Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
A Kaluna
Suka
Favorit
Bagikan
1. ACT.1 (1.1)

ACT I

1.1

FADE IN

#1.INT.RUANG RAWAT INAP — MALAM

CAST : Luna kecil, Arya (ayah Luna), Sekar (Ibu Luna), Widya (ibu Ammar), Ammar kecil


Tampak Luna (10) menangis di sisi ranjang ibunya-Sekar (39) yang sedang terbaring menggunakan alat pernapasan dan infus. Ruangan sunyi, hanya terdengar suara detak jantung dari monitor tanda vital.

LUNA

(Menangis)

Jangan tinggalin Luna, Bu. Luna gak mau kehilangan ibu.


SEKAR (IBU LUNA)
(Pelan-pelan mengangkat tangan untuk mengusap air mata Luna)


LUNA

(Meraih tangan ibu, kemudian mengecupnya lama)

Ibu pasti bisa sembuh lagi, Bu
Luna mohon.
Ibu harus bertahan demi Luna sama Ayah.


SEKAR (IBU LUNA)

(Berbicara terbata-bata)

Kamu harus kuat, Luna.
Ibu sangat menyayangi kamu.


Tangan Sekar di genggaman Luna melemah. Perlahan-lahan matanya mulai terpejam. Suara monitor tanda vital berbunyi datar.

LUNA

(Panik mengguncang tubuh ibunya yang sudah tak bernyawa)

Ibu. Bangun, Bu.
Bangun.
Ibu jangan tinggalin Luna, Bu.


(SLOW MOTION)

Luna masih berusaha membangunkan Sekar. Air matanya semakin tak terbendung. Tiba-tiba terdengar suara Arya berbicara.

ARYA (AYAH LUNA) (O.S)
Ibu kamu sudah pergi, Luna.


Luna menoleh ke arah suara. Tampak Arya (42) berdiri agak jauh dari ranjang Sekar bersama Widya (39) dan Ammar kecil (12).

ARYA (AYAH LUNA)

(Nada suara datar)

Kamu harus ikhlaskan ibumu.


LUNA
Enggak ayah. Ibu belum meninggal.

(Mencoba membangunkan ibunya)

Bu, ibu masih dengar Luna, kan, Bu?
Bangun, Bu. Bangun.


ARYA (AYAH LUNA)
Ayo, Luna.
Kita harus pergi dari sini.


LUNA

(Marah)

Enggak.
Aku masih mau di sini sama ibu.
Ibu belum meninggal, Yah.


WIDYA (IBU AMMAR)
(Berbicara lantang)
Kamu itu lemah, Luna.
Kamu belum rela kehilangan Ibu kamu.

(Menekankan)

Setelah ini kamu harus siap-siap kehilangan Ayah kamu juga.


Luna kalut. Ia menangis sekuat-kuatnya.

LUNA (CONT'D)
Enggaaaak. Gak ada yang boleh pergi lagi.


Dilihat Arya pergi meninggalkan ruangan bersama Widya dan Ammar.

LUNA (O.S)

(Teriak)

Ayaaaah, jangan pergi.


Mereka tidak menoleh sedikit pun.

LUNA
(Memeluk ibunya yang terbaring kaku)

(Teriak)

Ibu ….

CUT TO


#2.INT.KAMAR LUNA — MALAM

CAST : Luna


Luna (16) terbangun dari tidurnya. Ia terduduk di atas ranjang dengan wajah penuh keringat. Ruangan Tampak gelap, hanya ada cahaya dari lampu tidur di atas meja kecil samping ranjang. Ia mengatur napas. Raut wajahnya ketakutan. Dilihat jam menunjukan pukul 3 dini hari.


Perlahan ia bersandar di kepala ranjang. Tiba-tiba air mata jatuh di pipi. Mimik mukanya berubah sedih.


Pandangannya kini menuju ke arah foto yang terpajang di dinding kamarnya. Tempatnya Di atas meja belajar di samping pintu masuk. Di sana terlihat Luna bersama Arya dan Sekar tersenyum bahagia.

FADE OUT


#3.EXT.RUMAH — PAGI

ESTABLISH : Tampak keseluruhan rumah Luna dari depan.

SFX : Kicau burung.

MAIN TITTLE : A KALUNA

CUT TO


#4.INT.RUANG MAKAN — PAGI

CAST : Luna, Arya, Widya, Ammar

BACK SOUND : Musik Ceria.


Tampak keluarga sedang sarapan pagi. Luna (16) duduk bersebelahan dengan Ammar (18) memakai seragam putih abu-abu. Kemudian Arya (48) duduk di depan Ammar memakai setelan kemeja rapi, bersebelahan dengan Widya (45).

LUNA (V.O)
Namaku Luna. Kaluna Qalesha. Aku bukan seperti remaja lain yang memiliki kehidupan sempurna. Aku gadis yang kesepian. Sejak ibu meninggal, aku bukan lagi prioritas utama bagi ayah. Ayahku sibuk dengan pekerjaannya sebagai dosen. Ayah juga lebih mencintai istri barunya dan kakak tiriku yang sempurna.
Ayah pikir, kehadiran mereka bisa menggantikan keutuhan keluarga kami. Ayah salah. Kedatangan mereka malah membawa petaka. Aku malah gak bahagia.


Tampak Ammar menyudahi sarapan, sementara Luna sibuk dengan ponselnya.

ARYA (AYAH LUNA)

(Melirik Luna)

Sore ini ayah berangkat Dinas ke Bandung. Kemungkinan ayah baru pulang di hari minggu.
Ammar, kamu pakai aja mobil ayah ke sekolah.

(Memberikan kunci mobil)

Biar nanti ayah naik taksi.


AMMAR

(Mengangguk)

Iya ayah. Terima kasih.


ARYA (AYAH LUNA)

(Tegas)

Ammar, pastikan adik kamu pulang tepat waktu.


Ammar mengangguk, kemudian saling berpandangan dengan Widya.

ARYA (AYAH LUNA)

Kamu dengar Luna?

(Melirik Luna)


LUNA

(Menjawab tanpa berpaling dari ponselnya)

Iya, Ayah.


ARYA (AYAH LUNA)

(Menarik napas)

Ayah gak mau kamu terus menyusahkan ibu dan kakak kamu, Luna.


AMMAR

(Menyahut)

Luna gak pernah nyusahin kita, kok, Yah.


ARYA (AYAH LUNA)
Kamu jangan membela adikmu terus, Ammar. Nanti dia bisa besar kepala.


Ammar menundukkan kepala seperti merasa bersalah. Wajah Widya pun terlihat cemas. Sementara Luna belum berpaling dari ponselnya.

LUNA (CONT'D)
(Melirik ayah, ibu tirinya dan Ammar)
(V.O)
Ini bagian yang paling aku benci. Ammar selalu jadi pahlawan di mata ayah.

CUT TO


#5.INT.DALAM MOBIL AMMAR — PAGI

CAST : Luna, Ammar


Tampak depan mobil Ammar melaju di jalanan. Ammar terlihat gelisah di depan kursi kemudi. Sesekali ia menoleh ke arah Luna yang duduk di sampingnya. Sementara Luna menatap lurus ke depan jalanan.

LUNA (CONT'D)

(V.O)

Semua orang membangga-banggakan Ammar. Ammar yang baik, rajin, berprestasi. Dia memang jago mengambil hati semua orang. Termasuk ayah dan sahabatku sendiri. Aku benci dengan segala kesempurnaan yang dimiliki Ammar. Aku gak akan tinggal diam. Aku akan merebut kembali semua yang seharusnya jadi milikku, bagaimana pun caranya.

CUT TO


#6.INT.MOBIL AMMAR — PAGI

CAST : Ammar, Luna


Ammar memarkir mobilnya perlahan. Ia mematikan mesin mobil setelah memastikan mobil terparkir rapi.

AMMAR
Maaf, Luna. Hari ini aku ada tambahan jam pelajaran pulang sekolah. Jadi ….
(Terjeda)


LUNA

(Membuka sabuk pengaman)

Bukan urusan aku.


Luna bergegas ingin membuka pintu mobil.

AMMAR

(Menahan pintu Luna)

Tunggu, Lun. Kamu gak dengar omongan ayah tadi.
Aku harus pastiin kamu sampai di rumah tepat waktu.


LUNA

(Sinis)

Yaudah bolos aja, gampang, kan?!


AMMAR
Gak bisa. Pelajaran ini penting buat persiapan ujian.


LUNA

(Nada agak tinggi)

Bagus kalau begitu, jadi kamu punya alasan buat gak nurutin perintah ayah, kan.


AMMAR

(Memelas)

Luna, tolong aku.
Aku mohon untuk kali ini aja, kamu tunggu aku sampai selesai.


LUNA

(Ketus)

Jangan Harap!


Luna segera membuka pintu mobil, lalu keluar. Wajah Ammar kebingungan. Ia buru-buru membuka sabuk pengaman untuk mengejar Luna.

CUT TO


#7.EXT.PARKIRAN SEKOLAH — PAGI

CAST : Ammar, Luna, Erika


Ammar masih mencoba menghalangi jalan Luna untuk bernegosiasi.

AMMAR (CONT'D)

(Berbicara sambil berjalan mundur)

Luna dengerin aku dulu, Lun.
Aku cuma gak mau kamu bermasalah lagi sama ayah.


Luna berhenti melangkah. Ia menatap Ammar sinis.

LUNA

(Menunjuk dada Ammar)

Kamu yang takut bermasalah sama ayah, kan, bukan aku.


AMMAR
Bukan begitu maksud aku, Lun.
Kamu salah sangka. Aku ….


Tiba-tiba Erika (18) yang berdiri tidak jauh dari mereka memanggil Ammar.

ERIKA (O.S)

(Teriak)

Ammaaaar.


Ammar menoleh. Erika melambaikan tangan sambil tersenyum. Seketika Luna mendahului Ammar yang masih diam di tempatnya. Luna pun melewati Erika dengan wajah sinis. Erika pun membalas dengan tatapan serupa.

ERIKA

(Berjalan mendekati Ammar)

Adik kamu itu kenapa, sih? Gak bisa santai banget mukanya.


AMMAR
Dia cuma lagi jelek aja mood-nya.
Nanti juga baik lagi.
(Mencuri pandang ke arah Luna yang sudah menjauh)


ERIKA
Masa,sih?
Kayanya setiap hari mukanya begitu, deh.


AMMAR

(Serba salah)

Mungkin cuma perasaan kamu aja.


ERIKA
Yaudahlah, aku juga gak peduli.
Oh, iya, Mar. (Menggandeng tangan Ammar)
Pulang sekolah aku bareng sama kamu, ya? Supir aku gak bisa jemput.


Ammar memijat kening dengan wajah kusut. Ia menghembuskan napas singkat.

CUT TO


#8.INT.RUANG KELAS X2 — PAGI

CAST : Luna, Aleta, Figuran (beberapa siswa siswi)


Luna masuk ke dalam kelas hendak menuju kursinya di barisan ketiga dari pintu masuk.

ALETA

(Memanggil sambil mengejar langkah Luna)

Luna. Lun.


LUNA

(Sambil berjalan)

Apa, sih, Ta. Pagi-pagi udah berisik aja (ketus)


Luna menaruh tas di atas meja nomor tiga dari depan.

ALETA

(Berdiri di samping meja Luna)

Tadi gue liat Erika ngobrol sama Ammar di parkiran.
Lo tau gak, mereka ngobrolin apa?


LUNA

(Duduk di kursi)

Gak tau (datar)


ALETA

(Lemas)

Yah, padahal gue kepo banget. Gue jadi curiga, deh.
Menurut lo mereka itu pacaran gak?


LUNA

(Membuka tas)

Gak tau (datar)


ALETA

Masa lo gak tau, sih?
Kakak kelas kita yang ganjen itu mepet terus, loh, sama Ammar.
Kira-kira Ammar suka gak, ya, sama Erika?


LUNA

(Datar)

Gak tau.


ALETA
Aduh, gak tau, gak tau.
Jawabnya gak tau terus. Masa lo adiknya gak tau apa-apa.


LUNA

(Kesal)

Gue bilang gak tau, ya, gak tau!
Kalau mau, lo tanya aja sendiri sama orangnya.


ALETA

(Melongo)

o.o.w.
Begitu aja, kok, marah, Lun. Gue, kan, cuma penasaran.


Mereka terdiam sejenak. Aleta masih berdiri di samping Luna.

ALETA

(Memanggil dengan ragu-ragu)

Lun.


LUNA

(Menoleh ke Aleta)

Apa?! Masih mau tanya lagi?


ALETA
(Memeluk Luna dari samping) Enggak, deh.
(Senyum-senyum) Gue takut kalau udah liat lo marah.


LUNA

(Mencoba melepas pelukan Aleta)

Apa, sih, gak usah peluk-peluk, deh.


ALETA

(Masih memeluk)

Biarin aja.


LUNA

(Meronta-ronta)

Lepas, gak?!


ALETA
Gak mau.
Janji dulu, lo gak marah lagi.


LUNA
Tergantung.


ALETA

(Menatap Luna dari samping)

Tergantung apa?


LUNA

(Diam sejenak)

Tergantung gue dapat makanan gratis apa di kantin.


ALETA
Apa? Cuma itu?
(Melepas pelukan, berdiri tegak di samping meja Luna)
Kalau itu, mah, gampang. Pokoknya hari ini lo bebas pilih makanan apa aja yang lo mau.


LUNA

Serius gak?

(Memasang muka galak yang dibuat-buat)


ALETA
Iya.
Se-ri-us. Gak bohong. (Menganggat jari telunjuk dan tengah bersamaan)


LUNA

(Tersenyum licik)

Gitu, dong. Itu baru sahabat gue.


ALETA

(Mengguncang-guncang tubuh Luna gemas)

iih, Lunaaaaa.

CUT TO


#9.INT.RUANG KELAS XII IPA 1 — SIANG

CAST : Ammar, Guru, Figuran siswa-siswi


Ruang kelas sunyi. Ammar terlihat sedang memeriksa kertas ulangan harian di atas meja. Beberapa detik kemudian, bel istirahat berbunyi. Pak guru (45) yang duduk di kursi depan, melirik siswa siswi dari balik kacamatanya yang menempel di hidung.

PAK GURU
Hayo, waktunya sudah habis.


Beberapa murid kelihatan gelagapan dengan kertas ulangannya.

PAK GURU (CONT'D)

(Berdiri sambil tunjuk-tunjuk)

Hei, hei, Banu. Gak usah tengak-tengok.
Cepat kumpulkan kertasnya.
(Jeda)

Kalian juga

(menunjuk murid di barisan belakang)
(Jeda)
Ammar, bantu bapak kumpulkan semuanya.


AMMAR

(Mengangguk)

Iya, pak.


PAK GURU
Tolong sekalian antar ke meja bapak di ruang guru.
Bapak sudah ditunggu kepala sekolah di ruangannya.


AMMAR
Baik, Pak.


Pak guru keluar ruangan. Ammar keliling mengambil semua kertas ulangan.

CUT TO


#10.EXT.KORIDOR SEKOLAH — SIANG

CAST : Ammar, Erika, figuran siswa siswi


Ammar berjalan di koridor hendak menuju ruang guru. Tampak tumpukan kertas ulangan di genggamannya.

ERIKA

(Tiba-tiba datang menggandeng tangan kiri Ammar penuh semangat dari belakang)

Hei, Ammar.


Ammar yang tidak siap dengan gandengan Erika hampir menjatuhkan kertas di tangannya.

AMMAR
Eith …
(berhenti melangkah untuk menyeimbangkan badan)
Hampir aja jatuh semua.


ERIKA
Aduh, maaf, Mar, maaf.

Aku gak liat kamu lagi bawa tumpukan kertas.

(Wajah memelas)


AMMAR
Iya, gak apa-apa. Kertasnya juga gak jadi jatuh.
Kamu mau apa? Tumben gak ke kantin?


ERIKA
Memang aku mau ke kantin, tapi tadi gak sengaja liat kamu.
Jadi aku mau ngajak kamu ke kantin bareng.


AMMAR
Oh. Kamu duluan aja, aku mau naruh kertas ulangan ini dulu di ruang guru.
Nanti aku nyusul.


ERIKA

Aku tunggu aja, deh. Kamu gak lama, kan?

(Nada manja)


AMMAR
Kamu yakin mau nunggu? (Memasang wajah meyakinkan)
Gak takut meja kamu diserobot sama yang lain?


ERIKA
Em,, iya juga, sih.
Tapi kamu janji, ya, nyusul aku ke kantin.


AMMAR

(Senyum paksa)

Iya.


ERIKA
Oke.

Bye, Ammar.

(Sambil berjalan)


Ammar menghembuskan napas singkat begitu Erika berjalan menjauhinya. Ammar lanjut berjalan. Tiba-tiba langkahnya terhenti begitu tiba di depan pintu ruang guru yang salah satunya sudah terbuka.


INSERT : Tampak Luna berdiri di depan meja wali kelasnya di dalam ruangan.


Ammar pun mengurungkan niat untuk masuk. Ia bersembunyi di depan pintu yang tertutup.

CUT TO


#11.INT.RUANG GURU — SIANG

CAST : Luna, Wali kelas, Ammar


Luna berdiri dengan wajah kusut di hadapan wali kelas (45) yang sedang menceramahinya.


WALI KELAS

(Nada rendah)

Ini sudah pelanggaran kedua yang kamu lakukan, Luna.
Ibu sudah peringatkan sebelumnya.
Kalau begini terus, ibu terpaksa menyerahkan berkas kamu ke konseling.


Luna hanya diam sambil menunduk.

WALI KELAS
Kamu tahu, masalah terbesar kamu bukan karena tadi kamu tidur saat jam pelajaran
(Jeda)
Tetapi semua nilai kamu semester ini menurun drastis. Ibu khawatir kamu bisa tinggal kelas.


LUNA
(Nada rendah) Maaf bu.


WALI KELAS
Ibu sebagai guru punya tanggung jawab besar. Apalagi ibu wali kelas kamu.
Ibu mau semua anak didik ibu bisa berhasil.


Luna masih berdiri mematung. Dilihat wali kelasnya menghembuskan napas sembari memperhatikan dirinya. Tiba-tiba saja, wali kelasnya melihat ke arah pintu masuk.


INSERT : Terlihat Ammar sedang menguping pembicaraan mereka.

WALI KELAS (CONT'D)

(Memanggil dari kursinya)

Ammar …
Ngapain kamu di depan pintu?


Seketika Luna menoleh ke arah pintu masuk.

AMMAR
(Perlahan masuk ke ruangan) Maaf, Bu, mengganggu.
Saya mau taruh kertas ulangan di meja Pak Subakir.


Wajah Luna berubah kesal saat melihat Ammar.

WALI KELAS
Baik.
Silakan taruh di sana.


Ammar segera meletakkan kertas di atas meja. Ammar pun bergegas hendak keluar ruangan.

AMMAR
Terima kasih, Bu.
Permisi.


WALI KELAS
Tunggu, Ammar.
Bisa kamu ke sini sebentar.


Ammar melangkah dengan ragu. Ia merasa tidak enak hati dengan Luna yang sedang diceramahi. Ia pun berdiri di samping Luna.

WALI KELAS
Ammar, Ibu minta bantuan sama kamu. Tolong dampingi adik kamu belajar di rumah.
Karena semua nilainya di semester ini menurun drastis.


AMMAR

(Ragu-ragu)

B-baik, Bu.


WALI KELAS
Kamu itu beruntung Luna.
Kamu punya kakak yang berprestasi seperti Ammar. Seharusnya kamu banyak belajar dari kakak kamu.


Luna hanya mengangguk sambil menunduk. Ammar mencuri pandang ke arah Luna.

WALI KELAS
Ibu akan beri kesempatan kamu sekali lagi.
Ibu tidak akan melaporkan kamu ke konseling.
(Tegas) Tetapi kamu harus janji tidak akan melakukan pelanggaran lagi dan serius memperbaiki semua nilai kamu.


LUNA
Iya, Bu.


WALI KELAS
Baik.
Ibu pegang janji kamu, Luna.
Kalau begitu, silakan. Kalian sudah boleh keluar.


Luna bergegas angkat kaki dari ruangan. Begitu pun Ammar.

WALI KELAS
(Memanggil) Ammar.


Ammar berhenti sejenak.

WALI KELAS (CONT'D)
Tolong awasi adik kamu, ya.
Sepertinya Luna butuh teman untuk berbagi cerita.


AMMAR
Baik, Bu.
Permisi


Ammar pun segera keluar dari ruangan.

CUT TO


#12.EXT.KORIDOR SEKOLAH — SIANG

CAST : Ammar, Luna


Ammar berusaha mengejar Luna yang berjalan mendahuluinya.

AMMAR (CONT'D)

(Menahan tangan Luna dari belakang)

Luna, aku minta maaf.
Aku gak bermaksud menguping pembicaraan kamu tadi.


LUNA

(Menghempaskan tangan Ammar)

Gak usah, sok, rendah hati.
(Lanjut berjalan).


AMMAR

(Menarik tangan Luna)

Luna, kamu harus dengar aku dulu.


Langkah Luna terhenti. Kini mereka berdiri berhadapan.

LUNA

(Emosi)

Belum puas juga liat aku sengsara?


AMMAR
Lun, aku gak pernah punya niat begitu.
Aku selalu mau bantu kamu, tapi kamu selalu tolak.


LUNA

(Menahan tangis)

Gak usah, sok, peduli.


AMMAR
Kita ini keluarga, Lun.
Aku benar-benar peduli sama kamu.


LUNA
Apa?! Keluarga?
Jangan mimpi. Kamu itu bukan siapa-siapa.

(Menunjuk wajah Ammar)

Kamu dan mama kamu cuma orang asing yang berhasil merusak kebahagiaan keluarga aku.


Luna pergi meninggalkan Ammar yang mematung di tempat dengan wajah sedih.

INSERT : Erika yang bersembunyi tidak jauh dari tempat mereka, terkejut mendengar percakapan keduanya.

CUT TO


#13.EXT.APARTMENTINT — SORE

ESTABLISH : Tampak keseluruhan gedung apartment di sore hari. Beberapa orang terlihat lalu lalang.

CUT TO


#14.INT.KAMAR APARTMENT — SORE

CAST : Luna, Aleta


Tampak ruang apartemen tipe studio dengan ranjang besar. Luna sedang bersandar di kepala ranjang sambil membaca novel masih memakai seragam putih abu-abu.

ALETA (O.S)
Lo bener gak dapet hukuman dari Bu Nina, Lun?


LUNA
Enggak. (Masih membaca)


ALETA

(Datang membawa camilan. Sudah berganti pakaian santai)

Serius?
Kok bisa, sih?


LUNA
Jadi, lo lebih senang kalau gue dihukum? (Datar)


Aleta ikut bersandar di samping Luna dengan semangkuk cemilan di tangannya.

ALETA
Ya gak gitu.
Cuma aneh aja. (Jeda)
Lo tau sendiri Bu Nina kaya gimana. Apalagi lo udah dua kali tidur di jam pelajarannya, kan?


LUNA
(Menutup novel) Anggap aja gue lagi beruntung.


Aleta memperhatikan wajah Luna yang murung.

ALETA (CONT'D)

(Pelan)

Lun, lo yakin mau nginep di sini malam ini?


LUNA

(Memakan camilan)

Iya. Gue malas pulang.
Lagian Ayah lagi dinas di Bandung.


ALETA
Lo udah kabarin Ammar?
(Ragu-ragu)


LUNA
Buat apa?


ALETA
Lo gak takut Ammar dan ibunya khawatir kalau lo gak pulang?
Setidaknya lo kabarin mereka, jadi mereka tahu lo di mana.


LUNA

(Sinis)

Gak perlu.
(Memandang lurus dengan tatapan kosong)
Pasti mereka juga gak peduli gue pulang atau enggak.


ALETA (O.S)
Ammar peduli banget sama lo, Lun. Buktinya dia selalu jagain lo, kan?


LUNA

(Menoleh ke Aleta)

Segitu sukanya, ya, lo sama Ammar? Sampe lo belain dia terus.


ALETA
Yah,, gue salah ngomong, kan.


LUNA
Lo sahabat gue, bukan?


ALETA
Iya, Luna. Iya.


LUNA
Harusnya lo dukung gue dong, bukan Ammar.


ALETA
Gue selalu dukung lo, Lun.
Gue cuma gak mau lo bermasalah lagi sama ayah lo.


LUNA
Ayah gak akan tahu kalau mereka gak ngadu sama ayah.


ALETA
Aduh,, gue serba salah jadinya.
Kalau sampe ayah lo tau, lo nginep di sini, ujung-ujungnya gue juga yang repot.


LUNA
Udah, gak usah dipikirin. (Beranjak dari ranjang)
Biar gue aja yang urus semuanya.


ALETA

(Memelas)

Lun, mau ke mana? Gue antar lo pulang aja, ya.


LUNA (O.S)
Enggaaak.
(Jeda)
Gue pinjem baju tidur lo, ya. Gue mau mandi.


Raut wajah Aleta terlihat khawatir.

CUT TO


#15.INT.KAMAR APARTMENT — MALAM

CAST : Luna, Aleta


Tampak Luna dan Aleta tidur bersebelahan di kasur. Aleta sudah pulas, sementara Luna tidur menyamping sambil melihat ponselnya yang terus menyala di atas meja pendek di samping kasur. 15 panggilan tak terjawab dari Ammar.

LUNA (O.S)
(Mengambil ponselnya)


Luna duduk bersandar di kepala ranjang sambil membuka pesan masuk dari Ammar.


Luna kamu di mana?
Luna
Luna
Aku khawatir sama kamu, Lun
Aku tau kamu marah. Aku minta maaf


Luna hanya membaca pesan masuk dari Ammar tanpa membalas. Akhirnya ia shut down ponselnya kemudian meletakkan kembali di atas meja.

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar