Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
42. INT. RUANG TAMU – NIGHT
TERDENGAR PINTU DIKETUK.
PAK GURU (O.S)
Assalamu’alaikum.. Assalamu’alaikum.
Tiara Datang membuka pintu. Tiara melihat Sandi dan Yuna bersama pak guru.
TIARA
Wa’alaikumsalam.
Tiara Terdiam sejenak.
TIARA (CONT’D)
Pak guru?
PAK GURU
Boleh masuk?
TIARA
Boleh, boleh. Silakan, pak.
Pak guru, Sandi dan Yuna masuk.
TIARA (CONT'D)
(lirih)
Kelen ngapain disini?
Yuna dan Sandi tak menjawab. Mereka hanya tersenyum pada Yuna.
PAK GURU
Panggilin mamak sama ayahmu, Ti.
TIARA
Oh iya, pak. Tiara panggil dulu.
Silakan duduk, pak.
Pak Guru, Yuna dan Sandi duduk di sofa. Tiara pergi, tak lama ia ia kembali bersama orangtuanya.
PAK GURU
Eh, pak?! Gimana kabarnya?
Pak guru bangkit dari duduknya menyapa ayah Tiara. Ia berdiri berjabat tangan dengan ayah Dara. Sandi dan Yuna juga bangkit dan mencium tangan ayah dan ibu Dara.
AYAH DARA
Alhamdulillah baik. Duduk,duduk, pak.
Mereka kembali duduk.
AYAH DARA (CONT’D)
Kalian ngapain kesini?
Ayah Dara menunjuk ke Sandi dan Yuna.
SANDI
Kita berdua cuma nganterin pak guru kesini, om.
AYAH DARA
Oooh, ada apa rupanya, pak?
Pak guru berdehem.
PAK GURU
Hhmm...
Memang kebetulan saya mengajak mereka, pak.
Saya mau ketemu orangtuanya Dara
dan saya nggak tau dimana rumahnya.
Saya denger mereka sahabat dekatnya Dara.
AYAH DARA
Oh, iya dekat kali.
(menoleh ke Tiara)
Ti, coba apakan, buat minum dulu,
sama tolong panggilin kakakmu, ya.
Tiara pergi.
PAK GURU
Oh, iya, kami saya juga ada sedikit oleh-oleh ni, buat bapak.
Pak Guru memberikan tentengan kantong plastik yang berisi martabak manis.
AYAH DARA
Oh, makasih sekali.
Ayah Dara membuka ikatan plastik. Ia menyodorkan kotak makanan itu pada Yuna, Sandi dan pak guru.
AYAH DARA (CONT’D)
Silakan dimakan Ron, Yun.
Pak guru juga makanlah.
YUNA, SANDI
Iya, om.
AYAH DARA
Bu, makan nih, bu.
Ayah Dara mengambil sepotong, lalu mengunyahnya dengan lahap. Ibu Dara geram melihat tingkah ayah Dara.
AYAH DARA ( CONT’D)
Jadi ada apa ini?
PAK GURU
Jadi gini, pak.
Dara itu kan termasuk anak berprestasi di sekolahnya.
Jadi dari sekolah merekomendasikan Dara untuk mengikuti seleksi beasiswa ini.
Pak guru memberikan selebaran pada ayah Dara.
AYAH DARA
Ini, kan, selebaran yang hari itu ya?
Ayah Dara menunjukkannya pada ibu Dara. Ibu Dara menoleh pada Sandi dan Yuna, keduanya pucat.
SANDI
Ii..ya, tante.
IBU DARA
Trus maksudnya kalian apa sekarang?!
Kan udah kubilang nggak boleh ikut dia.
AYAH DARA
Udahlah, dek. Jangan kau marahin anak-anak ini.
Nggak salahnya dia.
IBU DARA
Tapi bang, lihatlah,
kekmana tingkah orang ini.
Yuna dan Sandi Terdiam. Mereka menunduk. Pak guru mencoba tenang.
PAK GURU
Jadi begini, buk. Ini usulan dari sekolah.
Jadi Dara harus ikut. Dicoba dulu, bu.
IBU DARA
Kalau anakku lulus kekmana?
PAK GURU
Itu urusan nanti, bu!
Yang penting dia daftar dulu.
Kalau dia nggak daftar,
kasian adek-adek di bawahnya tahun depan nggak ada kesempatan.
IBU DARA
Mana bisa kek gitu?
Ngarang kalilah bapak ini.
PAK GURU
(menghela napas)
Sekarang ibu tengoklah muka saya,
apa nampak muka saya bohong?!
Kalau saya bohong ngapain saya bawa anak-anak ini kemari.
Malam-malam lagi. Mending saya tidurlah di rumah.
Ibu Dara terdiam. Tiara datang membawakan minuman. Ia meletakkannya di atas meja, lalu duduk di sebelah ibunya.
AYAH DARA
Diminum dulu, pak.
Si Dara mana?
TIARA
Udah tidur, yah.
Ayah Dara mendekatkan gelas ke pak guru, Sandi, dan Yuna.
AYAH DARA
Diminum dululah, ni.
Pak guru, Sandi dan Yuna meraih gelas dan meminumnya.
IBU DARA
Kekmana jadi?
Ayah Dara yang mengambil lagi sepotong martabak. Ibu Dara kesal, tapi menahan emosinya.
IBU DARA (CONT’D)
Yaaah!
Ayah menoleh.
AYAH DARA
Ya kok kekmana, ya kasih ajalah anak kita.
Ini juga baru tes kan, pak?
(menoleh ke pak guru)
Pak guru mengangguk. Ayah mengunyah martabaknya.
PAK GURU
Iya, pak.
IBU DARA
Trus kalau dia lulus kekmana?
AYAH DARA
Ya itu nantilah!
Kalau lulus ya kuliah dia.
Nih belum dicoba udah nggak dikasih.
Mana kita tau kemampuan dia.
Ayah Dara mengunyah lagi martabak itu, ibu Dara memelototi suaminya, tapi ayah Dara terus makan tanpa rasa bersalah. Ibu Dara mengepalkan tangan.
PAK GURU
Jadi gimana, bu?
IBU DARA
Hhmm...
Ibu Dara menoleh ke ayah Dara. Tapi ayah Dara sibuk mengunyah martabak yang membuat ia semakin geram. Ibu Dara menghela napas.
IBU DARA (CONT’D)
Yaudah, pak. Nanti saya bilang sama Dara.
PAK GURU
Alhamdulillah,
Kalau begitu saya dan anak-anak pamit, ya bu, pak.
Pak guru bangkit diikuti Yuna dan Sandi.
AYAH DARA
Kok buru-buru kali?!
Ayah Dara juga bangkit. Mereka bersalaman.
PAK GURU
Iya, nggak lama-lama kali,
ngganggu malam minggu bapak sama ibu.
AYAH DARA
Oh yaudah, hati-hati, ya.
PAK GURU
Kami pamit, ya.
Nanti disampaikan lagi sama Dara apa yang udah kita obrolin tadi.
Yok, pak, bu, mari.
Pak guru, Yuna dan Sandi pulang. Ayah dan Ibu Dara saling terdiam. Tiara langsung membereskan perkakas minum, lalu pergi. Ayah Dara menyodorkan martabak manis itu pada ibu Dara. Ibu Dara menepis dengan tanganya, sampai menjatuhkan beberapa potong ke lantai. Ayah Dara memungutnya.
AYAH DARA
Kok kau buang-buang makanan?!
IBU DARA
Udah tahu itu pantangan, malah dimakan.
Makin kutengok, makin menjadi-jadi.
Ibu Dara bangkit pergi meninggalkan ruang tamu. Ayah Dara membersikan dan meniup-niup potongan martabak yang terjatuh itu. TERDENGAR SUARA BANTINGAN PINTU. Ayah Dara menghela napas. Ia meletakkan martabak itu di atas meja. Ayah Dara terdiam. Ia merebahkan kepalanya di sofa.
CUT TO :
43. INT. KAMAR DARA – NIGHT
Dara terbangun. Ia melihat jam menunjukkan pukul dua pagi. Dara bangkit menuju jendela kamar, ia menutup jendela kamar. Ia melangkah sambil menggaruk-garuk lehernya lalu duduk di ranjangnya. Ia menguap.
DARA
Betulan ketiduran aku!
Ke wc dululah.
Dara bangkit dari ranjang dan keluar kamar.
CUT TO :
44. INT/INT. KAMAR DARA – RUANG TAMU – NIGHT
Di depan kamar, saat hendak menuju ke kamar mandi, Dara menoleh ke arah ruang tamu. Dara melihat seseorang tidur disana. Dara mendekat.
DARA
A..yah?
Dara mendekat. Ia melihat wajah lelah ayahnya, tubuh yang kian kurus dan sebagian rambut telah ditumbuhi rambut putih.
DARA
Kasian ayah.
Dara kembali masuk ke kamar, ia menutup pintu. Dara membuka lemarinya. Ia mencari sesuatu disana. Dara menemukan selimut tebal. Dara mengeluarkan selimut dari dalam lemari dan kembali keluar kamarnya. Langkah Dara terhenti saat ia melihat pemandangan yang tak biasa. Ibunya datang menyelimuti ayahnya. Ibu membelai rambut dan wajah ayah. Ayah Dara terbangun. Ibu Dara dan ayah Dara saling bertatap-tapan. Ibu Dara menggenggam tangan ayah Dara.
IBU DARA
Bang, maafin kelakuanku, ya.
Kasar, cerewet dan cuma bisa marah-marah.
Aku udah ngebiarin abang tidur disini.
Ayah Dara membelai pundak ibu Dara.
AYAH DARA
Abang juga minta maaf.
Abang keras kepala.
Abang tahu, adek ngelakuin ini semua karena adek sayang sama abang,
adek nggak mau abang kenapa-napa,
adek mikirin ini juga buat anak-anak.
Keduanya berpelukan. Dara tersenyum, ia kembali ke kamar.