Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tele - Tong
Suka
Favorit
Bagikan
3. Scene 23-38 #3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

23. INT. RUMAH KONTRAKAN – MALAM 

MS/CU.Gelas berisi alkohol di letakan di meja. Dengan posisi gelas di dalam frame gambar, disebelah kiri. Dan di tengah

frame ada botol minuman tinggal setengahnya.

Di dalam rumah terdapat perabotan cukup bagus. Hanya TV color menyala dengan antena yang buruk. Jam dinding tergantung

dalam kondisi mati. dengan posisi jarum 1.30

VO: Klakson dan deru mobil bergerak menjauh. 

MAYA membuka dan menutup pintu yang tidak dikunci. RONI menyalakan lampu ruang depan.

RONI

[kesal yang ditahan]

Baru pulang?

Aku nggak tahu apa yang kamu

inginkan? [menuding MAYA yang masih

berpakaian kantor] Lupa anak, lupa

rumah, lupa suami, lupa semuanya.

Aku. Bukannya aku malas, nggak mau

kerja. Sudah tujuh tahun kerja,

bukannya diangkat malah di PHK.

Cari kerja lain. Sudah! Kamu tahu

sendiri.

[meneguk gelas lagi]

Sekarang apa mau mu? pulang jam

segini. Lihat! [menunjuk jam dinding]

 

MAYA menengok ke arah jam dinding. Lalu mencocokkan jam di tangannya. 

CU. Jam dinding menunjukkan jam 1.30.00 Jam tangan MAYA menunjukkan jam 21.40.00 Jam tangan RONI menunjukkan jam 21.25.00.

Tiga buah jam semua jarumnya menunjukan waktu yang berbeda, menunjukan di kota tidak mempuyai batasan dengan waktu. Tentang siang itu untuk bekerja dan malam itu untuk tidur/istirahat. 

RONI

Semua sudah tidak ada yang perduli!

Semua mau-maunya sendiri!

VO: Terdengar SEORANG ANAK dua tahun menangis. di dalam kamar. 

MAYA

[bergegas ke kamar]

SUN... SUN...

CUT TO:

 

24. EXT. RUMAH PAMAN - SAMPING – SIANG

Tampak punggung SURYA sedang duduk. ia melanjutkan mengambar peta dunia di permukaan balon. Pada balon yang sama, di permukaan sebelahnya bergambar wajah orang. 

BIBI [OS]

SUN... SUN!

Jangan lipa sapinya diberi makan!

SURYA

[Sambil menggambar]

Iya Bi.

VO: Suara bel sepeda

BUDI bersepeda memasuki halaman, memarkir sepedanya lalu menghampiri SURYA. 

BUDI

SANSAN, lagi bikin apa kamu?

SURYA

Ini lihat!

 

SURYA menunjukan gambar wajah orang di salah satu sisi balon. Sambil dipencet-pencet membuat gambar itu berubah rubah ekspresinya. 

SURYA

[Memencet-mencet balon]

Ini marah. Ini Sedih. ini Murung.

ini Tertawa! Dst.

 

Melihat gambar itu BUDI dan SURYA tertawa bersama.

BUDI mengabil dari tangan SURYA. Untuk melihat lebih jelas. 

BUDI

Kok, mirip kamu SANSAN?

SURYA

[tertawa lebar] 

BUDI

[Memutar balon]

Benua Asia.

India, Malaysia, China, Jepang.

Indonesia, kok Belum selesai? 

SURYA

[Mengambil balon dari tangan BUDI]

Iya. Mana ? Mau aku diselesaikan.

BUDI

[menahan balon]

Sebentar! Sebentar.

 

SURYA berusaha mengambil balon. Tapi BUDI mengelak. Akhirnya balon terlepas dan pecah tertusuk ranting.

CUT TO:

25. EXT. JALANAN KAMPUNG – SORE              

Balon kecil yang di ikat di batangan sepeda BUDI dan sepeda

EDU terpukul-pukul jeruji, menimbulkan bunyi seperti sepeda motor. Suara balon terpukul jeruji dan suara tawa SURYA, BUDI, EDU, RATIH terdengar riang. Mereka bersepeda beriringan. 

SURYA berboncengan dengan BUDI. SURYA duduk di sadel memegang kemudi kakinya direntangkan. BUDI duduk di boncengan dan kakinya mengayuh pedal. 

EDU dan RATIH mengendarai sepedanya masing-masing.

Mereka beradu cepat.

SURYA dan BUDI melaju ke depan.

SURYA

Ayo cepat BUD! Kita menang.

 

EDU menyusul sepeda SURYA di ikuti RATIH. 

Di pinggir jalan ada seekor sapi dan dua ekor kerbau merumput. Di punggung salah satu kerbau, seorang ANAK GEMBALA [MAMED 12thn] duduk.

Sapi, kerbau dan anak gembala memperhatikan mereka yang

sedang balapan sepeda.

SURYA

Ayo! BUDI lebih cepat. Kita harus

menang! 

BUDI terlihat lelah.

BUDI

Awas! Aku lewati semua!

 

Sepeda BUDI dan SURYA melaju ke depan lagi. Tetapi tidak di sangka, sapi menyebrang jalan. SURYA menghindar ke kiri dan masuk got, jatuh. 

EDU dan RATIH menghampiri. 

EDU

Bagaimana? Ada yang luka?

RATIH

Sakit ya?

SURYA

Nggak! Nggak apa-apa. 

RATIH

SANSAN! Itu kakimu berdarah.

ANAK GEMBALA [MAMED] datang membawa pucuk daun petai cina.

A.GEMBALA[MAMED]

Ini untuk obat. Dikunyah dahulu

terus ditempelkan ke lukanya.

Besuk pasti kering.

 

RATIH menerima pucuk daun petai cina lalu diberikan kepada SURYA.

ANAK GEBALA naik ke punggung kerbau lalu pergi. 

SURYA sedikit pincang dan mereka jalan sambil menuntun sepeda dengan latarbelakang dua ekor kerbau dan ANAK GEMBALA. 

CUT TO:

 

26. INT. RUMAH BUDI – SIANG 

Terdapat perabotan rumah yang sudah tua

BADRI mendorong sepeda ontel BUDI ke halaman, menabrak kurungan ayam. Sehingga ayam jago itu bebas lari.

MS/CU. Ayam terlepas dari kurungan.

BADRI teriak-teriak mencari adiknya.

BADRI

BUDI! Dimana kamu?

BUDI..!

 

BADRI mencari BUDI ke ruang tamu, ke samping rumah, melongok keluar dari jendela, ke kamar BUDI lalu ke kamar bapaknya.

BAPAK BUDI terbaring di kasur. Badannya kurus karena sakit

TBC. Ia batuk-batuk 

BAPAK BUDI

Ada apa? Bicara kok teriak-teriak!

BADRI

Cari BUDI! BUDI mana?

BAPAK BUDI

Kok marah-marah begitu.

Ambilkan aku air!

BADRI lari tidak perduli.

CUT TO:

 

27. INT/EXT. KAMAR MANDI – SORE

BUDI di kamar mandi sedang mandi dan keramas.

BADRI menggedor-gedor pintu kamar mandi.

BADRI

BUDI Keluar kamu! Keluar!

 

Pintu kamar mandi terbuka sedikit. BADRI langsung menarik

BUDI keluar.

BADRI

Tolol. Nggak punya mulut ya?

Dipanggil-panggil nggak ada

jawaban.

 

BUDI meronta, lari masuk lagi ke kamar mandi. BADRI mengejarnya.

Dengan gayung mandi dari panci aluminium kecil yang sudah

penyok, BUDI membela diri.

BADRI

Dasar goblok! Punya adik tolol!

 

BUDI hendak memukul dengan gayung. Tapi kalah cepat. BADRI menampar adiknya lalu keluar.

BUDI mengejar tapi pintu ditutup BADRI dengan cepat. Sehingga BUDI membentur pintu bagian dalam.

BADRI[OS]

Pokoknya sepeda harus dibetulkan.

Aku nggak mau tahu!

Aku mau mengurus surat-surat rumah.

 

Budi mengintip dari balik pintu kamar mandi sambil memegang bibirnya.

BADRI

[teriak]

Rumah ini mau aku jual

CUT TO:

  

28. EXT. TANGGUL SAWAH - PINGGIR JALAN – SIANG 

BUDI duduk terdiam menghadap sawah, bibirnya dower, matanya bekaca-kaca. 

SURYA duduk di sebelahnya sambil menggigit tangkai bunga alang-alang.

Di belakangnya sepeda ontel laki-laki SURYA terparkir. Diboncengan terdapat kantong tempat botol. Ada beberapa botol susunya disana. 

BUDI

Aku nggak berani pulang SAN..! 

SURYA

Kamu tinggal di rumahku saja. 

BUDI

Tapi kalau ketemu kakakku

aku bakal lebih parah lagi.

[mengusap bibirnya]

Dia sudah kesetanan, tiap pulang

mabuk.Rumah mau dijualnya. 

SURYA

Bapakmu kan masih ada! 

BUDI

Iya. Kakakku bilang, seminggu lagi

bapakku akan mati. Obatnya sudah

habis.

 

SURYA dan BUDI terdiam

SURYA

Sambil menunggu bapakmu. Kamu

tinggal di rumahku saja.

BUDI

[Kaget, menenggok ke arah SURYA]

 

Mereka bertatapan. Di belakang BUDI terlihat sebuah mobil

truk di kejauhan.

SURYA

Pamanku nggak apa-apa!

Kalau kamu tinggal di rumahku.

BUDI

Kalau aku masih di sini, aku bakal

ketemu kakakku.

Aku mau pergi saja. 

SURYA

Kamu nggak sekolah lagi? 

BUDI

[diam]

Aku mau pergi. 

SURYA

Kamu nggak sayang sama bapakmu? 

BUDI

Kasihan!

Tapi bapakku... sama dengan

kakakku.

[diam. Matanya bekaca-kaca.

Lalu bicara sendiri]

Mak…! Aku mau pergi!

 

Sebuah truk melintas menutupi BUDI, SURYA dan sepedanya.

Pada bak truk itu tertulis " SAMPAI JUMPA KAWAN "

CUT TO:

 

29. EXT. TANGGUL SAWAH PINGGIR JALAN - SIANG

Sesudah truk itu lewat. Maka terlihat SURYA dan

A.GEMBALA [MAMED] duduk.

SURYA duduk dengan posisi yang sama di [SCENE 28] MAMED duduk pada posisi BUDI duduk [SCENE 28]

Posisi dimana sepeda SURYA terparkir [SCENE 28] diganti seekor kerbau. Walaupun agak menjauh

Kemudian mereka duduk behadapan.

Maka di belakangnya tampak jalanan panjang. Di kejauhan, di belakang MAMED terlihat sepeda PAK POS.

SURYA

MAMED! Ibunya BUDI bukannya sudah

meninggal!

MAMED

Ya. Sudah meninggal...     

Kasihan!

SURYA

Kenapa?

MAMED

Karena sakit.

Sering dipukuli sama bapaknya.

 

SURYA terdiam, pandangannya menerawang. Teringat akan ibunya

ZOOM-IN Wajah SURYA

DISOLLVE

 

30. INT. RUMAH KONTRAKAN - MALAM.

POV: SURYA KECIL duduk di lantai. 

Terlihat kursi dan perabotan rumah berantakan

VO: Pintu ditutup keras. Terdengar tangis MAYA

Dari arah pintu MAYA berpakaian kerja, berjalan ke arah

kamera sambil mengusap air matanya. Ada memar di tulang pipinya, kemudian ia berjongkok ke kolong meja. 

MAYA

[bicara ke arah kamera. Dengan

senyum dipaksakan]

SUN. Kok, kamu di sini sayang!

DISSOLVE

31. EXT. TANGGUL SAWAH - PINGGIR JALAN – SIANG 

CU. SURYA

POV. SURYA memandang jauh Pak Tani dan Ibu Tani di sawah

SURYA dan MAMED duduk sepeti [SCENE 29] Mata SURYA memandang jauh. Terlihat pak tani dan ibu tani di sawah.

SURYA

[bergumam]

Mama! 

MAMED

[menoleh]

Apa SAN? Kamu ngomong apa SAN? 

SURYA

[menoleh]

Apa ?

 

PAK POS mengendarai sepeda melintas di samping mereka. SURYA segera bangkit. Memanggil lalu menghampiri.

SURYA

PAK POS! Habis mengantar surat

siapa pak?

PAK POS

[berhenti]

Dari rumahnya pak JOYO SOEMARNO.

Mendengar jawaban PAK POS, SURYA langsung lari pulang. 

CUT TO:

 

32. EXT/INT. RUMAH PAMAN – SIANG

CU. Surat dirobek

SURYA membuka dan membaca surat.

BUDI [OS]

SANSAN, apa kabarmu?

SANSAN, Sedang apa kamu?

Sekarang, aku ada di kota.

Di sini banyak sekali balon-

balon besar.

CUT TO:

33. EXT. JALANAN DESA - SIANG     

Mobil pickup tua dengan bak terbuka melaju pulang dari pasar.

SURYA dan MAMED berdiri di belakang.

TANTE SUSI duduk di depan, di samping sopir.

Ada juga penumpang lain yang duduk di lantai bak mobil;

IBU SURTI membeli beberapa ember plastik, dan minyak di dalam jerigen.

IBU BERJILBAB. PAK TANI bertopi koboi di lehernya, membawa

dua kranyang sayur dari bambu, kosong.

LAKI-LAKI dengan pakaian seragam pegawai negeri.

SURYA dan MAMED tertawa gembira sesekali mengintip ke ruang sopir.

SURYA

[mengintip ke ruang sopir lalu

menunjuk ke langit]

Seperti bulan di siang hari.

MAMED

Seperti bintang di langit!

SURYA

Seperti... gerhana bulan!

SURYA dan MAMED tertawa.

Mobil direm mendadak. lalu berhenti. Pintu mobil terbuka dan TANTE SUSI turun.

TANTE SUSI

Terimakasih ya!

Sampai ketemu lagi.

Tanpa sadar kacamata TANTE SUSI terjatuh ketika keluar pintu.

SURYA

TANTE, itu kacamatanya jatuh!

 

TANTE SUSI meraba dadanya. Lalu menunduk mengambil kacamata

yang terjatuh. Pada saat itu mata SURYA dan MAMED tertuju

pada longgarnya pakaian TANTE SUSI. SURYA terdiam sesaat kemudian tersenyum dan tertawa ditahan. 

IBU SURTI

Mbak SUSI, ini embernya.

TANTE SUSI

Oh! iya! Terimakasih bu SURTI!

IBU SURTI, SURYA, MAMED

Sama-sama!

SURYA

[mengulang lagi]

Sama-sama

SURYA dan MAMED tertawa.

Mobil bergerak meninggalkan TANTE SUSI yang menjijing ember plastik.

SURYA dan MAMED merobek-robek koran pembungkus belanjaannya. Lalu menaburkan ke udara.

SURYA

Hujan duit! 

MAMED

Hujan air! 

SURYA

Hujan turun dari langit!

CUT TO:

34. INT. KAMAR SURYA - MALAM 

Ember kaleng menampung tetesan rintik air hujan.

SURYA tidur pulas diterangi lampu minyak.

VO: Dikejauhan suara titir kentongan dipukul berulang - ulang. Disambut dengan suara titir dari arah yang lain, Suara itu saling bersautan.

SURYA kaget dan terbangun. Ia lari ke kandang mengambil kentongan bambu lalu dipukul sambil melihat sapinya. Ternyata masih lengkap. SURYA terus membalas suara titir itu.

CUT TO:

 

35. EXT. POS RONDA 1 DEPAN BALAI DESA – PAGI

HANSIP 1 memukul kentongan besar dari kayu dengan irama

seperti memukul beduk. Menandakan ada warga yang meninggal dunia.

HANSIP 2 dan BADRI terlihat sedang becakap-cakap. Tidak jauh dari Pos Ronda.

HASIP 2

Mantri datang sudah terlambat.

Keduanya tidak tertolong lagi.

BADRI

Jadi, bayi dan ibunya meninggal?

 

SURYA bersepeda hendak mengantar susu ke langganannya, menghampiri HANSIP 1

SURYA

Siapa yang meninggal pak?

HANSIP 1

Nah! Kebetulan.

Susu yang hangat dua.

HANSIP 2[OS]

[Kepada BADRI]

Tadi malam juga kampung kita

Hampir kemalingan.

SURYA menoleh saat HASIP 2 bicara dengan BADRI. Lalu

memberikan susu kepada HANSIP 1

SURYA

Yang meninggal siapa pak?

HANSIP 1

Cucunya pak SAENI.

SURYA

[bicara sendiri]

Pak Saeni..!

BADRI

[Kepada HASIP 2]

Saya juga dengar suara kentongan

dan teriak-teriak maling.

Jam berapa tadi malam ya?

HASIP 2

Sekitar jam dua pagi.

Sapinya pak BADRUN dua ekor sudah

dituntun kearah sungai.

SURYA

[Kepada Hansip 1]

Yang meninggal cucunya pak SAENI... 

HANSIP 1

Itu! Yang rumahnya di perempatan,

sesudah turunan.

SURYA

[Gelisah]

Adiknya RATIH?

 

HANSIP 1 menyerahkan uang koin. SURYA menerima lalu dimasukan kedalam tas kecil yang tergantung di lehernya.

HANSIP 2

Untung ada yang melihat.

 

SURYA menoleh, memperhatikan percakapan HANSIP 2 dan BADRI.

HANSIP 2

Malingnya lari, sapinya dilepas

begitu saja. 

BADRI

Berapa orang malingnya? 

HANSIP 2

Tiga orang katanya.

 

SURYA naik ke atas sepeda dengan segera, lalu pergi.

                                               CUT TO:

   

36. EXT. JALANAN PINGGIR SAWAH – SIANG    

Dikejauhan terlihat pedati membawa kerenda. Di atas pedati

duduk Kusir dan seorang yang memegang payung.

Di belakang pedati, jalan seorang laki-laki menggendong

jenazah bayi yang baru lahir dan seorang memanyunginya,

SURYA, EDU, MAMED dan penduduk mengikuti di belakangnya. Ada yang berjalan kaki, ada yang menuntun sepeda. Iring-iringan

itu melintasi jalan ditengah persawahan.

CUT TO:

 

37. EXT. SUNGAI– SIANG

SURYA duduk di tepi sungai melihat anak-anak ikan berenang bebas. Dari balik semak-semak sebuah batu melayang jatuh ke dalam air. SURYA tidak peduli. Batu yang ketiga jatuh persis di depannya dan percikan air mengenai badannya.    

SURYA

[Teriak menantang]

Woi..! Tunjukan diri-Mu

CU: anak-anak nyamuk dari permukaan air lari ke dalam. Lalat-lalat yang hinggap di bangkai ikan terbang.

VO: Lenguhan Sapi terdengar 2 kali.

SURYA berdiri menatap sungai. Terlihat matahari di air yang beriak. SURYA membuka kaosnya lalu melampiaskan amarahnya. Dengan membabi buta ia memukul-mukul banyangan matahari di

air. Kemudian lari ke daratan yang berpasir, menghentak dan menendang-nendang pasir hingga terjatuh terlentang. SURYA menatap matahari.

MAMED muncul dari semak-semak menghampiri SURYA dan membangunkannya. Bersamaan itu muncul PAK TUA [67thn] dengan celana pangsi dan kaos putih yang sudah lusuh dari arah yang lain, PAK TUA jalan, tangannya memegang tongkat dari batang pohon.

PAK TUA menghampiri mereka berdua, MAMED kaget. 

PAK TUA

[kepada MAMED]

Ada apa dengan temanmu?

MAMED

[tidak menjawab]

PAK TUA

Ada masalah apa? Temanmu.

MAMED

Bingung! Dia lagi bingung.

 

Mendengar MAMED berkata. SURYA baru sadar. Ia menoleh kearah

PAK TUA.

PAK TUA

Sekarang lebih baik bersikan

badanmu. Lihat! Seperti itu.

Sapi-sapi itu hendak pulang ke

rumahnya.

 

PAK TUA menunjuk dua ekor sapi berenang menyebrangi sungai.

CUT TO:

 

38. EXT/INT. WARUNG IBU SURTI – SIANG   

Terlihat drum minyak, tumpukkan kayu bakar, ember, baskom plastik, sandal jepit tergantung dan Sayur mayur digelar di meja.

IBU SURTI menimbang beras, melayani TANTE SUSI. 

IBU SURTI

Iya mbak SUSI.

Kasihan anaknya. RATIH!

Masih bocah ditinggal ibunya. 

TANTE SUSI

Waktu melahirkan, ibunya tidak

dibawa kerumah sakit?

IBU SURTI

Rencananya begitu, tapi kendaraan

tidak ada.

Sambil menunggu suaminya pulang,

ditangani dukun bayi. Tapi

pendarahannya terlalu banyak.

TANTE SUSI

Sudah tahu istrinya hamil tua,

ditinggal-tinggal seenaknya!

 

BIBI datang untuk belanja.

BIBI

BU SURTI, minyak goreng seperempat,

garam satu bungkus dan gula pasir

setengah kilo. 

IBU SURTI

BU JOYO, garamnya habis! 

TANTE SUSI

Saya dengar, RATIH akan dibawa

Oleh bapaknya! 

BIBI

Kakeknya, ikut dibawa juga? 

IBU SURTI

Tidak bu! Siapa nanti yang

Mengurus sawah dan sapinya? 

TANTE SUSI

[memasukan belanjaan ke dalam tas]

Jadi saya semuanya berapa bu?

 

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar