ACT 2
PART 4
REUNION
SC. 22 EXT. BATAVIA CAFÉ – TAMPAK DEPAN – MALAM
Café bergaya vintage ala masa kolonial yang terletak di Jakarta Barat. Suasana cukup ramai. Dua orang pengunjung keluar dari café sambil bercengkrama.
CUT TO:
SC. 23 INT. BATAVIA CAFÉ – MALAM
Sesampainya di lokasi reuni, Aira dan Abi berjalan beriringan menuju area meja yang telah dipesan. Di sana sudah ada delapan orang pria dan dua orang wanita yang telah datang lebih dulu. Satu di antara wanita tersebut ternyata adalah Mbak Lea, sehingga membuat Aira tak kuasa meluapkan kegembiraan. Mata Aira terbelalak serta senyumnyapun merekah.
AIRA
Mbak Lea?! Mbak join pertemuan ini juga?
Lea yang tadinya hendak minum, menaruh kembali gelasnya di meja dan berdiri menyambut Aira.
LEA
Eh, Aira?!
Aira dan Lea saling cipika – cipiki.
LEA
Kalau tahu kamu ke sini juga, mending kita bareng!
AIRA
Iya, ya mbak! Tahu gitu, barengan sama mbak juga berangkatnya.
Lea melihat Abi, lalu berbicara pada Aira.
LEA
Oh, ini? Orang yang lebih gak jelas dari si pengusaha berlian itu?
Aira buru – buru meletakkan jari telunjuknya di bibir Lea.
AIRA
Sst, sst, sst mbak! Gak perlu dibahas, ya? Kalau mau penjelasan, besok aku jelasin sejelas – jelasnya di kantor. Oke?
Lea menganggukan kepala, kemudian memundurkan badannya dan membentuk gerak tangan seolah meresleting mulutnya.
LEA
Oke, deal!
Abi yang sedari tadi menyimak tingkah Aira dan Lea, bertanya.
ABI
Kalian udah saling kenal, ya?
LEA
Ya, iyalah! Orang kita satu divisi di The Indonesia Times.
Aira merangkul pundak Lea.
AIRA
Yups! Kita ini komplotan geng redaksi.
Abi mengangguk – angguk pelan.
ABI
Oh, pantesan... Akrab banget.
Lea yang masih merasa penasaran melihat kebersamaan Abi dan Aira, bertanya tanpa ragu.
LEA
Ini kalian berdua berangkat bareng?
ABI
Iya, Bu Bro. Dia ikut ke sini buat nyari jodoh renca...
Dengan sigap, Aira menginjak kaki Abi dengan santai. Otomatis Abi merintih kesakitan.
ABI
... Aw!
Ketika Abi menunduk, Aira berbisik di telinga Abi.
AIRA
Jangan bikin malu, please! Yang bisa denger omongan lo bukan Mbak Lea doang, tapi semua orang di sekitar sini.
Aira lantas berpura – pura khawatir.
AIRA
Oh, lo kena kaki gua, ya? Maaf Bi, gak sengaja.
ABI
Gak apa – apa, santai.
Sambil sedikit memelototi Aira, Abi berujar.
ABI
Lain kali hati – hati, ya!
AIRA
Ya, diusahakan...
Mengalihkan obrolan, Aira mencoba membaur.
AIRA
Ngomong - ngomong, aku boleh gak gabung di meja ini?
LEA
Boleh, dong! (Menyingkirkan tas di sebelahnya) Sini, sini duduk, dek!
Aira duduk di sebelah kanan Mbak Lea, sementara wanita satunya berhadapan dengan Mbak Lea. Dengan ramah, Airapun menyapanya.
AIRA
Halo, mbak! (Mengulurkan tangan) Namaku Haira Kasyaira. Mbak?
NANA
(Menyambut jabat tangan) Aku Nana. Salam kenal, ya!
AIRA
Iya, salam kenal, mbak!
Abi berpamitan kepada Aira untuk bergabung bersama teman – temannya di meja lain.
ABI
Kalau gitu, aku ke sana dulu, ya!
Abi menunjuk meja di serong kiri.
AIRA
Oh, iya... Tapi nanti ke sini lagi, oke?
Abi mengacungkan jempolnya pada Aira.
ABI
Beres! (Menatap Nana) Mbak, (Menatap Lea) Bu Bro, aku gabung ke mereka dulu, ya!
LEA
Iya, Bi. Kita jagain kok Aira-nya.
Ucapan Lea membuat Abi sedikit tersipu.
ABI
Apa sih, Bu Bro...
Abi lalu berjalan menuju meja yang dituju. Dia bergabung bersama tiga orang pria berbadan atletis. Sedangkan Aira tetap duduk santai di tempat.
AIRA
Kenapa Abi manggil mbak dengan sebutan Bu Bro?
LEA
Karena aku tuh udah kayak brother-nya dia.
Aira mengangguk – anggukan kepala, percaya begitu saja. Namun segera diluruskan oleh Nana.
NANA
Bukan, tapi karena suami Lea, alias pelatih mereka dulu dipanggil Pak Bro. Jadilah Lea dipanggil bro juga, benar begitu Bu Bro?
LEA
Ish... Nana mah dikasih tahu! Padahal dia pasti percaya, loh. Aira itu anak paling polos seantero kantor.
NANA
Kelihatan sih, aku juga dari awal udah duga nih anak jarang terkontaminasi aura negatif. Makanya aku kasih tahu, biar gak terjebak dalam pemikiran sesat.
Aira menowel – towel pipi Lea.
AIRA
Wah, mentang - mentang aku paling muda, mau dikibulin, ya?
Lea menangkap tangan Aira dan menaruhnya di atas meja.
LEA
Secara teknis bukan kamu tahu dek yang paling muda. Ada satu lagi cewek, istrinya Rio, dia satu tahun lebih muda darimu. Kebetulan mereka belum dateng.
AIRA
Oh, gitu... Kalau Mbak Nana sendiri, istri dari siapa?
Nana menyeruput secangkir kopi, kemudian memberikan gambaran petunjuk.
NANA
Suamiku yang pakai baju senada denganku.
Aira mengamati sekeliling dan mendapati seorang pria memakai kemeja putih dengan motif batik mega mendung di sebagian sisinya, sama seperti Nana.
AIRA
Oh, yang brewokan lagi berdiri itu ya, mbak?
NANA
(Tersenyum bangga) Iya...
LEA
Kalau suamiku kamu tahu, kan?
Lea menunjuk ke arah seorang pria tinggi besar yang sedang menghampiri Abi.
LEA
Itu, tu! Yang badannya paling makmur. Tolong ditandai ya, dek! Jangan dijadiin inceran (Tersenyum lebar).
Nana agak terkejut atas kalimat Lea yang menyiratkan tujuan kedatangan Aira.
NANA
Oh, jadi bener yang dibilang Abi tadi? Kirain bercandaan.
LEA
Bener kok, akhir - akhir ini Aira memang lagi usaha cari jodoh. Iya kan, dek?
Dengan nada pelan, nyaris tak terdengar, Aira menjawab.
AIRA
Yah... Gitulah, mbak. Karena tuntutan mama.
Nana yang menyadari ketidak nyamanan Aira melalui gestur tubuhnya yang menunduk ketika berbicara, tanggap menghibur.
NANA
Gak perlu sungkan sama kita – kita, Ra. Kita kan sama – sama dewasa dan paham soal ini.
LEA
Bener itu! Gak ada salahnya kok cewek berusaha buat nemuin pendamping hidupnya yang tepat. Ini bukan zaman batu, di mana cewek cuma bisa nunggu, nunggu, dan nunggu.
Aira kembali mendapatkan rasa percaya dirinya. Dia menatap Lea dan Nana dengan senyuman manis.
AIRA
Makasih, mbak.
Nana membalas senyuman Aira, lalu minum kopi lagi. Sementara Lea melihat ke arah Aira sambil menopangkan dagu.
LEA
Tapi ada satu hal sih dek yang bikin aku bingung sama kamu.
AIRA
(Ekspresi menerka) Apa? Apa ada kaitannya sama Dipa?
Lea nampak berpikir sejenak, kemudian berkata.
LEA
Yah, itu juga sih sebenernya (beat). Tapi yang aku maksud sekarang adalah kenapa kamu repot – repot nyari sampai ke sini, padahal cowok single paling oke di komunitas ini ya si Abi. Mending kamu coba perjuangin dia aja. Dia gak cuma ganteng loh, tapi juga baik, tajir melintir, dan ibadahnyapun rajin.
Aira termenung.
AIRA (V.O)
Kok di mata gua gak gitu, ya?
JUMP CUT TO:
Belum sempat Aira menjawab, datang dua orang pria menghampiri meja mereka. Seorang berbadan tambun dan bergaya nyentrik (Aldho), sedangkan seorang lagi berpenampilan casual dengan rambut gondrong yang diikat rapi (Sandi).
SANDI
Hi, semua! Apa Kabar?
ALDHO
Wow, kayaknya ada anggota baru, nih! (Bicara pada Nana) Siapa, mbak?
NANA
Tanya aja sendiri.
Aldho mengibaskan rambut.
ALDHO
Hi, cantik! Aku Aldho, boleh dipanggil mas, mas Al. Kamu?
Lea dan Nana kompak tertawa dan berkomentar.
LEA
Mas Al, kayak kenal.
NANA
Berasa tokoh utama sinetron dia.
LEA
Jauh banget padahal.
NANA
Siapa bilang Le, mirip banget tahu! Ini juga Mas Al, Mas Alah (masalah).
Aldho menanggapi dengan santai.
ALDHO
Ibu – ibu, tolong diam dulu ya. Mbak cantiknya jadi gak ngomong tuh.
LEA
Oh iya, Mas Al. Siap! Silakan lanjutkan.
Aldho kembali menyapa Aira
ALDHO
Jadi, cantik siapa namanya?
Dengan agak tertekan Aira menjawab.
AIRA
Aku Aira.
Sandi membungkukkan badan agar wajahnya berhadapan langsung dengan wajah Aira.
SANDI
Kita perhatiin dari tadi kamu duduk di sini aja. Gak ada niatan buat gabung dengan yang lain? Misalnya, sama kita gitu...
AIRA
(Tersenyum kecut) Oh, iya. Nanti aku bakal kenalan dengan yang lain kok! Sekarang kan acaranya aja belum mulai. Masih pada nungguin yang belum dateng.
ALDHO
Justru mending sekarang. Temenin mas minum kopi di sana, yuk!
Aldho menunjuk sebuah meja kosong.
AIRA
Aduh, gimana ya...
SANDI
Gak perlu takut, kita gak akan gigit, kok.
ALDHO
Iya, kita cowok baik-baik. Percaya deh, sama mas!
AIRA
Tapi aku masih mau di sini.
Sandi kembali berdiri tegak.
SANDI
Kalau kamu di sini terus, nanti kamu bosen, loh!
ALDHO
Kita bakal bantuin kamu kenalan sama yang lain juga kok, jadi ayo!
Aldho mulai mencoba menarik lengan Aira. Aira nampak sangat risih sehingga Lea berusaha mengingatkan Aldho.
LEA
Hey, kalau orangnya gak mau, jangan dipaksa!
ALDHO
Kita gak maksa, Bu Bro. Kita cuma ngajak. Masa mau berteman aja salah?
Tiba - tiba seseorang menggenggam kuat tangan Aldho untuk mencegah tindakannya menarik Aira.
RAKA
Lepasin! Jangan kayak gini, apalagi sama cewek! Gak sopan, tahu!
Aldho terkejut. Dia segera melepaskan genggamannya pada lengan Aira.
ALDHO
Eh, Raka?! Baru dateng, bro?
RAKA
Iya, dan langsung ngeliat kalian begini. Bikin gua ikut malu aja. Bisa – bisa orang nyangka alumni basket sekolah kita isinya cowok – cowok brengsek semua.
ALDHO
Yah, gak mungkinlah (beat). Kamu gak mikir gitu kan, Ra?
Aira melirik Raka sebentar, lalu berkata.
AIRA
Tadinya. Tapi setelah ngeliat mas ini, aku gak jadi mikir gitu sih.
Raka menepuk pelan perut buncit Aldho.
RAKA
Tuh, kan! Gua bilang juga apa. Baiknya lebih jaga sikap ya, bro!
Tanpa ada kata yang terujar, Aldho dan Sandi segera pergi meninggalkan Aira. Namun dari mimik muka mereka, keduanya jelas bad mood.
AIRA
Makasih ya, mas! Berkat mas, aku bebas dari gangguan mereka.
RAKA
Iya, sama-sama. Atas nama mereka, gua minta maaf ya kalau lo merasa keganggu.
AIRA
Oh, gak perlu minta maaf, mas! Mas kan gak ada salah.
RAKA
Tetep aja, gua ngerasa perlu minta maaf. Setidaknya untuk mewakili mereka.
AIRA
Mas baik banget... Boleh kenalan gak?
RAKA
Oh, iya! Gua sampai lupa ngenalin diri, ya? (Mengulurkan tangan) Nama gua Raka, lo?
AIRA
(Menjabat tangannya) Aku Aira. Senang bertemu dengan, mas!
Raka tersenyum lebar.
RAKA
Gua juga senang ketemu dengan lo.
Suami Lea melambaikan tangan pada Raka, memanggilnya agar bergabung dengan mereka.
SUAMI LEA
Bro, ke sini geh, bro!
RAKA
Siap, Pak Bro!
Raka berpamitan pada Aira.
RAKA
Gua ke sana dulu, ya! Dipanggil Pak Bro.
Raka berpamitan pada Lea dan Nana.
RAKA
Mari semua.
Lea dan Nana membalas dengan senyuman. Sebelum melangkah pergi, Raka berbicara pada Aira lagi. Dia menepuk pelan pundak Aira.
RAKA
Nanti kita ngobrol lagi, ya! Oke?
AIRA
Oke.
Aira memandangi kepergian Raka. Setelah Raka benar – benar menjauh, Aira langsung mencari tahu mengenai dirinya melalui Lea dan Nana.
AIRA
Dia siapa ya mbak?
LEA
Seperti yang kamu tahu, dia Raka.
AIRA
Maksudku hal lain tentang dia, kayak dia kerja apa atau dia anak siapa gitu?
NANA
Kamu tertarik sama dia?
Tanpa ragu, Aira mengakui.
AIRA
Iya, mbak. Dari awal kedatangannya udah narik perhatian.
LEA
Setahuku dia kerja jadi supplier obat - obatan medis gitu. Spesifiknya kurang tahu, sih. Soalnya dia agak pendiam dan tertutup.
NANA
Sepengetahuanku juga, dia tinggal sendiri. Kita – kita gak tahu banyak soal orang tuanya. Tapi ada kabar baik yang harus kamu tahu (beat). Dia gak punya gandengan. Alias masih jomblo sama kayak kamu. Boleh tuh, dicoba! Kalau sama Raka, aku ikut dukung, deh!
LEA
Tapi kalau aku kok kurang srek ya sama dia. Kayak terlalu misterius gitu orangnya.
NANA
Justru di situ daya tariknya.
Aira mengamati Raka dari kejauan. Selain penampilan fisiknya yang masuk kriteria Aira; berkulit sawo matang, alis tebal, dan badan tinggi tegap, dia juga nampak memiliki sifat yang baik sebagai seorang pria.
JUMP CUT TO:
Acara reuni dimulai. Semua orang duduk berkumpul. Suami Lea memberikan sambutan.
SUAMI LEA
Makasih buat semuanya yang telah menyempatkan waktu hadir di sini. Dan spesial terima kasih pula buat ketua tim basket angkatan 72 kita, Raka Malik. Karena berkat dia yang ngordinir ini semua, akhirnya reuni kita bisa terlaksana, setelah sekian lama hanya wacana. Maka dari itu, dipersilakan untuk Raka secara resmi membuka acara ini.
Suami Lea duduk, lalu memberikan isyarat pada Raka untuk berdiri. Raka-pun menuruti perintah mantan pelatihnya, meski merasa terpaksa.
RAKA
Sejujurnya gua gak tahu nih mesti ngomong apa, gua belum sempet ngerangkai kata – kata karena Pak Bro juga gak nge-briefing gua sebelumnya (beat). Tapi yang jelas, gua berterima kasih ke kalian semua karena di tengah kesibukan kalian, kalian mau ke sini buat have fun bareng, seperti saat dulu kita bersama. Semoga hubungan silaturahmi, dan kekeluargaan kita sebagai sesama mantan ‘atlet’ SMA 02 bisa terus terjalin dengan baik sampai nanti kita jadi kakek – kakek.
Raka mengambil minumannya dari meja.
RAKA
Semuanya bisa tolong diangkat minumannya masing – masing. Kita buka acara reuni kita bersama.
Semua orang mengambil minumannya, tak terkecuali Aira. Setelah itu, Raka kembali berkata.
RAKA
Dengan ini, acara reuni tim basket SMA 02, resmi digelar.
Raka mengangkat minumannya lebih tinggi.
RAKA
Cheers!
Semua orang mengikuti Raka dengan gembira.
ALL
Cheers!
Raka dan Aira saling bertatapan. Abi menyadari hal tersebut.
JUMP CUT TO:
Memasuki acara makan bersama, Raka memilih duduk berdua bersama Aira.
RAKA
(Menenteng piring) Boleh gua duduk di sini?
Aira cukup terkejut, sekaligus senang.
AIRA
Oh? Iya... Boleh, boleh!
RAKA
Lo gak bareng Mbak Nana dan Bu Bro lagi?
AIRA
Mereka sama suaminya masing - masing. Gak enak kan kalau aku nimbrung.
RAKA
Bener, sih. Bisa jadi nyamuk lo di antara pasutri.
AIRA
Iya, udah pasti dikacangin.
Melihat Aira sedang kesulitan memotong daging, Raka berinisiatif mengambil piring Aira untuk membantu memotongkannya.
RAKA
Sini, biar gua potongin.
Karena tak enak hati, Aira menolak halus.
AIRA
Gak apa – apa, aku bisa kok.
Namun Raka bersikeras.
RAKA
Udah gak apa – apa, sini biar gua yang motongin
Diserang oleh senyuman manis Raka, Aira luluh juga. Dia menyerahkan piringnya pada Raka. Setelah Raka memotongkan daging, dia mengembalikan piring tersebut pada Aira.
AIRA
Makasih, ya...
RAKA
Sama – sama (beat). By the way, lo kesini bareng siapa?
Aira menunjuk ke arah Abi dengan menggunakan pisau.
AIRA
Tuh! Sama orang itu. Tapi dia keasikan sendiri, sampai lupa sama aku. Bener – bener temen yang gak setia kawan.
RAKA
Si Abi emang hobi bergaul. Lihat aja, dia bahkan belum ngambil makanan karena seru ngobrol di sana.
AIRA
Gak penting ah, ngomongin dia. Bikin kesel!
RAKA
Tapi, ada satu hal lagi yang mau gua bahas tentang dia.
Aira mulai menyuap makanan.
AIRA
Apa?
RAKA
Dia siapanya lo?
AIRA
Bukan siapa – siapa. Cuma temen (beat). Temen yang ngeselin.
RAKA
Yakin lo gak ada hubungan lain sama dia selain sebagai temen?
AIRA
Yakin bangetlah! Emang kenapa?
RAKA
Soalnya gua punya harapan untuk bisa lebih dari sekadar teman lo.
Aira terdiam, menatap dalam mata Raka.
RAKA
Boleh, kan?
Aira malu – malu.
AIRA
Maksudnya gimana, ya?
RAKA
Gua pengen lebih deket dengan lo, Ra. Apa menurut lo, gua berlebihan punya harapan itu?
Aira segera menggelengkan kepala cepat, lalu berkata.
AIRA
Gak dong, berlebihan apanya (beat). Akupun berharap yang sama.
RAKA
Serius?
Aira menganggukkan kepala.
RAKA
Kalau gitu, lo keberatan gak abis acara ini kita lanjut jalan berdua?
AIRA
Tentu aja gak keberatan.
Raka dan Aira sama - sama tersipu malu sambil menikmati hidangan. Tak lama, datang seorang wanita menyambangi meja mereka.
CARISSA
Aira? Kamu bener Aira, kan?
Ketika Aira menoleh, wajahnya langsung masam.
AIRA (V.O)
Ah, kenapa dari sekian banyak manusia, mesti ketemunya sama dia, sih?!
Carissa mendekatkan wajahnya pada Aira, mencoba memastikan.
CARISSA
Iya, bener! Kamu Aira!
Aira berusaha maksimal untuk tersenyum, poker face.
AIRA
Carissa? Ngapain kamu ke sini?
CARISSA
Aku nemenin suamiku, Mas Rio. Kamu sendiri, kenapa bisa sampai di sini? Jangan – jangan kamu udah nikah ya sama Raka?! Kapan kalian nikahnya? Kok gak ngundang – ngundang, sih!
RAKA
Jangan salah paham. Kita belum nikah, kok. Doain aja, ya!
Carissa nampak kaget.
CARISSA
Oh My God! Berarti sampai sekarang kamu belum nikah, Ra?! (beat). Kasihan banget...
AIRA
Apanya yang kasihan? Biasa aja kali.
CARISSA
Kasihanlah... Aku aja udah hamil anak kedua, sedangkan kamu masih berkutat di hubungan yang gak jelas. Padahal kamu lebih tua setahun dariku, loh! Em, berapa? Dua sembilan, ya?
Aira menghela nafas berat.
AIRA
Hah... Percayalah, hidupku gak separah bayanganmu kok.
CARISSA
Tetep aja aku prihatin!
Carissa berbisik.
CARISSA
Kak Dipa akhirnya ninggalin kamu, kan? Sabar ya, hidup emang gak selalu indah. Yah, walaupun gak sebanding, Raka bolehlah. Semoga kalian sampai di pelaminan, biar kamu gak jadi perawan tua.
Aira tersulut emosi. Kedua tangannya terkepal di meja, menahan amarah.
AIRA
Maksudmu itu apa ngomong kayak gitu?!
CARISSA
Aku gak ada maksud apa - apa. Cuma berusaha ngehibur kamu, salah?
AIRA
Salah! Kamu gak perlu ikut campur urusan orang lain, terlebih kamu sama sekali gak tahu – menahu tentang orang yang kamu bicarain.
CARISSA
Gak tahu gimana? Apa kamu lupa kalau aku ini satu almamater SMA denganmu dan Kak Dipa? Jelas aku tahu dong tentang kalian. Kalian kan dulu dinobatin sebagai pasangan ter-hits di sekolah! Gak nyangka, ternyata ujungnya bubar juga. Kak Dipa pasti nyesel ngelepasin aku demi kamu yang sukanya main – main dalam hubungan.
Aira menyeringai, kemudian berdiri dan berucap santai di depan wajah Carissa.
AIRA
Segitu sakit hatinya kah kamu ditolak sama Dipa dulu? Sampai kemakan segala macam rumor dan nyalahin aku atas penolakan yang kamu terima darinya? Dasar bodoh!
CARISSA
Kamu bilang aku apa, bodoh? Makin gede kamu makin kasar, ya. Gak heran sih, dari dulu juga udah kelihatan bibitnya.
AIRA
Kalau kamu cukup pintar, seharusnya kamu bisa jaga omongan, apalagi lagi hamil gitu. Gak baik tahu ngejelekin orang, takut ketulah.
Aira lekas mengambil tasnya lalu menyenggol kasar pundak Carissa dan berjalan pergi ke arah pintu utama café. Sementara Carissa hanya dapat terdiam dengan mata yang memeloti namun berkaca - kaca.
CUT TO BLACK: