74. EXT. LAHAN KOSONG PERKEBUNAN SUKABUMI — PAGI
Kita lihat Rizal tengah melihat-lihat lahan perkebunan, dia tengah menelpon Elin.
ELIN (O.S.)
Lima hari lagi!! Kamu tuh ngapain si diluar kota? Bukannya jaga diri, ingat kita mau menghadapi hari besar kita!!
RIZAL
Aku kan lagi kerja, sayang. Ini ada masalah.
ELIN (O.S.)
Kamu kan mau jadi mantunnya pemilik perusahaan Pt. Jaya Kencana Indonesia, ngapain sih harus capek-capek kerja, kamu kan bisa bebas sayang nentuin kerjaan, biaa tunjuk-tunjuk orang.
RIZAL
Yang ... Aku gak mau manfaatin posisi aku. Aku ini pekerja, jadi jangan libatkan aku dengan posisi penting di dalam pekerjaanku.
ELIN (O.S.)
Susah sekali sih dibilang. Pokoknya 5 hari lagi kita nikah!!!
POV Rizal : Dua orang pekerjanya tengah bercengkrama serius. Rizal hanya bengong.
ELIN (O.S.)
Halo yang ... Kamu dengar gak sih!!
RIZAL (V.O.)
Jadi ... Rumah itu memang bukan bagian lahan perusahaan?
CUT TO
75. INT. MOBIL — MALAM
Rizal terlihat kesal. Duduk dengan diam. Karyawan yang sedang menyetir terlihat penasaran dengan mimik muka rizal.
KARYAWAN
Dari tadi ... Pak rizal diam terus. Apalagi sama kordinator lapangan. Kayaknya cuek.
RIZAL
Mereka akan segera dipecat!! Kamu gak kongkalikong sama mereka?
CUT TO
ESTABLISHING SHOT RUMAH AMIN MALAM HARI TERLIHAT SEPI
76. RUMAH AMIN, KAMAR AMIN — MALAM
Rizal terlihat membongkar-bongkar kotak kayu. Ia melihat foto-foto, ia memeluk foto itu. Lalu ia menemukan sebuah surat. Rizal terlihat membaca surat itu dengan serius.
FLASHBACK CUT TO
77. MONTAGE
NOTE: Kita lihat masalalu Ferdi dengan keluarga, diiringi narasi Amin.
- Kita lihat Amin yang bermain-main dengan anak-anaknya di taman.
AMIN (V.O.)
Ketika anak-anak kecil, mereka tampak lucu dan menggemaskan. Aku hanya ingin melihat mereka terlihat kecil saja.
- Kita lihat ada pedagang arumanis (gula-gula), Amin terlihat mengeluarkan uang dengan sedih. Dia hanya bisa membeli 3. Ferdi menyenyumi Amin, pertanda dia menerima jika dia tak kebagian arumanis.
AMIN (V.O.)
Aku ingin mereka tidak merasakan bagaimana menjadi dewasa. Mempunya tanggungjawab yang berat. Terutama kakak kalian, Ferdi.
- Kita lihat Ferdi, dan adik-adiknya sudah tumbuh besar. Ferdi sudah berseragam SMP. Ketika dia memakai sepatu, ia didatangi seseorang.
AMIN (V.O.)
Waktu itu, di pagi hari yang cerah. Aku tidak ingin membuat hati anak-anakku kelam. Tapi ... Kejadian itu membuat aku trauma. Aku mengalami kecelakaan.
- Kita lihat Ferdi, Ibu dan adik-adik menangis setelah mendengar kabar dari orang itu.
AMIN (V.O.)
Kecelakaan itu membuat kakikku lumpuh. Aku ... Saat itu tidak bisa menjadi ayah yang sempurna. Ferdi lah yang menyempurnakanku.
- Kita lihat langkah Ferdi menuju sebuah gedung kontruksi. Ferdi melepas seragamnya, dan memasukannya ke tas. Lalu dia menuju para tukang bangunan untuk bekerja.
- Ferdi bekerja manggul barang. Dia berhenti sejenak melihat anak-anak SMP berjalan.
- Kita lihat langkah Ferdi, kamera pan To CU wajah Ferdi berusia anak SMA (16 tahun). Ia merokok, lalu menghembuskan asapnya dengan cepat. Asap semakin kabur dipandangannya, yang dilihatnya adalah anak-anak SMA sedang bercanda.
AMIN (V.O.)
Dia tumbuh menjadi pria yang bertanggung jawab. Sampai dia lupa akan tanggung jawab kepada dirinya sendiri. Yang dipikirkannya. Bagaiamaba caranya menanggung keluarganya.
- Ferdi berjalan menuju gedung tinggi. Lalu dia bertemu dengan para Crew. Dia menyenyumi seorang gadis, ALURA. Dia mendengar aba-aba sutradara. Lalu dia merangkak menggeser-geser tubuhnya dari lantai gedung tinggi sampai ke bawah. Ia sangat linda bergerak dari jendela yang licin ke jendela lain.
AMIN (V.O.)
Sampai saat ini. aku belum tahu dia bekerja apa. Aku dengar orang bilang dia manjat-manjat gedung. Pantas saja dia bisa membantu biaya kuliah kakak Ina. Sampai menyekolahkan kalian bertiga. Sampai membuat si adik bungsu jadi pintar sehingga tak harus menyusahkan abangnya untuk mencari uang lebih banyak lagi. Sampaikan membuat Mira ... Menjadi guru kesenian yang lihai.
- kita lihat Ina yang menjadi dokter sedang merawat pasien. Kita lihat Mira sedang nengajar anak-anak menari.
AMIN (V.O.)
Ayah sangat kesal dengan Ferdi. Karena dia ... Dia selalu kukuh tidak memikirkan dirinya. Karena itu, aku memaksanya untuk segera menikah. Agar dia memikirkan dirinya sendiri. Aku berdoa kepada Tuhan, kapan aku dan istriku dipanggil, agar kami bisa tenang tidak melihat kesusahannya, agar dia bisa tenang tidak perlu memikirkan kami. Terkadang, ayah selalu mengomeli dia membuat dia seolah-olah anak paling tidak diharapkan. Yah!! Itu semua sengaja ayah lakukan, agar dia kecewa dengan ayah, agar dia tidak memikirkan ayah dan ibunya terus. Kalian mengerti kan, kenapa ayah menulis ini untuk kalian. Agar kalian paham betapa besar pengorbanan kakak tertua kalian.
CUT BACK TO
78. RUMAH AMIN, KAMAR AMIN — CONTINOUS
Kita lihat Rizal menangis tersedu-sedu. Airmatanya bercucuran ke kertas surat Amin yang dia pegang.
CUT TO
ESTABLISH SUASANA PAGI KOTA JAKARTA
79. EXT. HALAMAN RUMAH AMIN — PAGI
Rizal terlihat mau pergi. Ina mencegahnya dari belakang.
INA
Pagi-pagi begini mau kemana kamu yang rapi?
RIZAL
Cuman ke depan kok kak.
Mira memperhatikan mereka.
INA
Kakak ikut!!
RIZAL
Kenapa kakak suka ikut campur?
INA
Kenapa kamu nyolot? Ada yang kamu sembunyikan?
CUT TO
80. EXT. KUBURAN AMIN — SIANG
Ferdi dan Rani tampak berada di depan kuburan amin dan ratmi. Mereka sedang nyekar. Rani terlihat merasa bersalah.
RANI
Bu, Pak ... Maafin saya ...
CUT TO
81. INT. RUMAH AMIN, RUANG TAMU — SIANG
Kita lihat Ina tengah berkacak pinggang. Mira dan Rizal duduk di sofa.
INA
Gak usah ada drama lagi deh zal!
RIZAL
Keluarga ini emang penuh drama. Aku mau nyelesain semua drama itu.
INA
Pasti mau ke abang kamu kan?
RIZAL
Kalau udah tahu mestinya izinin aku.
INA
Pernikahan kamu bisa hancur kalau kamu ketemu sama abang kamu itu.
RIZAL
Abang Ferdi gak bakal hancurin pernikahan aku. Dan aku juga gak bakal bunuh diri sama pernikahan sendiri.
INA
Pokoknya kakak gak ngizinin kamu.
Rizal melihat ke Mira.
RIZAL
Kak mir ... Kakak sebagai kakak tertua disini. Mestinya ngobrol!
Mira melihat ke arah Ina.
RIZAL
Jangan hanya karena status kakak kurang dari kak ina. Jangan hanya karena kakak bukan dokter, kakak hanya seorang guru Tari, kakak gak bisa ngomong apa-apa.
INA
Kak Mira udah nyerahin semuanya ke kakak. Lagian, kakak ini tegas karena apa yang kakak kerjakan sebagai dokter, kakak sering berhubungan dengan orang-orang dari usia berapapun. Kakak melayani mereka dengan kemampuan kakak, mestinya kamu bertindak sebagai pasien yang baik.
MIRA
Adik kita gak sakit. Keluarga kita juga gak ada yang sakit.
INA
Tapi secara mental, diantara keluarga kita ada yang sakit.
MIRA
Mungkin itu cuman penilaianmu aja. Bisa aja salah.
INA
Maksud kakak, aku salah gitu? (Tertawa) hahahaha 6 tahun aku kuliah, baru kali ini ada yang meragukan aku.
MIRA
Makanya jangan terlalu egois. Kasih kesempatan adik kamu untuk ngomong, untuk mengutarakan apa isi hatinya.
INA
Kok kakak jadi gini ya? Kakak dikasih apa sama Rizal?
Mira menampar Ina.
MIRA
Jangan hanya kamu dokter, kamu bisa ngomong seenaknya!!
Mira pergi dari mereka. Ina terkejut. Suasana terdiam.
CUT TO
82. TEPI JALAN — SIANG
Rani dan Ferdi terlihat sedang santai duduk di tepi jalan.
RANI
Kalau lagi luntang-lantung gini, Gue ... Jadi inget keluarga. Lo gak inget mereka yang masih hidup?
FERDI
Ngapain gue ingetin orang yang gak inget sama gue?
RANI
Lo gak mau kan kayak gue? Pisah sama suami, jadi janda! Kadang kita harus merendahkan diri kita untuk memperbaiki hubungan kita dengan orang.
FERDI
Dalam hati kecil gue, gue selalu kepengen deket mereka. Tapi ... Hati kecil itu selalu tertutupi. Sulit untuk ditunjukkan!
RANI
Tunjukkanlah! Buat Ayah dan Ibumu bangga di sana.
CUT TO