56 INT. SMA ARIYA SACCA - PERPUSTAKAAN - NOON
SAKYA sedang asyik membaca komik di salah satu meja perpustakaan. Teman-teman perempuan MUDITA masuk ke dalam perpustakaan. Salah satu dari mereka melihat SAKYA lalu berjalan menghampirinya, diikuti dengan yang lain.
TEMAN PEREMPUAN 3
Sorry, nih, ganggu. Tapi lo bisa ikut kami sebentar, gak?
SAKYA menoleh ke atas dan melihat mereka.
SAKYA
Eh? Gue?
TEMAN PEREMPUAN 3
Ya memangnya ada siapa lagi?
SAKYA
Gue doang, sih...
(BEAT)
Ada apaan, sih?
TEMAN PEREMPUAN 1
Kami cuman mau ngobrol sama lo, kok.
TEMAN PEREMPUAN 2
Ikut kami sebentar, ya?
SAKYA
Em... Gak bisa nunggu gue kelar baca komik ini dulu, ya?
(mengangkat komik yang sedang dibacanya)
TEMAN PEREMPUAN 3
Kalau nunggu lo kelar baca komik, jam istirahatnya keburu kelar, dong, ah.
SAKYA
Iya, ya.
(BEAT)
Ya udah...
SAKYA berdiri dan menaruh komik yang tadi dibacanya ke salah satu rak perpustakaan. Dia lalu keluar dari perpustakaan mengikuti teman-teman perempuan MUDITA.
CUT TO:
57 EXT. SMA ARIYA SACCA - KEBUN BELAKANG - NOON
SAKYA
Bentar, ini, kok, kesannya kaya gue mau dipalak, ya?
SAKYA berdiri di depan tembok pembatas antara gedung sekolah dengan kebun belakang. Di hadapannya ketiga teman perempuan MUDITA berdiri menghadapnya.
TEMAN PEREMPUAN 3
Kalau lo mau kasih kami duit, sih, kami gak nolak.
SAKYA
Ya, nggak mau, sih. Nggak ada juga...
TEMAN PEREMPUAN 1
(bergumam)
Miskin...
TEMAN PEREMPUAN 2
Kami cuman mau nanya aja, kok.
SAKYA
Nanya apaan? Kalau soal Matematika, gue gak ngerti.
TEMAN PEREMPUAN 3
Ngapain juga kami nanyain soal Matematika ke lo?
(BEAT)
Kami mau nanya soal lo sama Dita.
SAKYA terdiam mendengar omongan TEMAN PEREMPUAN 3.
SAKYA
Emangnya gue sama Dita kenapa?
TEMAN PEREMPUAN 2
Gak usah pura-pura bego, deh, Sak.
TEMAN PEREMPUAN 1
Tapi, kan, dia emang bego?
TEMAN PEREMPUAN 3
Hush. Jadi orang jangan terlalu jujur.
(BEAT)
Kenapa lo sekarang ngejauhin Dita?
SAKYA
Tanya aja Dita. Gue udah jelasin ke dia, kok.
TEMAN PEREMPUAN 3
Gue udah denger dari Dita. Tapi gue mau mastiin lagi, gue mau denger langsung dari lo.
SAKYA
Apa yang mau lo pastiin, sih? Lo berharap omongan gue ke Dita sama omongan gue ke lo beda? Gak bakal, sama aja.
(BEAT)
Kalau lo udah denger dari Dita, ya udah, itu jawabannya. Ngapain gue ulang lagi.
TEMAN PEREMPUAN 2
Lo bilang ke Dita kalau lo sayang dia, kan? Dan justru karena itu lo jadi jauhin dia?
SAKYA
Iya. Kenapa emangnya?
TEMAN PEREMPUAN 1
Aneh, lo!
TEMAN PEREMPUAN 3
Kalau lo sayang sama Dita, harusnya lo ada di sisinya, dong, Sak. Bukannya malah ngejauh.
SAKYA
(mendecak)
Gua udah bilang, gue udah jelasin ke Dita.
TEMAN PEREMPUAN 3
Jelasin apa? Alesan lo gak masuk akal, tau.
TEMAN PEREMPUAN 2
Emangnya lo seriusan percaya kalau lo gak layak bahagia? Kalau orang yang deket sama lo bakal kena sial?
SAKYA
Ya, gue percaya itu. Karena itu yang selama ini gue alamin.
TEMAN PEREMPUAN 3
Lo tau gak, Sak? Lo itu pengecut!
(BEAT)
Lo terjebak masa lalu lo sendri. Terjebak sama pemikiran dan asumsi lo sendiri. Dan lo gak berani buat bangkit dari itu semua, buat coba bahagia lagi.
SAKYA
(kesal, nada tersinggung)
Apa lo bilang?! Tau apa lo soal gue, hah?!
TEMAN PEREMPUAN 3
Gue gak tau apa-apa soal lo. Tapi, gue tau pasti kalau lo itu pengecut!
SAKYA menarik kerah kemeja seragam TEMAN PEREMPUAN 3. TEMAN PEREMPUAN 1 dan 2 tampak kaget melihat hal itu.
TEMAN PEREMPUAN 3
(muka menantang)
Kenapa? Gak terima gue katain pengecut?
CHRISTIAN berjalan santai memasuki area kebun, dia membawa sebungkus roti di tangan kanannya. Dia kaget melihat apa yang sedang terjadi kebun.
CHRISTIAN
(berlari mendekati SAKYA dan yang lain)
Weh, apa-apaan, nih!
CHRISTIAN lalu memisahkan paksa SAKYA dan TEMAN PEREMPUAN 3.
CHRISTIAN
Ini ada apa, sih? Lo udah gila, ya, Sak? Masa lo gituin cewek.
SAKYA
(menatap tajam TEMAN PEREMPUAN 3)
Kalau dia gak banyak bacot juga gue gak bakal begitu.
TEMAN PEREMPUAN 3
(nada meledek)
Pengecut emang gitu. Gak bisa bales omongan, langsung ke fisik.
TEMAN PEREMPUAN 2
(menyenggol TEMAN PEREMPUAN 3)
Hush. Udah, udah.
TEMAN PEREMPUAN 3
(melihat ke CHRISTIAN)
Kasih tau temen lo, tuh. Kalau jadi cowok, tuh, jangan pengecut!
TEMEN PEREMPUAN 3 lalu berjalan meninggalkan area kebun. TEMAN PEREMPUAN 1 & 2 melihat SAKYA dan CHRISTIAN lalu berjalan menyusul TEMAN PEREMPUAN 3. Setelah mereka bertiga tidak lagi terlihat, CHRISTIAN menoleh ke arah SAKYA.
CHRISTIAN
Ada apaan, sih? Pengecut apaan?
(BEAT)
Gue gak ngerti.
CUT TO:
58 INT. KANTOR AYAH SAKYA - RUANG KERJA - NOON
AYAH SAKYA tampak sedang duduk, dia terlihat sibuk di depan laptopnya. Banyak berkas di dekat laptopnya.
Smartphonenya berbunyi. Dia mengambilnya. Ternyata GURU LES meneleponnya. Dia mengangkat telepon tersebut.
AYAH SAKYA
Halo?
GURU LES
Halo. Maaf sebelumnya kalau mengganggu.
AYAH SAKYA
Ah, ya, tidak apa.
(BEAT)
Ada apa, ya?
INTERCUT TO:
59 EXT. RUMAH SAKYA - TERAS - NOON
GURU LES berdiri di depan pintu rumah. Dia terlihat membawa bahan ajarnya. Raut mukanya tampak resah.
GURU LES
Maaf, Pak, tapi ini saya sudah di depan rumah bapak dan rumahnya kosong. Kemarin juga begini.
INTERCUT TO:
60 INT. KANTOR AYAH SAKYA - RUANG KERJA - NOON
Ruat muka AYAH SAKYA menjadi serius. Dia bangkit berdiri.
AYAH SAKYA
Apa kamu bilang...?
CUT TO:
61 EXT. SMA ARIYA SACCA - KEBUN BELAKANG - NOON
SAKYA dan CHRISTIAN sudah duduk di kebun. CHRISTIAN tampak sedang menggigit roti yang tadi dia bawa.
CHRISTIAN
(sambil mengunyah)
Oooh...
(BEAT)
Ya, emang lo aneh, sih, Sak.
SAKYA
Bisa gak lo telen dulu, tuh, roti baru komentar?
CHRISTIAN
(menelan rotinya)
Ya, gue bisa paham, sih, kenapa mereka kesel sama lo. Karena emang lo aneh.
SAKYA hanya terdiam mendengar komentar CHRISTIAN.
CHRISTIAN
Gue gak minta lo berubah sekarang juga. Tapi, ya, mungkin gak ada salahnya juga lo coba dengerin kata mereka.
(BEAT)
Gue tau lo ada ketakutan itu, ketakutan buat bahagia, buat deket sama orang. Gue tau kalau lo selalu ngerasa lo itu gak ada artinya, kalau lo itu cuman satu orang biasa dari sekian ratus juta orang.
(BEAT)
Lo harus tau, Sak. Bukan diri kita sendiri yang nentuin kita layak bahagia apa nggak. Bukan diri kita sendiri yang nentuin kita ini ada artinya apa nggak.
(BEAT)
Tapi orang lain.
(BEAT)
Orang lain yang bisa nilai dan nentuin itu semua.
SAKYA
Orang lain?
(sinis)
Ayah gue aja setuju, kok, kalau gue ini gak ada artinya.
CHRISTIAN
Yaa... Orang lain, kan, gak cuman ayah lo doang.
(BEAT)
Ada gue. Ada Dita. Ada temen-temen yang lain. Yang ngerasa kalau kehadiran lo ini ada artinya.
SAKYA hanya terdiam. CHRISTIAN lalu melanjutkan makan rotinya.
CHRISTIAN
Ternyata roti rasa kembang melati enak juga...
SAKYA
Hah? Roti rasa kembang melati?
CHRISTIAN
Iya.
(menyodorkan rotinya)
Nih, roti rasa kembang melati. Keluaran baru.
(BEAT)
Lo mau coba?
SAKYA
Skip, deh.
CHRISTIAN
Enak, lho. Serius.
CHRISTIAN melanjutkan makan rotinya dengan nikmat. SAKYA hanya melihatnya dengan tatapan aneh.
CUT TO:
62 EXT. RUMAH SAKYA - TERAS - EVENING
SAKYA baru mau masuk ke dalam rumah ketika dia dihadapkan dengan AYAH SAKYA yang sudah berdiri tegak di depan pintu rumah. Raut muka AYAH SAKYA tampak menahan amarah.
AYAH SAKYA
Ngapain aja kamu, baru pulang jam segini?
SAKYA terdiam.
AYAH SAKYA
Kamu bolos les privat hari ini? Kemarin juga?
(BEAT)
Bagus, ya. Kamu pikir ayah gak tau, hah?!
SAKYA
...Aku gak ngerti diajarin dia. Ngajarnya gak enak, cepet banget.
AYAH SAKYA
Terus kamu milih buat bolos?
SAKYA terdiam lagi. Dia sedikit menunduk.
AYAH SAKYA
Kamu pikir ayah bayar dia pake daun, hah?! Apa susahnya buat kamu duduk terus belajar?
SAKYA
Yah, aku---
AYAH SAKYA
Gak bisa kamu sekali aja gak nyusahin ayah, hah?!
SAKYA
(menengadahkan kepalanya, melihat AYAH SAKYA)
Ayah sendiri, apa gak bisa sekali aja sayang sama aku? Bicara baik-baik sama aku?
AYAH SAKYA
Kalau Ayah gak sayang sama kamu, Ayah gak bakal bela-belain nyewa guru les privat buat kamu!
SAKYA
Nggak! Ayah gak sayang sama aku! Ayah ngelakuin itu cuman biar nilai aku jadi bagus, biar Ayah gak perlu lagi dipanggil ke sekolah! Biar Ayah gak malu!
(BEAT)
Ayah cuman nyelametin muka Ayah sendiri!
(BEAT)
Ayah gak pernah mikirin aku! Ayah gak pernah mikirin kebahagiaan aku!
AYAH SAKYA
Oh?
(BEAT)
Kamu bilang Ayah gak pernah mikirin kebahagiaan kamu?
(BEAT)
Emangnya kamu sendiri pernah mikirin kebahagiaan Ayah?
SAKYA
Aku--
AYAH SAKYA
Kalau emang kamu mikirin kebahagiaan Ayah, coba kamu kembalikan Ibu kamu! Coba kamu kembalikan Nenek kamu!
(menunjuk SAKYA)
Kamu, anak setan yang merenggut nyawa mereka!
(BEAT)
Setelah itu pun apa? Kamu terus nyusahin Ayah! Ayah capek kerja buat biayain kamu sekolah, tapi apa? Kamu gagal masuk ke negeri jadi terpaksa sekolah di swasta yang lebih mahal biayanya. Terus nilai kamu jelek? Kemungkinan gak naik kelas?! Jangan bercanda, Sakya!!
SAKYA terdiam. Dia menatap AYAH SAKYA. Raut mukanya tampak menahan air mata.
SAKYA
Maaf, ya, Yah.
(BEAT)
Maaf aku lahir di saat ayah gak menginginkan aku.
SAKYA lalu berbalik badan dan berlari.
AYAH SAKYA
(teriak)
Sakya! Mau ke mana kamu?!
SAKYA mengabaikan teriakan AYAH SAKYA dan terus berlari. AYAH SAKYA hanya terdiam di depan pintu rumah sembari matanya terus mengekor kepergian SAKYA.
CUT TO:
63 EXT. TAMAN KOTA - NIGHT
Cuaca mendung. Suasana taman sepi, tidak ada orang selain SAKYA. SAKYA sedang duduk di bangku taman dengan muka lesu.
Pandangan SAKYA kosong.
CUT TO FLASHBACK:
64 EXT. RUMAH SAKYA - TERAS - EVENING
AYAH SAKYA
Kalau emang kamu mikirin kebahagiaan Ayah, coba kamu kembalikan ibu kamu! Coba kamu kembalikan nenek kamu!
(menunjuk SAKYA)
Kamu, anak setan yang merenggut nyawa mereka!
CUT TO:
65 EXT. SMA ARIYA SACCA - KEBUN BELAKANG - NOON
TEMAN PEREMPUAN 3
Lo tau gak, Sak? Lo itu pengecut!
(BEAT)
Lo terjebak masa lalu lo sendri. Terjebak sama pemikiran dan asumsi lo sendiri. Dan lo gak berani buat bangkit dari itu semua, buat coba bahagia lagi.
CUT TO:
66 EXT. JALAN RAYA - EVENING
Terlihat mahkota bunga tergeletak di jalan. Terlihat ada bercak darah di mahkota bunga itu. Tidak jauh dari situ terlihat NENEK SAKYA yang terbaring tanpa nyawa dengan darah yang bersimbah.
CUT TO:
67 EXT. TROTOAR DEPAN SMA ARIYA SACCA - EVENING
CHRISTIAN
Lo ini aneh, tau. Lo selalu bilang kalau orang yang deket sama lo itu bakal sial. Kalau lo gak layak bahagia. Tapi gue tau, lo sebenernya mau bahagia juga, kan? Lo mau bisa deket sama orang lain juga, kan?
CUT TO:
68 INT. RUMAH DUKA - NIGHT
AYAH SAKYA
(bergumam)
Memang seharusnya kamu ini nggak usah dilahirkan...
CUT TO:
69 EXT. JEMBATAN PENYEBERANGAN - NOON
MUDITA
Memang apa salahnya kalau kamu bahagia? Apa yang kamu takutin?
CUT TO:
70 EXT. SMA ARIYA SACCA - KEBUN BELAKANG - NOON
CHRISTIAN
Lo harus tau, Sak. Bukan diri kita sendiri yang nentuin kita layak bahagia apa nggak. Bukan diri kita sendiri yang nentuin kita ini ada artinya apa nggak.
(BEAT)
Tapi orang lain.
(BEAT)
Orang lain yang bisa nilai dan nentuin itu semua.
CUT BACK TO:
71 EXT. TAMAN KOTA - NIGHT
Gerimis mulai turun. SAKYA masih terduduk dalam diam. Air matanya menetes perlahan.
SAKYA
Sebenarnya untuk apa aku dilahirkan di dunia ini, ya Tuhan...?
(BEAT)
Untuk apa aku dilahirkan, jika hanya untuk mengalami derita demi derita seperti ini...?
Hujan semakin deras. SAKYA basah kuyup di tengah hujan, meski begitu dia tetap duduk dan tidak bergerak.
SAKYA
Siapa saja... Kumohon... Beri tahu aku...
(BEAT)
Apa aku boleh bahagia...?
CUT TO:
72 INT. SMA ARIYA SACCA - RUANG KELAS - MORNING
Di depan kelas, berdiri PAK FAJAR. Di tangannya terlihat buku absensi yang terbuka.
PAK FAJAR
Sakya! Sakya Putra Sidharta!
Hening. Tidak ada yang menjawab.
PAK FAJAR
Tumben Sakya tidak masuk. Dia memang malas belajar, tapi kalau sekedar dateng ke sekolah, sih, dia rajin.
(BEAT)
Ada yang tau dia kenapa? Sakit? Izin?
Kelas kembali hening.
PAK FAJAR
Hm... Nggak ada yang tau, ya...
(BEAT)
Ya sudah, alfa...
PAK FAJAR menandai buku absensinya.
CHRISTIAN melihat ke kursi di depannya, kursi SAKYA. Kosong. CHRISTIAN tampak bingung dan juga khawatir.
CUT TO:
73 INT. SMA ARIYA SACCA - KANTIN - NOON
Suasana kantin sepi. Hanya terlihat beberapa siswa yang sedang mengobrol. Di salah satu meja, terlihat MUDITA sedang membaca buku. Di depannya tampak ada satu botol minuman.
CHRISTIAN masuk ke area kantin. Dia menengok ke kiri dan kanan, terlihat jelas dia sedang mencari seseorang. Dia melihat MUDITA lalu bergegas menghampirinya.
CHRISTIAN
Dit!
MUDITA
(menoleh ke arah CHRISTIAN)
Eh, Chris.
CHRISTIAN duduk di seberang MUDITA. Dia mengambil botol minuman MUDITA dan meminumnya tanpa kena bibir. Dia meminumnya sampai habis. Dia lalu menaruh kembali botol minuman itu. MUDITA melihat itu semua dengan raut muka bingung.
CHRISTIAN
Gue cariin lo ke mana-mana tau. Ke kelas lo, gak ada. Ke ruang OSIS, gak ada. Ke perpustakaan, gak ada juga. Ternyata lo lagi santai di sini.
MUDITA
Bentar... Itu, kan, minuman aku. Kenapa jadi kamu yang minum?
CHRISTIAN
(cengengesan)
Eh, iya, ya? Gue haus banget abis ke sana sini nyariin lo. Begitu liat ada minuman jadi khilaf, deh.
(BEAT)
Nanti gue ganti, deh.
MUDITA
(menghela napas)
Emang kenapa kamu nyariin aku?
CHRISTIAN
(memasang muka serius)
Gue mau tanya. Kemarin atau pagi ini lo ada ngobrol sama Sakya, gak? Atau dapat kabar apa gitu dari dia?
MUDITA
(mengernyitkan dahi lalu menaruh buku yang tadi dibacanya di meja)
Sakya? Nggak, tuh.
(BEAT)
Emang kenapa?
CHRISTIAN
Si Sakya hari ini gak masuk sekolah. Gue chat cuman centang satu. Gue telepon juga gak kehubung.
(BEAT)
Gue khawatir aja dia kenapa-kenapa.
MUDITA
...Aku gak tau apa-apa, sih, Chris. Udah lama juga gak ngobrol sama Sakya.
(BEAT)
Tapi nanti aku coba bantu cari tau, deh.
CHRISTIAN
Makasih, ya, Dit.
(BEAT)
Meski sebenernya gue gak enak juga minta to--
Sekelompok siswa berjalan melewati meja mereka sambil membawa makanan ringan dari dalam kantin. Salah seorang dari mereka menoleh ke MUDITA.
SISWA LEWAT
Eh, Dit! Denger-denger lo mau pindah sekolah, ya, abis kelar ujian?
MUDITA
(refleks menoleh ke SISWA LEWAT)
Eh, iya...
SISWA LEWAT
Jangan lupa sama kita-kita, ya, kalau nanti udah pindah!
MUDITA
(tersenyum kecil)
Iya...
SISWA LEWAT dan teman-temannya lalu lanjut berjalan melewati meja mereka. CHRISTIAN tampak terkejut mendengar obrolan antara MUDITA dengan SISWA LEWAT.
MUDITA
(kembali menoleh ke CHRISTIAN)
Eh, tadi kamu bilang apa? Sebenernya kamu gak enak apa tadi?
CHRISTIAN
Udah, itu gak penting.
(BEAT)
Yang lebih penting, tadi gue gak salah denger, kan, soal lo mau pindah sekolah?
MUDITA
...Kamu gak salah denger, kok.
(BEAT)
Abis ujian kenaikan kelas, aku bakal pindah ke Medan ikut kerjaan Ayah. Jadi nanti, ya, aku kelas 12nya di Medan sana.
CHRISTIAN
Gak enak banget, dong, itu. Harus kenalan lagi, cari temen lagi. Mana udah kelas 12 lagi, pasti udah pada punya geng-gengnya sendiri.
MUDITA
Ya, mau gimana lagi...
CHRISTIAN
Emangnya gak bisa lo setaun tinggal sendiri di Jakarta? Sampe lulus SMA gitu. Baru kuliahnya di Medan, ngumpul lagi sama keluarga lo.
MUDITA
Aku juga inginnya begitu, Chris...
CHRISTIAN
Tapi?
MUDITA
Ayahku sudah mutusin kalau kami sekeluarga akan pindah.
CHRISTIAN
Tanpa minta pendapat lo?
MUDITA
Tadinya malah nggak mau nunggu aku ujian dulu, Chris. Aku yang minta untuk diundur pindahnya, biar seenggaknya secara timing lebih enak.
CHRISTIAN
Kalau lo bisa minta buat pindahnya diundur, harusnya lo bisa juga, dong, minta buat lo tetep stay di Jakarta sampe lulus?
MUDITA
...Beda, Chris.
(BEAT)
Minta diundur itu, kan, gak ngubah keputusan Ayah soal pindah. Kalau minta buat aku tetep stay, itu udah ngubah keputusan Ayah.
CHRISTIAN
Ya, emangnya kenapa kalau gitu?
MUDITA
...Nggak semudah itu, Chris. Aku ini apa yang orang-orang bilang "anak baik", yang selalu nurut sama kehendak orang tua.
(BEAT)
"Anak ideal"...
CUT TO FLASHBACK:
74 INT. RUMAH MUDITA - RUANG TAMU
MUDITA KECIL (4) berdiri dan tersenyum. Terlihat tangan AYAH MUDITA dan IBU MUDITA sedang mengelus kepalanya.
AYAH MUDITA (O.S)
Anak pinter, gak bandel kalau ditinggal Ayah dan Ibu kerja.
IBU MUDITA (O.S)
Anak cantik, nanti kalau Ayah dan Ibu libur, kita jalan-jalan, ya.
CUT TO:
75 INT. RUMAH MUDITA - RUANG TAMU
MUDITA SD (8) berdiri dan tersenyum. Terlihat dia memegang piala, di pialanya tertulis "JUARA 1 KELAS III SD DHAMMACAKKA".
SUARA 1 (O.S)
Wah, Dita udah 3 tahun, ya, berturut-turut selalu juara 1?
AYAH MUDITA (O.S)
Puji Tuhan.
SUARA 2 (O.S)
Dita ini sehari belajarnya berapa jam, Bu?
IBU MUDITA (O.S)
Nggak, Dita cuman belajar kalau mau ada ulangan saja, kok. Masa setiap hari, kasihan dong dia jadi gak ada waktu main.
SUARA 1 (O.S)
Wah, hebat, ya!
CUT TO:
76 INT. RUMAH MUDITA - RUANG TAMU
MUDITA SMP (13) berdiri dan tersenyum. Terlihat dia memegang sertifikat, di sertifikatnya tertulis "JUARA HARAPAN I OLIMPIADE MATEMATIKA SE-JAKARTA BARAT".
SUARA 1 (O.S)
Udah langganan juara di sekolah, sekarang juara harapan juga di olimpiade tingkat kota.
(BEAT)
Keren!
SUARA 2 (O.S)
Dita ini les di mana, sih, Bu? Pinter banget, deh!
IBU MUDITA (O.S)
(tertawa kecil)
Nggak, Dita gak les, kok.
AYAH MUDITA (O.S)
Dit, selamat, ya. Kamu memang anak kebanggaan Ayah dan Ibu.
CUT TO:
77 INT. RUMAH MUDITA - RUANG TAMU
MUDITA berdiri dan tersenyum.
IBU MUDITA (O.S)
Ibu sama Ayah kerja dulu, ya, Dit. Kamu nggak apa-apa, kan, ditinggal sendiri?
AYAH MUDITA (O.S)
Bagus. Nilai kamu tetep bagus di SMA, kamu juga sekarang aktif di OSIS. Ayah senang lihat kamu punya kegiatan yang positif selain belajar.
(BEAT)
Kamu memang anak kebanggaan Ayah dan Ibu. Meski Ayah dan Ibu jarang di rumah pun, kamu gak tumbuh jadi anak yang bandel. Malah kamu tumbuh jadi anak yang hebat, yang begitu baik dan pengertian.
CUT BACK TO:
78 INT. SMA ARIYA SACCA - KANTIN - NOON
MUDITA
Aku selalu tersenyum dan mengangguk, menjadi anak manis sesuai harapan Ayah dan Ibuku. Yang pintar dan aktif, yang pengertian, yang kuat ditinggal kerja.
CHRISTIAN
Dan karena itu, lo gak berani minta untuk tetep stay di Jakarta?
(BEAT)
Karena lo gak berani, dalam tanda kutip, ngelawan keputusan ayah lo?
MUDITA
(mengangguk)
CHRISTIAN
(menggelengkan kepala)
Nggak Sakya, nggak lo, sama-sama aneh...
(BEAT)
Dit, gue mau tanya sesuatu. Sorry, nih, kalau misalnya lo tersinggung sama pertanyaan gue. Tapi, lo bahagia gak, sih, selalu jadi anak baik gitu?
MUDITA
...Awalnya aku bahagia. Tapi semakin aku besar, semakin aku ngerasa kosong.
(BEAT)
Kaya, selama ini aku cuman jadi cangkang kosong.
CHRISTIAN
Cangkang kosong? Maksudnya?
MUDITA
(menghela napas)
Ya, kaya kosong aja gitu, Chris. Kaya hampa, kaya semua yang aku lakuin itu udah template. Template "anak baik".
(BEAT)
Dan tanpa aku sadarin, aku udah terbiasa begitu. Nggak cuman di rumah, tapi juga di sekolah. Aku tau harus berkata apa atau melakukan apa biar orang-orang di sekitarku nerima aku. Biar aku jadi "anak baik"...
CHRISTIAN
...Berarti, nggak ada dari kita semua yang tau lo aslinya kaya gimana?
MUDITA
Bisa dibilang begitu...
(BEAT)
Dan itulah alesan kenapa aku suka sama Sakya.
CHRISTIAN
Hah?
(bingung)
Apa hubungannya?
MUDITA tersenyum kecil.
CUT TO:
79 EXT. TAMAN KOTA - EVENING
Suasana taman sepi, hanya terlihat beberapa orang yang sedang lari sore mengelilingi taman. Tampak mereka berbisik-bisik sambil menoleh ke arah bangku taman.
Di bangku taman, terlihat SAKYA sedang meringkuk tidur masih dengan pakaian yang sama persis dengan malam sebelumnya. Rambutnya dan pakaiannya berantakan, mukanya sedikit pucat.
CHRISTIAN berdiri di depan bangku taman tempat SAKYA meringkuk tidur. Dia memasang raut muka tidak habis pikir.
CHRISTIAN
Bener aja lo di sini...
CHRISTIAN membungkuk dan berusaha membangunkan SAKYA.
CHRISTIAN
(menggoyang-goyangkan badan SAKYA)
Bangun, Sak. Bangun!
SAKYA
(mengigau)
Mmm... Satu jam lagi...
CHRISTIAN
Hah? Biasanya, kan, orang bilangnya "lima menit lagi".
SAKYA
(mengigau)
Mmmm... Ya udah, lima menit lagi...
CHRISTIAN
(terdiam sejenak, raut mukanya tampak kesal, lalu perlahan dia tersenyum)
BANGUN SAKYA!!
(memukul kepala SAKYA)
SAKYA terbangun dan secara refleks berteriak kesakitan. Dia menoleh ke kiri dan kanan sebelum akhirnya menatap tajam CHRISTIAN.
SAKYA
Ngapain lo di sini?
CHRISTIAN
Harusnya gue yang tanya gitu ke lo.
(duduk di sampingnya)
Lo gak ke sekolah. Gue tadi ke rumah lo juga kosong. Eh, taunya malah asyik jadi gembel magang di sini.
(BEAT)
...Kenapa lo?
SAKYA
Gue---
(perutnya berbunyi)
SAKYA terdiam mendengar bunyi perutnya sendiri. CHRISTIAN juga terdiam.
CUT TO: