Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
35. INT. KANTIN – DAY
Dara tertidur di kantin. Ia bangun, lalu merenggangkan kepalanya. BEL BERBUNYI.
DARA
Ya Allah, udah ganti jam.
Ketiduran rupanya aku disini.
Dara memijit-mijit dahinya. Ia melamun. Pak guru tiba di hadapannya sembari membawa satu botol minuman dingin.
PAK GURU
Kenapa pulak kau nggak masuk?
Pak Guru menyodorkan minuman itu pada Dara. Dara kaget.
DARA
Eh..., bapak.
PAK GURU
Tahu kau ujian hari ini?!
Dara menepul jidatnya.
DARA
Ohiya, lupa!
PAK GURU
Yaudah kau minum dululah, capek kali bapak tengok.
Dara mengangguk, ia mengambil botol minuman itu dan meneguknya sekali.
DARA
Dara bisa ikut susulan pak, kan?
PAK GURU
Kau kenapa nggak masuk jadi?
Padahal kau udah ke sekolah.
Dikira cabut nanti kau.
Kenapa?
Apa lagi ada masalah?
Dara diam.
PAK GURU (CONT’D)
Coba kau cerita dulu, Dar!
Dara masih diam.
PAK GURU (CONT’D)
Janganlah kau diam kek gini, nak..
Berantem sama pacarmu, ya?
Dara menapiknya. Ia menggeleng.
DARA
Nggak ada pacar Dara, pak!
PAK GURU
Makanya kau ceritalah! Apa masalahmu?
DARA
Tapi bisa ujian susulan, kan?
PAK GURU
(menghela napas)
Iya, Dar... Iya.
DARA
Ini lho, pak.
Dara kan mau kuliah ke Jakarta,
tapi nggak dapat izin mamak, karena ayah Dara sakit.
Dan mamak selalu bilang,
kalau ayah kenapa-napa trus Dara jauh kek mana?
Mamak suka kali bahas-bahas kalau ayah tiba-tiba mati kekmana.
Padahal Dara pengen kali, pak.
PAK GURU
Trus kau kekmana?
DARA
Yaa, Dara jadi sulit ambil keputusan. Bingung.
PAK GURU
Kenapa, ya?
Kita terlalu khawatir sama masa depan?
Padahal Tuhan aja belum bilang selesai.
Kau tahu nggak kenapa?
Dara menggeleng.
PAK GURU (CONT’D)
Karena manusia nggak benar-benar percaya Tuhan.
Dia takut ini, takut itu, terlalu banyak pertimbangan.
Akhirnya nggak bisa kemana-mana. Nanti pas udah tua baru dia menyesal.
DARA
Tapi kan orangtua, pak. Makanya Dara bingung.
Dara takut disumpah-sumpah jadi anak durhaka.
PAK GURU
Semua pilihan ada di tangan kau, Dar.
Yang menjalani hidup itu, kau.
Mamak bapak kau pun punya jalan hidup sendiri.
Udah ada garisnya masing-masing kita.
Kau yang tahu kau pengennya apa.
Dara mendengar dengan seksama.
DARA
Tapi, kan pak, kalau Dara nggak nurut..
PAK GURU
(memotong)
Lagian, ngapain sih mikir terlalu jauh?
Kalau bapak kau mati kekmana, kalau kenapa-napa gimana,
itu Secara nggak langsung kau udah mendahului takdir,
kau udah sok tahu
dan kau juga kaya doain bapak kau sendiri buat cepet mati.
Dara terdiam. Ia merasa tertampar.
PAK GURU (CONT’D)
Harusnya kau berdoa, supaya bapak kau sehat lagi kaya semula.
Bukan doa yang jelek-jelek.
Kalau kau mau, kau ngomong lagi sama mamak kau.
Dara mengangguk.
DARA
Iiya, pak.
PAK GURU
Yaudah, kau masuklah.
Jam bapak bentar lagi habis.
Kalau kau nggak masuk lagi, nanti masuk BP kau.
Nggak malu kau nama kau di BP?
DARA
Trus ujiannya, pak?
PAK GURU
Jam istirahat jumpai bapak.
DARA
Makasih banyak, ya, pak.
PAK GURU
Iya. Itu minumnya bawa aja.
Dara mengangguk. Ia permisi pada pak Guru. Dara pergi.
CUT TO :
36. INT. RUANG KELAS – DAY
Dara masuk ke kelas, ia melangkah menuju tempat duduknya. Teman-teman sekelasnya menoleh ke arahnya dengan tatapan heran. Yuna yang sedang mengobrol dengan temannya yang lain ikut menoleh. Yuna menghampiri Dara.
YUNA
Darimana aja, kau?! Bagus kali ya nggak masuk.
DARA
Di kantin tadi, malas masuk aku. Sandi mana?
Yuna menoleh ke kanan dan kiri. Sandi masuk ke kelas. Yuna memanggil Sandi.
YUNA
Itu dia! San, sini!
Sandi menghampiri Dara dan Yuna.
SANDI
Eh, kemana aja kau? Kenapa nggak masuk.
DARA
Ih, kelen sehati kali, ya.
Pertanyaanya sama.
Jangan-jangan jodoh pulak kelen.
SANDI
Ih, janganlah! Rusak nanti rumah tangga aku.
Yuna mengepalkan tangannya dan siap meninju Yuna.
YUNA
Kau pikir, aku mau jadi istri, kau?!
SANDI
Mana tahu.
DARA
Udah, udah. Bercanda aku.
Nggak usah berantem ,woi.
SANDI
Jadi semalam kenapa juga nggak kau angkat telepon aku?
Khawatir kali aku semalam.
DARA
Udah tepar itu.
Yuna menggenggam tangan Dara.
YUNA
Dar, kami minta maaflah, ya.
Gara-gara kemarin kau jadi kena marah sama mamakmu.
DARA
Iya, nggak pa-pa.
Mau ditutup-tutupin kalipun, nanti pasti mamak aku bakal tau juga , kan?
Pas ke Jakarta pasti aku bakal minta izin.
Lagian lebih cepet tahu, lebih bagus.
Aku jadi punya waktu lebih banyak buat merayu mamak aku.
SANDI
Jadi kau tetap lanjut, Dar?
DARA
(bercanda)
Kalau aku nggak?
YUNA
Ya, kami juga enggak.
Dara tertegun.
DARA
Kalian serius?
Yuna mengangguk.
YUNA
Iyalah. Kami berdua nggak keberatan kok buat berhenti.
Dari awal kan kita niatnya sama-sama.
DARA
Kalian nggak harus kek gitu, we!
SANDI
Harus kekgitu, Dar!
Kami nggak mau kau sendiri yang berhenti.
DARA
Trus, kalau kita lanjut tapi akhirnya aku tetap nggak lulus tes?
YUNA
Itu beda ceritalah, kuyang!
Itu udah hasil kerja keras kita.
DARA
Yaudah. Aku mau lanjut.
YUNA, SANDI
Yes!!
DARA
Tapi kalian mau bantu aku, nggak?
SANDI, YUNA
Apa?!
Dara tersenyum.
DARA
Hmmm..
Yuna dan Sandi penasaran.
CUT TO :
37. EXT. RUMAH DARA- RUANG TAMU – DAY
Dara tiba di rumah. Ia membuka pintu dan menutupnya. Rumah tampak sepi.
DARA
Assalamu..
TERDENGAR PECAHAN KACA. Dara kaget.
DARA (CONT’D)
‘alaikum.
Dara menghela napas. Dara mendengar suara ibunya setengah menangis. Dara berhenti di depan pintu kamar. Ia mendengar percakapan ayah dan ibunya.
IBU DARA (O.S)
Capek kali, aku...
Kenapa abang nggak pernah dengar?
Sabar, bang. Sabar aku bilang!
Yang mau sakit siapa?!
AYAH DARA (O.S)
Jadi hidup ini Cuma buat sabar-sabar, aja?!
IBU DARA (O.S)
Ya, Allah, abang...
Kenapa kek gitu ngomong, bang?!
AYAH DARA (O.S)
Jadi aku harus ngapain?!
Semua-semua nggak boleh!
Tiap-tiap hari aku sabar, sabar, sabar.
Sampek kapan?!
Aku juga capek, Dek!
IBU DARA (O.S)
Capek apanya?!
Kau kerjapun enggak lagi sekarang, ya?
Aku yang kerja!
Kau dengar aku ngomong apa salahnya?
Anak-anak udah pada besar.
Nggak lama lagi mereka dewasa, trus harus menikah.
Kalau kau nggak ada lagi nanti siapa yang jadi wali nikah orang ini?!
Adek kau?!
Ditengoknya aja nggak pernah!
AYAH DARA (O.S)
Kau ya!
IBU DARA (O.S)
Bang, jangan bang!!
Perasaan Dara jadi tak enak. Dia mengurungkan niat masuk ke kamar. Dara keluar dari rumahnya. Ia membanting pintu. SUARANYA CUKUP KERAS.
CUT TO :
38. INT. RUANG MAKAN - DAY
Bantingan pintu mendiamkan ayah dan ibu Dara. Area meja makan sedikit berantakan dengan peralatan makan, obat-obatan, tumpahan air mineral dan pecahan gelas kaca. Raut wajah ayah dan ibu Dara penuh emosi. Mereka saling bertatapan tajam. Keduanya duduk di kursi dan meratapi apa yang terlihat di depan mata.
CUT TO :