Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. ETX. GERBONG KERETA API KOSONG - SIANG
Suro duduk di kursi. Wajah tampak kejam. Ada codet di pipi. Di depan Suro bangku panjang. Dompet berbagai warna dan ukuran tergeletak. Di belakang Suro, gerbong tidak terpakai. Bagian depan terbuka.
JUMP CUT TO :
Benda-benda di dalam gerbong: celurit, poster filem koboi, botol-botol minuman keras, tikar butut yang tergelar di lantai, bantal kumal, sarung lusuh.
JUMP CUT TO :
Luar gerbong: kaca pecah, nomor yang tidak jelas, dan kertas menempel pada dinding kereta. Tulisannya: Tempat Pendaftaran Calon Pencopet!
CUT TO :
Remaja tampan berkulit putih datang. Pakaian kumal dan lusuh. Tanpa permisi, duduk di depan Suro.
TUNGGAL
Mau ndaftar, Bang....
SURO
Ndaftar apa?
TUNGGAL
Copet....
SURO
Saya kira daftar jadi polisi. Tempatnya tidak di sini. Ha ha ha!
Suro mengamat-amati Tunggal. Mengangguk-anguk. Mengambil kertas dan ballpoin dari laci. Meletakkan di depannya.
SURO
Nama! Sebutkan nama! Namamu siapa?
TUNGGAL
Tunggal Adi Wijaya
Suro menulis, lalu mengajukan pertanyaan tanpa melihat Tunggal
SURO
Mengapa ingin jadi copet?
TUNGGAL
Biar jadi kaya. Kaya raya. Hartanya banyak sekali.
Suro mendongak. Batal menulis.
SURO
Memang ada orang yang kaya dari mencopet? Tidak ada, Dik. Kamu salah pilih profesi. Kalau ingin cepat kaya, jadi anggota DPR saja. Jangan jadi copet! Jadi copet sebenarnya bisa kaya juga. Tapi jangan mencopet dompet penumpang bis. Copetlah uang negara. Jawaban goblok! Batal! Batal! Pertanyaan tadi batal.
TUNGGAL
Boleh memberi jawaban lain? Yang lebih berkelas?
SURO
Tidak usah! Tidak perlu! Kamu tidak dengar pertanyaan jadi sudah saya batalkan? Sekarang jawab pertanyaan berikutnya. Selain jadi copet, cita-citanya lain apa? Pasti punya, dong?
TUNGGAL
Maksudnya?
Suro meletakkan ballpoint. Menatap Tunggal. Menyandarkan punggung. Menghela napas.
SURO
Pertanyaannya tidak terlalu sulit bukan? Selain jadi copet, cita-cita lainnya apa? Hanya itu. Masak tidak bisa menjawab.
Tunggal tersenyum. Menggaruk-garuk kepala. Memperbaiki posisi duduk. Mengatur napas, lalu menjawab dengan suara mantap.
TUNGGAL
Suatu hari nanti, saya ingin menjadi merpati.
Suro mengerutkan kening, tersenyum, mengangguk-angguk, lalu menulis.
SURO
Mengapa? Mengapa tidak pilih jadi guru, dokter, tentara, atau polisi. Atau jadi presiden sekalian. Apa alasannya ingin jadi merpati?
TUNGGAL
Agar bisa terbang tinggi, melesat ke angkasa. Bercumbu dengan mega-mega. Jadi merpati yang tak pernah mengingkari janji.
Suro mengangguk-angguk; tersenyum, bertepuk tangan tapi menjaga agar tidak timbul suara, lalu menulis.
SURO
Aku suka pada orang-orang yang kreatif dan imajinatif. Lihat dompet-dompet ini! Hanya sebagian kecil dari dompet yang pernah kucopet. Lihat dompet mungil warna merah itu! Dompet itu sangat istimewa, Milik perempuan yang sekarang jadi istriku. Sangat setia. Terbukti aku tak salah mencopetnya. Walau lalu kukembalikan setelah melihat fotonya. Mengapa aku dijuluki raja copet? Karena aku tidak pernah tertangkap. Namun, aku ingin pensiun. Bosan.
TUNGGAL
Kalau tidak lagi jadi copet, Abang mau jadi apa?
SURO
Jadi petani. Ikut transmigrasi. Menamam singkong. Pagi, siang, dan malam makan singkong. Sayurnya daun singkong. Besok, matinya dikubur di kebun singkong. Betapa bahagianya.
Suro menguap. Berdiri, mengambil kertas di atas meja, melipat, memasukkan ke saku baju.
Mengambil ballpoin, menyelipkan ke telinga.
SURO
Aku mau tidur. Ngantuk. Tadi malam nonton wayang semalam suntuk.
TUNGGAL
Memangnya wawancaranya sudah selesai, Bang?
Suro memegang dahi, tiba-tiba teringat sesuatu, lalu menyalami Tunggal
SURO
Walah. Hampir saja lupa kalau ini tadi wawancara penting. Sudah. Wawancara sudah bubar. Kamu diterima. Nanti malam, tepat pukul dua belas, datang ke sini. Kulatih jadi copet paling jago seantero Nusantara.
Suro masuk gerbong, merebah di tikar, lalu tidur.
TUNGGAL
Bang, yang mendaftar jadi copet berapa?
FADE OUT
SFX :
Suara tiang listrik dipukul dua belas kali.
CUT TO :
Tunggal datang. Suro memasak sesuatu di dalam panci di depan gerbong.
SURO
Aku kira tidak jadi datang. Langsung kita mulai saja. Berdiri di situ. Yang enak. Anggap saja rumah sendiri. Pasang kuda-kuda seperti ini. Posisi tangan lurus.
Tunggal meniru yang dilakukan Suro. Memasang kuda-kuda; menekuk kedua lutut, agak mengangkang. Tangan kanan lurus, jari-jari mengepal.
Suro kembali ke sikap biasa. Jongkok. Memasukkan kayu ke perapian. Membuka tutup panci. Mengaduknya dengan kayu. Kembali menutupnya. Tunggal masih pasang kuda-kuda.
TUNGGAL
Belajar mencopetnya kapan, Bang?
SURO
Sekarang! Kapan lagi? Kamu kira kamu sedang belajar apa? Itu teknik dasar mencopet. Belajar jangan nunggu tua. Otak sudah bebal. Perhatikan baik-baik! Aku beri contoh, tapi sekali saja. Selanjutnya kamu yang melakukan sendiri.
Sura membuka tutup panci. Lalu mundur dua langkah. Memasang kuda-kuda. Tangan lurus ke depan. Jari-jari mengepal. Jari telunjuk dan jari tengah diacungkan ke depan, lalu dibengkokkan seperti kepala ular akan mematuk. Menarik napas dalam-dalam, lalu diembuskan pelan-pelan melalui mulut. Sesaat kemudian melompat ke arah panci sambil berteriak.
SURO
Hiaaaat!
Suro mematuk pasir panas dengan jari telunjuk dan jari tengah, lalu kembali melompat mundur.
SURO
Sekarang, tirukan seperti yang tadi aku lakukan.
TUNGGAL
Pasirnya panas. Bang? Panas banget, kan?
SURO.
Aku merebusnya hanya sebentar. Belum sampai mendidih. Sebab susah. Sekarang lakukan seperti yang tadi aku lakukan. Jangan bimbang, jangan ragu. Hidup ini perjuangan. Mencopet juga butuh perjuangan.
Tunggal menghela napas, lalu mengambil ancang-ancang. Sesaat kemudian melompat, menancapkan jari telunjuk dan tengahnya ke pasir panas, lalu melompat mundur, lalu berteriak keras sekali.
TUNGGAL
Bangsaaaat! Panas sekali!
SFX :
Suara tiang listrik dipukul dua belas kali.
CUT TO :
Tunggal datang. Jari telunjuk dan tengah dibebat kain putih. Suro mencopotnya. Melemparkan ke tanah.
SURO
Cengeng! Seperti perempuan. Lakukan seperti kemarin. Sekarang lima kali. Besok sepuluh kali. Lusa lima belas kali. Begitu seterusnya.
Tunggal menghela napas, lalu mengambil ancang-ancang. Sesaat kemudian melompat, menancapkan jari telunjuk dan tengahnya ke pasir panas, lalu melompat mundur. Meringis-ringis. Mengamat-amati jarinya. Lalu pasang kuda-kuda. Melompat lagi.
FADE OUT
SFX :
Suara tiang listrik dipukul dua belas kali.
CUT TO :
Tunggal datang. Suro duduk di depan ember. Api di tungku menyala-nyala.. Tunggal duduk di sampingnya.
SURO
Ini latihan terakhir. Kalau kamu sanggup menancapkan jari tengah dan telunjuk ke pasir panas lima puluh kali, kamu saya anggap hampir lulus.
TUNGGAL
Boleh melakukan pakai jurusku sendiri?
SURO
Silakan. Jurus yang kuajarkan itu jurus dasar. Memang harus dikembangkan agar bisa jadi jurus mematikan.
Tunggal menggeser kursi yang dia duduki ke ember yang tampak mengepulkan asap. Duduk seenaknya. Sambil berpangku kaki, Tunggal menancap-nancapkan jari telunjuk dan jari tengah ke pasir panas seperti sedang mencoblosi puding.
FADE OUT
FADE IN
2. ETX. TERMINAL-SIANG
Suro dan Tunggal duduk di warung kopi di pojokan terminal. Tak ada pembeli lain. Di depan warung, para penumpang berseliweran. Suro meneguk kopi. Mengembuskan asap rokok.
SURO
Ini ujian yang sesungguhnya. Latihan menggunakan pasir panas itu telah membuat kedua jarimu sekuat baja, secepat kilat, dan selengket magnet. Dalam satu jam, copetlah dompet sebanyak-banyaknya. Tanpa tertangkap. Saya tunggu di sini.
TUNGGAL
Paling sedikit, berapa dompet?
SURO
Rekornya lima belas dompet.
TUNGGAL
Pemegangnya?
Suro tersenyum, mengacungkan jari telunjuk ke dada.
SURO
Pecahkan kalau bisa!
Tunggal mengangguk-angguk. Wajahnya terlihat tenang. Dia meneguk kopi, lalu berdiri.
TUNGGAL
Tunggu di sini! Saya segera kembali.
SURO.
Ingat-ingat. Waktunya satu jam. Rekornya lima belas.
Suro menunjuk jam dinding di warung. Jarum menunjukkan pukul 10.00. Tunggal tidak menjawab. Juga tidak balik badan. Tetap meneruskan langkah. Ibu jari dijentikkan ke jari kelingking! Tunggal melangkah ke bis antarkota yang tampak dipadati penumpang.
FADE OUT
FADE INI
Suro melihat jam dinding. Jarum jam menunjukkan pukul 10. 30. Tampak gelisah. Toleh-toleh. Memandang ke segala arah.
JUMP CUT TO :
Jarum jam menunjukkan pukul 10. 30. Suro berdiri. Melongok-longok.
TUNGGAL (O,S)
Kopinya, bang!
INSERT :
Tangan meletakkan kopi di meja.
SURO
Saya tidak pesan kopi. Sudah dua gelas.
TUNGGAL (O,S)
Saya yang traktir.
Suro menoleh. Tersenyum. Wajah tampak lega,
SURO
Syukurlah. Saya sudah was-was. Hampir saja menyusulmu. Membatalkan ujian ini.
CUT TO :
TUNGGAL
Ujiannya tidak susah sama sekali.
Tunggal melemparkan tas di atas meja. Duduk di samping Suro.
SURO
Dapat berapa?
TUNGGAL
Hitung sendiri!
Suro menguakkan tas kain, lalu menghitung dompet di dalam tas. Mulut komat-kamit, tak lama kemudian tersenyum, geleng-geleng kepala.
SURO
Edan kowe! Dua puluh? Luar biasa. Saya tak ragu lagi pensiun. Sudah punya pengganti yang lebih hebat dari saya.
3. ETX. TERMINAL - SIANG
Tunggal naik bis yang melaju pelan dari pintu depan. Tak lama kemudian turun di pintu gerbang terminal lewt pintu belakang.
4. ETX. STASIUN - SIANG
Tunggal naik gerbong kereta api, melewati penumpang yang berjejal, turun di gerbong lain.
5. ETX. PASAR - SIANG
Tunggal mendekati kerumunan orang nonton pertunjukan tukang jamu, pindah ke ibu-ibu berjubel di tukang buah, pindah ke kelompok orang di toko emas.
6. INT. WC - SIANG
Tunggal masuk WC. mengambil dompet dari balik baju, membuka, mengambil uang, melemparkan dompet di lantai
7. INT. WC - SIANG
Tunggal masuk WC. mengambil dompet dari balik stopmap, membuka, mengambil uang, melemparkan dompet di lantai.
8. INT. WC - SIANG
Tunggal masuk WC. mengambil dompet dari balik jaket baju, membuka, mengambil uang, mengamat-amati foto KTP, menggeleng-geleng, memasukkan dompet ke dalam WC
9. ETX. PASAR - SIANG
Tunggal mendatangi tukang becak yang tertidur, lalu menyelipkan uang di kopiah.
10. ETX. RUMAH- SIANG
Tunggal menngetuk pintu rumah reyot, menyelipkan uang di bawah pintu, lalu pergi. Dari dalam rumah keluar perempuan, melihat uang, mengambil. Wajahnya bahagia. Menengok ke kanan kiri, mencari si pemberi uang tapi tidak ada.
11. ETX. LAMPU MERAH - SIANG
Tunggal melewati pengemis yang jalan pakai tongkat, menjatuhkan tas plastik. Si pengemis mengambil, lalu membuka, kaget, tolah toleh, buru-buru tas plastik dikantongi, jalan cepat-cepat, lupa memakai tongkat.
FADE OUT