pindahnya kapan, ya, Yah?
AYAH MUDITA
Ayah masih punya banyak urusan yang harus diselesaikan sebelum bisa pindah. Hm...
(berpikir sejenak)
Bulan depan sepertinya, Dit. Kenapa memangnya?
MUDITA
(agak ragu)
Bulan depan aku sudah masuk Ujian Kenaikan Kelas, Yah.
(BEAT)
Apa tidak bisa kalau menunggu kenaikan kelas dulu?
IBU MUDITA
Benar kata Dita, Yah. Jadi lebih enak juga, kan, untuk mengurus pindah sekolahnya.
AYAH MUDITA
(berpikir)
Hm... Iya, Ayah paham.
(BEAT)
Ayah coba bicarakan dengan atasan ayah dulu, ya.
IBU MUDITA
Ya sudah.
(BEAT)
Yuk, dilanjut dulu sarapannya. Nanti kalian berdua telat, lho.

Mereka bertiga lalu melanjutkan sarapannya. Raut wajah MUDITA tampak lesu.

CUT TO:

24 INT. SMA ARIYA SACCA - RUANG GURU - NOON

MUDITA masuk ke dalam ruang guru. Dia membawa satu tumpuk buku tulis.

Di dalam ruang guru, suasananya tidak terlalu ramai. Hanya terlihat beberapa guru yang sedang duduk di mejanya, entah menyiapkan materi pelajaran atau sedang mengoreksi tugas siswa.

Terlihat ada SAKYA dan AYAH SAKYA sedang mengobrol serius dengan PAK FAJAR.

MUDITA berjalan pelan melewati mereka.

PAK FAJAR
...Jadi seperti itu, Pak.
(BEAT)
Saya khawatir kalau tidak ada perubahan, bisa-bisa Sakya akan tinggal kelas.

SAKYA hanya menunduk. MUDITA menaruh tumpukan buku tulis itu di salah satu meja guru yang kosong.

AYAH SAKYA
Nilai Sakya benar-benar separah itu, Pak?
PAK FAJAR
Sebenarnya tidak parah, Pak.
(BEAT)
Hanya saja, Sakya ini, kan, mengambil peminatan IPA, jadi pelajaran Biologi, Fisika, Kimia, dan Matematikanya tidak boleh sampai merah.
(memperlihatkan lembaran rekap nilai, terlihat ada dua nilai merah)
Nah, seperti yang terdata di sini, Sakya ini nilai Matematika dan Fisikanya selalu merah, Pak. Ini yang jadi masalah. 

MUDITA berbalik arah lalu berjalan menuju pintu.

Di depan pintu, dia melirik sekilas ke SAKYA yang masih menunduk di depan PAK FAJAR. AYAH SAKYA dan PAK FAJAR tampak masih membicarakan sesuatu, tapi sudah tidak terdengar oleh MUDITA.

CUT TO:

25 INT. SMA ARIYA SACCA - KORIDOR - NOON

MUDITA tampak menunggu SAKYA di kursi koridor. Sesekali dia menengok ke arah ruang guru. Beberapa saat kemudian, SAKYA dan AYAH SAKYA keluar dari dalam ruang guru.

MUDITA berdiri dan hendak memanggil SAKYA.

AYAH SAKYA
Memalukan!

MUDITA terdiam mendengar suara AYAH SAKYA yang keras. SAKYA juga hanya terdiam. AYAH SAKYA menatap tajam SAKYA, raut mukanya terlihat jelas sedang kesal.

AYAH SAKYA
Ayah kerja capek-capek buat bayar uang sekolah kamu, terus Ayah dipanggil karena nilai kamu jelek? Bahkan bisa jadi nggak naik kelas?
(BEAT)
Yang benar saja!!

SAKYA berjalan pelan meninggalkan AYAH SAKYA. Dia berjalan ke arah yang berlawanan dari tempat MUDITA.

AYAH SAKYA
(melihat SAKYA yang sedang berjalan pelan)
Mau ke mana kamu, hah?
SAKYA
(tanpa menoleh)
Ke mana lagi? Ya, ke kelas.
AYAH SAKYA
(berjalan menyusul SAKYA lalu mencengkeram pundaknya)
Ayah belum selesai bicara!
SAKYA
(melepas cengkeraman di pundaknya)
Emang apa lagi yang mau Ayah bicarakan?
(menoleh ke AYAH SAKYA)
Aku bego. Iya, memang. Terus mau gimana lagi?
(BEAT)
Nilai aku jelek bukan karena aku sengaja jelek-jelekin, Yah. Aku udah usaha, aku udah coba belajar. Tapi, ya, itu hasilnya.
(BEAT)
Lagian, Ayah, kan, yang mau aku ambil IPA? Aku udah pernah bilang kalau aku gak suka matematika. Aku udah pernah bilang aku mau masuk IPS aja. Ayah yang maksa aku ambil IPA. Dan ini hasilnya, Yah!
AYAH SAKYA
Tahu apa kamu, hah? Kamu akan lebih gampang cari jurusan kuliah nanti kalau SMAnya IPA. Lebih fleksibel.
(BEAT)
Ini yang terbaik buat kamu.
SAKYA
Yang terbaik? Dengan nilaiku yang ancur-ancuran itu?
AYAH SAKYA
Itu karena kamu yang kebanyakan main! Coba kamu lebih serius belajarnya, Ayah yakin nilai kamu nggak akan--
SAKYA
Yah! Aku udah usaha, udah coba belajar, Yah! Udah! Gak ngaruh!
AYAH SAKYA
Itu artinya usaha kamu masih kurang!
SAKYA
Tapi, Yah, aku--
AYAH SAKYA
Gak ada tapi-tapian. Ayah gak peduli gimana caranya, kamu harus bisa perbaiki nilai kamu itu!
(BEAT)
Kalau pas di kelas gak ngerti, pulang sekolah tanya ke gurunya! Masih gak ngerti juga, minta diajarin ke temen kamu yang ngerti! Usaha! Ngerti kamu?!

SAKYA hanya terdiam mendengar AYAH SAKYA. Raut mukanya tampak campur aduk, sedih tetapi juga kesal.

AYAH SAKYA
Kalau ditanya itu jawab! Ayah tanya, ngerti gak kamu?!

SAKYA tampak membuka mulutnya, hendak berbicara. Tetapi tidak jadi, dia kembali terdiam. Dia lalu berbalik badan dan berlari meninggalkan AYAH SAKYA.

AYAH SAKYA
(teriak)
Sakya!

AYAH SAKYA melihat ke arah SAKYA berlari. MUDITA yang melihat itu semua hanya bisa terdiam.

AYAH SAKYA
(bergumam)
Anak brengsek...

CUT TO:

26 INT. SMA ARIYA SACCA - RUANG KELAS - NOON

Suasana kelas hening, hanya terdengar suara guru yang sedang menerangkan materi pelajaran. Papan tulis di depan kelas sudah dipenuhi oleh materi pelajaran.

SAKYA terlihat melamun, di mejanya terbuka buku cetak dan buku tulisnya. Dia memutar-mutar bolpoin dengan jari-jari tangan kanannya.

CHRISTIAN (O.S)
(berbisik)
Sakya, Sakya...

SAKYA masih melamun. Dia mengabaikan bisikan CHRISTIAN.

CHRISTIAN (O.S)
(berbisik)
Sakya!

SAKYA mulai terganggu dan akhirnya menoleh ke belakang.

SAKYA
(berbisik)
Apaan, sih, Chris?
CHRISTIAN
(berbisik)
Itu...
(menunjuk ke depan meja SAKYA dengan bolpoinnya)

SAKYA menoleh ke arah yang ditunjuk CHRISTIAN. Ternyata GURU BIOLOGI (MALE) sudah berdiri di depan meja SAKYA.

GURU BIOLOGI
Sakya.
SAKYA
(salah tingkah)
Eh, ah, iya, Pak...
GURU BIOLOGI
Kamu dari tadi Bapak perhatikan melamun saja. Kenapa?
(BEAT)
Ooh, sudah ngerti materinya, ya? Kegampangan, ya, materi hari ini? Kamu jadi bosen?
SAKYA
Eh, ah... Nggak, kok, Pak, tadi saya---
GURU BIOLOGI
Coba jawaban no 5 apa?
SAKYA
(kaget)
No 5?
GURU BIOLOGI
(mengangguk)
SAKYA
(melihat buku tulisnya)
Em...
(BEAT)
15200 kiloJoule, Pak.

CHRISTIAN menggelengkan kepalanya begitu mendengar jawaban SAKYA. GURU BIOLOGI tersenyum perlahan.

GURU BIOLOGI
Benar sekali!
(BEAT)
Kalau ini pelajaran Fisika. Kamu lupa saya ngajar apa?
SAKYA
Eh...
(memperhatikan GURU BIOLOGI)
Biologi...?

CUT TO:

27 EXT. SMA ARIYA SACCA - KEBUN BELAKANG - NOON

MUDITA memasuki area kebun. Dia menoleh ke kanan-kiri seperti sedang mencari sesuatu. Dia lalu melihat SAKYA yang sedang tertidur di kebun. Ranselnya dijadikan sebagai pengganti bantal.

MUDITA berjalan mendekatinya lalu duduk di sampingnya. Dia menoleh ke SAKYA dan memperhatikan wajah SAKYA. Dia lalu tersenyum. Perlahan dia membelai rambut SAKYA.

CUT TO FLASHBACK:

28 INT. SMA ARIYA SACCA - KORIDOR - NOON

MUDITA berdiri dalam diam.

SAKYA sudah tidak terlihat lagi. AYAH SAKYA masih berdiri memandang ke arah SAKYA berlari tadi. AYAH SAKYA menghela napas, raut mukanya tampak menahan kesal. Dia lalu berjalan meninggalkan koridor tanpa berkata apa-apa.

MUDITA masih berdiri dalam diam, memperhatikan semua yang terjadi antara SAKYA dan AYAH SAKTA di koridor itu.

CUT BACK TO:

29 EXT. SMA ARIYA SACCA - KEBUN BELAKANG - NOON

MUDITA
(bergumam)
Sebenernya ada apa, sih, antara kamu dengan Ayahmu...?

MUDITA kembali memperhatikan wajah SAKYA. Beberapa saat kemudian, smartphone MUDITA berbunyi. MUDITA mengambil smartphonenya dari saku kemeja seragamnya lalu melihat layarnya. Ternyata ada telepon dari Ayahnya. MUDITA bangkit berdiri lalu berjalan menjauh dari SAKYA sebelum mengangkat telepon tersebut.

SAKYA membuka matanya perlahan.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar