Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tele - Tong
Suka
Favorit
Bagikan
1. Scene 01-11 #1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SKENARIO

judul : TELE-TONG

 

00. BLACK

Terdengar suara ketukan kaleng dari baling-baling sawah.

01. EXT. PADANG RUPUT - TEPI SAWAH – SORE

ESTABLISH

Sawah dan padang rumput

Kamera bergerak, nampaklah 10 anak bermain bola. Diantaranya SURYA [14thn] Tinggi semampai, kulit sawo matang, BUDI [13thn] gendut berkulit hitam, EDU [13thn] tinggi semampai, kulit putih, tinggi tidak melebihi SURYA. Terlihat pula di lapangan itu sapi-sapi dan kambing yang sedang meruput. Kemudian muncul baling-baling sawah yang sedang berputar menjadi latar depan. Berurutan baling ke 1,2,3

Baling-baling 1 polos tanpa kaleng, baling-baling 2 porosnya dihubungkan dengan sebuah kaleng yang menimbulkan bunyi, Baling-baling 3 tidak berputar/rusak. Sehingga boneka Petruk,[salah satu tokoh Punokawan dalam cerita pewayangan Jawa] terbuat dari kayu, yang dihubungkan pada poros baling-baling 3 tidak begerak.

CU/MS

Kaki SURYA membawa bola terbuat dari kertas dan karung plastik dengan diikat puluhan karet gelang, Dengan cepat meliuk - liuk melewati lawan-lawannya. Sampai sapi dan kambingpun menghindar.

Mendadak bola terhenti melekat di teletong [kotoran sapi]. Tidak menyadari itu, Bola ditendang SURYA dengan kerasnya,ia terpeleset jatuh. 

BUDI sebagai penjaga gawang gagal menangkap bola. Dan gol.

CREDIT TITLE

"TELE-TONG"

SURYA bangun [SLOW MOTION} melompat dan menyepakkan kakinya. "Gol!"

FADE IN - Tokoh SURYA

teletong mengenai EDU. EDU membalas dengan melempar teletong yang menempel di badannya. [SLOW MPTION] mengenai badan sapi.

FADE IN - Tokoh PAMAN 

SURYA, EDU< dan teman-teman meraupkan teletong ke wajah dan badan BUDI.

FADE IN - SUTRDARA

BUDI mengejar teman-temannya

CREDIT TITLE

FADE-OUT

 02. EXT. SUNGAI– SORE 

SURYA, EDU, BUDI dan teman-teman yang lain berkejaran ke arah sungai dan terjun kedalam sungai. Ada yang mengenakan baju dan ada yang membuka bajunya. Mereka berkejaran di dalam air dan saling memercikan air.

BUDI dari daratan melihat ada sesuatau yang hanyut.

                                BUDI

He! Teman-teman ada bola hanyut!

SURYA, EDU dan teman-teman yang lain melihat dimana BUDI mengarahkan jarinya. 

Terlihat bola plastik bergerak mengikuti aliran sungai semakin mendekati ke arah mereka.

Mereka adu cepat berenang untuk mendapatkan bola.Ternyata. EDU lebih dulu mendapatkan bola itu. Diangkatnya dan air mengucur dari dalam bola,

EDU

Wah! Sudah bocor!

Nih! Tangkap.

 

Mereka berebutan saling menangkap, Mereka bermain lempar dan tangkap bola. Sesaat mereka bermain, bola jatuh di hadapan SURYA, bola tidak dilemparnya tetapi ia bawa lari ke daratan.

                                               CUT TO:

  

03. EXT. PADANG RUMPUT - TEPI SAWAH – SIANG

Tiupan angin membuat dua baling-baling sawah masih berputar.

Sementara baling-baling yang rusak bersama boneka Petruk bergoyang-goyang. Bergerak ke kiri, bergerak ke kanan dan terus miring ke bawah. 

Ternyata baling-baling itu dirobohkan oleh SURYA, BUDI, EDU, dan RATIH [12thn] Mereka baru pulang sekolah dan masih mengenakan pakaian seragam SMP dan tas sekolahnya.

SURYA

Pelan-pelan jangan sampai patah! 

RATIH

Ayo terus-terus! 

SURYA

BUDI, tahan bawahnya! 

EDU

Ayo pelan-pelan turun. 

SURYA

Pelan! Bersamaan! 

BUDI

Taan! Tahan dulu. Tahan!

Mereka keberatan, dan akhirnya tiang bambu dengan panjang lebih kurang 5 meter itu jatuh. Baling-baling dan boneka Petruk patah.

                                             CUT TO:

 

04. EXT. POJOK DESA PINGGIR HUTAN - SIANG.

BANDAR [40thn] berbadan gendut. Mengumpulkan uang dari para peserta taruhan. Dibantu oleh ASISTENnya [35thn] Berbadan kurus.

Setiap peserta taruhan menyerahkan uang sesuai kelasnya, untuk saat ini dengan kelas lima puluh ribu. dan setiap yang menyerahkan uang taruhan ia akan mendapat kartu/kertas dengan warna sesuai jagoannya. Ayam nomer satu warna merah dan ayam nomer dua warna kuning.

Puluhan orang membentuk lingkaran. Ada yang duduk di tanah, duduk di batu, ada yang jongkok, dan ada yang berdiri.

BADRI [27thn] dan HARTO [45thn] jongkok mengulurkan uangnya di atas kepala.

BADRI mengulurkan uang satu lembar lima puluh ribu. Ia menjagokan ayam merah dan mendapat kartu warna merah

HARTO mengulurkan uang tiga lembar berjumlah limapuluh ribu. Ia menjagokan warna kuning dan mendapat kartu warna kuning. Begitu juga peserta taruhan yang lain. 

Uang-uang yang terkumpul semua di masukan kedalam ember warna hitam. 

Dua ekor ayam mengambil ancang-ancang lalu saling menerjang. Berputar lalu menerjang. Diikuti teriakan pendukungnya masing-masing.

BADRI

Terus! Terus. Terjang lagi. 

PAK MAMAT

[Seperti berzikir]

Menang, menang, menang.

Menamg, menang, menang. 

DODI

Sikat! Sikat lagi. 

HARTO

[Merokok dengan cemas] 

BANDAR

[tersenyum sambil merapikan

uang-uang di dalam ember]

 

CTT. SCENE 04 dibuat JUMP CUT dengan SCENE 05.

                                              CUT TO:

 

05. EXT/IN.POS RONDA 4 - SIANG. 

Di Pos ronda 4 terlihat kentongan bambu tergantung. Poster-poster bekas pemilihan presiden dan wakil presiden, pemilihan Gubernur, Bupati dengan selogan-selogannya. Tumpang tindih di dinding, dan sudah mulai rusak 

BADRI, DODI [25thn], HARTO, PAK MAMAT [45thn] bermain remi. Terlihat di hadapan mereka ada tumpukan uang.

BADRI

[Mengambil kartu lalu membuang

kartu yang lain] 

HARTO

[Mengambil kartu, mecocokkan lalu

membuangnya] 

PAK MAMAT

[Membuang tiga kartu lalu mengambil

dua kartu dari deretan kartu yang terbuka] 

DODI

[Memperhatikan ketiga lawannya,

lalu mengambil satu kartu]

Ini yang saya tunggu-tunggu.

 

DODI menurunkan semua kartu dari tangannya dan satu kartu dibantingnya keras sambil tertawa.

DODI

Sekarang aku jadi bandar.

[lalu meraup tumpukan uang]

 

CTT. SCENE 05 dibuat JUMP CUT dengan SCENE 04

                                              CUT TO:

 

06. EXT. DEPAN POS RONDA 4 - SIANG 

SURYA, EDU, BUDI dan RATIH mengenakan pakaian dan tas sekolahnya. Berjalan di depan Pos ronda sambil membawa baling-baling dan boneka Petruk yang patah. [SCENE 03] 

SURYA dan EDU membawa baling-baling. Sementara BUDI membawa bonekanya dan RATIH membawa tangan boneka. 

BADRI melihat mereka dan memanggil adiknya

BADRI

BUDI. Sini sebentar.

SURYA dan teman-teannya berhenti

BADRI

BUDI sini sebentar

BUDI menghampiri kakaknya.

BADRI

Cepat pulang dan ambil radio tape.

Bawa kemari!

BUDI

Nggak mau.

BADRI

Aku minta radio tape bawa kesini! Cepat.

BUDI

Nggak mau.

BADRI

Berani membantah!

[ mengancam ]

Cepat ambil radio. Bawa kesini! 

 BUDI

  Nggak mau.

 

BADRI kesal. Ia merebut boneka lalu dilemparkan ke arah kepala BUDI. BUDI menunduk. Boneka terlempar ke arah SURYA dan teman-temannya.

 

BADRI

[Mendorong BUDI]

Cepat! Pokoknya radio harus sampai

di sini.

                                             CUT TO:

07. EXT/INT. RUMAH PAMAN – SENJA 

SURYA berjongkok. Dengan korek batang menyalakan lampu meja berbahan bakar minyak tanah, lalu menutup dengan semprongnya.

Tampak deretan lampu minyak yang lain, sudah menyala menjadi latar belakang. 1 lampu meja, 3 lampu badai, 2 lampu teplok [lampu yang dipasang di dinding], dan 1 lampu petromak belum menyala.

SURYA menyalakan lampu petromak lalu memompa dan memutar sepuyernya. Karena lampu belum terlalu panas, api membesar. SURYA berdiri kepanasan. 

Terlihat di dinding bayangan SURYA berdiri besar. 

Dari belakang, arah banyangan PAMAN [57thn] datang.

PAMAN

Kecilkan sepunyernya!

SURYA

Panas sekali PAMAN. 

PAMAN mengecilkan sepuyer.

PAMAN

Nanti kalau panasnya cukup.

Nyalanya akan normal.

 

SURYA mengangguk lalu mengambil 3 lampu badai dan pergi ke kandang.

Sementara PAMAN mengatur sepuyer sampai lampu petromak nyala normal.

                                            CUT TO:

 

07A. EXT/INT. DAPUR - SENJA.

SURYA menggantung lampu badai pada sebuah tiang di dapur. Tampak di atas tungku terdapat ikatan-ikatan jagung berkulit kering yang digantung di bambu.

                                             CUT TO:

 

07B. EXT/INT. KANDANG SAPI - SENJA.

SURYA naik ke potongan kayu untuk menggantung lampu badai. Sapi dikandang melihatnya. 

MS/CU: Sapi menenggokan kepala. 

                                             CUT TO

 

08. INT. KAMAR SURYA - MALAM. 

Ruang itu diterangi lampu meja.

Kamar berdinding bata dibagian bawah dan papan putih dibagian atasnya. 

Di atas meja kayu terdapat topi dari bola plastik [SCENE 02] yang bergambar peta dunia dengan spidol, buku-buku cetak pelajaran sekolah. Kertas-kertas bergambar sket kincir air yang dicoret-coret karena gagal. 

SURYA duduk. Ia tertidur di meja berbantal lengan kirinya dan dua lembar kertas. 

BIBI [50thn] masuk kamar SURYA dan membangunkan.

BIBI

  SUN! Ayo bangun!

Pindah, tidur di kasur.

 

Pada saat SURYA mengangkat kepala dan beranjak. Tampak dua lembar kertas yang salah satunya bergambar drum ukuran sedang yang di atasnya terdapat pipa yang terpasang kran. Pada ujung pipa tergambar kobaran api. Dan di dalam drum tertulis "Biogas" yang sebagian hurufnya terlihat luntur karena air liur.

CU: Kertas bergambar drum.

CTT. SUN :dipanggil San

CUT TO

 

09. EXT. DEPAN BALAI DESA – SIANG

Petugas desa [45 thn] berdiri di atas drum besar memegang megaphone, dengan latar belakang truck tangki minyak tanah dan latar depan tangan-tangan memegang jerigen kosong.

PETUGAS DESA

[Dengan megaphone]

Antri. Antri! Sabar!

Semua kebagian. Semua kebagian.

Jangan kawatir!

 

Penduduk antri untuk mendapatkan minyak tanah. Antrian dua baris itu dibatasi dengan menggunakan tali rafia. 

Terlihat BADRI, TANTE SUSI [35 thn] dan SURYA 

Dua orang HANSIP berseragam. HANSIP 1 [55 thn]. HANSIP 2 [34 thn] menertibkan dengan pentungan.

HANSIP 1

Ayo baris! Semuanya baris! 

HANSIP 2

Beris yang tertib.

Mundur-mundur!

 

TANTE SUSI bergeser dan memaksa masuk barisan bagian depan.

TANTE SUSI

Tolong dong! Tolong! Geser sedikit

Di belakang banyak yang jahil.

Saya didorong-dorong terus!

 

Antrian sudah mulai rapat. Dari belakang mulai mendesak. SURYA terdorong dan terjepit, karena dorongan dari belakang. Jerigen di tangannya jatuh.

SURYA

Aduh! Jangan dorong-dorong. 

BADRI

Pak! Cepat di bagikan. Antrian

semakin panjang!

PETUGAS DESA

[dengan megaphone]

Tenang! Bapak-bapak. Ibu-ibu.

Tenang. Saya harap, sabar.

Semuanya sabar! Akan dibagikan rata.

Semua kebagian, mudah-mudahan

Semua kebagian.

 

Suara megaphone terputus-putus. Dan muncul bunyi noice. PETUGAS DESA mengetuk-ngetuk, memperbaiki. Dan ketika dipakai kembali, bunyi noice muncul lagi. Akhirnya bunyi noice itu mengiringi ucapan PETUGAS DESA.

 

PETUGAS DESA

[dengan megaphone]

Jangan kawatir! Stok minyak akan

ditambah. Tenang.Tenang! Sabar!

Dua hari lagi di warung-warung

sudah pasti ada.

WARGA

[menggerutu]

Sudah harganya naik, barangnya

susah dicari.

Aduh! Sandal saya jangan

Di injak. 

BADRI

Daripada lama, tidak kebagian.

Kita ambil sendiri-sendiri saja.

 

BADRI maju kedepan diikuti TANTE SUSI dan beberapa warga, dan SURYA ikut juga maju.

HANSIP 1

Antri pak! Semuanya antri. Biar

gampang dilayani.

 

BADRI dihadang oleh HANSIP 1, tetapi warga yang lain ikut maju, mendesak. 

Tali rafia dan tiangnya sudah roboh, tidak berarti, dan dorong-dorongan tidak bisa dihentikan. 

Hansip hanya bisa berteriak-teriak.

HANSIP 1

Sabar! Antri-antri! 

HANSIP 2

Yang tertib. Jangan dorong-

dorongan!

 

Suasana semakin kacau tidak terkendali. Minyak yang rencananya di tuangkan ke potongan drum terlebih dahulu tidak terjadi. Truk tangki bergerak pergi.

SURYA memegang jerigen kosong menjadi latar depan melihat truk tangki yang dikejar penduduk.

CUT TO:

10. INT. MOBIL DI JALANAN KOTA - SORE.

Deretan kendaraan dalam kemacetan. JATMOKO [29 thn] dan MAYA [25thn] di dalam kendaraan yang terjebak kemacetan.

JATMOKO

Macet kok jadi tradisi.

 

Dua orang anak laki-laki pengamen, BUDI dan ADIT menghampiri mobil mereka.

MAYA

MOKO, kamu ada uang kecil? 

JATMOKO

Coba kamu cari di situ.

MAYA mencari di dasbord, dibalik kertas-kertas dan menemukan uang Rp.10.000 di balik majalah. MAYA lalu membuka kaca jendela dan memberikan uang itu kepada BUDI. JATMOKO sempat melirik ke arah pengamen. MAYA terdiam memandang mereka pergi. 

JATMOKO

MAY! MAY! MAY!

 

MAYA terpaku. Dan tersadar setelah panggilan yang ke tiga.

MAYA

Iya! 

JATMOKO

Berapa uang yang kamu berikan? 

MAYA

Berapa tadi ya..? 

JATMOKO

Pantas! Bagaimana mereka bisa

berkurang, kalau begitu saja sudah

cukup, bahkan melebihi kebutuhan

hidupnya. 

MAYA

Aku lihat mereka butuh. 

JATMOKO

Tapi caranya tidak begitu! 

MAYA

Aku rasa nggak apa-apa. 

JATMOKO

Ada yang mengurusi soal itu. 

MAYA

Aku nggak percaya mereka bisa

serius mengurusi. 

JATMOKO

Tapi tindakanmu membuat pengamen

dan pengemis semakin banyak

dijalanan.

MAYA

Karena mereka miskin, nggak punya

uang, nggak punya kerja. 

JATMOKO

Tapi itu bukan tanggung jawab kita. 

MAYA

Terus tanggung jawab siapa?

 

VO: Sirine meraung. Rombongan kendaraan pejabat melintas.

CUT TO

 

11. EXT/INT. POS RONDA 4 - SIANG.

Terlihat kentongan bambu tergantung. Poster-poster bekas pemilihan presiden dan wakil presiden, pemilihan Gubernur, Bupati dengan selogan-selogannya. Tumpang tindih di dinding, dan sudah mulai rusak 

SURYA, BUDI, EDU dan RATIH sambil makan jambu batu, mereka melempar-lemparkan kartu remi bekas yang tertinggal di Pos ronda. 

Kartu dijepit diujung jari telunjuk dan jari tengah kemudian dilemparkan dengan posisi pungung jari-jari ke depan.

Kartu-kartu itu ada yang bisa melayang tinggi, ada yang rendah bahkan ada yang tidak terbang.

EDU

Seperti elang. 

SURYA

Seperti garuda

RATIH melempar kartu, selalu gagal, tidak bisa terbang.

RATIH

Bagaimana sih! Cara melemparnya? 

EDU

Melemparnya pakai punggung tangan,

miring. Nih! Seperti rajawali.

RATIH

[Coba melempar lagi]

Seperti Kakak tua. Yah! nggak bisa.

[melihat BUDI yang asik makan

jambu batu],

BUDI, kamu kemana kemarin nggak

sekolah?

EDU

BUDI sudah mulai malas.

[melepar]

Seperti elang sakit.

SURYA

Memang dia pemalas

SURYA, EDU dan RATIH

[tertawa] 

BUDI

[mengambil dua lembar kartu]

Bukan! Begitu,

Gara-gara kakakku.

Aku benci sekali sama dia.

[melempar kartu] 

EDU & RATIH

Kenapa? 

BUDI

Celenganku dipecah!

Uangnya diambil semua.

Buat main judi, rokok, beli

minuman!

Awas! Dia sekali lagi...

 

Terdengar kentongan dipukul keras berulang. BUDI, SURYA, EDU, RATIH kaget.

BADRI muncul dari balik dinding sambil tertawa. Tangannya memegang pemukul kentongan

BADRI

[menunjuk BUDI adiknya]

Kamu menjelek-jelekkan orang, di

depan orangnya lagi. Tahu

hukumannya?

BUDI melangkah mundur mendekati teman yang lain. Dengan cepat BADRI menarik baju BUDI dan menyeretnya.

BADRI

Ayo ikut aku. Pulang!

BUDI

Nggak mau. Aku nggak mau. 

Budi terus meronta. Dan BADRI menyeretnya pergi.

EDU dan RATIH ketakutan, sementara SURYA menatap geram melihat BUDI diseret kakaknya.

SURYA mengambil sebuah batu lalu dilemparkan jauh ke atas.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar