Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tele - Tong
Suka
Favorit
Bagikan
6. Scene 68-75 #6
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

68. EXT. BALAI DESA - BELAKANG – SIANG 

Terdengar penghitungan suara

LS-PAN

Balai Desa. Terlihat puluhan sepeda parkir berderet. Umbul-umbul warna-warni memeriahkan suasana di Balai Desa Juga warung-warung dadakan banyak di halaman.

Penghitungan suara pemilihan Kepala Desa terus mengumandang dari toa yang digantung di pohon. 

SUARA [OS]

Tebu. Jagung. Tebu. Kelapa. Kelapa.

Jagung. Tidak sah! Tebu. Tebu.

Jagung. Tebu, Jagun, tebu…

Hampir setiap suara mendapat respon dari pendukungnya. 

Dibalik pohon ada sekelompok orang bergeromol melingkar rapat, bermain judi koprok. 

CU. Dadu dikocok-kock dengan latar belakang gambar-gambar

pilihan undian.

Dadu dibuka. Bandar mengambil uang yang kalah dan membayar yang menang

PAN KAMERA

Wajah-wajah kalah dan wajah-wajah menang terlihat

DODI terlihat di sana, wajahnya murung karena kalah.

DODI dan orang-orang memasang lagi. BANDAR mengocok dadu dan membukanya. 

DODI kalah lagi. 

CUT TO: 

69. EXT. BALAI DESA - WARUNG DADAKAN - SIANG

CU. satu lebaran karton dipenuhi bungkusan kecil permen telur cicak untuk undian. Di atasnya tergantung berbagai macam hadiah, yang dibungkus plastik. Ada rokok, cangkir, gelas, sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi, bola, minuman kaleng, Pensil warna, pengaris, buku tulis, jam dinding dll.

BADRI duduk di warung permen itu sabil membuka gulungan kertas undian. Mulutnya tak berhenti menguyah permen cicak, kepalanya sesekali mengeleng-geleng. Namun sudah sekian banyak gulungan kertas yang dibuka, tidak satupun yang berisi hadiah. 

MCU. Kertas-kertas berserakan dikakinya.

TANTE SUSI dan BU SURTI datang ke warung permen untuk membeli tisu. BADRI tetap asik sendiri. Setelah menerima tisu, TANTE

SUSI dan BU SURTI beranjak jalan lalu berhenti tidak jauh dari warung permen. 

TANTE SUSI membuka tisu lalu mengelap keringat di dahi dan lehernya.

BU SURTI

Saya yakin Pohon Tebu yang menang. 

TANTE SUSI

Saya juga nyakin begitu BU SURTI.

Kemarin ada yang mengantar gula

gratis ke rumah.

BU SURTI

Anakku juga cerita begitu! 

TANTE SUSI

Ayo Bu! Kita mendekat. Ingin tahu,

siapa yang unggul sekarang. 

BU SURTI dan TANTE SUSI jalan mendekati tempat penghitungan suara.

Penghitungan suara terus terdengar diikuti suara riuh pendukungnya. 

BADRI menyerahkan uang sepuluh ribu ke penjual permen.

Membuka undian lagi, Belum behasil. 

BADRI

[Menyebarkan permennya]

Ini benar ada hadiahnya atau penipuan?

PENJUAL PERMEN

Ini betul bang! Ada hadiahnya. itu

yang tergantung di atasnya! 

Terlihat DODI jalan terburu-buru mendatangi BADRI.

BADRI beranjak setelah melihat DODI dan langkahnya terhenti setelah di cegat DODI 

DODI

Aku bagi modal! Modalku habis

di sana.

BADRI

Aku nggak punya modal. Habis! Kamu

minta bagi! 

DODI

Aku mau uangku! Aku mau ambil uang

jatahku.

BADRI

Jatah apa? Memang uangmu aku yang

bawa?

DODI

Uang bagianku. Kamu jangan makan

teman sendiri. 

BADRI

Memang aku makan uangmu?

DODI

Jatahku! Jatahku dari dua calon

itu! Mana?

BADRI

[hendak pergi] Tidak ada jatah-

jatahan. Tidak ada uang-uangan.

Tidak ada lagi uangmu di tempatku.

Uangmu sudah habis!

DODI kesal. Ia Menghalangi BADRI jalan. Tapi ia didorong, DODI maju dan hendak memukul. Tapi BADRI lebih dulu mengangkat kakinya tepat di perut DODI. DODI tersungkur, lalu BADRI pergi meninggalkannya. 

DODI mencari sesuatu di sekitar warung permen dan mendapatkan sebatang kayu. Ia lari mengejar BADRI 

VO: Suara pembaca penghitungan suara berubah, menjadi suara seorang perempuan. 

SURYA, EDU, MAMED sampai di warung permen. SURYA memberikan beberapa uang koin kepada abang penjual. EDU dan MAMED juga memberikan uang koinnya.

Mereka bergantian, masing-masing mengambil dua bungkus permen. Permen dimakan dan kertas undian dibuka.

SURYA

Kosong! 

EDU

Kosong! 

MAMED

Dapat..! Nomer dua. 

EDU

Nomer dua? Nomer dua

dapat dua permen. 

MAMED

Bang! Saya dapat nomer dua. 

MAMED menyerahkan kertas undian ke abang penjual. Permen yang ada di toples disodorkan oleh Abang penjual ke MAMED dan ia mengambil dua permen di toples. Satu dimakannya dan satu diberikan kepada EDU.

SURYA mengambil uang koin dari kantongnya, diberikan kepada Abang penjual lalu mengambil permen undian. Setelah dibukan permen diberikan kepada MAMED. Ia membuka kertas undiannya

SURYA

Kosong! 

SURYA membuka satu lagi permennya diberikan ke EDU. Ia membuka kertas undiannya lagi 

SURYA

[teriak senang]

Nomer sembilan! 

MAMED & EDU

Wah..! Nomer sembilan.

EDU

Jam dinding!

Kertas undian diserahkan ke abang penjual. Lalu jam dinding diserahkan kepada SURYA.

SURYA

[membuka bungkus jam]

Jam berapa sekarang?

SURYA bergeser dan melihat ke atas, mencari arah sinar matahari lalu melihat bayangan badannya di tanah. 

MS. Kaki SURYA dan bayangan.

Jarum jam diputar untuk mencocokan waktu. 

CUT TO: 

70. EXT. BALAI DESA - BELAKANG – SIANG 

Dengan seutas tali jam dinding tergantung di punggung SURYA, menunjukkan jam 14.00.

SURYA, EDU dan MAMED berada di tempat parkir sepeda. Mereka mengambil sepeda lalu menaikinya. SURYA mengendarai sendiri, sementara EDU berboncengan dengan MAMED. 

CUT TO: 

71. EXT. JALANAN KAMPUNG - ATAS MOBIL – SIANG

Mobil pick up dengan bak terbuka melaju. 

BUDI berdiri di bak belakang. Ia memperhatikan dua sepeda yang berhenti di pinggir jalan.

Ketika mobil pick up akan mendahului dua sepeda itu.

BUDI

[melambaikan tangannya]

Hai..! SAN… SANSAN, EDU!

SURYA, EDU, MAMED tidak mendengar teriakan BUDI. Mereka asik bercanda sambil memainkan bel sepeda.

Mobil pick up mendahului mereka. BUDI melongokkan kepala ke jendela sopir.

BUDI

Pak. Pak. Berhenti Pak! Berhenti.

Saya turun di sini. 

BUDI segera melompat turun, setelah mobil berhenti. Di punggungnya melekat sebuah tas ransel yang baru dibelinya.

BUDI berdiri di tengah jalan menghadang sepeda SURYA dan EDU sambil melambai-lambaikan kedua tangannya

BUDI

SAN..! SANSAN. EDU! 

CUT TO:

 

71A. EXT. JALANAN KAMPUNG – SIANG 

SURYA, EDU, dan MAMED, Mereka sedang makan permen cicak yang dibagikan SURYA

Nampak dikejauhan, seseorang melambai-labaikan ke dua tangannya.

MAMED

[Melihat Budi di kejauhan]

HE! Teman-teman. Itu...kok

Seperti BUDI!

MS/OSS. Budi dikejauhan. SURYA, EDU, MAMED menjadi latar depan

SURYA

Itu BUDI. Budi pulang..! 

EDU

IYa. Itu BUDI! 

Mereka bertiga bergerak, segera menaiki sepedanya

MAMED[OS]

BUDI pulang..!

BUDI pulang..!

CUT TO: 

71B. EXT. JALANAN KAMPUNG – SIANG 

MS. [IN FRAME dari samping kamera] EDU berboncengan dengan MAMED. disusul SURYA berboncengan denga BUDI. Terlihat jam dinding di punggung BUDI menutupi tas ransel. Jarum jam menunjukkan, jam 15.25 

Mereka bergerak semakin menjauh. 

INSERT

Sapi dan kambing menenggokan kepala.

CU TO: 

72. EXT/INT. RUANG KERJA SURYA – SORE

Masih Terlihat gambar basar alat penghasil biogas menempel di dinding. SURYA, BUDI, EDU, MAMED datang.

BUDI membuka tas dan mengeluarkan bungkusan

BUDI

Maaf teman-teman!

Aku Cuma membawa oleh-oleh ini.

Tapi ini bisa buat semuanya.

BUDI menyerahkan bungkusan kepada SURYA.

MAMED

Ayo dibuka SAN!

EDU

Ayo SANSAN ! Cepat buka sekarang.

SURYA

Tunggu sebentar.

Kita juga punya hadiah buat BUDI.

CUT TO: 

73. EXT/INT.TERAS RUMAH – SORE 

PAMAN, BIBI, PAK RT, PAK SARJU, dan PAK BERO Sampai di teras.

PAK RT

Saya minta maaf! Kepada Pak JOYO

dan BU JOYO Ternyata kita ini

golongan yang sedikit.

PAMAN

Kita kalah! Tapi sebenarnya kita

menang. Tapi, sudahlah PAK RT.

Lebih baik kita minum teh dulu.

PAK BERO

Aku ramalkan,

Dua puluh tahun lagi. Cara-cara

seperti itu baru bisa berubah. 

PAMAN

Jadi. PAK BERO sudah jadi peramal

Sekarang? 

Mereka semua tertawa. dan masuk ke dalam.

CUT TO: 

74. EXT/INT. RUANG KERJA SURYA – SORE 

SURYA membawa potongan papan, di atasnya ada sebuah benda yang tertutup dengan kain, Ia menghampiri BUDI, EDU dan MAMED lalu meletakkannya bawaannya di atas meja.

SURYA

Sekarang, silahkan buka hadiahmu BUDI. 

MAMED

Iya, betul!

Nanti kita gantian membuka hadiah dari

BUDI. 

SURYA, EDU& MAMED

Ayo! Budi, buka sekarang! 

BUDI tersenyum sambil memegang ujung kain penutup hadiah.

BUDI

[Seperti membaca mantra]

Jo..pa ja..pu, aku membuka hadiahku. 

SURYA, EDU, MAMED

Satu, dua, tiga.

BUDI menarik kain penutup berlahan. Maka terlihatlah maket, alat pembuat biogas.

CU. Hadiah dengan kain penutup dibuka berlahan

BUDI tersenyum dan kagum melihat maket itu, sementara SURYA, EDU, dan MAMED tertawa sambil bertepuk tangan.

SURYA

Ini buatan kita bertiga BUD! 

EDU & MAMED

Betul!

EDU

Ayo! SANSAN sekarang gantian kamu! 

MAMED dan BUDI terlihat akrap, meskipun lama tidak bertemu. Mereka berdua berdiri bersebelahan.

MAMED & BUDI

Ya. Ayo! Dibuka sekarang! 

CU.SURYA mulai membuka bungkusan hadiah dari BUDI. Terdapat kardus di dalamnya, lalu dikeluarkanlah isinya. SURYA terpaku melihat plastik berkerut bergambar peta dunia. Demikian juga EDU dan MAMED, sambil tersenyum gembira. 

BUDI

[Menirukan gaya penjual balon

di SCENES 13]

SANSAN, coba sekarang kamu tiup!

[Tertawa] 

Sepontan saja, SURYA meniup. Plastik berkerut itu menjadi bola. 

EDU DAN MAMED

Globe!

SURYA melepaskan globe ke udara, lalu dipukul MAMED, ganti dipukul EDU, dipukul SURYA. Mereka tertawa gembira.

PAK BERO datang diikuti PAMAN 

PAK BERO

Anak-anak ternyata berkumpul di sini. 

PAMAN

Sedang mengerjakan apa kalian? 

PAK BERO menghampiri meja, dan melihat gambar alat pebuat biogas yang ada didinding.

PAK BERO

Kalian berencana membuat ini? 

MAMED

Iya, pak! Malah sudah jadi!

SURYA mengedipkan mata, EDU meletakan jari ke mulutnya. Sementara Budi tersenyum saja.

PAK BERO

Ternyata anak-anak ini yang

menang PAK JOYO!

CUT TO: 

75. EXT. KANDANG SAPI – SENJA 

EDU, MAMED, BUDI mengelilingi alat biogas. SURYA mengecek lagi, kalau-kalau ada kebocoran. Dan PAK RT ikut melihat-lihat dengan teliti alat biogas itu.

Terlihat PAK BERO dan PAK SARJU duduk di kursi. Dari arah dapur BIBI dan PAMAN membawa makanan dan buah-buahan.

PAMAN

SUN…! Bagaimana?

Kalau sudah siap! Ayo,

dicoba sekarang!

EDU DAN MAMED

Iya PAMAN. Sudah siap! 

PAMAN

Bapak-bapak, mari kita lihat karya

anak kita! Bagaimana hasilnya?

SUN! Ayo dicoba! 

SURYA membuka kran pelan-pelan. Ada ketakutan gagal dipikirannya. Ia meminta korek batang kepada EDU. Lalu mencoba menyalakan ujung pipanya. Sudah tiga batang korek dinyalakan. Tapi ujung pipa belum juga menyala. SURYA menutup kran dan membukanya kembali. Tetap belum juga menyala.

SURYA tegang, wajahnya berkeringat. Ia ketuk-ketuk pipa dan krannya. EDU dan MAMED ikut bingung sambil ngecek, apa masalahnya?

Sementara itu Bapak-bapak tertawa sabil menikmati makanan

kecil. 

EDU

SANSAN ada yang rusak SAN? 

BUDI

Semoga kita tidak gagal SAN! 

SURYA

Ya. Jangan sampai gagal.

 

SURYA mancari-cari penyebab kenapa tidak menyala. MAMED memperhatikan ujung pipa. Ada sesuatu yang menyumpal disana 

MAMED

[Berbisik. Setelah melihat ujung pipa]

SANSAN. Ini! Lubang pipa tertutup

rumah tawon. 

SURYA

Apa? 

MAMED

Ada rumah tawonnya.

SURYA

Ah! Yang benar MED!

MAMED

Ini lihat! 

SURYA mematikan kran. MAMED mengkorek-korek lubang pipa dengan kawat. Sesudah bersih MAMED memberi kode dengan ibu jarinya kepada SURYA. Kemudian SURYA menyalakan ujung pipa. Belum juga menyala. Sesaat kemudian ia sadar bahwa kran belum dibuka.

Ia membuka kran lalu menyalakannya lagi ujung pipanya. Api menyembur dari ujung pipa. SURYA dan MAMED kaget hingga terjatuh. 

VO: Tepuk tangan bapak-bapak

CU. Api di ujung pipa.

 

INTER CUT

CU. Kompor gas menyala.

Beberapa CU kompor gas menyala bergantian, dengan sudut gambar yang berbeda-beda.

Ada yang menggoreng telur ceplok, goreng kerupuk warna-warni, rebus air dengan ceret, goreng ikan, goreng tempe, goreng tahu, rebus telur, goreng paha ayam dll.

CU: Lampu gas menyala di beberapa tempat bergantian.

Lampu-lampu menyala dimana-mana. Di rumah-rumah, di warung-warung, di jalan-jalan.

Malam hari tiba, tampak dari atas. Seluruh kampung penuh dengan lampu-lampu.

FADE IN CREDIT TITEL

CREDIT TITEL ROLL

END CREDIT TITEL

BLACK

 

CATATAN PENDEK PENULIS

Judul TELE-TONG di ambil dari nama kotoran sapi yang menjadi bahan cerita. Teletong, ada yang menyebutnya Tletong, Lethong adalah limbah peternakan. Di dalam cerita ini mencoba mengajak untuk memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang berguna.   

Teletong menjadi bahan baku untuk membuat bahan bakar biogas.

 

Judul TELE-TONG dimaksudkan juga yaitu; TELE – mendekatkan suatu yang jauh, dan TONG   diambil dari En –TONG julukan untuk anak-anak. Di dalam cerita ini terfokus pada anak-anak yang membutuhkan; perhatian, kasih sayang, kebebasan, pendidikan. meskipun cerita ini bukan untuk anak-anak.

Unsur-unsur pendidikan formal maupun nonformal hadir di Scene demi scene. Tanda dan Penanda juga dihadirkan, misalnya; pada Scene pembuka, salah satu baling-baling sawah yang porosnya dihubungkan dengan boneka ‘Petruk’ rusak, sehingga boneka Petruk tidak bergerak. Tetapi kemudian, boneka Petruk diperbaiki dan di pasang kembali.

Petruk adalah salah satu tokoh Punakawan kanan [Prepat] dalam cerita pewayangan Jawa. Ia seorang rakyat biasa. Seorang abdi Raja. Orang menganggap Petruk seorang abdi yang bodoh dan tidak tahu apa-apa. Tetapi Petruk sering memberi petuah bijak bagi pemimpin. 

Bersama ketiga tokoh Goreng, Bagong dan Semar dalam Punokawan mereka sering menghibur pemimpinnya untuk menenangkan suasana. Bahkan Punokawan dapat menjadi penasehat pemimpin yang lupa diri. [dikutip dari; ‘Mengenal Sosok Petruk dalam Pewayangan Jawa’ www.goodnewsfromindonesia.id ]

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar