Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
23. INT. RUMAH KONTRAKAN – MALAM
MS/CU.Gelas berisi alkohol di letakan di meja. Dengan posisi gelas di dalam frame gambar, disebelah kiri. Dan di tengah
frame ada botol minuman tinggal setengahnya.
Di dalam rumah terdapat perabotan cukup bagus. Hanya TV color menyala dengan antena yang buruk. Jam dinding tergantung
dalam kondisi mati. dengan posisi jarum 1.30
VO: Klakson dan deru mobil bergerak menjauh.
MAYA membuka dan menutup pintu yang tidak dikunci. RONI menyalakan lampu ruang depan.
RONI
[kesal yang ditahan]
Baru pulang?
Aku nggak tahu apa yang kamu
inginkan? [menuding MAYA yang masih
berpakaian kantor] Lupa anak, lupa
rumah, lupa suami, lupa semuanya.
Aku. Bukannya aku malas, nggak mau
kerja. Sudah tujuh tahun kerja,
bukannya diangkat malah di PHK.
Cari kerja lain. Sudah! Kamu tahu
sendiri.
[meneguk gelas lagi]
Sekarang apa mau mu? pulang jam
segini. Lihat! [menunjuk jam dinding]
MAYA menengok ke arah jam dinding. Lalu mencocokkan jam di tangannya.
CU. Jam dinding menunjukkan jam 1.30.00 Jam tangan MAYA menunjukkan jam 21.40.00 Jam tangan RONI menunjukkan jam 21.25.00.
Tiga buah jam semua jarumnya menunjukan waktu yang berbeda, menunjukan di kota tidak mempuyai batasan dengan waktu. Tentang siang itu untuk bekerja dan malam itu untuk tidur/istirahat.
RONI
Semua sudah tidak ada yang perduli!
Semua mau-maunya sendiri!
VO: Terdengar SEORANG ANAK dua tahun menangis. di dalam kamar.
MAYA
[bergegas ke kamar]
SUN... SUN...
CUT TO:
24. EXT. RUMAH PAMAN - SAMPING – SIANG
Tampak punggung SURYA sedang duduk. ia melanjutkan mengambar peta dunia di permukaan balon. Pada balon yang sama, di permukaan sebelahnya bergambar wajah orang.
BIBI [OS]
SUN... SUN!
Jangan lipa sapinya diberi makan!
SURYA
[Sambil menggambar]
Iya Bi.
VO: Suara bel sepeda
BUDI bersepeda memasuki halaman, memarkir sepedanya lalu menghampiri SURYA.
BUDI
SANSAN, lagi bikin apa kamu?
SURYA
Ini lihat!
SURYA menunjukan gambar wajah orang di salah satu sisi balon. Sambil dipencet-pencet membuat gambar itu berubah rubah ekspresinya.
SURYA
[Memencet-mencet balon]
Ini marah. Ini Sedih. ini Murung.
ini Tertawa! Dst.
Melihat gambar itu BUDI dan SURYA tertawa bersama.
BUDI mengabil dari tangan SURYA. Untuk melihat lebih jelas.
BUDI
Kok, mirip kamu SANSAN?
SURYA
[tertawa lebar]
BUDI
[Memutar balon]
Benua Asia.
India, Malaysia, China, Jepang.
Indonesia, kok Belum selesai?
SURYA
[Mengambil balon dari tangan BUDI]
Iya. Mana ? Mau aku diselesaikan.
BUDI
[menahan balon]
Sebentar! Sebentar.
SURYA berusaha mengambil balon. Tapi BUDI mengelak. Akhirnya balon terlepas dan pecah tertusuk ranting.
CUT TO:
25. EXT. JALANAN KAMPUNG – SORE
Balon kecil yang di ikat di batangan sepeda BUDI dan sepeda
EDU terpukul-pukul jeruji, menimbulkan bunyi seperti sepeda motor. Suara balon terpukul jeruji dan suara tawa SURYA, BUDI, EDU, RATIH terdengar riang. Mereka bersepeda beriringan.
SURYA berboncengan dengan BUDI. SURYA duduk di sadel memegang kemudi kakinya direntangkan. BUDI duduk di boncengan dan kakinya mengayuh pedal.
EDU dan RATIH mengendarai sepedanya masing-masing.
Mereka beradu cepat.
SURYA dan BUDI melaju ke depan.
SURYA
Ayo cepat BUD! Kita menang.
EDU menyusul sepeda SURYA di ikuti RATIH.
Di pinggir jalan ada seekor sapi dan dua ekor kerbau merumput. Di punggung salah satu kerbau, seorang ANAK GEMBALA [MAMED 12thn] duduk.
Sapi, kerbau dan anak gembala memperhatikan mereka yang
sedang balapan sepeda.
SURYA
Ayo! BUDI lebih cepat. Kita harus
menang!
BUDI terlihat lelah.
BUDI
Awas! Aku lewati semua!
Sepeda BUDI dan SURYA melaju ke depan lagi. Tetapi tidak di sangka, sapi menyebrang jalan. SURYA menghindar ke kiri dan masuk got, jatuh.
EDU dan RATIH menghampiri.
EDU
Bagaimana? Ada yang luka?
RATIH
Sakit ya?
SURYA
Nggak! Nggak apa-apa.
RATIH
SANSAN! Itu kakimu berdarah.
ANAK GEMBALA [MAMED] datang membawa pucuk daun petai cina.
A.GEMBALA[MAMED]
Ini untuk obat. Dikunyah dahulu
terus ditempelkan ke lukanya.
Besuk pasti kering.
RATIH menerima pucuk daun petai cina lalu diberikan kepada SURYA.
ANAK GEBALA naik ke punggung kerbau lalu pergi.
SURYA sedikit pincang dan mereka jalan sambil menuntun sepeda dengan latarbelakang dua ekor kerbau dan ANAK GEMBALA.
CUT TO:
26. INT. RUMAH BUDI – SIANG
Terdapat perabotan rumah yang sudah tua
BADRI mendorong sepeda ontel BUDI ke halaman, menabrak kurungan ayam. Sehingga ayam jago itu bebas lari.
MS/CU. Ayam terlepas dari kurungan.
BADRI teriak-teriak mencari adiknya.
BADRI
BUDI! Dimana kamu?
BUDI..!
BADRI mencari BUDI ke ruang tamu, ke samping rumah, melongok keluar dari jendela, ke kamar BUDI lalu ke kamar bapaknya.
BAPAK BUDI terbaring di kasur. Badannya kurus karena sakit
TBC. Ia batuk-batuk
BAPAK BUDI
Ada apa? Bicara kok teriak-teriak!
BADRI
Cari BUDI! BUDI mana?
BAPAK BUDI
Kok marah-marah begitu.
Ambilkan aku air!
BADRI lari tidak perduli.
CUT TO:
27. INT/EXT. KAMAR MANDI – SORE
BUDI di kamar mandi sedang mandi dan keramas.
BADRI menggedor-gedor pintu kamar mandi.
BADRI
BUDI Keluar kamu! Keluar!
Pintu kamar mandi terbuka sedikit. BADRI langsung menarik
BUDI keluar.
BADRI
Tolol. Nggak punya mulut ya?
Dipanggil-panggil nggak ada
jawaban.
BUDI meronta, lari masuk lagi ke kamar mandi. BADRI mengejarnya.
Dengan gayung mandi dari panci aluminium kecil yang sudah
penyok, BUDI membela diri.
BADRI
Dasar goblok! Punya adik tolol!
BUDI hendak memukul dengan gayung. Tapi kalah cepat. BADRI menampar adiknya lalu keluar.
BUDI mengejar tapi pintu ditutup BADRI dengan cepat. Sehingga BUDI membentur pintu bagian dalam.
BADRI[OS]
Pokoknya sepeda harus dibetulkan.
Aku nggak mau tahu!
Aku mau mengurus surat-surat rumah.
Budi mengintip dari balik pintu kamar mandi sambil memegang bibirnya.
BADRI
[teriak]
Rumah ini mau aku jual
CUT TO:
28. EXT. TANGGUL SAWAH - PINGGIR JALAN – SIANG
BUDI duduk terdiam menghadap sawah, bibirnya dower, matanya bekaca-kaca.
SURYA duduk di sebelahnya sambil menggigit tangkai bunga alang-alang.
Di belakangnya sepeda ontel laki-laki SURYA terparkir. Diboncengan terdapat kantong tempat botol. Ada beberapa botol susunya disana.
BUDI
Aku nggak berani pulang SAN..!
SURYA
Kamu tinggal di rumahku saja.
BUDI
Tapi kalau ketemu kakakku
aku bakal lebih parah lagi.
[mengusap bibirnya]
Dia sudah kesetanan, tiap pulang
mabuk.Rumah mau dijualnya.
SURYA
Bapakmu kan masih ada!
BUDI
Iya. Kakakku bilang, seminggu lagi
bapakku akan mati. Obatnya sudah
habis.
SURYA dan BUDI terdiam
SURYA
Sambil menunggu bapakmu. Kamu
tinggal di rumahku saja.
BUDI
[Kaget, menenggok ke arah SURYA]
Mereka bertatapan. Di belakang BUDI terlihat sebuah mobil
truk di kejauhan.
SURYA
Pamanku nggak apa-apa!
Kalau kamu tinggal di rumahku.
BUDI
Kalau aku masih di sini, aku bakal
ketemu kakakku.
Aku mau pergi saja.
SURYA
Kamu nggak sekolah lagi?
BUDI
[diam]
Aku mau pergi.
SURYA
Kamu nggak sayang sama bapakmu?
BUDI
Kasihan!
Tapi bapakku... sama dengan
kakakku.
[diam. Matanya bekaca-kaca.
Lalu bicara sendiri]
Mak…! Aku mau pergi!
Sebuah truk melintas menutupi BUDI, SURYA dan sepedanya.
Pada bak truk itu tertulis " SAMPAI JUMPA KAWAN "
CUT TO:
29. EXT. TANGGUL SAWAH PINGGIR JALAN - SIANG
Sesudah truk itu lewat. Maka terlihat SURYA dan
A.GEMBALA [MAMED] duduk.
SURYA duduk dengan posisi yang sama di [SCENE 28] MAMED duduk pada posisi BUDI duduk [SCENE 28]
Posisi dimana sepeda SURYA terparkir [SCENE 28] diganti seekor kerbau. Walaupun agak menjauh
Kemudian mereka duduk behadapan.
Maka di belakangnya tampak jalanan panjang. Di kejauhan, di belakang MAMED terlihat sepeda PAK POS.
SURYA
MAMED! Ibunya BUDI bukannya sudah
meninggal!
MAMED
Ya. Sudah meninggal...
Kasihan!
SURYA
Kenapa?
MAMED
Karena sakit.
Sering dipukuli sama bapaknya.
SURYA terdiam, pandangannya menerawang. Teringat akan ibunya
ZOOM-IN Wajah SURYA
DISOLLVE
30. INT. RUMAH KONTRAKAN - MALAM.
POV: SURYA KECIL duduk di lantai.
Terlihat kursi dan perabotan rumah berantakan
VO: Pintu ditutup keras. Terdengar tangis MAYA
Dari arah pintu MAYA berpakaian kerja, berjalan ke arah
kamera sambil mengusap air matanya. Ada memar di tulang pipinya, kemudian ia berjongkok ke kolong meja.
MAYA
[bicara ke arah kamera. Dengan
senyum dipaksakan]
SUN. Kok, kamu di sini sayang!
DISSOLVE
31. EXT. TANGGUL SAWAH - PINGGIR JALAN – SIANG
CU. SURYA
POV. SURYA memandang jauh Pak Tani dan Ibu Tani di sawah
SURYA dan MAMED duduk sepeti [SCENE 29] Mata SURYA memandang jauh. Terlihat pak tani dan ibu tani di sawah.
SURYA
[bergumam]
Mama!
MAMED
[menoleh]
Apa SAN? Kamu ngomong apa SAN?
SURYA
[menoleh]
Apa ?
PAK POS mengendarai sepeda melintas di samping mereka. SURYA segera bangkit. Memanggil lalu menghampiri.
SURYA
PAK POS! Habis mengantar surat
siapa pak?
PAK POS
[berhenti]
Dari rumahnya pak JOYO SOEMARNO.
Mendengar jawaban PAK POS, SURYA langsung lari pulang.
CUT TO:
32. EXT/INT. RUMAH PAMAN – SIANG
CU. Surat dirobek
SURYA membuka dan membaca surat.
BUDI [OS]
SANSAN, apa kabarmu?
SANSAN, Sedang apa kamu?
Sekarang, aku ada di kota.
Di sini banyak sekali balon-
balon besar.
CUT TO:
33. EXT. JALANAN DESA - SIANG
Mobil pickup tua dengan bak terbuka melaju pulang dari pasar.
SURYA dan MAMED berdiri di belakang.
TANTE SUSI duduk di depan, di samping sopir.
Ada juga penumpang lain yang duduk di lantai bak mobil;
IBU SURTI membeli beberapa ember plastik, dan minyak di dalam jerigen.
IBU BERJILBAB. PAK TANI bertopi koboi di lehernya, membawa
dua kranyang sayur dari bambu, kosong.
LAKI-LAKI dengan pakaian seragam pegawai negeri.
SURYA dan MAMED tertawa gembira sesekali mengintip ke ruang sopir.
SURYA
[mengintip ke ruang sopir lalu
menunjuk ke langit]
Seperti bulan di siang hari.
MAMED
Seperti bintang di langit!
SURYA
Seperti... gerhana bulan!
SURYA dan MAMED tertawa.
Mobil direm mendadak. lalu berhenti. Pintu mobil terbuka dan TANTE SUSI turun.
TANTE SUSI
Terimakasih ya!
Sampai ketemu lagi.
Tanpa sadar kacamata TANTE SUSI terjatuh ketika keluar pintu.
SURYA
TANTE, itu kacamatanya jatuh!
TANTE SUSI meraba dadanya. Lalu menunduk mengambil kacamata
yang terjatuh. Pada saat itu mata SURYA dan MAMED tertuju
pada longgarnya pakaian TANTE SUSI. SURYA terdiam sesaat kemudian tersenyum dan tertawa ditahan.
IBU SURTI
Mbak SUSI, ini embernya.
TANTE SUSI
Oh! iya! Terimakasih bu SURTI!
IBU SURTI, SURYA, MAMED
Sama-sama!
SURYA
[mengulang lagi]
Sama-sama
SURYA dan MAMED tertawa.
Mobil bergerak meninggalkan TANTE SUSI yang menjijing ember plastik.
SURYA dan MAMED merobek-robek koran pembungkus belanjaannya. Lalu menaburkan ke udara.
SURYA
Hujan duit!
MAMED
Hujan air!
SURYA
Hujan turun dari langit!
CUT TO:
34. INT. KAMAR SURYA - MALAM
Ember kaleng menampung tetesan rintik air hujan.
SURYA tidur pulas diterangi lampu minyak.
VO: Dikejauhan suara titir kentongan dipukul berulang - ulang. Disambut dengan suara titir dari arah yang lain, Suara itu saling bersautan.
SURYA kaget dan terbangun. Ia lari ke kandang mengambil kentongan bambu lalu dipukul sambil melihat sapinya. Ternyata masih lengkap. SURYA terus membalas suara titir itu.
CUT TO:
35. EXT. POS RONDA 1 DEPAN BALAI DESA – PAGI
HANSIP 1 memukul kentongan besar dari kayu dengan irama
seperti memukul beduk. Menandakan ada warga yang meninggal dunia.
HANSIP 2 dan BADRI terlihat sedang becakap-cakap. Tidak jauh dari Pos Ronda.
HASIP 2
Mantri datang sudah terlambat.
Keduanya tidak tertolong lagi.
BADRI
Jadi, bayi dan ibunya meninggal?
SURYA bersepeda hendak mengantar susu ke langganannya, menghampiri HANSIP 1
SURYA
Siapa yang meninggal pak?
HANSIP 1
Nah! Kebetulan.
Susu yang hangat dua.
HANSIP 2[OS]
[Kepada BADRI]
Tadi malam juga kampung kita
Hampir kemalingan.
SURYA menoleh saat HASIP 2 bicara dengan BADRI. Lalu
memberikan susu kepada HANSIP 1
SURYA
Yang meninggal siapa pak?
HANSIP 1
Cucunya pak SAENI.
SURYA
[bicara sendiri]
Pak Saeni..!
BADRI
[Kepada HASIP 2]
Saya juga dengar suara kentongan
dan teriak-teriak maling.
Jam berapa tadi malam ya?
HASIP 2
Sekitar jam dua pagi.
Sapinya pak BADRUN dua ekor sudah
dituntun kearah sungai.
SURYA
[Kepada Hansip 1]
Yang meninggal cucunya pak SAENI...
HANSIP 1
Itu! Yang rumahnya di perempatan,
sesudah turunan.
SURYA
[Gelisah]
Adiknya RATIH?
HANSIP 1 menyerahkan uang koin. SURYA menerima lalu dimasukan kedalam tas kecil yang tergantung di lehernya.
HANSIP 2
Untung ada yang melihat.
SURYA menoleh, memperhatikan percakapan HANSIP 2 dan BADRI.
HANSIP 2
Malingnya lari, sapinya dilepas
begitu saja.
BADRI
Berapa orang malingnya?
HANSIP 2
Tiga orang katanya.
SURYA naik ke atas sepeda dengan segera, lalu pergi.
CUT TO:
36. EXT. JALANAN PINGGIR SAWAH – SIANG
Dikejauhan terlihat pedati membawa kerenda. Di atas pedati
duduk Kusir dan seorang yang memegang payung.
Di belakang pedati, jalan seorang laki-laki menggendong
jenazah bayi yang baru lahir dan seorang memanyunginya,
SURYA, EDU, MAMED dan penduduk mengikuti di belakangnya. Ada yang berjalan kaki, ada yang menuntun sepeda. Iring-iringan
itu melintasi jalan ditengah persawahan.
CUT TO:
37. EXT. SUNGAI– SIANG
SURYA duduk di tepi sungai melihat anak-anak ikan berenang bebas. Dari balik semak-semak sebuah batu melayang jatuh ke dalam air. SURYA tidak peduli. Batu yang ketiga jatuh persis di depannya dan percikan air mengenai badannya.
SURYA
[Teriak menantang]
Woi..! Tunjukan diri-Mu
CU: anak-anak nyamuk dari permukaan air lari ke dalam. Lalat-lalat yang hinggap di bangkai ikan terbang.
VO: Lenguhan Sapi terdengar 2 kali.
SURYA berdiri menatap sungai. Terlihat matahari di air yang beriak. SURYA membuka kaosnya lalu melampiaskan amarahnya. Dengan membabi buta ia memukul-mukul banyangan matahari di
air. Kemudian lari ke daratan yang berpasir, menghentak dan menendang-nendang pasir hingga terjatuh terlentang. SURYA menatap matahari.
MAMED muncul dari semak-semak menghampiri SURYA dan membangunkannya. Bersamaan itu muncul PAK TUA [67thn] dengan celana pangsi dan kaos putih yang sudah lusuh dari arah yang lain, PAK TUA jalan, tangannya memegang tongkat dari batang pohon.
PAK TUA menghampiri mereka berdua, MAMED kaget.
PAK TUA
[kepada MAMED]
Ada apa dengan temanmu?
MAMED
[tidak menjawab]
PAK TUA
Ada masalah apa? Temanmu.
MAMED
Bingung! Dia lagi bingung.
Mendengar MAMED berkata. SURYA baru sadar. Ia menoleh kearah
PAK TUA.
PAK TUA
Sekarang lebih baik bersikan
badanmu. Lihat! Seperti itu.
Sapi-sapi itu hendak pulang ke
rumahnya.
PAK TUA menunjuk dua ekor sapi berenang menyebrangi sungai.
CUT TO:
38. EXT/INT. WARUNG IBU SURTI – SIANG
Terlihat drum minyak, tumpukkan kayu bakar, ember, baskom plastik, sandal jepit tergantung dan Sayur mayur digelar di meja.
IBU SURTI menimbang beras, melayani TANTE SUSI.
IBU SURTI
Iya mbak SUSI.
Kasihan anaknya. RATIH!
Masih bocah ditinggal ibunya.
TANTE SUSI
Waktu melahirkan, ibunya tidak
dibawa kerumah sakit?
IBU SURTI
Rencananya begitu, tapi kendaraan
tidak ada.
Sambil menunggu suaminya pulang,
ditangani dukun bayi. Tapi
pendarahannya terlalu banyak.
TANTE SUSI
Sudah tahu istrinya hamil tua,
ditinggal-tinggal seenaknya!
BIBI datang untuk belanja.
BIBI
BU SURTI, minyak goreng seperempat,
garam satu bungkus dan gula pasir
setengah kilo.
IBU SURTI
BU JOYO, garamnya habis!
TANTE SUSI
Saya dengar, RATIH akan dibawa
Oleh bapaknya!
BIBI
Kakeknya, ikut dibawa juga?
IBU SURTI
Tidak bu! Siapa nanti yang
Mengurus sawah dan sapinya?
TANTE SUSI
[memasukan belanjaan ke dalam tas]
Jadi saya semuanya berapa bu?
CUT TO: