Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Yuk Nikah, Yuk!
Suka
Favorit
Bagikan
7. ACT 2 PART 5 #Movement

ACT 2

PART 5

MOVEMENT

 

SC. 24 EXT. BATAVIA CAFÉ - MALAM

Aira berjalan ke arah luar, disusul Raka di belakang. Saat telah melewati pintu, Aira berdiri diam sembari memijat keningnya, sementara tangan satunya bertopang pada pinggang.

AIRA
Ish, sialan! Gak pernah berubah – berubah ya tuh orang! Dari dulu sampai sekarang, racun banget mulutnya!


Aira menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

AIRA
Hah... Rusak sudah! Mood gua rusak, makan malam gua sama Raka juga rusak (beat). Hancur semua, hancur!


Aira duduk jongkok sambil menundukkan kepala, dia terlalu lelah. Namun beberapa saat kemudian, Raka datang sembari menyelimuti Aira dengan jaket parkanya.

RAKA
Angin malam itu dingin, Ra. Nanti kamu bisa masuk angin kalau kelamaan di sini.


Aira mendongakkan kepala, menatap Raka. Dia berpikir sejenak, lalu berkata.

AIRA
Tapi kalau kayak gini, kamu yang jadi kedinginan.
RAKA
Tenang aja, kulitku sekuat kulit badak, kok!


Aira tertawa ringan.

AIRA
Masa? Awas ya kalau aku denger kabar kamu kena flu! Bisa – bisa aku merasa bersalah.
RAKA
(Tersenyum lebar) Gak akan...


Aira berdiri dan Raka memasukkan kedua tangannya di saku celana, kemudian Raka bertanya ragu.

RAKA
Kamu... Mau gak, nonton?
AIRA
Nonton di bioskop?
RAKA
Iya, ada film bagus yang baru aja release. Judulnya The Inside House 9.
AIRA
Oh, itu udah keluar?! Aku nungguin itu dari tahun lalu!
RAKA
(Antusias) Oh, sama dong! Aku juga udah lama nungguinnya. Kamu suka horor juga, ya?
AIRA
Suka! Dan The Inside House itu salah satu film horor favoritku. Semua sekuel sebelumnya udah aku tonton. Bahkan aku punya koleksi DVD-nya!


Ketika Aira sedang semangat bercerita, mendadak Abi masuk ke dalam obrolan.

ABI
Aku juga suka film horor.


Secara otomatis, Raka dan Aira menoleh ke sumber suara yang mengejutkan.

ABI
Kenapa pada ngeliatin gitu? Kegantenganku gak manusiawi, ya?
AIRA
Gua kira lo lupa sama gua!


Abi mengacak – acak rambut Aira.

ABI
Ya, gak mungkinlah!


Tidak ingin kehilangan perhatian Aira, Raka kembali bertanya.

RAKA
Jadi kan Ra, rencana kita?
AIRA
Oh, iya! Jadi, dong!

Raka menggenggam tangan Aira.

RAKA
Kalau gitu, yuk buruan kita berangkat!


Abi segera mencegah dengan merangkul Aira. Namun alih – alih memeluk di pundak, tangannya justru melingkar di leher Aira, seolah hendak mencekik.

ABI
Dia gak boleh ke mana – mana tanpa aku! Paham?!
RAKA
Memangnya lo siapa, bro? Pacar?


Dengan penuh rasa percaya diri, Abi berujar.

ABI
Aku orang yang dikasih amanah oleh orang tuanya langsung buat jagain dia.
RAKA
Bener itu, Ra?


Dibanding menjawab Raka, Aira memilih melepaskan dirinya dari kuncian Abi terlebih dahulu. Dia memukul keras perut Abi menggunakan siku.

ABI
(Memegangi perutnya) Aw, sakit!
AIRA
Makanya lo gak usah banyak gaya!


Abi jongkok sambil menundukkan kepalanya.

ABI
Duh, sakit banget! Perutku...


Aira yang melihat Abi merintih kesakitan, akhirnya iba. Dia ikut jongkok untuk memeriksa kondisi perut Abi.

AIRA
Seriusan sakit, Bi?! Sebelah mananya? Kanan atau kiri? Bawah, atas?
ABI
Idung! (Memencet hidung mancung Aira).


Abi segera berdiri dan berbicara tegas pada Raka.

ABI
Pokoknya kalau kalian pergi, aku mesti ikut!


Aira lekas membalas Abi dengan menempeleng kepala pria tersebut.

AIRA
Jangan kebiasaan nge-prank gitu, ah! Bikin orang khawatir aja! Kalau lo beneran sakit, terus orang kapok percaya, gimana?!


Abi mengusap kepalanya, kali ini benar – benar sakit.

ABI
Kamu ini cewek apa kuli, sih?! Tenaganya, ampun! (beat). Lagian kan aku cuma niru kamu, yang kemarin sok kesakitan pas disentil doang.


Raka yang menyaksikan tingkah kekanakan mereka, berbisik pelan.

RAKA
Kalian kelihatan akrab, ya...


Menyadari suatu kesalah pahaman, Aira sigap meluruskan. Aira meraih tangan Raka lalu membujuknya.

AIRA
Gak, kok! Sebenernya gak seakrab kelihatannya. Seriusan! (beat). Dari pada bahas ini, mending kita pergi nonton sekarang, yuk! Nanti keburu kemaleman. Ya?


Raka menganggukkan kepala sembari tersenyum. Mereka berduapun berjalan ke tempat parkir, disusul Abi di belakangnya.

CUT TO:

 

SC. 25 INT. RUMAH DIPA – MALAM

Dipa menonton televisi sendirian di ruang keluarga. Ponselnya lalu bergetar, awalnya dia tersenyum karena mengira itu pesan dari Aira, tapi ternyata hanya kiriman pesan dari provider. Dipa cemberut sembari mengecek ponselnya. Pesan terakhirnya tadi sore belum juga dibalas oleh Aira, sehingga diapun menelepon Aira.

PROVIDER (O.S)
Nomor yang anda tuju tidak menjawab, silakan tinggalkan pesan...


Dipa menutup panggilan. Dia kemudian bersandar di sofa dan kembali menelepon.

DIPA (On phone)
Halo? Assalamualaikum.

CUT TO:

 

SC. 26 INT. RUMAH AIRA – MALAM

Di ruang keluarga, papa tengah sibuk bermain gadget, Arya sedang mengerjakan PR, sedangkan mama asik menonton sinetron. Suatu waktu, terdengar dering ponsel mama. Ketika melihat bahwa yang menghubungi Dipa, mama langsung mengangkatnya.

MAMA (On phone)
Walaikumsalam. Eh, Nak Dipa! Apa kabar?


Papa dan Arya saling melirik satu sama lain, mereka tahu betul mama bahagia hanya karena telepon dari Dipa.

INTERCUT.

DIPA
Baik, ma. Mama apa kabar?
MAMA
Alhamdulillah mama sekeluarga juga baik. Ada apa nih malem – malem nelepon? Tumben...
DIPA
Ini ma, apa aku bisa bicara sama Aira? Soalnya aku teleponin, gak diangkat.
MAMA
Oh, Aira lagi gak di rumah, Nak Dipa. Pergi keluar sama Nak Abi.
DIPA
Abi? Abi siapa, ma?
MAMA
Abizard, itu loh temen Aira yang putih, tinggi, ganteng, brewok tipis, dan berbadan atletis itu.
DIPA (V.O)
Brewok? Apa mungkin cowok yang nabrak Aira itu? Gak, gak mungkin.
MAMA
Mereka baru berangkat sore tadi, kemungkinan pulang agak maleman. Apa ada pesan dari Nak Dipa buat kakak? Nanti pasti bakal langsung mama sampein.
DIPA
Oh, gak usah ma. Nanti aku coba hubungin lagi aja.
MAMA
Ya udah, kalau gitu. Terserah Nak Dipa aja.
DIPA
Oke deh, ma. Makasih, ya! Sehat – sehat terus mama di sana.
MAMA
Sama – sama, makasih juga doanya.
DIPA
Wassalamualaikum.
MAMA
Walaikumsalam.


Mama melanjutkan kegiatan menonton televisi, begitupun dengan Dipa. Bedanya, Dipa jadi kepikiran oleh perkataan mama. Dia menerka – nerka, siapa yang sedang jalan bersama Aira malam ini.

CUT TO:

 

SC. 27 INT. MALL – BIOSKOP XXI – MALAM

Aira dan Raka mengantre jajanan, sementara Abi berada di barisan penjualan tiket. Setelah itu, mereka duduk di salah satu bangku kosong yang tersedia. Mereka menunggu selama sepuluh menit di sana.

CUT TO:


SC. 28 INT. MALL – TEATER BIOSKOP XXI – MALAM

Mereka bertiga masuk ke dalam teater satu. Ketiganya berjalan menuju tempat yang telah dipesan.

AIRA
Ini kan bangku kita?
RAKA
(Mengecek nomor) Iya, bener! C tujuh, delapan, sembilan.
ABI
Aku duduk di C delapan! (Langsung menduduki bangkunya).


Aira mengernyitkan alis, lalu menepuk kasar pundak Abi.

AIRA
Minggir! Itu bangku gua!
ABI
Ih, sejak kapan? Aku mau di sini pokoknya!
AIRA
Kalau lo yang di situ, artinya gua sama Raka kepisah. Minggir, ih! Resek amet jadi orang!


Aira mendorong – dorong Abi.

RAKA
Ayolah, Bi! Ngalah sama cewek.
ABI
Dia gak aku hitung cewek, tuh! Mana ada cewek tenaganya kayak beton.


Aira menatap tajam pada Abi. Dia meniup poni ratanya lalu berseru.

AIRA
Minggir atau gua pulang?!
ABI
Kok ngancem? (Sambil menyuap popcorn).
AIRA
Lo ngatain gua gila, gua gak masalah. Lo ngatain gua kuli, gua gak masalah. Lo ngatain gua beton juga gak masalah. Tapi gua gak suka ya kalau lo bertingkah kayak gini! Gua kira kemarin lo tulus mau bantuin gua, kenyataannya sekarang malah bikin ribet, tahu gak?!


Abi mulai merasa bersalah, diapun berbicara lembut.

ABI
Kamu marah?
AIRA
Pikir aja sendiri!


Abi berpindah ke C tujuh dengan pandangan yang tertunduk.

ABI
Itu bangkunya... Maafin aku ya, Ra!


Aira dan Raka kemudian duduk di bangku yang sesuai dengan keinginan mereka. Usai duduk nyaman, Aira mengelus kepala Abi dengan senyum merekah.

AIRA
Good, boy!


Abi menatap Aira bingung, lalu dia menyadari sesuatu.

ABI
Kamu gak marah? Bohongan tadi marahnya?
AIRA
Ngapain gua marah beneran cuma karena bangku? Ngabisin energi aja.


Abi bersandar lesu di kursinya.

ABI
Hah... Tahu gitu, mending aku gak ngalah!

JUMP CUT TO:

Selama film diputar, Aira senantiasa memegang tangan Raka dan berlindung padanya di setiap adegan mengerikan. Hal ini membuat Abi cemburu, sehingga terkadang dia menjahili Aira dengan sengaja menginjak kakinya, melemparinya popcorn, bahkan berpura - pura histeris ketakutan untuk sekadar mengusik ketenangan Aira.

CUT TO:

 

SC. 29 INT. MALL – BIOSKOP XXI – MALAM

Begitu keluar dari teater, Aira langsung berkeluh - kesah sambil terus berjalan.

AIRA
Sumpah, lo berisik banget, Bi! Teriak – teriak mulu! Bikin malu!
ABI
Ya, emang serem filmnya. Masa dia ketusuk pisau, aku ketawa? Kan gak logis! Emang aku psikopat?
AIRA
Mending jalan bareng psikopat deh, dari pada sama lo. Gak lagi – lagi!


Raka mencoba menenangkan Aira, dia mengusap lembut kepala Aira.

RAKA
Gak boleh gitu, Ra. Ucapan itu doa, loh! Dibawa sabar aja, ya...


Aira tersenyum teduh pada Raka.

AIRA
Iya, Ka. Maaf ya aku suka emosi ngadepin dia. Aku bakal berusaha buat lebih sabar lagi demi kamu!


Di belakang, Abi mengejek Aira dengan mengikuti ucapannya.

ABI
Iki birisihi sibir dimi kimi! Hilih!

CUT TO:

 

SC. 30 INT. MALL – BASEMENT – MALAM

Aira dan Raka berjalan menuju mobil Raka. Namun ketika Aira hendak membuka pintu mobil, Abi menghalangi.

ABI
Mau ngapain kamu?
AIRA
Ngapain?! Ya mau masuklah! Mestinya gua yang nanya gitu ke lo, ngapain lo ngalangin jalan gua? Mobil lo di sebelah, noh!
ABI
Kita kan mau pulang, mestinya kamu bareng aku, dong?


Raka yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil, akhirnya keluar dan menghampiri Abi.

RAKA
Apa lagi sih, bro? Kok lo hobi banget cari perkara?
ABI
Bukan nyari perkara, tapi aku ini menyampaikan kewajiban yang mesti aku penuhi sebagai seorang laki-laki.
RAKA
Kewajiban apa? Menafkahi? Membimbing? Atau mengimami?


Abi membuang muka.

ABI
Apa, sih... Jayus.
RAKA
Mending jayus, dari pada carper.
ABI
Maksud kamu, aku carper?!
RAKA
Gak ada yang bilang gitu tuh, kok lo ngerasa?


Abi dan Raka saling menatap tajam, seolah ingin memukul satu sama lain. Maka dari itu, Aira menengahi.

AIRA
Ayolah... Kalian berdua itu pria dewasa, jangan bertengkar seperti ini! Malu sama umur!
ABI
Iya, dasar! Gak tahu malu!
AIRA
Itu kata – kata berlaku buat lo juga, ya!


Raka menyeringai sinis.

RAKA
Bener – bener gak tahu malu.
AIRA
Udah gak usah diperpanjang!


Abi meraih tangan kiri Aira dan berkata.

ABI
Kamu berangkat kan sama aku, artinya pulang juga bareng aku, dong?


Raka meraih tangan kanan Aira dan berkata.

RAKA
Izinin aku nganterin kamu pulang, ya? Biar aku bisa sekalian kenalan juga sama orang tuamu.
AIRA (V.O)
Ya, Allah... Mereka berdua ini kenapa sih? Jadi pada kekanakan.
ABI
Ra, seriusan deh, mending bareng aku! Nanti mamamu nganggap aku gak bisa jaga amanah.
RAKA
Kamu lebih nyaman sama aku kan, Ra? Buat apa ragu? Ayo, naik mobilku!
ABI
Gak boleh, Ra! Mobilku jauh lebih bagus dibanding mobilnya! Ikut aku aja!
RAKA
Percuma mobil bagus kalau di dalemnya bareng orang yang bikin kesel mulu!


Aira berujar lantang sembari melepaskan paksa genggaman kedua pria tersebut dari tangannya.

AIRA
Berisik! Kalian suit, gih!
ABI
(Keheranan) Suit? Suit Indonesia apa Jepang?
AIRA
Terserah suit apa aja! Cukup sekali suit untuk nentuin siapa pemenangnya. Aku bakal pulang sama siapa aja yang keluar jadi pemenang.
RAKA
Gak bisa gitu dong, Ra! Kamu kan udah jelas pengen pulang bareng aku tadi...
AIRA
Iya, sih. Tapi menurutku ini cara teradil untuk diterima semua pihak, Ka. Pokoknya hasil penentuannya, gak boleh dikomentari, diinterupsi, apalagi disanggah, ya! Ngerti? (beat). Supaya kita sama – sama enak.


Abi melakukan peregangan jari.

ABI
Ya udah, ayo! Siapa takut!


Abi dan Raka akhirnya mengabulkan permintaan Aira untuk suit. Abi melaksanakannya dengan percaya diri, sedangkan Raka penuh kekhawatiran akan kekalahan sebab dia merasa tidak jago dalam hal ini.

CUT TO:

 

SC. 31 INT. MOBIL RAKA - MALAM

Raka mengemudikan mobil, bersama dengan Aira yang duduk di sebelahnya sambil memakan keripik singkong. Pria itu terus tersenyum semenjak memenangi pertandingan bersuten.

AIRA
Kamu senyam – senyum mulu dari tadi. Abis dapet lotre?
RAKA
Lebih berharga dari lotre, aku dapet kamu di samping aku!
AIRA
(Tersipu malu) Aku juga seneng sih hasil akhirnya aku ada di sini.
RAKA
Aku tahu dari awal kamu mau bareng aku. Tapi kenapa gak langsung tegasin aja ke dia, sih? Mesti pakai suit dulu? Untung aku yang menang. Kalau gak, aku jadi sendirian.


Aira memakan keripik, kemudian menyuapi Raka yang tengah fokus menyetir. Senantiasa bergantian seperti itu.

AIRA
Aku gak enak dong sama Abi. Gitu – gitu dia juga kan temen aku, temen kamu juga. Masa ditolak mentah – mentah, padahal berkat dia juga kita bisa ketemu dan kenalan.
RAKA
Iya, emang ada benernya. Semula akupun gak masalah jalan bertiga sama dia, mengingat dia temen. Cuma lama - kelamaan dia malah makin nyebelin. Kamu ngerasain kan apa yang aku rasain?
AIRA
Ya, aku paham kok perasaan kamu. Tapi ya udahlah, pada dasarnya dia memang gitu, nyebelin. Cukup dimaklumi aja.
RAKA
Justru sebenernya Abi itu orang yang asik dan easy going, loh. Baru kali ini aku ngeliat dia bertingkah kekanakan, seolah cari perhatian.
AIRA
Masa, sih? Perasaan dari pertama kali ketemu, dia selalu nyebelin.


Raka menengok Aira sebentar.

RAKA
Apa mungkin?
AIRA
Apa mungkin, apa?
RAKA
Apa mungkin, dia suka sama kamu?


Aira tersedak keripik, dia buru – buru mengambil botol air minum yang berada di belakang jok mobil lalu meminumnya. Usai kondisi tenggorakan stabil, dia berujar.

AIRA
Gak mungkinlah dia suka aku! Percaya deh, selera dia itu bukan di aku. Berkaca dari mantannya, dia kayaknya suka sama cewek yang imut – imut menggoda gitu. Sedangkan aku? Mana ada imut – imutnya! Badan aja kayak tiang listrik.
AIRA (V.O)
Lagian mana mungkin dia bantuin gua nyari jodoh, kalau dia emang punya rasa sama gua. Pikiran lo nih terlalu ngawur, Raka!
RAKA
Habis dia seakan jadi orang yang berbeda setiap sama kamu. Biasanya kalau udah gitu, artinya kamu spesial kan bagi dia.
AIRA
Spesialnya dalam artian apa dulu, nih? Positif atau negatif? Ngeliat tingkahnya jadi negatif, apa bukan berarti spesialnya dalam makna negatif, ya? Bisa aja dia begitu karena masih kebawa kesel sama aku akibat insiden tabrakan kemarin.


Raka perlahan mengerem laju gas, sebab menjumpai lampu merah. Dia lalu menatap khawatir pada Aira.

RAKA
Kalian kemarin sempet tabrakan? Di mana?
AIRA
Gak kemarin banget, sih. Beberapa hari yang lalu, motor Abi nyerempet mobilku di daerah TB Simatupang. Di situlah pertama kali kita ketemu dan mungkin karena first impression yang buruk itulah, makanya dia suka nyebelin ke aku.
RAKA
Jadi kalian belum lama kenal?
AIRA
Belumlah, genap seminggu juga belum.


Raka sedikit tercengang.

RAKA
Oh... Kok kelihatannya akrab banget, ya?
AIRA
Makanya aku sempet bilang kan ke kamu, aku sama dia itu gak seakrab kelihatannya. Aku gak tahu hobi, makanan favorit, ataupun hal – hal lain yang dia suka, begitupun sebaliknya. Ya karena kita juga baru kenal.
RAKA
(Berbicara lirih) Aku harap kalian gak akan lebih akrab dari sekarang.
AIRA
Loh? Kenapa?
RAKA
Karena keakraban kalian sedikit melukaiku.


Aira terdiam, menatap mata Raka secara mendalam.

RAKA
Aku suka kamu Aira. Apa bisa, hubungan kita lebih dari sekadar teman? Aku ingin mulai detik ini punya kejelasan status denganmu.
AIRA
Apa menurutmu ini gak terlalu cepat?
RAKA
Aku tahu, kamu pasti mikir gitu. Tapi aku juga sulit memungkiri, aku sangat takut 'posisi' itu diambil orang lain. Makanya aku memberanikan diri mengungkapkan ini, meski sadar ini tindakan gegabah.


Aira berpikir beberapa saat, kemudian mengutarakan.

AIRA
Maaf, aku belum bisa jawabnya sekarang, Ka. Aku butuh waktu untuk ambil keputusan.


Raka tertunduk lesu namun tetap berupaya memahami.

RAKA
Baiklah, aku mengerti.


Tak lama, lampu hijau menyala dan Raka-pun kembali menancap gas.

CUT TO BLACK:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar