Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Rancu (screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
6. Keping Keenam : Taktik 'Kamikaze' vs Strategi 'Guerrilla'

SCENE 24

INT. PANGGUNG COMEDY CLUB - DAY

TITLE : 2024

Gerry

Peperangan tak terhindarkan. Dalam waktu singkat korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Kerusakan yang ditimbulkan dari peperangan itu terlihat jelas di tengah-tengah hutan kalimantan.

Gerry mendaratkan bokongnya di atas sebuah kursi.

Gerry

Singkatnya pertarungan itu sangat amat berat sebelah. Pihak teroris tentunya memimpin pertempuran dengan jumlah pasukan dan teknik bom bunuh dirinya yang efektif. Para tentara angkatan darat yang semakin terpojok memutuskan untuk melalukan teknik yang sangat amat buas.

Gerry memasang wajah garang yang dipaksakan.

Gerry

Dan taktik itu adalah bersembunyi.

Tawa para penoton pecah untuk yang kesekian kalinya. Gerry membiarkan para penonton untuk menyelesaikan tawanya.

Gerry

Tapi jangan salah. Taktik ini lah yang berhasil memaksa para teroris itu mundur untuk sementara. Taktik yang bisa membuat pasukan dengan jumlah paling sedikit bisa membunuh jumlah pasukan yang berkali-kali lipat lebih banyak. Yaaaa penasaran kan lo bangsat.

Gerry bangkit dari tempat duduknya.

Gerry

Apa? Penonton mau tau? Iya, mau tau? Heem iya, mau tau?

Gerry mengolok-olok para penonton sebelum akhirnya memutuskan untuk memberitahu nama dari taktiknya.

Gerry

Oke, kalian siap? 3...2...1 Gerilya.

Para penonton hening. Hanya ada beberapa yang terlihat mengerti.

Gerry

Kenapa yang keliatan ngerti cuman dikit. Sejak kapan penonton stand up gue orang-orang goblok?

Para penonton tertawa.

Gerry

Serius deh, kalian gak tau gerilya? Gila. Serangan satu lambung tau? Serangan penetrasi tau? Taktik supit urangnya Jenderal Sudirman tau dong? Enggak juga? Terus lo taunya apa anjing! Bangsat, kalo lo goblok lo jangan nonton stand up gue. Lo nonton stand upnya Raditya Dika. Itu cocok, biar orang-orang goblok jadi target pasarnya si cebol.

Tawa pecah seketika, kali ini lebih keras.

Gerry

Apa? Lo pikir gue bakal bawain materi-materi bego kayak si Raditya Dika.

Gerry melakukan impersonate.

Gerry

'Tapi kalian tau gak sih rasanya, pedihnya jadi jomblo.' Apaansih anjing.

Kali ini Gerry ikut tertawa bersama para penonton.

Gerry

Goblok. Oke kita stop bahas si Hobbit oke, kali ini kita fokus ke masalah perang. Nah sekarang kalo kalian orang-orang 'goblok' mempertanyakan apa itu gerilya. Bergerilya itu....

SCENE 25

INT. PEDALAMAN HUTAN KALIMANTAN (WILAYAH MUSUH) - NIGHT

TITLE : 2022

Genendra tengah menyeret salah satu prajurit yang telah kehilangan kakinya.

Ganendra

Shhhhh...lu baik-baik aja oke? Jangan mati! Ini perintah!

Prajurit 4 itu terdiam. Rasanya Prajurit 4 itu tidak memiliki cukup tenaga untuk bersuara, hanya ada erangan samar yang berasal darinya.

Ganendra menyeret orang itu ke bawah pohon rindang. Disana ada Karto yang sudah siap dengan perlengkapan medis.

Ganendra

Jangan mati oke. Karto hentiin pendarahan di kakinya.

Karto mengangguk dan dengan cepat berusaha untuk menghentikan pendarahan di kaki Prajurit 4 itu. Ganendra memberikan beberapa butir pain killer.

Ganendra memberikan itu untuk Prajurit 4. Prajurit 4 menelan obat yang diberikan kepadanya, Karto masih berusaha untuk memberikan pengobatan terbaik untuk sang prajurit yang terluka.

Ganendra

Karto jangan kemana-mana! Gua, Gandi, dan Rishad bakal nyisir ke arah timur sana buat nyari para prajurit yang kepencar. Lo jaga dia, disana juga ada satu prajurit yang gue tinggal buat jaga disini, kalo gak salah namanya Doni. Pokoknya lo sama Doni stay di sini, hati-hati.

Ganendra memberikan isyarat kepada Rishad dan Gandi untuk berangkat. Ganendra menghentikan langkahnya dan berbalik.

Ganendra

Buat lo siapapun nama lo. Jangan mati! Sekali lagi ini perintah!

Ganendra melanjutkan langkahnya. Kali ini langkahnya mantap.

SCENE 26

INT. PEDALAMAN HUTAN KALIMANTAN (WILAYAH MUSUH)

TITLE : 2022

Ganendra, Gandi, dan Rishad mengendap-endap melewati rerimbunan yang memenuhi pedalaman Kalimantan.

Rishad

Satu setengah jam. Seharusnya kita udah ketemu pasukan yang tadi kepisah.

Gandi

Si tolol ini bener. Seharusnya kita udah ketemu beberapa dari pasukan yang tadi kepisah sama kita.

Ganendra sama sekali tidak menggubris kalimat kedua prajuritnya. Kedua netra Ganendra tengah sibuk memandangi jarum kompas sampai akhirnya Ganendra mendengar sesuatu.

Ganendra

Shhhhh.

 

Kedua pasukannya menghentikan langkahnya. Gandi dan Rishad terlihat keheranan.

Ganendra

Kalian denger gk? Kalo dari asal suaranya seharusnya.

Rishad

Disana.

Rishad menunjuk ke arah beberapa pasukan yang terlihat tengah berada dalam keadaan terluka parah.

Gandi berusaha untuk memanggil para prajurit yang terluka itu tetapi prajurit itu tidak menunjukan indikasi untuk bergerak.

Gandi

Hey Kalian tenang di sana. Rishad siapin tandu, ayo buruan!

Gandi dan Rishad menghampiri para prajurit itu secara perlahan. Ganendra menggunakan sebuah teropong untuk memantau keadaan sekitar.

Dalam jarak beberapa puluh meter ada 3 orang kelompok teroris yang tengah berpatroli. Gandi dan Rishad semakin mendekat sedangkan salah satu dari prajurit itu memberikan isyarat untuk pergi.

Gandi dan Rishad sepertinya salah menafsirkan isyarat dari prajurit itu dan tetap mendekat. Jarak diantara keduanya sekitar 5-6 meter dan terus menipis sampai akhirnya satu prajurit meledak. Untungnya Gandi dan Rishad hanya terpental.

Ganendra terkejut dengan ledakan besar yang muncul secara tiba-tiba. 3 teroris yang tengah berpatroli dengan cepat memasang sikap siap. Ketiganya mulai menembakkan senapan mereka ke arah sumber ledakan.

Ganendra

Kalian buruan mundur!

Rishad menunduk di balik pepohonan. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya telah dipenuhi rasa takut.

Rishad

AHHHHHH TUHAN! AMPUN TUHAN!

Rentetan peluru menghujani tempat Rishad dan Gandi bersembunyi. Gandi merasakan efek ledakan yang lebih berat. Dia bisa melihat beberapa serpihan dari komponen bom menancap di lengan dan punggungnya.

Gandi

Woy Rishad tenang! Lu denger gue? Tenang!

Rishad menutupi kedua telinganya. Teriakannya semakin kencang bersamaan dengan suara peluru yang terus mengudara.

Rishad

TUHAN BERIKAN AMPUNAN UNTUKKU TUHAN. KENAPA TUHAN MENGUTUSKU KESINI TUHAN? BUKANKAH AKU UMAT YANG TAAT TUHAN?

Rishad mulai menjambak rambutnya dengan seluruh tenaga. Ganendra berusaha untuk mengalihkan perhatian para penembak itu.

Ganendra menembak salah satu dari ketiga teroris itu. Peluru yang ditembakkan oleh Ganendra menghantam kepala pria itu sehingga tidaka ada ledakan.

Ganendra

Bangke kenapa kena pala sih.

Kedua teroris yang tersisa terus menghujani kedua lokasi dengan hujan timah panas. Ganendra sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk mendekat ke lokasi Gandi dan Rishad.

Ganendra

KALIAN BERDUA BERTAHAN! GANDI LO MASIH HIDUP KAN?

Gandi menggangguk pelan sambil menyeret tubuhnya yang tengah kesulitan untuk bangkit.

Ganendra

RISHAD JANGAN HISTERIS! TENANG!

Gandi

WOY ANJING MAU LO APA SIH!? AMBIL SENAPAN LO TERUS TEMBAK! LAWAN!

Rishad sama sekali tidak menghiraukan perkataan Gandi dan Ganendra.

Rishad

KENAPA TUHAN? AKU UMATMU YANG PALING BERIMAN KAN?

Tiba-tiba Rishad terdiam. Wajah ketakutannya berubah menjadi senyuman maniak.

Rishad

Aku mengerti Tuhan. Ini penebusan dosa kan Tuhan? Kau ingin membersihkanku sebelum mengangkatku ke surga kan Tuhan?

Rishad bangkit berdiri. Wajahnya terlihat berseri berbanding terbalik dengan kondisi genting yang masih terjadi.

Gandi

WOY SINTING LO MAU NGAPAIN?

Rishad

Kebebasan. Ampunan. Jalan menuju surga.

Gandi

BOCAH GILA!

Gandi menggenggam salah satu kaki Rishad sehingga menghalanginya untuk melangkah.

Rishad

Lepas!

Gandi

Enggak. Lo gila!

Ganendra

Rishad lo mau apa? Rishad!

Rishad terus berusaha untuk melangkah. Kondisi Gandi yang lemah membuatnya tidak bisa mempertahankan posisinya, Gandi ikut terseret oleh langkah Rishad.

Rishad melangkah keluar dari persembunyian. Menyambut rentetan peluru yang menghujani bukan hanya Rishad tetapi peluru yang juga menembus tengkorak Gandi.

Ganendra terdiam. Syok terlihat jelas di wajahnya, senapan yang digenggamnya terjatuh ke tanah.

Rekan-rekannya mati di depan wajahnya. Kali ini Ganendra tidak bisa lagi mentolerir perbuatan para teroris itu.

Ganendra

ANJING! BANGSAT, BANGSAT, BANGSAT!

Ganendra meraih sebuah pecahan kaca yang tergeletak tidak jauh dari posisinya. Ganendra menggenggam pecahan kaca itu dengan tangan kirinya.

Ganendra mengawasi situasi. Kedua teroris dalam posisi menembak tapi tidak bergerak, jaraknya sekitar 30 meter. Tempat keduanya berdiri tidak terlalu dipenuhi oleh banyak pohon.

Ganendra

Mampus lo anjing!

Ganendra meraih senapannya dan mengarahkannya ke belakang, ke arah kedua penembak itu. Ganendra menarik pelatuknya, beberapa peluru melesat cepat dan berhasil mengenai kedua teroris itu.

Ganendra berhasil menembak keduanya. Kali ini hanya dengan sepotong kaca sebagai penglihatan.

Ganendra mengatur nafasnya. Dia tau betul kalau dia harus segera bergerak, suara baku tembak tadi pasti membuat para teroris lainnya mendekat.

Ganendra bangkit dan meraih kalung yang menggangtung di leher mayat pasukannya. Ganendra menatap milik Gandi cukup lama sebelum akhirnya memutuskan untuk mengantunginya dan kembali ke posisi semula.

Ganendra

Gimana trick shot gue?

SCENE 27

INT. PEDALAMAN HUTAN KALIMANTAN (WILAYAH MUSUH) - NIGHT

TITLE : 2022

Ganendra menyeret langkahnya. Rasanya tidak ada lagi semangat di tiap langkahnya, wajah lesu penuh tanah dan luka.

Ganendra telah sampai di tempat mereka berlindung. Di bawah pohon besar, di bawah bayangannya ada Karto yang terduduk sambil menangkupkan wajahnya di atas lipatan kedua tangannya.

Di samping Karto ada mayat prajurit yang telah kehilangan kakinya. Karto menyadari kedatangan Ganendra. Karto menatap Ganendra dan menggelengkan kepalanya.

Ganendra menjatuhkan tubuhnya dengan posisi berlutut. Air mata mulai mengaliri kedua pipinya, kepalan tanganya mulai menghantam tanah di bawahnya. Sekarang yang tersisa tinggal Ganendra, Karto, dan Prajurit bernama Doni.

SCENE 28

INT. PEDALAMAN HUTAN KALIMANTAN (WILAYAH MUSUH) - DAY

TITLE : 2022

Matahari mulai terbit. Ganendra terjaga dengan seorang prajurit bernama Doni, sedangkan Karto masih tertidur.

Ganendra memperhatikan foto istrinya, wajahnya terlihat penuh dengan rasa frustasi. Ganendra bukan satu-satunya yang terlihat kehilangan harapan. Doni juga terlihat tengah memoles pistolnya dengan wajah muram.

Ganendra mengantungi foto istrinya, dia meraih sekaleng makananan untuk mengisi perutnya yang kosong. Ganendra mulai menyendokkan makanannya secara perlahan.

Sunyi adalah satu-satunya yang terdengar di sekitar. Ganendra dan Doni sama-sama tidak ingin memulai pembicaraan dan kelihatannya keduanya cukup nyaman dengan situasi itu.

Ganendra menenggak air minumnya sebelum akhirnya melanjutkan sesi sarapannya. 

Doni yang tengah sibuk dengan pistolnya terlihat tengah asik mengecek peluru di pistolnya. Doni juga memastikan setiap sisi dari pistolnya terlihat sempurna. Doni menggarahkan ujung pistolnya ke dalam mulutnya dan dengan cepat menarik pelatuk di pistolnya.

Ganendra terkejut dengan apa yang terjadi. Secara tiba-tiba Doni meledakkan kepalanya sendiri, suara ledakan pistol itu menggema ke seluruh hutan. Karto bahkan terbangun dari tidurnya.

Beberapa teroris yang tengah berpatroli tidak jauh dari lokasi itu pun ikut mendengar suara tembakan itu. Mereka pun bergerak ke arah sumber suara.

Karto yang melihat serpihan otak dan pecahan tengkorak menyembur dari kepala temannya sukses membuat Karto mual dan memuntahkan apapun isi perutnya.

Ganendra

Bangsat. Karto bawa barang-barang kita cabut sekarang juga!

Karto menggangguk dan merapikan barang-barangnya tetapi sebelum sempat beranjak dari posisinya, Ganendra dan Karto menyadari kalau tidak jauh dari posisi mereka, para teroris sudah mendekat.

Jumlah mereka lebih dari sepuluh dengan posisi acak sehingga mustahil bagi Ganendra untuk melawan.

Ganendra

Sssst. Jangan berisik! Tenang oke.

Para teroris itu belum menyadari keberadaan Ganendra dan Karto tetapi posisi mereka semakin mendekat.

Karto

Kita harus gimana?

Ganendra berusaha untuk berpikir keras tetapi satu-satunya cara yang terpikirkan olehnya adalah pengalih perhatian.

Ganendra

Karto lu dengerin gua oke? Gua bakal ngalahin perhatian, gua akan pancing mereka sejauh mungkin dan setelah kondisi mulai aman lo lari! Bawa alat komunikasi dan sembunyi. Hubungin markas dan lanjutkan misi secara sembunyi-sembunyi.

Karto

Gak. Mana mungkin saya ngebiarin komandan buat berkorban. Biarin saya yang berkorban.

Ganendra menampar pipi Karto.

Ganendra

Sadar! Gak ada waktu buat berdebat. Gua komandan dalam misi ini dan ini perintah. Nyawa semua prajurit yang melayang adalah tanggung jawab gua, jadi bakal masuk akal kalo gua berkorban buat lo. Setidaknya biarin gua mengemban tugas terakhir.

Ganendra merogoh sakunya. Ganendra meraih foto istrinya dan memberikannya kepada Karto.

Ganendra

Gua pengen lo sampein ini ke Hayati. Bilang gua sayang sama dia dan gua berhasil pergi dengan cara terbaik bagi seorang prajurit. Bilang ke dia buat jangan pernah bersedih atas kematian gua oke?

Karto hanya terdiam atas perkataan Ganendra. Ganendra kembali menamparnya untuk menyadarkan prajuritnya.

Ganendra

Oke?

Karto

O-oke.

Ganendra mengganguk sambil tersenyum. Dia meraih senapannya dan barang-barangnya bersiap untuk pergi. Karto terdiam di posisinya sambil memandangi secarik foto usang di tangannya.

Tanpa aba-aba Karto berlari dengan senapan dan barang-barangnya, membuat semua perhatian para teroris teralihkan. Karto berlari menjauh dan para teroris itu mengejar.

Ganendra

KAR— anjing!

Ganendra terkejut. Di tanah alat komunukasi dan selembar foto Hayati ditinggalkan oleh karto. Ganendra 

Ganendra menghantam pohon tempatnya bernaung dengan sekuat tenaga. Dengan tangan yang bergetar dia meraih telepon dan foto istrinya.

Ganendra tidak punya pilihan lain selain bersembunyi.

Ganendra

Semuanya! Maaf dan terimakasih, semuanya gak akan sia-sia gua janji.

Ganendra berlari menyusuri hutan dengan barang-barangnya. Air mata mengaliri wajahnya yang kusam. Ganendra memutuskan untuk membuat sebuah gundukan lumpur sebagai tempat bersembunyi.

Ganendra terus bersembunyi sambil menghubungi markas, memberikan kondisi dan informasi.

10 jam berlalu, Ganendra masih berada di dalam tumpukan lumpur yang sama. Sama sekali tidak beranjak, wajahnya lesu tampaknya Ganendra telah mencapai batasnya.

Tepat sebelum kelopak matanya menutup, sebuah siluet menyembul dari ketiadaan dan siluet itu memanggilnya.

Ganendra tersadar dan tepat di depannya wajah yang ia kenali. Kolonel Erland menepuk-nepuk wajah Ganendra.

Erland

Sadar! Medis. Hey Ganendra bangun bodoh!

Di belakang Erland ratusan tentara berbaris dengan perlengkapan yang menandakan kesiapan untuk bertempur. Dua orang prajurit menarik Ganendra dari tempat persembunyiannya, seorang media memeriksanya.

Medis

Dia kelelahan dan juga dehidrasi.

Erland mengangguk. Dia kembali menatap mata Ganendra yang masih terlihat lesu.

Erland

You done a great job kid, well done. Sekarang para medis bakal ngerawat lu, misinya udah selesai. Lu bisa pulang dengan selamat.

Erland bangkit sedangkan para media mulai bersiap untuk memindahkan Ganendra tetapi Ganendra menolak.

Tangannya meraih sepatu Erland menahannya untuk pergi.

Ganendra

Kolonel, biarkan saya bertempur. Saya mohon.

Erland

Gua takut gua gak bisa ngelakuin itu. Lu udah mencapai batas, lu tenang aja oke? Semuanya bakal aman, konflik ini akan kita menangkan.

Ganendra terbatuk. Suaranya parau.

Ganendra

Bukan, bukan itu. Saya ingin bertempur demi nyawa bawahan saya. Saya ingin berjuang seperti yang seharusnya saya lakukan, biarkan saya bertempur sampai semuanya berakhir dalam bentuk kemenangan untuk NKRI.

Erland terdiam sebelum akhirnya menghela nafas.

Erland

Oke, tapi medis bakal ngerawat lu terlebih dahulu. Minum, makan, siap-siap abis itu susul kita di medan perang.

Ganendra mengangguk sebelum akhirnya melepaskan pegangannya. Ganendra dibawa dengan tandu oleh para medis sedangkan Kolonel Erland dan para pasukannya bergerak maju ke depan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar