Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
RETORIKA IBU
Suka
Favorit
Bagikan
6. 6. NEGOSIASI

23.   INT. RUANG TAMU – CONTINUOUS

Ayah Dara dan Ibu Dara tiba di ruang tamu. Yuna dan Sandi saling menyenggol, isyarat agar mereka berdiri. Yuna dan Sandi mencium tangan orangtua Dara. Lalu mereka duduk.

 

AYAH DARA

Baru sampek ?

SANDI

 Iya, Om.

 

AYAH DARA

Kemaren kenapa nggak ke rumah saket kalian?

 Biasanya paling cepet.

SANDI

   (menggaruk-garuk kepala)

 Itulah, om. Maaf.

 

YUNA

Si Dara ni om, nggak dikasih tahunya kami,

kalau om masuk rumah sakit.

Sandi terbelalak. Ia menyenggol Yuna. Yuna menoleh.

YUNA (CONT’D)

Apa?!

Kan betul aku bilang!

AYAH DARA

 Haha, yaudah jangan berantemlah.

Om pingsannya juga malam.

Jadi ya nggak sempat juga bilang sama kalian.

SANDI

Aku juga baru tahunya pas dia di jemput mantannya itu.

AYAH DARA

 (mengernyit)

 Iyakah si Dara di jemput si Ronny?

(menoleh)

Ibu Dara memandang membuang mukanya. Ia salah tingkah. Ayah Dara menarik tangan ibu Dara. Ibu Dara menoleh.

AYAH DARA (CONT’D)

Aku tanya ni!

IBU DARA

Hhmm...

 Ii..i.iya bang.

Kan nggak ada yang jemput,

abang di rumah sakit.

kusuruh jemputlah!

Ayah Dara melepaskan genggaman tangannya. Ia mengurut pelipis.

AYAH DARA

 Astaghfirullah ya Allah.

 Panteslah kenapa dia tiap hari di rumah sakit.

(menuduh)

Jangan-jangan malam tu kau juga yang suruh Dara pergi sama dia, ya?

IBU DARA

Jangan salahkan akulah, bang.

Apa salah aku mau yang terbaik buat anak kita?

 Si Ronny itu kan masih suka sama anak kita, dia   baik, perhatian, apa salahnya coba?

Lagian kan lumayan kalau kita dapat menantu dia.

AYAH DARA

                (mengangkat tangannya)

              Nggak bisa! Dara itu bukan alat.

IBU DARA

           Tapi, bang maksud aku...

Dara datang membawa nampan berisi beberapa gelas minuman dan piring berisi beberapa potong kue. Dara meletakkannya di atas meja.

 

DARA

Udahlah, yah, mak, nggak usah dibahas itu.

Orang ini kesini mau jenguk ayah, bukan mau bahas buaya.

IBU DARA

 Dara, moncong kau ya!

Dara tak peduli.

DARA

  Eh, enak lho kue buatan kau, Yun.

Udah makan tadi aku di dapur dua potong.

Cobalah makan, yah, mak.

Ayah Dara ingin mengambil sepotong. Ibu Dara melirik.

IBU DARA

Yaahh.. Ayah nggak boleh makan, itu gula.

AYAH DARA

Sepotong aja kenapa?

DARA

 Iya, nggak pa-palah, mak.

IBU DARA

  (Menghela napas kasar)

Oh ya, keknya kalian mau kuliah ke Jakarta, ya?

Dara dan ayahnya saling bertatap-tatapan. Sandi melihat gelagat aneh itu, ada yang tak beres.

YUNA

  Iya, tante!

Yuna dengan santai menjawab, kemudian meneguk minumannya. Sandi, Dara dan ayahnya syok dengan Yuna. Sandi sampai mengepalkan tangan dan mengurut dahinya. Ia menghela napas.

IBU DARA

                (sinis)

 Oh ya?! Kek mana ceritanya?

Sandi sudah menyenggol kaki Yuna, tapi yuna tetap melanjutkan.

YUNA

  Dari Sandi sih, tan.

Ibu Dara menoleh ke Sandi.

YUNA (CONT’D)

Katanya beasiswa, lumayanlah, tan.

Nanti kuliah kita ditanggung,

ada asrama, ada uang sakunya, gede juga katanya.

Ya, kan San?

Yuna menoleh, ia melihat wajah Sandi menatap sinis padanya. Sesaat terdiam. Mata Yuna terbelalak, ia menutup mulutnya. Ia garuk-garuk kepala. Yuna salah tingkah.

YUNA

   Aduh, keceplosan...

Ibu Dara menoleh ke Sandi.

IBU DARA

Iya, San? Ini ide, kau?

Sandi tertunduk. Ia sedikit mengangguk. Ibu Dara duduk tegak.

IBU DARA

Pokoknya Dara nggak boleh pergi!

Dara terkejut, begitu pun yang lainnya.

DARA

Maak!

IBU DARA

Nggak ada, mamak-mamak!

Sekali kubilang nggak boleh, nggak boleh.

Nggak kau tengok bapak kau saket?!

Kalau bapak kau mati pas kau lagi disana kekmana?

Nangis darah kau?!

DARA

Maak, tapi umur kan semua sama Allah...

IBU DARA

 (menggeleng)

Nggak ada, Dar! Nggak Ada.

Dara bangkit dari duduknya dan langsung menuju kamar. SUARA BANTINGAN PINTU TERDENGAR. Wajah Yuna dan Sandi jadi makin tak enak.

SANDI

   Hmm..

IBU DARA

Mau pulang kelen?!

AYAH DARA

 Dek!

IBU DARA

   Apa bang?

AYAH DARA

 Jangan kekgitu sama orang ini.

SANDI

 Iya, Kami mau pulang.

IBU DARA

Yaudah, pulanglah!

Yuna dan Sandi bangkit. Ayah Dara merasa tak enak. Ia bangkit mengantarkan Sandi dan Yuna sampai ke pintu rumah. Ibu Dara pergi meninggalkan ruang tamu.

AYAH DARA

Hati-hati, ya.

Om minta maaf kalau omongan mamaknya Dara banyak salah.

SANDI

Eh, enggak, om!

Kami yang salah disini.

YUNA

Iya, om. Maaf ya, om. Yuna yang salah.

AYAH DARA

Udah, udah. Nggak pa-pa.

Kalian hati-hati, ya.

YUNA, SANDI

Iya, om.

Yuna dan Sandi pergi.

CUT TO :

24.   EXT. DEPAN RUMAH - CONTINUOUS

Yuna dan Dara berjalan menuju motor mereka. Sandi tampak kesal, sementara Yuna merasa bersalah.

 

YUNA

San, maafin aku, ya!

 

SANDI

     (menghela napas)

Kan aku udah bilang sama, kau, jangan...

 

YUNA

(memotong)

Tapi kan bukan aku yang mulai, mamaknya yang manceng!

Sandi menghidupkan motornya.

SANDI

Yaudah, naiklah.

Yuna naik ke motor Sandi. Mereka pergi meninggalkan rumah Dara.

CUT TO :

 

3.   INT. RUANG MAKAN – NIGHT

Dara tengah mengelap meja makan. Ia membereskan perkakas makannya dan hendak ke dapur. Ibunya datang. Dara berusaha tak mempedulikan ibunya, Dara mengangkat piring-piring kotornya dan hendak pergi. Ibu Dara duduk ke kursi.

IBU DARA

Dar!

Dara menoleh.

DARA

 Kenapa, mak?

 

IBU DARA

Mamak mau ngomong.

 

DARA

Bentar ya, mak. Dara letak ini di dapur dulu.

 

Dara pergi. Tak lama ia kembali. Dara duduk di kursi yang ada di sebelah ibunya.

 

DARA

 Kenapa, mak?

 

IBU DARA

Kau serius, Dar, mau ke Jakarta?

 

Dara mengangguk pelan.

 

IBU DARA (CONT’D)

Nggak usah ajalah!

Disini aja, sama-sama kita.

Ngapain kau sibuk-sibuk ke Jakarta, macam nggak ada kampus aja disini.

 

DARA

Mak, tapi pengalaman nggak cukup disini.

Dara juga pengen lebih, mak.

Biar mamak sama ayah bangga.

IBU DARA

Tapi mamak lebih bangga kalau kau denger apa kata mamak.

Kalau kau lihat kondisi keluarga kita nggak mungkin kau kesana.

DARA

          Kalau soal biaya, mamak nggak usah khawatir.

 Ini beasiswa kok, mak.

IBU DARA

Bukan itu, Dar.

Kau tengoklah ayah kau kondisinya nggak sehat lagi.

Kau nggak khawatir sama ayah kau?

Kalau ayah kenapa-napa kekmana? Mamak disini sendiri?!

Dara menatap wajah ibunya.

DARA

Kalau Tiara?!

IBU DARA

(terdiam)

DARA

 Tiara, mak?!

IBU DARA

Ya, kau sebagai kakak harus ngalah sama adekmu.

DARA

 Mak, kenapa dibeda-bedain aku sama dia?

IBU DARA

Mamak nggak beda-bedain, tapi kan kau kakak.

Anak nomor satu,

kau yang punya tanggung jawab kalau kami udah tua.

DARA

Trus Tiara lepas tanggung jawab?!

Dara terlihat kesal. Ibu Dara menggenggam tangan Dara.

IBU DARA

Dar... Ngertiinlah, tolong.

Dara menepis genggaman ibunya.

DARA

Trus kapan aku dingertiin?!

Dara bangkit dari duduknya dan pergi.

IBU DARA

          Dara!!

Dara tak menghiraukan ibunya.

CUT TO :

26.   INT. KAMAR DARA – CONTINUOUS

Dara masuk ke kamarnya. Dara membenamkan wajahnya ke dalam bantal. Ia menenangkan diri. Dara bangkit. Ia mengambil tasnya. Dara mengeluarkan notesnya dan sebuah pulpen. Dara menulis.

 

DARA

Sakit tak berdarah,

 Aku terluka, tak tergores,

   Tapi hatiku seperti iris-iris.

 

 Aku bahkan belum memulai apapun,

Tapi aku sudah merasa kehilangan saat ini juga.

 

   Jika Tuhan berkata,

Ia tidak memberi apa yang diinginkan,

   Lantas apa yang sebenarnya aku butuhkan?!

 

GAWAI BERDERING. Ronny menelponnya. Dara mengabaikan, tapi kemudian Ronny menelponnya lagi. Dara mengangkatnya.

 

DARA

Apa?

 

RONNY (V.O)

Maaf, ya. Tadi abang lupa jemput, abang tadi ada...

DARA

                (memotong)

Yaudah, iya. Bisa pun kami pulang tanpa kau jemput.

Udah itu aja, kan?

RONNY (V.O)

Bentar dulu.

DARA

Apa lagi?

RONNY (V.O)

Adek betul mau ke Jakarta?

Disini ajalah

 

DARA

              (memotong)

 Ooooh, baru ingat aku.

jadi kau biang keroknya?

Kau kan yang ngadu sama mamak aku?

Kau juga pasti yang hasut-hasut mamak aku.

 

RONNY (V.O)

  Bb..Bukaan!

DARA

Aku tau watak kau, ya!

 Nggak usah kau tipu-tipu aku.

Kau kan yang baca   kertas itu pas di rumah saket?!

Trus kau keluar kamar, kau ngadu sama mamak aku,

jangan kau bilang enggak, kublokir nomor kau sekarang!

RONNY (V.O)

 Ii..ya, abang yang lakuin ini.

         Abang tuh cuma nggak mau adek terpengaruh sama Sandi.

DARA

Kau punya masalah apa sih sama Sandi?!

Keknya kau benci kali sama dia.

RONNY (V.O)

          Dia kan suka sama adek, jadi abang nggak suka..

DARA

 Trus kenapa rupanya?

 Aku juga suka sama dia!

Puas kau!

Dara mematikan gawainya. Ia melemparkan sembarang. Ronny menelpon lagi. Dara mematikannya dan ia memblokir kontak Ronny.

DARA

   Dasar benalu!

Dara melempar asal gawainya. Ia beranjak dari kasurnya menuju jendela kamar yang masih terbuka. Dari kamar, ia melihat ke luar. Ayahnya tengah duduk memandangi langit yang tak berbintang.

DARA (V.O)

Langit malam ini suram.

Seperti perasaan kita ya, yah. Sama-sama kalut.

Dara setengah melamun, ia baru menyadari ayah juga memperhatikannya. Keduanya saling bertatap dan tersenyum tipis. Ayah Dara memberi isyarat untuk tidur. Ia menempelkan kedua tangannya di pipi kanan dan memiringkan kepalanya. Dara mengangguk. Ia menutup jendela kamar. Dara melangkah ke kasur dan merebahkan diri. Perlahan matanya tertutup. Gawai berdering, Sandi menghubunginya. Dara tak bangun, ia sudah terlelap.

CUT TO :

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar