Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SKENARIO
judul : TELE-TONG
00. BLACK
Terdengar suara ketukan kaleng dari baling-baling sawah.
01. EXT. PADANG RUPUT - TEPI SAWAH – SORE
ESTABLISH
Sawah dan padang rumput
Kamera bergerak, nampaklah 10 anak bermain bola. Diantaranya SURYA [14thn] Tinggi semampai, kulit sawo matang, BUDI [13thn] gendut berkulit hitam, EDU [13thn] tinggi semampai, kulit putih, tinggi tidak melebihi SURYA. Terlihat pula di lapangan itu sapi-sapi dan kambing yang sedang meruput. Kemudian muncul baling-baling sawah yang sedang berputar menjadi latar depan. Berurutan baling ke 1,2,3
Baling-baling 1 polos tanpa kaleng, baling-baling 2 porosnya dihubungkan dengan sebuah kaleng yang menimbulkan bunyi, Baling-baling 3 tidak berputar/rusak. Sehingga boneka Petruk,[salah satu tokoh Punokawan dalam cerita pewayangan Jawa] terbuat dari kayu, yang dihubungkan pada poros baling-baling 3 tidak begerak.
CU/MS
Kaki SURYA membawa bola terbuat dari kertas dan karung plastik dengan diikat puluhan karet gelang, Dengan cepat meliuk - liuk melewati lawan-lawannya. Sampai sapi dan kambingpun menghindar.
Mendadak bola terhenti melekat di teletong [kotoran sapi]. Tidak menyadari itu, Bola ditendang SURYA dengan kerasnya,ia terpeleset jatuh.
BUDI sebagai penjaga gawang gagal menangkap bola. Dan gol.
CREDIT TITLE
"TELE-TONG"
SURYA bangun [SLOW MOTION} melompat dan menyepakkan kakinya. "Gol!"
FADE IN - Tokoh SURYA
teletong mengenai EDU. EDU membalas dengan melempar teletong yang menempel di badannya. [SLOW MPTION] mengenai badan sapi.
FADE IN - Tokoh PAMAN
SURYA, EDU< dan teman-teman meraupkan teletong ke wajah dan badan BUDI.
FADE IN - SUTRDARA
BUDI mengejar teman-temannya
CREDIT TITLE
FADE-OUT
02. EXT. SUNGAI– SORE
SURYA, EDU, BUDI dan teman-teman yang lain berkejaran ke arah sungai dan terjun kedalam sungai. Ada yang mengenakan baju dan ada yang membuka bajunya. Mereka berkejaran di dalam air dan saling memercikan air.
BUDI dari daratan melihat ada sesuatau yang hanyut.
BUDI
He! Teman-teman ada bola hanyut!
SURYA, EDU dan teman-teman yang lain melihat dimana BUDI mengarahkan jarinya.
Terlihat bola plastik bergerak mengikuti aliran sungai semakin mendekati ke arah mereka.
Mereka adu cepat berenang untuk mendapatkan bola.Ternyata. EDU lebih dulu mendapatkan bola itu. Diangkatnya dan air mengucur dari dalam bola,
EDU
Wah! Sudah bocor!
Nih! Tangkap.
Mereka berebutan saling menangkap, Mereka bermain lempar dan tangkap bola. Sesaat mereka bermain, bola jatuh di hadapan SURYA, bola tidak dilemparnya tetapi ia bawa lari ke daratan.
CUT TO:
03. EXT. PADANG RUMPUT - TEPI SAWAH – SIANG
Tiupan angin membuat dua baling-baling sawah masih berputar.
Sementara baling-baling yang rusak bersama boneka Petruk bergoyang-goyang. Bergerak ke kiri, bergerak ke kanan dan terus miring ke bawah.
Ternyata baling-baling itu dirobohkan oleh SURYA, BUDI, EDU, dan RATIH [12thn] Mereka baru pulang sekolah dan masih mengenakan pakaian seragam SMP dan tas sekolahnya.
SURYA
Pelan-pelan jangan sampai patah!
RATIH
Ayo terus-terus!
SURYA
BUDI, tahan bawahnya!
EDU
Ayo pelan-pelan turun.
SURYA
Pelan! Bersamaan!
BUDI
Taan! Tahan dulu. Tahan!
Mereka keberatan, dan akhirnya tiang bambu dengan panjang lebih kurang 5 meter itu jatuh. Baling-baling dan boneka Petruk patah.
CUT TO:
04. EXT. POJOK DESA PINGGIR HUTAN - SIANG.
BANDAR [40thn] berbadan gendut. Mengumpulkan uang dari para peserta taruhan. Dibantu oleh ASISTENnya [35thn] Berbadan kurus.
Setiap peserta taruhan menyerahkan uang sesuai kelasnya, untuk saat ini dengan kelas lima puluh ribu. dan setiap yang menyerahkan uang taruhan ia akan mendapat kartu/kertas dengan warna sesuai jagoannya. Ayam nomer satu warna merah dan ayam nomer dua warna kuning.
Puluhan orang membentuk lingkaran. Ada yang duduk di tanah, duduk di batu, ada yang jongkok, dan ada yang berdiri.
BADRI [27thn] dan HARTO [45thn] jongkok mengulurkan uangnya di atas kepala.
BADRI mengulurkan uang satu lembar lima puluh ribu. Ia menjagokan ayam merah dan mendapat kartu warna merah
HARTO mengulurkan uang tiga lembar berjumlah limapuluh ribu. Ia menjagokan warna kuning dan mendapat kartu warna kuning. Begitu juga peserta taruhan yang lain.
Uang-uang yang terkumpul semua di masukan kedalam ember warna hitam.
Dua ekor ayam mengambil ancang-ancang lalu saling menerjang. Berputar lalu menerjang. Diikuti teriakan pendukungnya masing-masing.
BADRI
Terus! Terus. Terjang lagi.
PAK MAMAT
[Seperti berzikir]
Menang, menang, menang.
Menamg, menang, menang.
DODI
Sikat! Sikat lagi.
HARTO
[Merokok dengan cemas]
BANDAR
[tersenyum sambil merapikan
uang-uang di dalam ember]
CTT. SCENE 04 dibuat JUMP CUT dengan SCENE 05.
CUT TO:
05. EXT/IN.POS RONDA 4 - SIANG.
Di Pos ronda 4 terlihat kentongan bambu tergantung. Poster-poster bekas pemilihan presiden dan wakil presiden, pemilihan Gubernur, Bupati dengan selogan-selogannya. Tumpang tindih di dinding, dan sudah mulai rusak
BADRI, DODI [25thn], HARTO, PAK MAMAT [45thn] bermain remi. Terlihat di hadapan mereka ada tumpukan uang.
BADRI
[Mengambil kartu lalu membuang
kartu yang lain]
HARTO
[Mengambil kartu, mecocokkan lalu
membuangnya]
PAK MAMAT
[Membuang tiga kartu lalu mengambil
dua kartu dari deretan kartu yang terbuka]
DODI
[Memperhatikan ketiga lawannya,
lalu mengambil satu kartu]
Ini yang saya tunggu-tunggu.
DODI menurunkan semua kartu dari tangannya dan satu kartu dibantingnya keras sambil tertawa.
DODI
Sekarang aku jadi bandar.
[lalu meraup tumpukan uang]
CTT. SCENE 05 dibuat JUMP CUT dengan SCENE 04
CUT TO:
06. EXT. DEPAN POS RONDA 4 - SIANG
SURYA, EDU, BUDI dan RATIH mengenakan pakaian dan tas sekolahnya. Berjalan di depan Pos ronda sambil membawa baling-baling dan boneka Petruk yang patah. [SCENE 03]
SURYA dan EDU membawa baling-baling. Sementara BUDI membawa bonekanya dan RATIH membawa tangan boneka.
BADRI melihat mereka dan memanggil adiknya
BADRI
BUDI. Sini sebentar.
SURYA dan teman-teannya berhenti
BADRI
BUDI sini sebentar
BUDI menghampiri kakaknya.
BADRI
Cepat pulang dan ambil radio tape.
Bawa kemari!
BUDI
Nggak mau.
BADRI
Aku minta radio tape bawa kesini! Cepat.
BUDI
Nggak mau.
BADRI
Berani membantah!
[ mengancam ]
Cepat ambil radio. Bawa kesini!
BUDI
Nggak mau.
BADRI kesal. Ia merebut boneka lalu dilemparkan ke arah kepala BUDI. BUDI menunduk. Boneka terlempar ke arah SURYA dan teman-temannya.
BADRI
[Mendorong BUDI]
Cepat! Pokoknya radio harus sampai
di sini.
CUT TO:
07. EXT/INT. RUMAH PAMAN – SENJA
SURYA berjongkok. Dengan korek batang menyalakan lampu meja berbahan bakar minyak tanah, lalu menutup dengan semprongnya.
Tampak deretan lampu minyak yang lain, sudah menyala menjadi latar belakang. 1 lampu meja, 3 lampu badai, 2 lampu teplok [lampu yang dipasang di dinding], dan 1 lampu petromak belum menyala.
SURYA menyalakan lampu petromak lalu memompa dan memutar sepuyernya. Karena lampu belum terlalu panas, api membesar. SURYA berdiri kepanasan.
Terlihat di dinding bayangan SURYA berdiri besar.
Dari belakang, arah banyangan PAMAN [57thn] datang.
PAMAN
Kecilkan sepunyernya!
SURYA
Panas sekali PAMAN.
PAMAN mengecilkan sepuyer.
PAMAN
Nanti kalau panasnya cukup.
Nyalanya akan normal.
SURYA mengangguk lalu mengambil 3 lampu badai dan pergi ke kandang.
Sementara PAMAN mengatur sepuyer sampai lampu petromak nyala normal.
CUT TO:
07A. EXT/INT. DAPUR - SENJA.
SURYA menggantung lampu badai pada sebuah tiang di dapur. Tampak di atas tungku terdapat ikatan-ikatan jagung berkulit kering yang digantung di bambu.
CUT TO:
07B. EXT/INT. KANDANG SAPI - SENJA.
SURYA naik ke potongan kayu untuk menggantung lampu badai. Sapi dikandang melihatnya.
MS/CU: Sapi menenggokan kepala.
CUT TO
08. INT. KAMAR SURYA - MALAM.
Ruang itu diterangi lampu meja.
Kamar berdinding bata dibagian bawah dan papan putih dibagian atasnya.
Di atas meja kayu terdapat topi dari bola plastik [SCENE 02] yang bergambar peta dunia dengan spidol, buku-buku cetak pelajaran sekolah. Kertas-kertas bergambar sket kincir air yang dicoret-coret karena gagal.
SURYA duduk. Ia tertidur di meja berbantal lengan kirinya dan dua lembar kertas.
BIBI [50thn] masuk kamar SURYA dan membangunkan.
BIBI
SUN! Ayo bangun!
Pindah, tidur di kasur.
Pada saat SURYA mengangkat kepala dan beranjak. Tampak dua lembar kertas yang salah satunya bergambar drum ukuran sedang yang di atasnya terdapat pipa yang terpasang kran. Pada ujung pipa tergambar kobaran api. Dan di dalam drum tertulis "Biogas" yang sebagian hurufnya terlihat luntur karena air liur.
CU: Kertas bergambar drum.
CTT. SUN :dipanggil San
CUT TO
09. EXT. DEPAN BALAI DESA – SIANG
Petugas desa [45 thn] berdiri di atas drum besar memegang megaphone, dengan latar belakang truck tangki minyak tanah dan latar depan tangan-tangan memegang jerigen kosong.
PETUGAS DESA
[Dengan megaphone]
Antri. Antri! Sabar!
Semua kebagian. Semua kebagian.
Jangan kawatir!
Penduduk antri untuk mendapatkan minyak tanah. Antrian dua baris itu dibatasi dengan menggunakan tali rafia.
Terlihat BADRI, TANTE SUSI [35 thn] dan SURYA
Dua orang HANSIP berseragam. HANSIP 1 [55 thn]. HANSIP 2 [34 thn] menertibkan dengan pentungan.
HANSIP 1
Ayo baris! Semuanya baris!
HANSIP 2
Beris yang tertib.
Mundur-mundur!
TANTE SUSI bergeser dan memaksa masuk barisan bagian depan.
TANTE SUSI
Tolong dong! Tolong! Geser sedikit
Di belakang banyak yang jahil.
Saya didorong-dorong terus!
Antrian sudah mulai rapat. Dari belakang mulai mendesak. SURYA terdorong dan terjepit, karena dorongan dari belakang. Jerigen di tangannya jatuh.
SURYA
Aduh! Jangan dorong-dorong.
BADRI
Pak! Cepat di bagikan. Antrian
semakin panjang!
PETUGAS DESA
[dengan megaphone]
Tenang! Bapak-bapak. Ibu-ibu.
Tenang. Saya harap, sabar.
Semuanya sabar! Akan dibagikan rata.
Semua kebagian, mudah-mudahan
Semua kebagian.
Suara megaphone terputus-putus. Dan muncul bunyi noice. PETUGAS DESA mengetuk-ngetuk, memperbaiki. Dan ketika dipakai kembali, bunyi noice muncul lagi. Akhirnya bunyi noice itu mengiringi ucapan PETUGAS DESA.
PETUGAS DESA
[dengan megaphone]
Jangan kawatir! Stok minyak akan
ditambah. Tenang.Tenang! Sabar!
Dua hari lagi di warung-warung
sudah pasti ada.
WARGA
[menggerutu]
Sudah harganya naik, barangnya
susah dicari.
Aduh! Sandal saya jangan
Di injak.
BADRI
Daripada lama, tidak kebagian.
Kita ambil sendiri-sendiri saja.
BADRI maju kedepan diikuti TANTE SUSI dan beberapa warga, dan SURYA ikut juga maju.
HANSIP 1
Antri pak! Semuanya antri. Biar
gampang dilayani.
BADRI dihadang oleh HANSIP 1, tetapi warga yang lain ikut maju, mendesak.
Tali rafia dan tiangnya sudah roboh, tidak berarti, dan dorong-dorongan tidak bisa dihentikan.
Hansip hanya bisa berteriak-teriak.
HANSIP 1
Sabar! Antri-antri!
HANSIP 2
Yang tertib. Jangan dorong-
dorongan!
Suasana semakin kacau tidak terkendali. Minyak yang rencananya di tuangkan ke potongan drum terlebih dahulu tidak terjadi. Truk tangki bergerak pergi.
SURYA memegang jerigen kosong menjadi latar depan melihat truk tangki yang dikejar penduduk.
CUT TO:
10. INT. MOBIL DI JALANAN KOTA - SORE.
Deretan kendaraan dalam kemacetan. JATMOKO [29 thn] dan MAYA [25thn] di dalam kendaraan yang terjebak kemacetan.
JATMOKO
Macet kok jadi tradisi.
Dua orang anak laki-laki pengamen, BUDI dan ADIT menghampiri mobil mereka.
MAYA
MOKO, kamu ada uang kecil?
JATMOKO
Coba kamu cari di situ.
MAYA mencari di dasbord, dibalik kertas-kertas dan menemukan uang Rp.10.000 di balik majalah. MAYA lalu membuka kaca jendela dan memberikan uang itu kepada BUDI. JATMOKO sempat melirik ke arah pengamen. MAYA terdiam memandang mereka pergi.
JATMOKO
MAY! MAY! MAY!
MAYA terpaku. Dan tersadar setelah panggilan yang ke tiga.
MAYA
Iya!
JATMOKO
Berapa uang yang kamu berikan?
MAYA
Berapa tadi ya..?
JATMOKO
Pantas! Bagaimana mereka bisa
berkurang, kalau begitu saja sudah
cukup, bahkan melebihi kebutuhan
hidupnya.
MAYA
Aku lihat mereka butuh.
JATMOKO
Tapi caranya tidak begitu!
MAYA
Aku rasa nggak apa-apa.
JATMOKO
Ada yang mengurusi soal itu.
MAYA
Aku nggak percaya mereka bisa
serius mengurusi.
JATMOKO
Tapi tindakanmu membuat pengamen
dan pengemis semakin banyak
dijalanan.
MAYA
Karena mereka miskin, nggak punya
uang, nggak punya kerja.
JATMOKO
Tapi itu bukan tanggung jawab kita.
MAYA
Terus tanggung jawab siapa?
VO: Sirine meraung. Rombongan kendaraan pejabat melintas.
CUT TO
11. EXT/INT. POS RONDA 4 - SIANG.
Terlihat kentongan bambu tergantung. Poster-poster bekas pemilihan presiden dan wakil presiden, pemilihan Gubernur, Bupati dengan selogan-selogannya. Tumpang tindih di dinding, dan sudah mulai rusak
SURYA, BUDI, EDU dan RATIH sambil makan jambu batu, mereka melempar-lemparkan kartu remi bekas yang tertinggal di Pos ronda.
Kartu dijepit diujung jari telunjuk dan jari tengah kemudian dilemparkan dengan posisi pungung jari-jari ke depan.
Kartu-kartu itu ada yang bisa melayang tinggi, ada yang rendah bahkan ada yang tidak terbang.
EDU
Seperti elang.
SURYA
Seperti garuda
RATIH melempar kartu, selalu gagal, tidak bisa terbang.
RATIH
Bagaimana sih! Cara melemparnya?
EDU
Melemparnya pakai punggung tangan,
miring. Nih! Seperti rajawali.
RATIH
[Coba melempar lagi]
Seperti Kakak tua. Yah! nggak bisa.
[melihat BUDI yang asik makan
jambu batu],
BUDI, kamu kemana kemarin nggak
sekolah?
EDU
BUDI sudah mulai malas.
[melepar]
Seperti elang sakit.
SURYA
Memang dia pemalas
SURYA, EDU dan RATIH
[tertawa]
BUDI
[mengambil dua lembar kartu]
Bukan! Begitu,
Gara-gara kakakku.
Aku benci sekali sama dia.
[melempar kartu]
EDU & RATIH
Kenapa?
BUDI
Celenganku dipecah!
Uangnya diambil semua.
Buat main judi, rokok, beli
minuman!
Awas! Dia sekali lagi...
Terdengar kentongan dipukul keras berulang. BUDI, SURYA, EDU, RATIH kaget.
BADRI muncul dari balik dinding sambil tertawa. Tangannya memegang pemukul kentongan
BADRI
[menunjuk BUDI adiknya]
Kamu menjelek-jelekkan orang, di
depan orangnya lagi. Tahu
hukumannya?
BUDI melangkah mundur mendekati teman yang lain. Dengan cepat BADRI menarik baju BUDI dan menyeretnya.
BADRI
Ayo ikut aku. Pulang!
BUDI
Nggak mau. Aku nggak mau.
Budi terus meronta. Dan BADRI menyeretnya pergi.
EDU dan RATIH ketakutan, sementara SURYA menatap geram melihat BUDI diseret kakaknya.
SURYA mengambil sebuah batu lalu dilemparkan jauh ke atas.
CUT TO: