Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
A Kaluna
Suka
Favorit
Bagikan
2. ACT.1 (1.2)

ACT.1

1.2

#16.EXT.DEPAN GERBANG RUMAH — SIANG

CAST : Luna, Aleta


Motor Aleta berhenti di depan gerbang rumah Luna. Luna yang duduk di belakang, turun dari motor dengan hati-hati.

LUNA

(Membuka helm di samping motor)

Thanks, ya, Ta.


ALETA

(Mengangguk)

Maaf, ya, Lun. Gue gak bisa mampir.
Gak apa-apa, kan?


LUNA
Iya, gak apa-apa.
(Jeda)

Nih, helm, lo

(Memberikan helm kepada Aleta)
Lain kali gue gak mau pakai helm capung ini lagi, ya.
(Menyindir)


ALETA

(Cengengesan)

Tapi lucu, kan?
Ini cocok banget, loh, sama muka lo.
(Menyodorkan helm capung dengan kuping kucing ke arah Luna)
(O.S)
Tuh, kan, muka lo jadi imut banget.


LUNA

(Menepis tangan Aleta, menjawab dengan malas-malasan)

Apaan, sih, Ta.
Udah sana pulang.
Katanya lo buru-buru.


ALETA
Iya, iya. Sensi banget, sih.
Senyum dong. Biar keliatan imutnya.


Luna menunjukkan senyum paksa dengan deretan gigi kelincinya ke arah Aleta.

ALETA
O.o.w
Lumayanlah, ya. Walaupun sedikit maksa.


LUNA

Udah, sana, sana pergi.

(Gerakan tangan seperti mengusir)
Gue masuk duluan, ya.
Hati-hati, Ta.


Aleta membulatkan jari. Luna melambaikan tangan, lalu membuka gerbang dan masuk ke dalam.

CUT TO


#17.INT.RUANG TENGAH — SIANG

CAST : Luna, Arya (Ayah Luna)


Luna melewati ruang tengah hendak menuju kamarnya di lantai atas. Namun, Luna melihat Arya duduk sendirian di kursi dengan tangan bertumpu di atas meja.

LUNA

(Kaget)

Ayah.
Ayah udah pulang? Bukannya Ayah baru pulang besok?


ARYA (AYAH LUNA)

(Tegas)

Dari mana kamu, Luna?


LUNA

(Gelagapan)

Aku ... Aku abis nemenin Aleta ke toko buku.

(Menghampiri Ayah)

Ayah kapan pulang?


ARYA (AYAH LUNA)
Kenapa?
Kamu takut Ayah tahu kalau semalam kamu gak pulang ke rumah.


LUNA

(Menunduk)

Iya, Ayah. Aku minta maaf.
Semalam aku gak izin sama Ayah mau menginap di apartment Aleta.


ARYA (AYAH LUNA)

(Menghembuskan napas singkat)

Bagus. Kamu sudah berani jujur. Tapi lain kali, kamu tidak boleh keluar rumah tanpa izin Ayah.


LUNA
Iya. Ayah.


ARYA (AYAH LUNA)

(Menyahut)

Satu lagi
(Jeda)
Mulai hari ini Ayah akan membatasi semua kegiatan kamu.
Kamu tidak boleh lagi keluar rumah selain kegiatan sekolah.


LUNA

(Kaget)

Apa? Kenapa, Yah?
Aku tahu Aku salah, tapi hukuman ini gak adil buat Aku.


Arya menarik napas. Ia berusaha tenang menghadapi Luna yang nada bicaranya sudah mulai meninggi.

ARYA (AYAH LUNA)
Kemaren sore Ayah mendapat telepon dari wali kelas kamu.

(Menatap Luna)

Ayah sudah tahu semua pelanggaran yang kamu lakukan di sekolah.


Luna tidak bereaksi. Ia hanya menunduk mendengar Arya bicara.

ARYA (AYAH LUNA)
Kamu tahu, Luna. Semua guru dan kepala sekolah sangat mengenal Ayah.
(Jeda)
Apa kamu tidak memikirkan bagaimana tanggapan mereka tentang ayah?
Ayah akan dianggap tidak bisa mendidik anak dengan baik.


Luna tidak bisa berkata apa-apa. Ia berusaha menahan sesuatu yang mengganjal di hatinya.

ARYA (AYAH LUNA)

(Kecewa)

Perbuatan kamu telah mencoreng nama baik ayah.
Ayah bingung harus berbuat apa lagi supaya kamu bisa berhenti membuat masalah.


Luna tidak bisa lagi menahan gejolak dalam dada. Air mata mulai jatuh dari pelupuk matanya.

ARYA (AYAH LUNA) (CONT'D)

(Memijat kening)

Seharusnya kamu bisa bersikap lebih dewasa, Luna.
Kamu harus banyak belajar dari Ammar. Dia tidak pernah .... (Terjeda)


LUNA

(Nada tinggi)

Ammar lagi, Ammar lagi!
Ayah selalu banding-bandingkan Aku sama Ammar.
(Menangis)
Sedikit pun Ayah gak pernah percaya sama Aku.


ARYA (AYAH LUNA)

(Berdiri dari kursi. Bicara dengan nada tinggi)

Bagaimana Ayah bisa percaya kalau kamu belum bisa membuktikan apa-apa.


LUNA

(Menyahut dengan emosi)

Ini permasalahannya.
Ayah gak pernah benar-benar peduli sama Aku.
Saat Aku berbuat kesalahan, ayah cuma mementingkan gimana tanggapan orang tentang ayah.
(Jeda)
Bahkan Ayah gak pernah tanya, apa Aku baik-baik aja.
Kenapa semua nilai Aku bisa turun? Kenapa Aku bisa tidur saat jam pelajaran?
Ayah gak pernah mau tau!
Ayah terlalu sibuk sama pekerjaan. Sibuk dengan keluarga baru dan anak kebanggaan Ayah itu.


ARYA (AYAH LUNA)

(Membentak)

Cukup, Luna
Tidak seharusnya kamu bicara seperti itu.
Kamu bukan anak kecil lagi.


LUNA

(Menangis)

Ayah yang selalu memperlakukan Aku seperti anak kecil.
Ayah udah berubah. Aku kehilangan sosok ayah yang dulu.
(Jeda)
Kalau aja Ibu masih ada, keluarga kita gak akan hancur kaya gini.


Luna berlari menuju anak tangga meninggalkan Arya.

ARYA (AYAH LUNA)
Luna! Ayah belum selesai bicara.

CUT TO


#18.INT.LANTAI ATAS RUMAH — SIANG

CAST : Luna, Ammar


Luna berlari menaiki anak tangga sambil menangis hendak masuk ke dalam kamar. Tiba-tiba Ammar yang baru saja keluar dari kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Luna, menghalangi jalan Luna.

AMMAR
(Menahan bahu Luna dengan kedua tangan)
Luna, kamu kenapa?
(Agak membungkuk untuk melihat wajah Luna)


LUNA

(Menangis)

Aku benci sama kamu, Mar.
Aku benci.


Luna melepaskan diri dari Ammar. Ia segera masuk ke dalam kamar, kemudian menutup pintu dengan keras.

Raut wajah Ammar terlihat muram.

CUT BACK TO


#19.INT.RUANG TENGAH — SIANG

CAST : Arya (Ayah Luna), Widya (Ibu Ammar)

BACKSOUND : Musik sedih


Tampak Arya duduk di kursi dengan posisi kedua tangan memegang kepala. Wajahnya terlihat muram. Tidak lama Widya datang menghampiri.

WIDYA (IBU AMMAR)

(Berdiri di samping kursi sambil mengelus pundak suaminya)

Kamu terlalu keras pada Luna, Mas.
Kamu harus sabar.


ARYA (AYAH LUNA)

(Melemah)

Luna harus mengerti keadaan sekarang ini.
Dia harus belajar menerima kenyataan.


WIDYA (IBU AMMAR)

(Nada rendah)

Butuh waktu untuk memahami semuanya.
Lambat laun Luna pasti mengerti.


ARYA (AYAH LUNA)

(Menengok, balas mengelus tangan istrinya)

Terima kasih kamu sudah sabar menghadapi Luna.


Widya mengangguk dengan senyum.

CUT TO


#20.INT.KAMAR LUNA — SIANG

CAST : Luna

BACKSOUND : Musik sedih.


Tampak Luna sedang bersandar di pintu kamar dengan kedua kaki yang menekuk sambil menangis.

LUNA
Bu, Luna kangen sama Ibu.


Luna menumpahkan semua kesedihan. Ia menangis sejadi-jadinya. Mengenang masa lalu bahagia bersama Ibu dan ayahnya.


DISSOLVE TO


#21.BEGIN MONTAGE — VARIOUS LOCATION - FLASHBACK

CAST : Luna kecil, Arya (Ayah Luna), Sekar (Ibu Luna)


A. Dapur - Luna kecil (7) membantu Sekar (37) membuat kue di dapur. Luna Tampak bahagia membantu ibunya.

B. Ruang Tamu - Luna kecil (7) menyambut Arya (39) di depan pintu rumah bersama Sekar (36). Luna memeluk ayahnya yang datang membawa boneka beruang besar.

C. Ruang tengah - Luna kecil (9) merayakan ulang tahun bersama Sekar (38) dan Arya (41) di rumah. Luna bersama ibunya meniup lilin bersama.

END MONTAGE - END FLASHBACK

CUT BACK TO


#22.INT.KAMAR LUNA — SIANG

CAST : Luna


Luna masih duduk bersandar. Ia memeluk kedua kaki di depan dada.

LUNA
Luna udah gak kuat, Bu.
Luna harus bagaimana?


Luna menundukkan kepala. Suara tangisan kini menggaung di seluruh ruangan.

CUT TO


#23.EXT.PEMANDANGAN — SORE

ESTABLISH : Tampak langit sore berwarna jingga. Matahari terbenam. Langit sore perlahan berubah gelap.

CUT TO


#24.EXT.BALKON KAMAR — MALAM

CAST : Luna, Ammar


Tampak balkon kamar Luna dengan cahaya redup. Luna duduk bersandar di kursi gantung ayun sambil memeluk bantal kecil. Tatapan matanya kosong. Pandangannya lurus ke arah langit malam penuh bintang.


INSERT : Ammar keluar dari kamar. Ia berdiri di balkon kamarnya yang bersebelahan dengan balkon kamar Luna. Ammar meletakkan kedua tangan di atas pagar balkon. Ia menoleh ke arah Luna yang sedang murung di tempatnya.


Luna merasakan kehadiran Ammar di sana. Ia mulai berbicara tanpa menoleh sedikit pun kepada Ammar.


LUNA

(Nada datar)

Gimana rasanya jadi anak kebanggaan Ayah?


Ammar menunduk. Ia tidak kuasa angkat bicara. Kali ini Ammar membiarkan Luna menumpahkan semua resah di hatinya.

LUNA (CONT'D)

(Masih memandang lurus ke hadapan langit)

Kamu pasti senang, kan?
Kamu sangat menikmati hidup kamu yang sempurna.
(Jeda)
Semua orang memuja kamu. Sementara Aku...

(Nada datar)

Aku cuma jadi beban bagi ayah.


Perlahan air mata Luna menetes di pipi. Luna membiarkan air matanya mengalir. Ia masih bersandar dengan kedua tangannya memeluk erat batal kecil di depan dada. Tatapan matanya pun belum beranjak dari langit malam.

LUNA

(Nada datar)

Aku bahkan lupa rasanya bahagia itu seperti apa.
Semua yang aku miliki hilang.
(Jeda)
Setiap hari bagaikan mimpi buruk buat Aku.
Dan aku gak akan pernah lupa awal dari semua mimpi buruk ini.
(Jeda)


Tersorot wajah penuh kebencian pada Luna. Matanya mulai sembap.

LUNA (CONT'D)

(Menoleh kepada Ammar dengan tatapan benci)

Hari di mana Ayah membawa kalian masuk ke dalam rumah ini sebagai keluarga.


CUT TO



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar