30 INT. RUMAH SAKYA - KAMAR SAKYA - MIDNIGHT
SAKYA duduk di depan laptop. Terlihat dia sedang bermain game. Setelah beberapa saat bermain, dia terdiam.
Dia melihat smartphonenya yang tergeletak di dekat laptopnya. Dia lalu mengambilnya. Dia melihat jam di layar smartphonenya, ternyata sudah pukul 00.17.
SAKYA
(bergumam)
Kalau gue telepon jam segini, jatuhnya gak sopan, ya...
(BEAT)
Ya udah lah, besok aja langsung gua omongin...
CUT TO:
31 INT. SMA ARIYA SACCA - KORIDOR - NOON
SAKYA bersender ke tembok di samping pintu ruang OSIS. Dia menghabiskan waktunya dengan memainkan smartphonenya.
Beberapa saat kemudian, anak-anak OSIS keluar dari ruang OSIS. MUDITA juga keluar dengan teman-teman perempuannya.
SAKYA
(melihat MUDITA)
Dit!
MUDITA dan teman-temannya refleks melihat ke arah SAKYA yang tadi memanggil MUDITA.
MUDITA berjalan mendekati SAKYA sementara teman-temannya berjalan melewati mereka sambil tersenyum penuh makna. Salah satu dari mereka tampak menyemangati MUDITA dengan gestur tangannya.
MUDITA hanya tersenyum kecil melihat kelakuan teman-temannya itu.
MUDITA
Kenapa, Sak? Tumben nyariin aku.
SAKYA
Em... Lo abis ini ada rencana nggak?
MUDITA
Rencana?
(berpikir sejenak lalu menggeleng)
Nggak ada, sih. Kenapa memangnya?
SAKYA
Mau temenin gue, gak?
MUDITA
Temenin kamu?
(BEAT)
Ke?
SAKYA
Ke...
(berpikir sejenak)
...Ada, deh.
(BEAT)
Deket, kok.
MUDITA
Hm... Ya udah. Boleh, deh.
CUT TO:
32 EXT. JEMBATAN PENYEBERANGAN - NOON
Di tengah-tengah jembatan penyeberangan, SAKYA dan MUDITA berdiri melihat ke arah jalanan di bawahnya. SAKYA hanya terdiam memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang di jalan.
MUDITA
(bingung)
Em, Sakya, kita ngapain, ya, di sini?
SAKYA
...Lihat, deh.
(menunjuk ke arah jalanan)
Banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalanan. Banyak juga orang yang berlalu lalang di trotoar.
(BEAT)
Lo tau gak ada berapa jumlah penduduk di Indonesia?
MUDITA
(berpikir sejenak)
Kalau nggak salah... Lebih dari 250 juta...?
SAKYA
Dari yang gue baca, sampai pertengahan 2022 itu ada sekitar 275,77 juta.
(BEAT)
Banyak, ya?
MUDITA
Iya, banyak...
(BEAT)
Kenapa tiba-tiba bahas itu, deh? Kamu kenapa, sih, Sak?
SAKYA
(menoleh ke MUDITA)
Lo pernah mikir gak, sih, betapa nggak signifikannya kita bagi ratusan juta orang itu? Betapa gak berartinya kita bagi banyak orang?
MUDITA
Maksud kamu?
SAKYA
...Gue ngerasa kecil, Dit. Gue ngerasa kalau gue ini gak ada nilainya, gak ada artinya buat dunia ini. Di Indonesia aja, ada ratusan juta orang. Dan gue cuman salah satu dari mereka.
(BEAT)
Gue mikir, kalau gue suatu hari ilang juga, siapa, sih, yang bakal nyadar? Ratusan juta orang itu gak akan ada yang sadar, gak akan ada yang peduli.
MUDITA
Ngomong apa, sih, kamu? Kalau kamu hilang, ya, aku pasti sadar, Sak. Chris juga pasti sadar. Kita pasti sadar, kita pasti nyari kamu.
(BEAT)
Keluarga kamu juga pasti---
SAKYA
Pasti apa?
(BEAT)
Lo udah diceritain Chris, kan? Berarti lo harusnya tau kalau Ayah gue gak peduli sama gue.
MUDITA
(ragu)
Jujur, Chris cuman cerita kalau kamu gak akrab sama Ayah kamu dan setiap kali Ayah kamu lagi di rumah itu kamu pasti bete dan stress.
(BEAT)
Memangnya ada apa, sih, antara kamu sama Ayah kamu?
SAKYA terdiam sejenak. Tatapannya nanar dan jauh, seolah sedang menyelusuri masa lalunya.
SAKYA
Ayah gue itu...
CUT TO FLASHBACK:
33 INT. RUMAH SAKIT - KORIDOR - NOON
Suasana rumah sakit ramai, terlihat kursi-kursi tunggu penuh oleh berbagai macam pasien. Terlihat ada beberapa perawat yang mengobrol dengan pasien.
AYAH SAKYA berlari menyusuri koridor, terlihat dia masih mengenakan pakaian formal dan membawa tas kerjanya. Raut mukanya terlihat panik.
CUT TO:
34 INT. RUMAH SAKIT - RUANG BERSALIN - NOON
AYAH SAKYA masuk ke dalam ruang bersalin. Napasnya tersengal. Dia melihat ruang bersalin yang tengah dibersihkan oleh seorang PETUGAS (MALE).
AYAH SAKYA
(panik)
Maaf, Ibu Widya yang siang ini melahirkan bagaimana, ya? Sudah selesai melahirkannya?
PETUGAS yang sedang membersihkan ruangan itu menengok ke arah AYAH SAKYA.
PETUGAS
Kalau yang tadi baru melahirkan, sih, sudah dipindahkan ke kamarnya lagi, Mas.
(memperhatikan AYAH SAKYA)
Mas ini suaminya?
AYAH SAKYA
Iya, saya suaminya.
PETUGAS
Ooh, selamat, ya, Mas.
(BEAT)
Tadi proses melahirkannya agak susah, tapi puji Tuhan anak Mas berhasil lahir dengan selamat.
AYAH SAKYA
(tampak lega)
Oh... Anak saya sudah lahir dengan selamat? Puji Tuhan...
(BEAT)
Ya sudah, saya ke kamar istri saya kalau begitu. Terima kasih infonya, ya.
PETUGAS
Sa---
AYAH SAKYA lalu kembali keluar dari ruang bersalin.
PETUGAS
--ma-sama...
(BEAT)
Buru-buru banget...
PETUGAS menghela napas lalu kembali melanjutkan kesibukannya membersihkan ruangan.
CUT TO:
35 INT. RUMAH SAKIT - KAMAR PASIEN - NOON
AYAH SAKYA duduk di samping kanan kasur, terlihat IBU SAKYA (FEMALE/24) sedang tertidur. Di samping kiri kasur, ada DOKTER (MALE) berdiri.
AYAH SAKYA
(kaget)
Apa?!
(BEAT)
Dokter jangan bercanda...
DOKTER
Saya serius.
AYAH SAKYA
Tapi...
DOKTER
Ibu Widya ini badannya lemah, melahirkan sangat menguras tenaganya.
(BEAT)
Anak kalian memang berhasil lahir dengan selamat, tapi situasi Ibu Widya tidak dapat dibilang baik-baik saja.
AYAH SAKYA menatap muka IBU SAKYA yang masih tertidur.
AYAH SAKYA
Tapi kondisinya dapat pulih, kan, Dok?
DOKTER
Saya akan usahakan yang terbaik.
(BEAT)
Untuk sekarang, biarkan Ibu Widya beristirahat dulu. Nanti akan saya periksa untuk melihat kondisinya, kalau diperlukan akan saya berikan beberapa vitamin untuk membantu pemulihannya.
AYAH SAKYA mengangguk pelan tanda dia memahami ucapan DOKTER.
DOKTER
Kalau begitu, saya permisi dulu.
DOKTER lalu berjalan meninggalkan kamar pasien. AYAH SAKYA perlahan mengelus lembut muka IBU SAKYA, lalu mencium keningnya.
CUT TO:
36 INT. RUMAH SAKIT - KORIDOR - NIGHT
Suasana rumah sakit sudah sepi mengingat hari yang sudah semakin malam. AYAH SAKYA terlihat berdiri di depan salah satu kursi tunggu. Di hadapannya ada DOKTER.
DOKTER menatap lemah AYAH SAKYA. Dia terlihat sedikit menunduk.
DOKTER
...Maaf.
AYAH SAKYA tercengang. Matanya membelalak. Mulutnya terbuka tetapi tidak ada kata-kata yang keluar.
DOKTER
Saya dan segenap petugas dari pihak rumah sakit sudah mengusahakan yang terbaik, tapi--
DOKTER masih terus berbicara, tetapi AYAH SAKYA sudah tidak lagi mendengarkan. Perlahan dia terjatuh ke kursi tunggu dan tertunduk. DOKTER berusaha menenangkannya tetapi AYAH SAKYA tidak menghiraukannya sama sekali.
Perlahan, AYAH SAKYA menangis.
CUT TO:
37 INT. RUMAH SAKYA - RUANG TAMU - NOON
AYAH SAKYA sedang duduk di sofa ruang tamu. Di hadapannya terbuka laptop. Di layar laptopnya terlihat ada begitu banyak data dalam bentuj tabel dan grafik. Dia terlihat pusing, sesekali dia menggaruk kepalanya.
SAKYA KECIL (MALE/4) masuk ke dalam rumah dengan ceria.
SAKYA KECIL
Aku pulang!
SAKYA KECIL melepas sepatu dan kaos kakinya dengan ceria lalu membiarkannya begitu saja di depan ruang tamu.
AYAH SAKYA tidak bergeming, dia masih sibuk mengurus data-data di laptopnya.
NENEK SAKYA (FEMALE/72) keluar dari dalam rumah, dia tersenyum melihat SAKYA KECIL.
NENEK SAKYA
Eh, cucu kesayangan nenek udah pulang...
SAKYA KECIL berlari mendekati NENEK SAKYA.
SAKYA KECIL
Nek, nek, dengar, deh. Masa tadi di TK itu si Chris ngompol! Padahal udah TK, tapi masih ngompol!
(tertawa)
Kalau Sakya pinter, Nek. Sakya nggak ngompol. Tadi---
AYAH SAKYA
(tatapannya masih fokus pada layar laptopnya)
Berisik!
(BEAT)
Kalau baru sampai rumah itu cuci kaki sama tangan bukannya berisik-berisik gitu!
SAKYA KECIL terdiam mendengar bentakan AYAH SAKYA, raut mukanya tampak ketakutan. NENEK SAKYA hanya tersenyum tipis.
NENEK SAKYA
Ya, gak apa-apa, dong.
(BEAT)
Sakya ini, kan, masih kecil. Masih semangat.
AYAH SAKYA
Ya, ya, ya. Ibu memang selalu manjain Sakya.
(BEAT)
Ibu gak liat aku lagi kerja? Aku butuh konsentrasi, bu!
NENEK SAKYA
Ya sudah...
(mengelus kepala SAKYA KECIL)
Sakya sekarang cuci kaki sama tangan dulu, ya?
(BEAT)
Abis itu Sakya makan siang dulu, nenek sudah masakin udang goreng tepung kesukaan Sakya, lho.
SAKYA KECIL mengangguk patuh.
CUT TO:
38 INT. RUMAH SAKYA - RUANG MAKAN - NOON
SAKYA KECIL sedang makan nasi dengan udang goreng tepung dengan lahapnya, ditemani NENEK SAKYA yang tersenyum lembut melihat cucunya. Sesekali SAKYA KECIL tampak bercerita mengenai sesuatu dan NENEK SAKYA hanya mendengarkannya sambil sesekali mengangguk-nganggukkan kepalanya.
CUT TO:
39 INT. RUMAH SAKYA - KAMAR SAKYA - EVENING
Terlihat SAKYA KECIL duduk di kasurnya. NENEK SAKYA duduk di sampingnya, melihat SAKYA KECIL yang sedang memeluk gulingnya. Di pangkuan NENAK SAKYA tampak sebuah buku cerita anak yang penuh dengan gambar. SAKYA KECIL tampak berbinar-binar melihat isi buku itu. NENEK SAKYA menceritakan isi buku itu ke SAKYA KECIL.
CUT TO:
40 EXT. TAMAN KOTA - MORNING
SAKYA KECIL belari-lari di taman sambil tertawa. NENEK SAKYA memperhatikannya dari bangku taman.
SAKYA KECIL menghampiri NENEK SAKYA. Dia menyodorkan sebuah mahkota bunga. Mahkota bunganya tampak berantakan sebagaimana layaknya mahkota bunga yang dibuat oleh anak kecil. Dia tersenyum.
NENEK SAKYA membalas senyumannya lalu menundukkan kepalanya. SAKYA KECIL memakaikan mahkota bunga itu ke kepala NENEK SAKYA.
CUT TO:
41 EXT. JALAN RAYA - EVENING
Terlihat mahkota bunga tergeletak di jalan. Terlihat ada bercak darah di mahkota bunga itu. Tidak jauh dari situ terlihat NENEK SAKYA yang terbaring tanpa nyawa dengan darah yang bersimbah.
Suasana kacau. Tidak jauh dari lokasi NENEK SAKYA, terlihat ada mobil. Ada orang-orang yang tidak dikenal berkerumun mengelilingi NENEK SAKYA. Di dekatnya, ada SAKYA KECIL yang terduduk. Matanya membelalak melihat NENEK SAKYA yang sudah tidak bernyawa.
CUT TO:
42 INT. RUMAH DUKA - NIGHT
Terlihat banyak orang berpakaian hitam sedang menangis. AYAH SAKYA berdiri di samping peti mayat. Di sampingnya ada SAKYA KECIL. SAKYA KECIL berdiri dengan tatapan kosong.
AYAH SAKYA
(bergumam)
Widya meninggal karena melahirkan kamu. Sekarang ibu meninggal karena menyelamatkan kamu yang jalan sembarangan.
(BEAT)
Dasar bawa sial.
SAKYA KECIL gemetar mendengar gumaman AYAH SAKYA.
AYAH SAKYA
(bergumam)
Memang seharusnya kamu ini nggak usah dilahirkan...
CUT BACK TO:
43 EXT. JEMBATAN PENYEBERANGAN - NOON
MUDITA
(raut muka tidak percaya)
Serius...? Ayah kamu---
SAKYA
Apa gue keliatan kaya lagi bercanda?
MUDITA terdiam. Suasana menjadi canggung sementara mereka berdua hanya saling menatap dalam diam.
SAKYA
(menghela napas)
Dit, gue nolak lo itu karena gue ngerasa kalau lo nembak gue itu, tuh, "too good to be true".
(BEAT)
Lo ini digadang-gadang sebagai cewek paling cantik di SMA kita. Lo juga pinter, seenggak-enggaknya selalu masuk 5 besar angkatan. Kesayangan guru juga karena aktif OSIS.
(BEAT)
Sedangkan gue?
MUDITA
Sakya...
SAKYA
Gue nolak lo karena gue takut untuk bahagia, Dit.
MUDITA
Memang apa salahnya kalau kamu bahagia? Apa yang kamu takutin?
SAKYA
Gue takut kehilangan lagi, Dit. Gue takut untuk terlalu deket sama seseorang cuman untuk sekali lagi ngerasain gimana rasanya kehilangan.
(BEAT)
Buat apa gue ngerasa bahagia sejenak kalau sehabis itu gua harus ngerasain sakit yang begitu besar dari kehilangannya...?
MUDITA
Tapi, Sak--
SAKYA
Gue ini gak layak bahagia, Dit! Ibu gue meninggal karena ngelahirin gue! Nenek gue meninggal karena gue! Ayah gue diturunin jabatannya karena sibuk ngurusin gue dulu! Gue ini bawa sial! Semua yang di sekitar gue jadi sial, jadi gak bahagia!
(napas tersengal)
Setiap kali gue ngerasa bahagia, gak lama dari itu selalu ada aja kejadian... Selalu ada aja hal yang bikin gue sakit, yang bikin hati gue pedih, Dit!
(BEAT)
Dari situ gue tau, gua ini gak boleh, gak layak buat bahagia...
MUDITA
Omong kosong, Sak. Yang kamu omongin itu omong kosong.
SAKYA
...Mungkin.
(BEAT)
Semenjak gue deket sama lo, gue jadi inget gimana rasanya bahagia. Gue jadi inget betapa serunya hari-hari kalau ada temen buat berbagi cerita. Gue jadi inget gimana rasanya...
(BEAT)
Diterima oleh orang lain.
MUDITA
Bagus, dong? Memang nggak ada salahnya buat kamu bahagia, Sak. Kamu--
SAKYA
Lo inget gak, Dit? Lo pernah nanya, bisa gak, sih, gue jadi temen lo. Waktu itu gue jawab, ya, bisa.
(BEAT)
Tapi kalau gue tau kita bakal jadi sedeket ini, kalau gue tau gua bakal jadi sesayang ini sama lo...
(BEAT)
Harusnya dari awal gue jawab "gak bisa".
SAKYA mencium lembut MUDITA. MUDITA terkejut, dia tidak sempat bereaksi. SAKYA lalu menatap MUDITA, tatapannya sedih.
SAKYA
Gue sayang sama lo, Dit. Tapi justru karena itu, gue gak bisa jadian sama lo. Gue gak bisa deket-deket lo lagi.
(BEAT)
"When it seems too good to be true, then it is too good to be true". Buat gue, lo itu terlalu baik untuk gue. Lo mengingatkan gue sama apa artinya bahagia. Tapi, kita semua tau, di setiap sesuatu yang terlalu baik, yang keliatannya berjalan baik-baik aja, pasti bakal ada hal buruk yang menimpa.
MUDITA masih mematung. SAKYA lalu berjalan pelan. Dia menoleh sedikit ke MUDITA.
SAKYA
Makasih, Dit.
(BEAT)
Dan selamat tinggal.
SAKYA lalu menoleh kembali ke depan. Dia lalu lanjut berjalan meninggalkan jembatan penyeberangan itu. MUDITA masih terdiam, mematung tanpa tahu harus berkata atau melakukan apa.
CUT TO: