Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. ETX. KEDUNG - SORE
Joyo, Ponco, Goro, dan Silo memancing di bawah pohon. Goro duduk paling pinggir di sebelah Silo. Tidak memancing. sibuk memainkan dahan kayu. Berkali-kali membetulkan letak topi pandannya yang melorot. Makmur memancing di pinggir jalan.
PONCO
Memangnya Gentho tidak pernah mendatangi kamu lagi, Mur?
SILO
Benar juga, ya? Sepertinya beberapa hari ini Gentho tak kelihatan batang hidungnya. Biasanya nongkrong di warung kopi di dekat Jembatan Mayit.
JOYO
Lagi kerja mungkin.
PONCO
Kerja apa?
SILO
Ya kerja merampoklah. Masak memulung sampah seperti kita.
PONCO
Jadi perampok mungkin enak, ya? Duitnya banyak.
JOYO
Iya kalau tidak ketangkap. Kalau ketangkap bisa digebuki sampai mati. Dicari-cari polisi. Ditembak kepalanya.
SILO
Benar kamu, yo. Tidak enak. Biar pun duitnya banyak, hidupnya tidak tenang. Yang paling enak, ya kita ini. Jadi gelandangan. Hidup merdeka. Tak perlu mikir macam-macam. Yang penting bisa makan. Di pasar banyak makanan. Pisang dan singkong di kebun juga ada. Tinggal ambil. Iya, to?
JOYO
Sebaiknya kita tidak sering-sering makan hasil curian!
SILO
Kenapa?
JOYO
Kata pak kiai, kalau makanan itu masuk perut, begitu kita mengucap “Alhamdulillah”, makanan di dalam perut kita itu langsung jadi racun!
SILO
Oh, kalau soal itu gampang! Aku tahu cara mengatasinya.
PONCO
Bagaimana?
SILO
Saat kita makan hasil curian, tidak usah pakai doa. Langsung kita embat. Gampang, kan?
PONCO
Iya, iya, iya. Bener juga, ya.
MAKMUR
Gentho masih mendatangiku! Seminggu yang lalu.
SILO
Kok, aku tidak melihatnya?
MAKMUR
Tentu saja tidak bisa.
SILO
Kalian bercinta?
MAKMUR
Ngawur! Gentho hanya membelai-belai rambut. Mukanya tampak sedih. Tak lama kemudian datang perempuan. Cantik sekali. Rambutnya sebahu. Kulitnya putih. Hidungnya mancung. Perempuan itu sepertinya ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Tapi tidak jadi.
PONCO
Lha, kok? Kenapa?
MAKMUR
Tiba-tiba aku terjaga. Silo ngoroknya keras sekali. Seperti suara gergaji.
PONCO
O, alah! Ngimpi tho. Tak kira beneran!
Silo tertawa
SILO
Kalau pas tidur, memangnya aku ngorok?
MAKMUR
Tanya Ponco.
PONCO
Tidak ngorok. Hanya membuat telinga tuli.
SILO
Masak sih?
MAKMUR
Lo, kapan ibuku jadi manusia lagi?
SILO
Tanya itu lagi. Lagi-lagi itu yang ditanya. Baru juga nemu ibumu tiga hari. Mur, kalau dalam dongeng, pangeran kodok langsung berubah jadi manusia begitu ada yang menciumnya. Karena ini bukan dongeng, kamu harus sabar! Tapi kalau kamu mau buru-buru, bawa ke sini ibumu lalu kita bakar bareng-bareng.
MAKMUR
Jangan, to! Kasihan! Aku kan hanya bertanya.
JOYO
Makanya sabar! Tunggu hingga empat puluh hari!
MAKMUR
Ini baru tiga hari. Kurang tiga puluh tujuh hari lagi. Masih lama.
JOYO
Lama tak apa-apa. Yang penting ada yang diharapkan. Daripada kami?
MAKMUR
Kalau ibuku sudah jadi manusia, aku tidak akan tinggal lagi di kolong jembatan ini.
JOYO
Mau tinggal di mana?
MAKMUR
Cari kamar kontrakan. Biarpun hanya bedeng. Aku ingin membahagiakan ibuku. Hidupnya biar tenang. Tidak kedinginan. Tidak kena angin.
JOYO
Kita kan sudah lama bersama-sama? Sejak pindah dari Pasar Silir. Kenapa tidak tetap di sini saja? Susah senang bersama-sama. Kami kan belum mendapat bapak atau ibu seperti kamu?
MAKMUR
Aku hanya kasihan pada ibuku.
SILO
Biarkan kalau nanti Makmur mau pindah.
JOYO
Itu namanya tidak setia kawan!
SILO
Setia kawan itu hanya ada dalam dongeng. Dalam kehidupan nyata, ada kalanya kita harus egois.
JOYO
Jadi kamu mendukung kalau nanti Makmur meninggalkan kita?
SILO
Buat apa tinggal bersama dengan orang yang tak mau tinggal lagi bersama kita? Buat apa dipaksa-paksa?
PONCO
Aku setuju kalau nanti Makmur mau pindah dari kolong jembatan ini. Kasihan ibunya. Mungkin kalau aku yang mendapat ibu-bapak, aku akan melakukan hal sama. Tempat ini dingin. Bau lagi. Belum lagi kalau nanti Bengawan Solo meluap. Kita harus mengungsi.
JOYO
Kalian ternyata sama saja. Tidak suka kebersamaan. Maunya terpisah-pisah.
Joyo pindah tempat mancing.
SILO
Joyo, kenapa itu? Lagi menstruasi?
PONCO
Bukanlah seperti itu kelakuannya jika sedang ri?
MAKMUR
Aku tak peduli dianggap apa. Aku hanya ingin membahagiakan orang tuaku. Sebisa yang aku bisa. Apa lagi jika....
Tiba-tiba Makmur menyentakkan pancingan. Berdiri. Histeris.
MAKMUR
Aku menemukan bapakku. Aku ketemu bapakku! Ya Allah betapa beruntungnya aku mendapatkan bapak setelah sekian lama mendambakannya.
Makmur melemparkan ikan ke tepi bengawan, lalu menubruk. Memegangi erat-erat.
MAKMUR
Terima kasih Tuhan. Hari ini aku punya ibu dan bapak. Lengkap sudah hidup ini
Makmur mengangkat ikan di atas kepalanya. Tertawa sangat lebar. Teriak sangat keras.
MAKMUR
Ibu, aku sudah menemukan bapak.
SFX ; suara menggema.
FREZE
TAMAT
Kajen, 5 Desember 2022
***