Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
ACT 2
PART 8
PSYCHO
SC. 44 EXT. JALAN RAYA – SIANG
Abi mengejar mobil Geo dengan menggunakan motor matic-nya. Namun karena terlampau jauh dan kondisi jalanan sedang lenggang, usaha Abi untuk menyalip mobil tersebut menjadi sia – sia.
CUT TO:
SC. 45 EXT. GEDUNG TUA BEKAS RUMAH SAKIT – SORE
Meski Abi sulit menyusul mobil Geo karena terlanjur jauh tertinggal, namun setidaknya dia mampu mengikuti ke mana arah mobil mencurigakan itu berhenti. Di depan gerbang sebuah gedung yang tak terawat, Abi memarkirkan motornya. Dia membuka helm lalu bergumam.
Abi memandang sekeliling. Tak ada satupun rumah warga di dekat tempatnya berdiri. Hanya barisan temboklah yang menghiasi sepanjang jalan yang sunyi.
Abi terdiam sejenak mengamati gedung tua yang nampaknya bekas sebuah puskesmas itu. Dia kemudian mengambil ponsel di saku celana, lalu mencoba menelepon Mama Aira. Namun tidak diangkat. Sehingga Abi mengirimkan foto lokasi dan pesan whatsapp kepada Mama Aira.
Abi menatap layar ponsel seraya memukul stang motornya.
Usai menghubungi mama, Abi mulai mengendap masuk ke dalam.
CUT TO:
SC. 46 EXT. GEDUNG TUA – HALAMAN BELAKANG – SORE
Berbekal balok kayu yang tak sengaja ditemukan, Abi mengitari gedung. Dia mencari keberadaan mobil dan menemukannya di bawah pohon rindang di halaman belakang. Tetapi ternyata tidak ada orang di sana, sehingga Abi bergegas memeriksa isi gedung.
Abi menarik dan menghembuskan nafas panjang.
CUT TO:
SC. 47 INT. GEDUNG TUA – SORE
Satu per satu ruangan di lantai satu diperiksa oleh Abi. Namun dia tidak menemukan apapun kecuali debu dan serangga. Sehingga dia beranjak menuju lantai dua. Di saat hendak melangkahkan kaki di anak tangga, tiba - tiba terdengar bunyi lonceng. Abi diam membeku dengan mata terbelalak.
Abi-pun melihat ke arah kakinya. Dia menemukan seutas benang berwarna putih terjulur ke samping. Di ujung tali itu ada dua lonceng kecil yang saling berpautan.
CUT TO:
SC. 48 INT. RUMAH AIRA – RUANG KELUARGA - SORE
Mama dari arah dapur, berjalan menuju sofa untuk rebahan serta menonton televisi. Tak lama kemudian, mama mengecek ponselnya yang sedari tadi tergeletak di atas meja.
Perhatian mama mendadak teralihkan oleh notifikasi pesan dari Abi. Mama membacanya dan seketika terkejut. Mama berteriak memanggil papa.
Sambil membawa pemotong rumput, papa berlari menghampiri mama dengan sangat panik.
Papa mendapati mama tengah menangis sambil menutupi mulutnya, sebelah tangannya yang lain masih memegang ponsel. Papa-pun meletakkan pemotong rumput tersebut dan bergegas memeluk mama.
Dengan tubuh yang gemetar, mama menyerahkan ponselnya kepada papa.
Papa membaca pesan dari Abi, lalu alisnya berkernyit.
Papa akhirnya ikut meluapkan emosi.
Mama terisak, menahan air mata. Kaget pasca dibentak. Menyadari hal itu, papa kembali mencoba berbicara secara baik – baik pada mama.
Mama menganggukkan kepala, masih dengan air mata yang mengalir deras.
Mendengar ucapan itu, mama menelan ludah dan berusaha meredam amarah papa.
Papa mengelus kepala mama, memeluknya erat lalu membisikkan.
Mama tidak sanggup lagi berkata – kata. Hanya air matalah yang mewakili kekhawatirannya. Papa lalu melepaskan pelukan dan sejenak memandang mama. Papa tersenyum teduh, kemudian berdiri dan bergegas pergi menuju lokasi yang ditunjukkan oleh Abi.
CUT TO:
SC. 49 INT. GEDUNG TUA – SORE
Abi secara gesit berlari ke lantai atas. Sesuai dugaan, benang itu merupakan alarm manual yang sengaja dibuat, sehingga begitu Abi tiba di lantai atas, di sana dia langsung disambut oleh orang yang menculik Aira; Geo. Pria berkostum dokter itu berdiri sembari tersenyum penuh makna pada Abi.
Geo membungkukan badan, seolah menyambut kedatangan Abi.
Abi segera mendekati Geo dan langsung memukulnya menggunakan balok kayu.
Geo jatuh tersungkur. Tapi bukannya kesakitan, Geo malah tertawa sambil perlahan bangkit.
Abi tercengang.
Geo menyeringai.
Kali ini Geo menghindari pukulan Abi dan dia justru balik menyerang dengan menancapkan jarum suntik berisi cairan bius di leher Abi.
Seketika Abi duduk berlutut, dia menahan sakit yang luar biasa. Selang beberapa detik kemudian, Abi sudah terbaring di lantai, tak sadarkan diri.
CUT TO:
SC. 50 INT. GEDUNG TUA - RUANGAN PERSEGI – MENJELANG MALAM
Abi bangun dari pingsan dan mendapati diri tengah terikat di kursi bekas perawatan gigi. Geo yang sedari tadi asik memperhatikan Abi, menyapanya ramah.
Karena mulut Abi juga diikat kain, dia hanya dapat meronta.
Aira nampak terduduk lemas dengan seluruh tubuh yang basah serta terikat. Melihat itu, Abi semakin meronta. Geo lalu mengencangkan tali yang mengikat Abi di kursi.
Geo membuka sebuah laci dan mengambil pisau cukur elektrik.
Geo duduk di samping Abi, raut wajahnya serius.
Abi kembali meronta, membuat Geo menghentikan tawanya. Dengan ekspresi datar, Geo menampar Abi.
Mendadak Geo nampak sedih. Dia meracau tidak karuan.
Geo berjalan ke belakang Abi, lalu menjenggut rambut pria tersebut. Dia berbisik di telinga Abi.
Geo menatap dingin pada Aira.
Geo mulai mencukur rambut Abi secara asal. Aira yang menyaksikan, hanya dapat menangis deras dalam keheningan.
Usai puas mengacak – acak rambut Abi, Geo mengamati hasil kerjanya.
Aira berteriak histeris meski mutulnya terkunci rapat. Dia tidak sanggup mendengar ocehan Geo, apalagi bila harus menyaksikannya.
Tiba – tiba terlintas sesuatu di benak Geo.
Geo dengan raut wajah gembira mencopot perlahan kuku-kuku tangan Abi. Abi cuma mampu menangis kesakitan dan meronta, begitu pula halnya dengan Aira.
CUT TO:
SC. 51 INT. GEDUNG TUA – MALAM
Segerombolan orang berbadan kekar memasuki gedung. Masing – masing dari mereka membawa senjata tajam.
CUT TO:
SC. 52 INT. GEDUNG TUA – RUANGAN PERSEGI – MALAM
Kebisingan yang terjadi di luar ruanganpun akhirnya mengusik Geo. Dia berhenti mengupas kuku Abi dan mengeluh kesal.
CUT TO:
SC. 53 INT. GEDUNG TUA – MALAM
Geo mengintip keadaan di bawah dari lantai atas. Namun aksinya ketahuan dan seseorang berseru.
Papa menatap Geo tajam. Kedua tangan berpaut di belakang badan. Dengan santai, papa memberikan perintah.
Sepenggal kata yang Papa Aira ucapkan, langsung dilaksanaan oleh para anak buahnya; anggota preman The Red Eagle. Meski Geo mencoba melawan, dia dapat dilumpuhkan dalam sekejap karena tak sebandingnya kekuatan dan jumlah. Geo kemudian dipaksa bersimpuh di hadapan papa, sementara Aira dan Abi dibebaskan oleh para preman lainnya. Ketika Aira turun dan melihat papanya, tak kuasa air mata mengalir deras di pipi Aira. Dia berlari dan memeluk papa erat.
Papa mendekap hangat sambil mengelus rambut putrinya.
Papa menepuk lembut punggung Aira.
Usai menenangkan Aira, papa melepaskan pelukan dan berujar teduh.
Aira menengok sedih pada lumuran darah di jemari Abi.
Papa lalu memberi perintah tegas pada dua orang anak buahnya.
Dua orang anak buah tersebut segera melaksanakan perintah, menuntun Aira dan Abi menuju ke rumah sakit.
JUMP CUT TO:
Ketika Aira dan Abi tak terlihat lagi, papa mulai menampakkan murkanya pada Geo. Papa menampar keras wajah Geo.
Berbeda seperti saat menghadapi Abi, kini Geo kelihatan ketakutan dan hanya bisa berlutut sembari memohon.
Papa naik pitam. Dia menarik baju Geo untuk membuatnya berdiri. Setelah itu papa langsung melayangkan bogem mentahnya. Bukan hanya sekali, namun sampai delapan kali bertubi – tubi, hingga membuat hidung Geo mengeluarkan darah.
Dengan tatapan yang bergetar, Geo terbata – bata menjelaskan.
Papa menghembuskan nafas berat, berusaha bersabar sebab Geo nampak seperti orang yang tidak waras. Dia lalu memerintahkan.
Anak buah papa terkejut setengah mati.
Papa menjawab santai.
Papa menempeleng kepala pria tersebut.
Papa menatap sinis Geo yang terkulai lemas di lantai.
Papa kemudian berjalan keluar, meninggalkan Geo yang diseret untuk dieksekusi para preman. Papa memilih menuju ke rumah sakit untuk menyusul dan menemani putrinya. Jika papa terus melihat wajah pria yang menyakiti Aira, bisa – bisa dia benar – benar membunuhnya.
CUT TO BLACK: