ACT 3
PART ENDING
YOU ARE
SC. 01 INT. RUMAH SAKIT – RUANG RADIOLOGI – MALAM
Dokter melakukan pemeriksaan CT Scan dan beberapa prosedur medis lainnya terhadap Abi. Aira menemani Abi di dalam ruangan untuk memberikan support.
CUT TO:
SC. 02 INT. RUMAH SAKIT – KAMAR RAWAT ABI - MALAM
Selesai pemeriksaan, Abi diputuskan opname di rumah sakit sebab harus melakukan serangkaian perawatan medis terhadap empat kuku jari tangannya. Sedangkan Aira hanya disarankan menjalankan terapi ke psikiater untuk menyembuhkan trauma.
DOKTER
Kami sudah memberikan antibiotik. Setiap dua belas jam sekali, suster akan ke sini untuk mengolesi salep dan mengganti pelindung jarinya. Nah, ibu tolong kontrol obat – obatannya, ya! Pasien jangan sampai lupa minum obat setelah makan!
AIRA
Iya, dok. Terima kasih banyak.
DOKTER
Sama-sama. Ibu juga, meski tidak perlu sampai rawat inap, tapi tetap harus memulihkan diri dari bius kloroform yang terlanjur masuk ke tubuh ibu melalui kopi yang ibu minum tadi siang, dengan obat – obat yang tadi kami berikan, ya! Zat kloroform cukup berbahaya bagi liver dan ginjal. Jangan disepelekan! Besokpun harus segera menemui psikiater agar kondisi mental ibu bisa segera pulih seperti sedia kala.
AIRA
Iya, dok. (Lirih) Siap...
DOKTER
Saya yakin kok, ibu berdua suami pasti bakal sembuh secepatnya! Dengan ikhtiar dan doa, yakin semua bisa dilalui. Insyaallah.
Aira nampak kebingungan oleh kekeliruan sang dokter, namun diapun tidak berusaha meluruskannya.
DOKTER
Kalau begitu, saya pamit dulu, ya! Permisi.
AIRA
Terima kasih, dok!
Dokter meninggalkan kamar. Aira menutup pintu lalu bediri diam untuk beberapa saat. Begitu sadar dari lamunan, Aira bergegas mengambil makanan di meja.
AIRA
Yuk, Bi... Makan dulu!
Abi memandang kecewa pada nampan yang Aira bawa.
ABI
Hah... Makanan rumah sakit. Hambar, Ra!
Aira tertunduk lesu.
AIRA
Maaf ya, Bi... Gara – gara aku, kamu jadi makan makanan rumah sakit.
Seketika Abi panik melihat Aira bersedih.
ABI
Eh, kok malah jadi ke arah situ? Aku cuma bercanda, Ra. Seriusan! (beat). Aku gak pernah masalah makan apa aja. Asalkan ada kamu di samping aku, kamu sehat dan kamu bahagia, itu cukup buat aku.
Aira duduk di ranjang pasien, bersebelahan dengan Abi. Dia memotong – motong sayur menggunakan sendok agar memudahkan Abi mengunyah.
AIRA
Jangan bicara omongan kosong kayak gitu, Bi! Lihat diri kamu sekarang, leher kamu lebam, kuku kamu terkelupas, dan kepalamu botak. Itu semua karena aku. Padahal gak seharusnya kamu jadi begini! Gimanapun, hidupmu jauh lebih penting. Aku...
Aira menelan ludah, menahan tangis. Abi meraih lembut tangan Aira lalu mengungkapkan.
ABI
Itu bukan omong kosong, Ra. Aku bersunguh – sungguh! Bagiku kamu lebih penting, bahkan dibanding diriku sendiri.
Dengan mata yang berkaca – kaca, Aira menjawab.
AIRA
Tapi bagiku kamu juga penting, Bi! Aku bener – bener ngerasa sesak ngeliat kamu begini. Karena kebodohanku, kamu malah celaka.
ABI
Jangan khawatir... Semua yang terjadi ini bukan karena kamu, kok. Kalaupun harus ada yang disalahin, ya tentu si psikopat itu yang salah, Ra! Bukan kamu.
AIRA
Kalau aja aku gak ketemuan sama dia. (Berpikir ulang) Bukan, kalau aja dari awal aku gak ngeladenin dia buat kenalan di sosial media, mungkin ceritanya gak bakal gini, Bi!
Aira tak lagi sanggup membendung air mata. Abi lantas memindahkan nampan makanan ke meja di sebelah ranjang. Dia kemudian memberikan pelukan hangatnya pada Aira.
ABI
Menangislah sepuasmu. Tapi ingat, ini sama sekali bukan salah kamu, Aira.
AIRA
T-tapi... (Terisak tangis)
ABI
Udah lupain aja masalah ini. Anggap kejadian ini gak pernah ada! Ya?
Aira terus menangis dalam dekapan Abi.
JUMP CUT TO:
Sudah lima menit berlalu, namun belum ada tanda Aira berhenti menyesali dirinya sendiri. Sehingga Abi-pun mengutarakan perasaan.
ABI
Kalau kamu terus menangis seperti ini, aku jadi pengen ikut nangis, Ra. Jujur aku gak peduli kepalaku botak, kuku jariku terkelupas, atau bahkan mati sekalipun. Satu yang terpenting bagiku saat ini, cuma kamu Aira! Aku gak sanggup ngelihat kamu hancur begini, karena aku bener – bener sayang sama kamu!
Aira melepas pelukan dan beralih menatap mata Abi secara mendalam.
AIRA
(Menahan tangis) Aku juga sayang banget sama kamu, Bi. Aku sekarang sadar, kamulah orang yang selalu sabar ngaadepin aku, selalu berusaha bantuin aku, dan selalu ada di samping aku. (Tertunduk) Tapi bodohnya selama ini aku malah ngehabisin waktu sama pria – pria aneh, dan bukannya sama kamu.
Aira menutupi wajah dengan telapak tangan dan kembali menangis.
AIRA
Aku benci sama diriku yang bodoh ini!
Abi menyingkirkan tangan Aira dari wajahnya. Dia lalu menghapus air mata yang membasahi pipi Aira. Dengan tatapan teduh, Abi menyampaikan.
ABI
Di mataku kamu gak bodoh sama sekali. Kamu wanita yang cantik, baik, tulus, berani, dan nurut sama orang tua. Itulah Aira yang kukenal!
Mendengar kalimat tersebut, tanpa ragu Aira memeluk erat Abi seraya berkata.
AIRA
Aku berhutang banyak sama kamu, Bi! Aku berterima kasih atas segalanya! Dan aku sayang banget sama kamu!
ABI
(Tersenyum) Serius?
Aira memandang Abi dengan pandangan penuh cinta.
AIRA
Serius!
ABI
Apa buktinya kalau kamu serius?
Aira memberikan ciuman singkat di pipi sebelah kanan Abi. Tak ayal Abi terbelalak kaget.
AIRA
Itu ciuman pertamaku! Kurang serius apa aku sama kamu?
Abi yang terkejut, mendadak membeku sejenak. Ketika kesadarannya kembali, dia lantas mendekati wajah Aira perlahan dan mengungkapkan.
ABI
Kalau begitu, ini bukti keseriusanku!
Abi mencium kening Aira cukup lama.
JUMP CUT TO:
Di tengah keromantisan, tiba - tiba pintu kamar dibuka. Papa, mama, dan Arya datang dengan maksud merawat mereka, tapi malah dibuat shock dengan pemandangan yang dilihat.
ARYA
Astaga!
Aira dan Abi segera memisahkan diri. Aira kemudian beranjak dari ranjang pasien dan melayangkan protes pada keluarganya.
AIRA
Kalian ini gak sopan, tahu gak? Harusnya ketuk pintu dulu kan sebelum masuk ke ruangan orang?
MAMA
Orang apanya? Kalian itu anak kami sendiri!
Aira menggaruk kepala, bingung menjawab apa.
AIRA
Ya... Bener, sih.
Arya berdecak berulang kali sambil berjalan menuju sofa. Sedangkan mama langsung menyibukkan diri dengan menata makanan di kulkas. Sementara papa, menghampiri Aira dan Abi. Agar suasana dapat cair, Aira berusaha basa – basi.
AIRA
Papa tadi hebat banget, loh! Bisa muncul tiba – tiba kayak superhero! Pasti papa punya insting yang tajam! Atau mungkin di alam bawah sadar kita, kita punya telepati?
PAPA
Mama kamu yang ngasih tahu papa kalau kamu lagi dalam bahaya di sana.
Seketika canggung.
AIRA
Oh, gitu...
Secara frontal, papa langsung bertanya pada Abi.
PAPA
Apa hubungan kalian berdua?
Abi yang ditanya, namun justru Aira yang salah tingkah.
AIRA
Apa? Kita... Kita...
ABI
Kita berencana menikah, Pa.
Aira terbelalak. Namun papa malah menanggapi santai.
PAPA
Baguslah kalau hubungan kalian memang serius. Kapan rencananya?
Abi tersenyum sembari menggenggam tangan Aira.
ABI
Secepatnya. Iya kan, Ra?
AIRA
Hm, iya tapi... Kita kan belum ada pembicaraan, Bi?
ABI
Kamu gak mau nikah sama aku?
AIRA
Bukan gitu maksud aku.
Abi memohon pada Aira seperti anak kecil.
ABI
Ayolah, Ra... Yuk, kita nikah, yuk!
Aira tertawa ringan atas kepolosan Abi. Dia lalu berkata
AIRA
Iya, ya. Hayuk kita nikah!
ABI
Yes! Papa sama mama ngerestuin, kan?
Mama membawakan potongan buah apel dan duduk di ranjang Abi.
MAMA
Mama sih udah pasti ngerestuin.
Aira melirik ragu pada papa.
AIRA
Papa gimana?
PAPA
Gak ada alasan buat papa nolak pria yang udah berani berkorban untuk putri papa.
Papa merangkul Aira. Sementara mama menggenggam tangan Abi.
PAPA
Ayo kita gelar pesta pernikahan yang meriah!
Semua nampak bahagia, kecuali Arya yang asik sendiri dengan game-nya.
CUT TO:
SC. 03 INT. KANTOR MAJALAH THE INDONESIA TIMES – SIANG
Tiga bulan berselang. Aira meletakkan sebuah undangan berwarna kuning keemasan di meja kerja Lea. Alhasil fokus Lea dalam mengetik artikel teralihkan.
LEA
Apa ini, dek?
AIRA
(Tersenyum malu) Lihat aja isinya...
Saat membaca nama Aira dan Abi di halaman depan undangan, Lea berteriak histeris.
LEA
Kalian nikah?!
Aira mengangguk senang. Merekapun saling berpelukan.
CUT TO:
SC. 04 EXT. LAPANGAN BASKET – SORE
Ketika tim basket Abi selesai melaksanakan pertandingan persahabatan, Abi mencegah kepulangan mereka dengan menyebarkan undangan. Sambil mengelap keringat menggunakan handuk, Abi berseru.
ABI
Hey, sebelum kalian pulang, ambil sesuatu dalam tasku, gih!
Secara gesit, Aldho membuka tas Abi.
ALDHO
Lo bawa oleh – oleh, ya?
RIO
Mana? Mana? Gua mau milih duluan!
Namun kenyataan kadang berbeda dari harapan, yang didapati hanya sebuah undangan.
ALDHO
Apa ini?
Sandi merampas undangan yang diambil dan membacanya.
SANDI
Woah! Abi nikah, gaes!
Seketika suasana lapangan basket menjadi riuh, penuh sorak - sorai dan ucapan selamat.
CUT TO:
SC. 05 EXT. RUMAH CARISSA – SORE
Seorang kurir mengantarkan undangan ke rumah Carissa. Dia menyambut kiriman yang diberikan dan langsung membacanya. Carissa-pun terkejut sembari menutup mulut.
CARISSA
Aira nikah sama Abi?! (beat). Gila, beruntung banget sih nih anak! Gak dapet Dipa, malah berjodoh dengan Abi! Nyebelin!
CUT TO:
SC. 06 INT. RUMAH DIPA – MALAM
Aira dan Abi menyambangi Dipa di rumahnya. Mereka lalu menyerahkan kartu undangan pernikahan mereka kepada Dipa.
AIRA
Wajib dateng lo, ya! Awas aja kalau gua gak liat muka lo nanti!
Meski perih, Dipa tetap berusaha tersenyum.
DIPA
Sebenernya ini rada ngagetin, sih. Gak nyangka, lo malah bersanding sama dia di pelaminan. Tapi demi ngehargai lo, gua bakal datang kok ke pesta pernikahan lo, Ra.
Abi menyikut lengan Dipa dan mencandainya.
ABI
Semoga di pernikahan kita, kamu nemuin jodoh, ya!
Untuk kesekian kalinya, Dipa terpaksa menyunggingkan senyuman palsu.
CUT TO:
SC. 07 INT. BALL ROOM HOTEL – PERNIKAHAN AIRA DAN ABI – SIANG
Di layar proyektor, video perjalanan cinta Aira dan Abi ditayangkan. Mulai dari momen pre-wedding hingga prosesi akad nikah dikemas dalam sebuah rekaman berdurasi lima belas menit.
AIRA (O.S)
Aku tidak pernah menyangka akan sampai di titik ini. Titik di mana aku bersanding denganmu di pelaminan. Rasanya hatiku kini dipenuhi bunga; harum, mekar, dan merekah. Kebahagian ini bukan sekadar karena aku berhasil menemukan pasangan setelah melalui berbagai pengalaman pahit. Lebih dari itu, aku sangat bahagia sekaligus bersyukur karena dirimulah yang menjadi belahan jiwaku. Kamu yang akan mengisi hari – hariku. Kamu yang menemani langkah - langkah hidupku kelak. Dan kamulah pemimpin yang menuntunku menuju keridhaan Allah dalam setiap hembus nafas. Aku mencintaimu, suamiku.
Setelah menampilkan video, Aira dan Abi mulai berjalan menuju pelaminan, diiringi lagu serta tarian khas adat Sumatera. Suasana pernikahan diliputi rasa suka cita.
FADE OUT.
TAMAT