Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Apa Aku Boleh Bahagia?
Suka
Favorit
Bagikan
1. Sequence #1

01 EXT. SMA ARIYA SACCA - NOON

Di suatu gedung sekolah yang tampak luas dan cenderung mewah, terlihat suasana pulang sekolah. Banyak siswa-siswi yang berlalu lalang. Ada yang langsung berjalan pulang, ada yang membeli jajanan di pinggir jalan dari para pedagang kaki lima di trotoar depan sekolah, ada pula yang masih bersantai dan mengobrol di area sekolah.

CUT TO:

02 INT. SMA ARIYA SACCA - PERPUSTAKAAN - NOON

Suasana perpustakaan cukup ramai, terlihat beberapa siswa yang sedang asyik membaca buku. Beberapa tampak sedang sibuk mengerjakan tugas. Di salah satu pojokan perpustakaan, terlihat SAKYA (MALE/16) sedang membaca komik dengan santai.

MUDITA (FEMALE/16) masuk ke dalam perpustakaan. Dia menoleh ke kanan dan kiri, tampak sedang mencari seseorang. Dia berjalan mengitari perpustakaan sampai melihat SAKYA. Dia tersenyum lalu berjalan menghampiri SAKYA.

MUDITA
Hai!
SAKYA
(menoleh ke arah MUDITA lalu menoleh ke kanan dan kirinya, kosong, dia lalu menatap MUDITA, tampak bingung)
Hai...?
MUDITA
(duduk di depan SAKYA)
Boleh ganggu sebentar?
SAKYA
Em... Boleh-boleh aja, sih...
(BEAT)
Kenapa, ya?
MUDITA
Aku mau ngomong sama kamu.
SAKYA
(bingung)
Ngomong sama gue?
MUDITA
(mengangguk)
Sakya, aku...
(malu-malu)
Aku suka kamu.
(BEAT)
Kamu mau gak jadi pacar aku?
SAKYA
(kaget)
HAAAAAH...??

CUT TO:

03 EXT. TAMAN KOTA - EVENING

Suasana taman sepi. Taman tersebut terbilang luas, namun sejauh mata memandang tidak terlihat ada pengunjung lain selain SAKYA dan CHRISTIAN (MALE/16) yang sedang duduk bersampingan di salah satu bangku taman.

CHRISTIAN
(kaget)
HAAAAAH...??
SAKYA
Nah!
(menunjuk muka CHRISTIAN)
Pas kejadian itu juga reaksi gue sama persis kaya lo sekarang, Chris! Mangap-mangap bego gitu.
CHRISTIAN
Siapa juga yang gak bakalan kaget, sih? Wajar kaget, mah, mengingat betapa cantiknya Dita dan betapa tunarupawannya lo.
SAKYA
Tunarupawan?
(BEAT)
Tunanetra artinya orang yang gak bisa liat, tunawisma artinya orang yang gak punya rumah, tunarupawan berarti...
(berpikir sejenak)
Maksud lo, gue jelek?!
CHRISTIAN
Ya iya.
(BEAT)
Emangnya lo ngerasa lo ganteng?
SAKYA
Ya, nggak.
(BEAT)
Tapi, kan, gak jelek juga, dong. Tengah-tengah emang gak bisa apa? Gak ganteng tapi juga gak jelek, gitu. Biasa aja.
CHRISTIAN
Jelek, mah, jelek aja udah.
(BEAT)
Terus ini gimana? Lo ditembak Dita terus?
SAKYA
Terus...

CUT TO FLASHBACK:

04 INT. SMA ARIYA SACCA - PERPUSTAKAAN - NOON

SAKYA
(kaget)
HAAAAAH...??

Siswa-siswa lain yang ada di perpustakaan menengok ke arah SAKYA dengan muka melotot, terganggu dengan teriakannya. PENJAGA PERPUSTAKAAN (FEMALE) menatap tajam ke arah SAKYA.

PENJAGA PERPUSTAKAAN
Ehem!
(BEAT)
Dilarang berisik di perpustakaan.

SAKYA menyadari bahwa teguran PENJAGA PERPUSTAKAAN ditujukan untuknya. Dia menoleh ke PENJAGA PERPUSTAKAAN dan menundukkan kepalanya tanda meminta maaf. PENJAGA PERPUSTAKAAN melihat itu lalu mengangguk kecil sebelum akhirnya kembali sibuk dengan buku yang sedang dibacanya.

Dia lalu kembali menghadap ke MUDITA.

SAKYA
Sorry, nih. Tadi lo bilang apa? Gue kayanya salah denger tadi. Maklum, udah lama gak koreng kuping.
MUDITA
Aku bilang, aku suka kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku?
SAKYA
(menoleh ke kanan dan kiri, masih kosong, dia lalu menatap MUDITA, tampak bingung)
...Gue?
MUDITA
(mengangguk)
Iya, kamu.
SAKYA
Gue banget?
MUDITA
(mengangguk)
SAKYA
Lo gak salah orang?
MUDITA
Nggak, kok.
SAKYA
Yakin?
MUDITA
Yakin.
SAKYA
Bentar, deh, bentar.
(BEAT)
Lo Mudita, kan? Yang biasanya dipanggil Dita?
MUDITA
(mengangguk senang)
Kamu tau aku ternyata?
SAKYA
Ya siapa juga yang gak tau lo di sekolah ini?
(BEAT)
Mudita Pundarika, anak XI IPA 3. Anggota aktif OSIS periode ini. Anak pinter yang selalu berhasil masuk 5 besar angkatan. Tapi dari semua itu, yang paling bikin namanya terkenal itu parasnya yang cantik. Mudita Pundarika sang primadona SMA Ariya Sacca.
(BEAT)
Gua denger-denger, ya, tiap hari lo itu ditembak sama minimal 10 cowok?
MUDITA
(tertawa kecil)
Gosip dari mana itu? Nggak lah.
SAKYA
Nggak 10?
(BEAT)
Terus berapa? 7? 5?
MUDITA
(menggelengkan kepala)
Aku belum pernah ditembak.
SAKYA
(memasang raut muka tidak percaya)
Nggak mungkin...
MUDITA
Serius. Aku ini belum pernah ditembak sekali pun.
SAKYA
Kok bisa? Kan, lo cantik. Cantik banget malah.
MUDITA
(senyum)
Makasih.
SAKYA
Eh, iya, sama-sama.
MUDITA
Jadi gimana?
SAKYA
Gimana apanya?
MUDITA
Kamu mau gak jadi pacar aku?
SAKYA
(salah tingkah)
Oh, itu... Em... Gimana, ya... Lo serius?
(BEAT)
Oh, gue tau! Ini prank, ya? Prank, kan? Gue denger-denger prank lagi rame belakangan ini. Abis gue jawab nanti temen lo keluar dari rak buku sono sambil megang HP abis ngerekam semuanya dari tadi. Terus nanti diupload di channel YouTube sekolah buat lucu-lucuan. "Dita, primadona sekolah, prank nembak cowok culun".
(BEAT)
Hahaha, bagus juga, tuh. Pasti rame yang nonton.
MUDITA
(menatap tegas SAKYA)
Nggak. Aku serius.

SAKYA terdiam mendengar ucapan MUDITA. SAKYA balik menatap tegas MUDITA. Mereka saling bertatapan. SAKYA terdiam untuk beberapa saat sampai akhirnya membuka mulutnya.

SAKYA
...Maaf, Dit.
(BEAT)
Tapi gue gak bisa jadi pacar lo.

CUT BACK TO:

05 EXT. TAMAN KOTA - EVENING

CHRISTIAN
(kaget)
HAAAAAH...??
(BEAT)
Lo. Nolak. Dita?
SAKYA
Iya...
CHRISTIAN
Kok bisa? Kok bisa lo nolak Dita?
SAKYA
Soalnya---
CHRISTIAN
Sakya, lo tuh harusnya sadar diri. Ada cewek yang mau nembak lo aja udah bagus. Ini Dita lagi yang nembak, cewek paling cantik satu sekolahan. Bisa-bisanya lo nolak dia, Sak...
SAKYA
Jadi gini--
CHRISTIAN
Ini mungkin satu-satunya kesempatan lo buat punya cewek, Sakya. Gimana kalau gara-gara ini lo jadi jomblo seumur hidup? Nanti 50 tahun lagi lo bakal nyesel. Rambut lo udah uban semua, muka lo keriput semua, tapi lo masih aja sendirian. Lo bakal duduk di depan kaca meratapi kesendirian lo, terus ngomong, "Coba dulu gue terima Dita...".
SAKYA
Gini, Chris, gue--
CHRISTIAN
Gue gak abis pikir kenapa lo bisa-bisanya nolak Dita. Aneh banget lo. Kalau gue, sih, pasti udah gue--
SAKYA
(menaikkan nada bicaranya)
Lo mau denger alesan gue nolak Dita apa nggak, sih? Nyerocos mulu lo kaya ibu-ibu kalau lagi arisan.
CHRISTIAN
Eh iya, maaf...
SAKYA
(menghela napas)
Gue, tuh, nolak Dita karena gue...

CUT TO:

06 INT. SMA ARIYA SACCA - RUANG KELAS - MORNING

Suasana kelas hening, terlihat PAK FAJAR (MALE/47) berdiri di depan kelas sambil memegang satu bundel lembar jawaban ulangan. Dia tersenyum sedangkan semua siswa di kelas tampak tegang.

PAK FAJAR
Hari ini, Bapak akan bagikan hasil ulangan Trigonometri minggu kemarin.
(BEAT)
Yang Bapak panggil namanya maju ke depan untuk ambil lembar jawaban yang sudah Bapak nilai ini.

BEGIN MONTAGE

- PAK FAJAR memanggil satu per satu siswanya secara acak.

- Para siswa bergantian jalan ke depan dan kembali ke kursinya. Beberapa tampak senang ketika melihat nilai pada lembar jawabannya, tetapi sebagian besar tampak muram begitu melihat nilai pada lembar jawabannya.

- CHRISTIAN kembali dari depan dan tampak lega. Dia lalu kembali duduk di belakang SAKYA.

END MONTAGE

SAKYA
(menengok ke belakang)
Dari tampangnya, sih, lo gak kena remedial, ya?
CHRISTIAN
(cengengesan)
Nyaris.
SAKYA
Nilai lo berapa emang?
CHRISTIAN
78.
SAKYA
Berarti nilai gue bakal segituan juga. Gua, kan, nyontek ke lo pas ulangan kemarin.
CHRISTIAN
Harusnya, sih--
PAK FAJAR (O.S)
Sakya!

SAKYA refleks menghadap ke depan begitu mendengar suara PAK FAJAR memanggil namanya. Dia lalu berdiri dari kursinya dan berjalan santai menghampiri PAK FAJAR. Dia berhenti tepat di depan PAK FAJAR, mereka berhadap-hadapan.

PAK FAJAR
(tersenyum)
Kamu sudah berusaha untuk ulangan kali ini, ya. Ini nilai terbaik kamu sepanjang Bapak ngajar kamu.
SAKYA
(tersipu malu)
Ah, Bapak bisa aja.

PAK FAJAR lalu memberikan lembar jawaban yang sudah dia nilai. SAKYA melihatnya, dia kaget. Dia lalu melihat PAK FAJAR dengan tatapan penuh tanda tanya.

PAK FAJAR
Hebat kamu bisa dapat 74.
SAKYA
Tapi 74, kan, masih di bawah KKM juga, Pak...
PAK FAJAR
Hush.
(BEAT)
Kamu ini biasanya nilainya di bawah 60. Bisa nyentuh 70 seperti ini saja sudah seperti mukjizat, tahu.
SAKYA
Tapi artinya saya tetap saja masih harus remedial, kan, Pak?
PAK FAJAR
Oh, jelas.
(BEAT)
Tapi karena kamu hanya kurang 2 poin dari KKM, remedial kamu tidak perlu yang susah-susah.
SAKYA
Wah... Apa, tuh, Pak?
PAK FAJAR
Kamu cukup kerjakan saja latihan soal yang ada di buku cetak. Kalau yang lain dari halaman 79 sampai halaman 92. Kalau kamu, cukup sampai halaman 85 saja.
SAKYA
Cuman diskon 7 halaman saja, Pak?
PAK FAJAR
Kamu mau nawar sama Bapak?
(BEAT)
Ya sudah, sampai halaman 87, ya.
SAKYA
Yah, Pak. Tadi saya bercanda, Pak. Sampai halaman 85, kan, Pak?
PAK FAJAR
(tersenyum)
87.
SAKYA
Yah, Pak. Masa--
PAK FAJAR
88.
SAKYA
Oke, siap laksanakan, Pak.
PAK FAJAR
Nah, gitu, dong.
(BEAT)
Paling lambat dikumpulkan ke saya hari Rabu, ya.
SAKYA
Rabu? Tapi sekarang saja, kan, sudah Selasa, Pak. Masa ngerjainnya cu--
PAK FAJAR
Remedial, mah, tidak perlu lama-lama. Rabu, oke?
SAKYA
Tapi, Pak--
PAK FAJAR
Oke, sore ini juga. Saya tunggu sampai jam 5.
(BEAT)
Kalau kamu tidak mengumpulkan, ya sudah, nilai kamu tetap merah.
SAKYA
Pak...

PAK FAJAR hanya tersenyum sebelum akhirnya memanggil nama siswa lain. SAKYA hanya dapat tertunduk lemas.

CUT TO:

07 INT. SMA ARIYA SACCA - RUANG KELAS - NOON

Jam dinding menunjukkan jam 3 siang. Guru yang mengajar baru saja keluar dari kelas diikuti dengan siswa-siswa yang tampak bahagia menyambut jam pulang sekolah.

CHRISTIAN sudah berdiri dan bersiap keluar kelas ketika dia menyadari bahwa SAKYA masih terduduk di kursinya.

CHRISTIAN
Gak pulang, lo?
SAKYA
(menengok ke belakang lalu mengacungkan buku cetak Matematikanya)
Menurut lo?
CHRISTIAN
(tertawa meledek)
Ooh, remed. Masih jaman, ya, remed?
SAKYA
Berisik, ah, lo.
(BEAT)
Lagian, kok lo gak remed tapi gue remed, sih? Gue, kan, nyontek ke lo. Harusnya nilai gue sama kaya nilai lo.
CHRISTIAN
Makanya sebelum ulangan, tuh, doa.
(BEAT)
Lo gak tau, kan, kalau sehari sebelum ulangan itu gue baca Bapa Kami 10x sama Salam Maria 5x?
SAKYA
Gue baru denger kalau doa Bapa Kami sama Salam Maria itu buat dapet nilai bagus di ulangan.
CHRISTIAN
Ya buktinya gue gak remed.
(BEAT)
Udah, ah, gue mau ekskul basket.

CHRISTIAN lalu berjalan keluar kelas meninggalkan SAKYA.

SAKYA masih duduk di kursinya. Dia melihat buku cetak Matematikanya. Dia terdiam. Dia membuka buku cetak Matematika itu dan melihat-lihat soal yang harus dia kerjakan. Dia menghela napas dan kembali terdiam untuk beberapa saat lamanya.

SAKYA
Mati, deh, gue...

SAKYA terduduk lemas. Dia membolak-balikkan halaman buku cetak Matematikanya. Tatapan matanya kosong.

SAKYA
(bergumam)
Gue ke perpus aja kali, ya. Itung-itung ngadem, di perpus, kan, ada AC...

CUT TO:

08 INT. SMA ARIYA SACCA - PERPUSTAKAAN - NOON

Suasana perpustakaan cukup sepi. Hanya terlihat ada beberapa siswa yang sedang asyik membaca buku. Di salah satu pojokan perpustakaan, terlihat SAKYA tengah duduk. Di mejanya terlihat ada buku tulis dan buku cetak Matematikanya sudah terbuka.

SAKYA menghirup napas dalam-dalam.

SAKYA
(menatap tajam buku tulis dan buku cetak Matematikanya)
Mari kita mulai...

BEGIN MONTAGE

- SAKYA masih duduk biasa, berusaha mengerjakan soal-soal yang ada di buku cetak Matematikanya. Raut mukanya tampak sangat serius.

- SAKYA mulai garuk-garuk kepala. Raut mukanya mulai tampak pucat. Dia membolak-balik halaman buku cetak Matematikanya.

- SAKYA sudah asyik membaca komik Kungfu Boy Legend.

END MONTAGE

MUDITA (O.S)
Komik apa itu?
SAKYA
(tatapannya masih terfokus pada komik yang sedang dibacanya)
Kungfu Boy Legend.
MUDITA (O.S)
Ooh, itu, ya... Apa namanya...? Kungfu Kuil Dairin...?
SAKYA
(mengangguk)
Iya. Ceritanya tentang Chinmi, jagoan kungfu dari aliran Kuil Dairin.
MUDITA (O.S)
Seru komiknya?
SAKYA
Seru banget! Kapan, sih, Kungfu Boy gak seru? Ini Chinmi lagi berantem sama--
(diam sejenak)
Bentar. Perasaan tadi gue sendirian...
(menoleh ke arah sumber suara)

Terlihat MUDITA sudah berdiri di sebelahnya. MUDITA agak menunduk sedikit, seperti hendak mengintip isi komik yang sedang dibaca SAKYA.

MUDITA
Em? Chinmi lagi berantem sama?
SAKYA
Dita?
(bingung)
Lo ngapain di sini?
MUDITA
Aku habis balikin novel yang kupinjam minggu lalu. Tapi karena tadi ada rapat OSIS, jadi baru sempat sekarang, deh, balikinnya.
SAKYA
Bentar.
(BEAT)
Lo ke sini abis rapat OSIS?
MUDITA
(mengangguk)
Iya. Kenapa memangnya?
SAKYA
Rapat OSIS yang terkenal lama banget itu?
MUDITA
(mengangguk)
SAKYA
(BEAT)
Kalau boleh tau, sekarang udah jam berapa, ya?
MUDITA
(melihat jam tangannya)
Jam setengah lima.
SAKYA
(kaget)
APA?! UDAH SETENGAH LIMA?!

Siswa-siswa lain yang ada di perpustakaan menengok ke arah SAKYA dengan muka melotot, terganggu dengan teriakannya. PENJAGA PERPUSTAKAAN menatap tajam ke arah SAKYA.

PENJAGA PERPUSTAKAAN
Ehem!
(BEAT)
Dilarang. Berisik. Di. Perpustakaan!

SAKYA menoleh ke arah PENJAGA PERPUSTAKAAN. Melihat raut muka PENJAGA PERPUSTAKAAN yang menahan amarah, SAKYA langsung terdiam menciut. Dia kembali memalingkan mukanya.

MUDITA
(bingung)
Memangnya kenapa kalau udah setengah lima?
SAKYA
(panik)
Ini gawat! Gue harus selesai ngerjain remedial ini sebelum jam lima, Dit!
(menunjuk buku cetak Matematikanya)
MUDITA
Oooh... Kirain apa...
(BEAT)
Ya udah, dikerjain, dong.
SAKYA
Lo ngomong enteng banget, ya, Dit.
(meringis)
Otak gue udah keram, nih...
MUDITA
(duduk di samping SAKYA)
Sini, biar aku bantu.
SAKYA
(melihat MUDITA dengan tatapan tidak percaya)
Serius?
MUDITA
(mengangguk)

MUDITA lalu mengajari SAKYA cara untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku cetak Matematikanya.

CUT TO:

09 INT. SMA ARIYA SACCA - RUANG GURU - EVENING

SAKYA mengumpulkan buku cetak Matematikanya ke PAK FAJAR. SAKYA lalu berdiri dalam diam sementara PAK FAJAR sekilas mengecek buku cetaknya. PAK FAJAR mengangguk-ngangguk, tanda puas.

PAK FAJAR
Hebat juga kamu. Bapak kira kamu gak akan sanggup selesai hari ini.
SAKYA
Saya kira juga saya gak akan selesai, Pak.
(BEAT)
Tapi tadi ada orang baik yang ngajarin saya, jadi saya bisa selesaiin, deh.
PAK FAJAR
Orang baik?
SAKYA
(mengangguk)
PAK FAJAR
Siapa?
SAKYA
Ada, deh, Pak.
PAK FAJAR
(mengernyitkan dahinya)
Gak pantes muka kaya kamu main rahasia-rahasiaan gitu, Sak.
(BEAT)
Ya sudah. Remedial kamu sudah Bapak terima, nanti Bapak urus perbaikan nilainya. Kamu sudah boleh pulang.
SAKYA
Terima kasih, Pak.

CUT TO:

10 INT. SMA ARIYA SACCA - KORIDOR - EVENING

SAKYA keluar dari ruang guru. Terlihat MUDITA menunggunya sambil duduk di kursi koridor. SAKYA menghampiri MUDITA. MUDITA melihat SAKYA lalu berdiri.

MUDITA
Sudah kamu kumpulin ke Pak Fajar?
SAKYA
Udah.
(BEAT)
Makasih, ya, Dit. Kalau tadi gak lo bantuin, pasti gue gak bakal selesai ngerjain remedialnya. Palingan gue masih di perpus sambil nangis depan buku Matematima gue.
MUDITA
(senyum)
Sama-sama.
SAKYA
Em... Lo mau makan mie ayam dulu gak sebelum balik?
(BEAT)
Gue traktir. Itung-itung ucapan makasih karena tadi udah dibantuin.
MUDITA
Mie ayam Bang Cukring?
SAKYA
(mengangguk)
Iya.
MUDITA
Boleh.

CUT TO:

11 EXT. TROTOAR DEPAN SMA ARIYA SACCA - EVENING

SAKYA dan MUDITA tengah makan mie ayam. Mereka duduk di kursi baso sedangkan ransel mereka ditaruh di atas trotoar dan disenderkan ke kursinya. Tidak jauh dari mereka ada gerobak mie ayam dan pedagangnya.

SAKYA
Gue kira lo gak bakal mau makan di pinggir jalan gini.
MUDITA
Kenapa gitu?
SAKYA
Ya...
(BEAT)
Yang gua denger, kan, lo itu anak orang kaya. Jadi gue kira lo biasanya makan di kafe-kafe mahal gitu.
MUDITA
(tertawa kecil)
Gosip dari mana lagi kalau aku anak orang kaya? Orangtuaku biasa-biasa saja, kok.
SAKYA
(tertawa canggung)
Gak tau, deh, gosip dari mana. Gue lupa.
(BEAT)
Abisnya banyak banget yang ngomongin lo, gue sampai udah gak inget lagi siapa ngomongin apa soal lo.
MUDITA
Cowok ternyata suka ngegosip juga, ya. Kirain cewek doang yang suka gosip gitu.
SAKYA
(mengangguk)
Ya gitu, deh...

Mereka berdua terdiam sejenak. Suasana canggung.

MUDITA
Em... Sakya, soal yang kemarin itu...
SAKYA
(salah tingkah)
Eh, iya...
(BEAT)
Kenapa? Ada apa soal yang kemarin?
MUDITA
Kamu bilang kamu gak bisa jadi pacar aku...
(BEAT)
Tapi, kalau jadi temanku, kamu bisa, kan?
SAKYA
Ya... Bisa.
(BEAT)
Sekarang kita duduk sampingan sambil makan mie ayam pinggir jalan gini, kan, bukti kalau kita temenan, Dit.
MUDITA
(senyum)
Iya juga, ya.
SAKYA
Tapi gue penasaran, deh.
(BEAT)
Kenapa lo bisa suka sama gue? Sebelumnya kita, kan, gak pernah ngobrol juga...
MUDITA
(berpikir sejenak lalu tersenyum jahil)
Kalau kamu mau jadi pacarku, nanti aku kasih tahu.
SAKYA
Yeeh, malah balik ke situ lagi.

MUDITA dan SAKYA lalu tertawa bersama.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar