Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN:
49.EXT/INT. RUMAH FURQON. RUANG MAKAN – PAGI
Empat bulan kemudian
Furqon selesai sarapan, mengelap mulutnya dengan tissue. Anna bangkit dari duduknya, membereskan meja makan. Furqon berdiri menghampiri Anna, lalu sedikit membungkuk, menempelkan kepalanya di perut Anna yang mulai membuncit.
FURQON
Sayang, Abi berangkat ke kantor dulu, ya! Anak Abi baik-baik di perut Umi!
Furqon mencium perut Anna. Anna tersenyum sambil mengelus kepala Furqon yang tertutup kopiah. Lalu Furqon kembali berdiri tegak.
FURQON(CONT’D)
(tersenyum)
Saya berangkat dulu, ya!
Anna mengangguk pelan. Furqon mencium kening Anna. Anna mencium punggung tangan Furqon.
FURQON(CONT’D)
Assalamu’alaikum.
ANNA
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.
Furqon pergi. Anna melanjutkan pekerjaannya. Tapi berhenti lagi.
ANNA(CONT’D)
Jam berapa, ya? Aku kan harus mengajar.
Anna membawa piring kotor ke dapur.
CUT TO:
50.EXT/INT. RUMAH FURQON. TERAS – MENJELANG SIANG
Anna keluar dari rumah sedikit buru-buru. Tapi langkahnya berhenti, ada yang ia lupakan.
ANNA
(menepuk jidat)
Astagfirullahal’adzim. Buku Aqidah Akhlaknya, kok bisa lupa to yo!
Anna kembali masuk ke dalam rumah.
CUT TO:
51.INT. RUMAH FURQON. KAMAR – MENJELANG SIANG
Anna masuk, mencari buku di nakas.
ANNA
(bingung)
Aku ingat sudah menyiapkannya. Tapi kok Ndak ada di sini, ya.(berpikir) Apa mungkin buku itu disimpan Khullah?
Anna masih terlihat berpikir.
ANNA(CONT’D)
Ah, coba aku cari di ruang kerjanya saja!
Anna keluar dari kamar.
CUT TO:
52.INT. RUMAH FURQON. RUANG KERJA – MENJELANG SIANG
Anna masuk, berhenti di belakang pintu, matanya mengedar ke seluruh ruangan. Melangkah ke arah meja, menaruh tasnya di meja, lalu mengamati barang-barang di meja kerja Furqon, membuka lacinya, bukunya belum ditemukan. Beralih ke lemari. Anna mendapati bukunya di antara buku-buku milik Furqon. Anna menarik bukunya, ada bungkusan plastic putih kecil terjatuh dari celah antara buku. Anna memungut plastic itu, dan memeriksa isinya. Ada obat-obatan di dalamnya.
ANNA
(heran)
Obat apa ini?
Anna berubah pikiran. Buku ia letakkan di meja. Anna mengambil tasnya, memasukkan plastic berisi obat ke dalam tasnya, lalu buru-buru keluar.
CUT TO:
53.EXT/INT. RUMAH FURQON. TERAS – MENJELANG SIANG
Anna keluar dari dalam rumah sedikit tergesa. Kadir sedang mengelap kaca mobil di halaman.
ANNA
Pak Kadir, tolong antarkan saya ke Apotek!
Kadir mengangguk, membukakan pintu mobil, dan Anna masuk ke dalam mobil, juga Kadir.
CUT TO:
54.EXT/INT. APOTEK – SIANG
EXTRAS APOTEKER sedang melayani EXTRAS PEMBELI, Anna menunggu sebentar. Extras pembeli pergi. Extras Apoteker perempuan itu tersenyum ramah kepada Anna.
EXTRAS APOTEKER
Maaf, ada yang bisa saya bantu?
Anna menyodorkan plastic putih kecil kepada extras apoteker.
ANNA
Saya mau tanya soal obat-obatan ini, Mbak. Kira-kira ini semua obat apa ya, Mbak?
Extras apoteker memeriksa satu per satu obat di plastic.
EXTRAS APOTEKER
Setelah saya baca isi kandungannya, ini obat-obatan untuk penyakit serius, Mbak!
ANNA
(terkejut)
Penyakit serius? (beat) penyakit apa?
EXTRAS APOTEKER
Ini obat-obatan untuk penyakit tumor dan kanker.
Anna semakin terkejut. Extras apoteker mengembalikan obat-obatan kepada Anna. Anna terlihat lemas. Matanya berkaca-kaca. Anna kembali ke arah mobil dengan langkah gontai sambil mengingat setiap peristiwa ketika Furqon merasakan sakit kepala.
FLASHBACK TO:
8. INT. RUMAH FURQON. KAMAR – SIANG
Anna duduk di ranjang, Furqon berbaring di pangkuan merasakan sakit kepala. Furqon memijat keningnya. Anna cemas.
CUT TO:
55.EXT/INT. MOBIL – SIANG
Anna masuk ke mobil sambil tertegun, menangis, pandangan kosong. Kadir diam memerhatikan Anna dari spion, lalu melajukan kendaraan ke arah pulang.
FLASHBACK TO:
23.EXT. RUMAH FURQON. TAMAN BELAKANG - PAGI
Furqon duduk bersama Anna. Sakit kepala Furqon kambuh. Anna merasa khawatir.
BACK TO:
56.EXT/INT. MOBIL – SIANG
Anna terus mengingat peristiwa sakit kepalanya Furqon. Tatapannya masih kosong.
FLASHBACK TO:
34.INT. RUMAH PAK RAHMAD. RUANG TAMU – SIANG
Tiba-tiba Furqon sakit kepala. Dia memegangi keningnya. Yang lain menatapnya dengan khawatir. Anna berpindah duduk di samping Furqon.
BACK TO:
57.EXT/INT. MOBIL – SIANG
Kadir melirik Anna dari kaca spion. Anna masih terus mengingat Furqon sambil menangis.
FLASHBACK TO:
35.INT. RUMAH PAK RAHMAD. KAMAR ANNA – SIANG
Suasana hening. Furqon berbaring di ranjang sambil memejamkan mata dan terus memijat keningnya. Sementara Anna duduk di sisinya penuh kecemasan.
FURQON
Bismillahi kabiiri na'uudzubillahi 'azhiimi min syarri 'irqin na'aarin wa min syarrin naar. (lirih)
CUT TO:
58.INT. RUMAH FURQON. KAMAR – SIANG
Anna masuk dengan langkah gontai. Melepas niqabnya dan meletakkan tas di ranjang. Anna lalu duduk di tepi ranjang. Tatapan matanya masih terlihat kosong. Suasana hening. Kemudian beralih ke pigura foto pernikahan di atas nakas. Anna meraih, menatapnya dalam-dalam. Air matanya menetes, jatuh di kaca pigura tepat pada gambar Furqon. Anna merengkuh pigura, tangisannya semakin pecah.
CUT TO:
59.INT. RUMAH FURQON. KAMAR – SIANG
Furqon dan Anna selesai shalat dzuhur berjama’ah. Furqon berbalik badan, Anna mencium punggung tangan Furqon, mereka duduk saling berhadapan.
ANNA
Khullah, ada yang ingin Anna bicarakan!
FURQON
(tersenyum)
Mau bicara soal apa?
Anna bangkit, mengambil plastic obat dari dalam tas yang ada di atas ranjang. Menghela napas sejenak, lalu kembali duduk di hadapan Furqon. Memberikan plastik obat kepada Furqon. Furqon tercengang.
ANNA
(menatap Furqon)
Maafkan Anna, Khullah.(lirih)
FLASHBACK:
60.INT. RUMAH SAKIT. RUANG DOKTER – SIANG
Furqon dan Akmal duduk berhadapan dengan DOKTER FIRMAN,45. Wajah mereka sedikit tegang. Dokter Firman membacakan hasil rekam medis milik Furqon. Dokter Firman menghela napas sambil meletakkan rekam medis ke atas meja di hadapan Furqon dan Akmal.
DOKTER FIRMAN
Dengan terpaksa, saya harus mengatakan jika Tuan menderita sakit tumor otak.
Furqon tercengang, dan terdiam. Akmal mengelus bahu Furqon, Furqon membalas menyentuh tangan Akmal sambil mengangguk.
FURQON
Apa saya masih bisa sembuh, Dok?
DOKTER FIRMAN
InsyaaAllah, yang penting Tuan bersedia menjalani prosedur proses pengobatannya.
AKMAL
Pengobatan apa yang tepat bagi Pak Kiyai, Dok?
DOKTER FIRMAN
Saran saya …
FURQON
(memotong)
Saya Ndak ingin dioperasi! (tegas)
DOKTER FIRMAN
Kenapa? Tumor yang Tuan derita sudah lumayan besar ukurannya.
FURQON
Ibu saya meninggal setelah menjalani operasi tumor otak. Saya belum siap!
DOKTER FIRMAN
Itu memang risiko terbesarnya. Tapi, kalau Tuan Furqon memang tidak bersedia dioperasi, kita bisa menjalankan proses radiotherapy.
CUT TO:
61.EXT/INT. MOBIL – SIANG
(adegan sebelum scene 29)
Akmal menyetir mobil, Furqon duduk di sampingnya sambil memijat keningnya yang sakit.
AKMAL
Kalo Pak Kiyai tidak mau menjalani operasi, bagaimana Pak Kiyai akan sembuh?
FURQON
Saya khawatir apa yang terjadi pada ibu saya juga akan terjadi pada diri saya. (beat)
(menatap Akmal)
Saya masih ingin melihat anak saya terlahir ke dunia.
AKMAL
Tapi ini penyakit serius, Pak Kiyai! Seperti yang dokter bilang, dengan operasi Pak Kiyai masih memiliki harapan lima puluh persen untuk sembuh.
FURQON
Dan lima puluh persennya kemungkinan saya akan meninggal. Lalu, jika saya meninggal bagaimana dengan Dik Anna? Dia akan melahirkan tanpa suami.
Furqon dan Akmal saling menatap tajam. Akmal terdiam. Furqon merasakan sakit kepala, lalu memijat keningnya.
FURQON(CONT’D)
Dan satu lagi, tolong jangan beritahu Dik Anna tentang penyakit saya ini. Saya Ndak ingin Dik Anna stress dan mengakibatkan hal yang kurang baik terhadap kandungannya!
Akmal kembali menoleh ke Furqon.
FURQON(CONT’D)
(menatap Akmal)
Saya harap Dokter Akmal bisa memegang janji.
AKMAL
InsyaAllah.
(kembali focus ke depan)
CUT TO:
62.INT. RUMAH SAKIT. RUANG CT SIMULATOR – SIANG
Dokter Firman membimbing Furqon menjalani proses radiotherapy. Akmal menemani Furqon dari balik kaca depan ruangan.
CUT BACK TO:
63.INT. RUMAH FURQON. KAMAR – SIANG
Mata Anna berkaca-kaca,sedih, lalu menangis. Furqon menatapnya.
ANNA
(memegang lengan Furqon)
Kenapa Khullah Ndak cerita ke Anna? (lirih)
Furqon menghapus air mata Anna dengan ibu jarinya.
FURQON
Maafkan saya!
(menghela napas)
Saya Ndak ingin membebani pikiran Humaira. (beat) Saya hanya ingin melihat Humaira tersenyum dan Ndak sedih.
Anna menghela napas sambil memejamkan mata.
ANNA
(tersenyum lemah)
Mulai sekarang, jangan pernah menanggung semuanya sendirian! Ada Anna yang akan selalu mendampingi Khullah kapan pun, dan di manapun.
Furqon dan Anna saling memegang pipi.
ANNA(CONT’D)
Cinta kita lebih kuat dari serangan virus dan bakteri. InsyaaAllah, Khullah akan sembuh!
(menangis sambil tersenyum)
Anna sangat mencintai Khullah. Lekas pulih, ya. (lirih)
Furqon tersenyum dan mengangguk pelan. Anna meraih tengkuk Furqon lalu mendekapnya.
CUT TO:
64.EXT/INT. RUMAH LAILA. TERAS – SORE
Anna berdiri dan bersedekap di tepian teras menatap ke halaman, sementara Laila duduk. Keduanya terdiam. Sebuah mobil memasuki halaman. Akmal keluar dari mobil, sambil menenteng tas kerjanya memasuki teras.
AKMAL
Assalamu’alaikum.
ANNA, LAILA
Wa’alaikumussalam.
Laila bangkit menghampiri Akmal, mencium tangan Akmal, meraih tas Akmal.
LAILA
Ustadzah Anna mencari Mas!
Akmal duduk. Laila masuk ke dalam rumah.
AKMAL
(heran)
Ada apa, Ustadzah?
ANNA
(menatap ke halaman)
Saya ingin tau kondisi kesehatan suami saya.
AKMAL
Kiyai Furqon baik-baik saja!
Anna berbalik badan menghampiri Akmal.
ANNA
(emosi)
Dokter, suami saya itu sakit serius. Bagaimana Dokter bisa mengatakan kalo suami saya baik-baik saja!
AKMAL
Kata siapa Kiyai Furqon sakit?
ANNA
(emosi)
Dokter Akmal jangan membohongi saya! Sudah cukup kebohongan yang saya terima selama ini!
Laila keluar dari dalam rumah membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat. Laila terlihat tenang.
LAILA
(menyuguhkan teh)
Lebih baik Ustadzah Anna duduk dulu sambil minum teh, biar lebih tenang!
Anna duduk. Matanya terlihat lelah dan sedih. Suasana hening. Laila juga duduk sambil sesekali melempar pandang dengan Akmal. Akmal menyeruput tehnya, lalu menghela napas.
AKMAL
(meletakkan cangkir)
Bukannya saya tidak mau memberitahu Ustadzah Anna. (beat) Tapi Kiyai Furqon yang meminta saya untuk tidak memberitahu Ustadzah Anna tentang penyakit beliau.
Sorot mata Anna tajam kepada Akmal, semakin emosi.
ANNA
(menepuk dada)
Tapi saya ini istrinya. Saya berhak tau semuanya!
(menghela napas)
ANNA(CONT’D)
(menangis)
Andai sejak awal kalian semua memberitahu saya, mungkin saya Ndak akan merasa sesedih ini. (lemah)
Akmal dan Laila tertegun menatap Anna.
ANNA(CONT’D)
Sebagai seorang istri, harusnya saya bisa mendampingi beliau di kala suka dan duka.
LAILA
(memegang bahu Anna)
Ustadzah, saya mengerti dengan perasaan Ustadzah Anna. Tapi, bukankah Islam mengajarkan kita untuk selalu menepati janji dan mengemban amanah?
Anna terdiam menatap Laila.