Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Rancu (screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
2. Keping Kedua : Punch Line terbaik datang dari kejadian terburuk

SCENE 7

INT. RUANG PERTEMUAN ORGANISASI MAHASISWA TRISAKTI - DAY

TITLE : 2021

Ruangan berukuran sedang dengan suasana muram yang menghiasi seluruh isi ruangan itu, kalender kecil bertanggalkan 3 April 2021 menggantung lesu di dinding kusam yang telah usang, sebuah televisi tabung keluaran lama dengan ukuran 14 inch menyala. Pendar cahaya samar itu menjadi satu-satunya penerang di dalam ruangan sunyi nan suram itu.

Lima orang berada di dalam ruangan itu. Kelimanya sibuk menatap layar televisi butut yang tengah memproyeksikan gambar dengan kualitas payah, kelimanya memiliki wajah muram.

Reporter

Viral, tersebarnya vidio skandal panas sang ketua KPK dengan seorang gadis dibawah umur membuat heboh warga dunia maya. Pernyataan pro dan kontra merebak di seluruh jejaring sosial, tapi kali ini kita akan mendengar putusan dari perwakilan DPR.

Perwakilan DPR

Yah, setelah munculnya vidio itu di dunia maya maka kami putuskan untuk mengadili beliau sebagai mana mestinya. Selasa besok, kami akan melakukan sidang pertama terhadap tersangka, kemungkinan kami juga akan menolak adanya banding jadi kali ini kami ingin menegakkan peradilan setegak-tegaknya.

Reporter

Selanjutnya apa yang akan terjadi kepada KPK?

Perwakilan DPR

Ehm, tentunya untuk sekarang ini kami putuskan untuk mengistirahatkan KPK untuk sementara. Perlu dicatat bahwa keputusan ini bukan cuma dari DPR, beberapa pihak lain juga memutuskan hal yang sama. Yah, pokoknya untuk sementara kita doakan saja yang terbaik untuk saudara dan saudari KP–

Naya, 21 tahun, memutuskan untuk mematikan televisi usang di depannya. Riak wajahnya kacau, begitu juga dengan keempat temannya. 

Naya

Kita harus turun ke jalan.

Keempat orang lainnya masih terdiam. Seorang perempuan berdiri, dia meraih sebuah gelas berwarna pink dan memutuskan untuk membuat segelas teh hangat. Orang itu adalah Hayati yang berusia 21 tahun.

Hayati

Sekarang bukan saatnya.

Naya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Hayati.

Naya

Kapan lagi? Situasinya semakin kacau.

Hayati

Justru karena itu. Naya, sekarang bukan saat yang tepat, belum tepatnya.

Hayati menaruh dua sendok gula ke dalam teh miliknya sebelum mengaduknya. Hayati berbalik menghadap ke arah Naya sambil menyeruput minumannya.

Naya

Kalo kita nunggu lebih lama lagi, efeknya bisa jauh lebih buruk. Sekarang KPK dinonaktifkan, kalo gak ada yang protes nantinya para bedebah itu bisa makin bebas ngotak-ngatik negara.

Hayati

Iya Naya, aku ngerti apa yang kamu maksud, tapi kita semua tau apa yang terjadi akhir tahun lalu, 6 orang jadi korban dan itu memancing konflik yang lebih besar satu bulan yang lalu konflik itu baru berhasil dipadamkan, kalo satu kali langkah dan kita salah kita bisa dilempar ke penjara atau dieksekusi ditempat.

Hayati menaruh gelasnya, tangannya bergetar sedangkan wajahnya terlihat ketakutan.

Hayati

Sejak hari ini, detik ini, rasanya perjuangan akan berubah menjadi pembantaian.

Dio, 22 tahun, bangkit dari tempat duduknya. Wajahnya juga terlihat muram, tatapannya terlihat sayu.

Dio

Gua setuju sama Hayati, kita masih belom bisa gerak sekarang.

Saka, 22 tahun, ikut angkat bicara.

Saka

Kapan? Kapan lagi? Berapa lama lagi?

Cantika, 20 tahun, menimpali perkataan Saka

Cantika

Di saat-saat begini seharusnya kita lebih berhati-hati lagi, Hayati benar, salah langkah dan game over.

Saka

Oke, misalnya kita nunggu, terus apa? Celah waktu kita menyempit, negeri ini mendekati kehancuran setiap detiknya.

Hayati

Itu artinya salah langkah bisa mempercepat proses kehancurannya, untuk sekarang kita masih harus memantau terlebih dahulu.

Naya

Kalo begitu–

Pintu ruangan itu terbuka, membuat kelima orang di dalamnya terdiam dalam sekejap. Di ambang pintu, dua pria berdiri mematung.

Salah satu pria itu bernama Ipung, 26 tahun, menatap ke arah kelima orang yang juga sedang menatap balik ke arahnya.

Ipung

Lho, kok tiba-tiba diem?

Saka

Gak kenapa-kenapa Bang, gimana kabar?

Saka menyapa pria bernama Ipung itu, Ipung membalas dengan anggukan.

Ipung

Oke kalo gak ada apa-apa. Oh iya, ini kenalin Gerry. Dia anak semester satu disini, tapi dia pinter banget kalo soal beginian, makanya gue ajak buat gabung sama kalian.

Gerry menyapa kelima orang di depannya.

Gerry

Halo, gue Gerry.

SCENE 8

INT. RUANG PERTEMUAN ORGANISASI MAHASISWA TRISAKTI - DAY

TITLE : 2021

Semua anggota inti dari organisasi berkumpul di dalam ruang pertemuan seperti biasa kecuali Saka yang tengah bertugas untuk memantau perkembangan demonstrasi di pusat kota Jakarta yang digerakkan oleh Novel Baswedan.

Cantika

Sekarang seharusnya kita mulai pembahasan soal perkembangan demo dan kasus-kasus penyelewengan dana sosial? Tapi kenapa Ipung malah ngirim Saka buat ke lapangan sendirian?

Dio

Karena kita butuh satu orang buat mantau perkembangan sebelum mulai bikin kesimpulan.

Cantika

Iya, aku tau itu tapi kenapa gak lewat ponsel atau tunggu berita?

Gerry

Situasinya….

Cantika dan Dio mengalihkan pandangan mereka ke arah Gerry yang baru saja ikut nimbrung dalam pembicaraan mereka. Gerry melanjutkan perkataannya tanpa mengalihkan pandangannya dari tugas-tugas kuliahnya.

Gerry

Mereka gak cukup bego buat ngebiarin para pendemo saling melempar informasi lewat ponsel. Rantai informasi itu yang paling penting, pemerintah akan memutus hal itu dengan segala cara dan begitu juga dengan berita. Kalaupun demonstrasi ini akan naik ke tv, setidaknya akan makan waktu berjam-jam buat disiarin. Inget kalo keseluruhan demonstrasi sama sekali gak boleh di liput media dari jarak dekat, peraturan dari pemerintah soal keamanan para jurnalis gak lebih dari omong-kosong yang menjerat banyak media.

Gerry bergerak dari posisinya, dia memasukan file miliknya ke dalam tas. Setelah itu Gerry memutuskan untuk meninggalkan ruangan pengap itu.

Ipung

Apa gue bilang, dia itu pinter. Lebih pinter dari Hayati mungkin.

Hayati yang tengah menonton televisi hanya menjawab perkataan Ipung dengan singkat.

Hayati

Hmmm.

1 jam lebih kelima orang itu berada di ruangan yang sama dengan kegiatan masing-masing. Beberapa menyaksikan tayangan di televisi, ada yang berkutat dengan tugas kuliah, ada yang menyelami sosial media, dan ada Ipung yang tengah sibuk dengan sebatang rokok di mulutnya.

Hayati

Pung, Pung, Pung!

Ipung yang sedang membaca majalah dengan sebatang kretek menggantung dimulutnya mengalihkan pandangannya pada Hayati.

Ipung

Apaan?

Hayati

Rokok lu, kalo mau nyebat diluar aja.

Ipung meletakkan majalahnya, asap keluar dari mulut dan hidungnya.

Ipung

Lu kenapa bawel banget sih? Yang laen aja gak keberatan, iya kan?

Hayati yang awalnya sedang menikmati acara tv kesayangannya memutuskan untuk berhenti sejenak dan bangkit dari posisinya.

Hayati

Woi penggangguran sialan, mereka gak protes karna mereka takut sama badan preman lo!

Hayati memukul kepala Ipung cukup kencang, suara pukulan itu mengisi ruangan berukuran sedang itu. Yang lain terlihat tidak menghiraukan kelakuan kedua orang itu, semuanya memilih untuk bertindak acuh.

Saka berjalan dengan tergesa-gesa dengan sebuah file di tangan kanannya. Keringat membanjiri wajah pria itu. Langkahnya terlihat gontai, menunjukkan bahwa pria itu sempat berlari dalam jarak yang cukup jauh.

Saka membuka pintu ruang pertemuan itu dan dengan cepat suara bising di dalam ruangan itu menghilang. Siluet Saka menyembul dari ambang pintu yang terbuka sempurna. Saka menunjukkan sebuah file di tangannya sebelum akhirnya melempar file itu ke atas meja.

Saka

Beliau menghilang, Novel Baswedan menghilang.

Ipung mematikan rokok ditangannya dan dengan cepat merapihkan posisi duduknya. Yang lain juga mengikuti perbuatan Ipung, semuanya duduk di posisi masing-masing dengan wajah serius.

Naya

Gimana kronologinya? Gimana caranya di lautan demonstran satu orang penting menghilang tanpa jejak?

Ipung

Ngilangin jejak gak sesusah kayak apa yang kita pikirin.

Hayati

Justru lautan demonstran itu jadi peluang bagus buat menculik satu orang tanpa ketahuan.

Dio

Tunggu, tunggu, tunggu, kita masih ngomongin tindakan manusia kan? Seharusnya ada saksi mata.

Gerry menutup layar laptopnya.

Gerry

Mereka pake celah yang selalu ada di setiap manusia, celah yang gak pernah bisa ditutup.

Cantika menatap keseluruh isi ruangan entah mencari apa.

Cantika

Kepanikan. Kepanikan, iya kan? Pasti itu yang dipake.

Saka terdiam sejenak.

Naya

Saka, ceritain ke kita kronologinya.

Saka membuka file yang ia bawa dan mengeluarkan beberapa lembar foto.

Saka

Awalnya kondisi keliatan stabil, bahkan para demonstran berdemonstrasi dengan jarak yang cukup dari barisan para personel kepolisian.

SCENE 9

INT. PUSAT KOTA, LOKASI DEMONSTRASI - DAY

TITLE : 2021

Saka berada di tengah-tengah kerumunan para demonstran. Papan bertuliskan kata-kata menohok pemerintah terangkat diseluruh penjuru dan suara teriakan rakyat bergema menembus udara panas kota Jakarta di siang hari. Saka mencatat banyak hal dan mulai memotret beberapa hal menggunakan polaroid milik Cantika yang dipinjamkan padanya.

Saka memotret banyak hal mulai dari kondisi kerumunan dan barisan polisi yang teratur, tempat-tempat demonstrasi yang sama sekali tidak dirusak, dan juga orang-orang yang berdemo secara damai.

Tak lama kemudian seluruh orang bersorak kencang. Orang yang ditunggu-tunggu selama ini muncul. Novel Baswedan, orang yang rela membuang posisi sebagai salah satu anggota KPK untuk terus berjuang. Beliau melangkahkan kakinya ke atas mobil yang disiapkan sebagai panggung.

Novel Baswedan menggenggam sebuah megaphone dan bersiap untuk menyampaikan kalimat-kalimat pembakar semangat mmiliknya sampai sebuah peluru melesat, hampir mengenai Novel Basweda tapi sukses mengenai salah-satu demonstran yang ada.

Dengan cepat situasi menjadi kacau, seluruh demonstran terlihat panik, Bapak Novel mencoba untuk menuruni mobil itu sendiri tapi justru dia terpeleset dan jatuh.

Saka berusaha untuk mendekati posisi Novel Baswedan tetapi tiba-tiba belasan peluru gas air mata ditembakan oleh para polisi. Asap pedih itu memehuni seluruh udara yang ada.

Orang-orang semakin panik dan terburu-buru akibat berkurangnya jarak pandang dan ketakutan akan kemungkinan terjadinya tembakan kedua, ketiga, dan keempat.

Saka terbawa oleh banyaknya orang yang berlari ke arah sebaliknya dari arah yang dituju Saka.

Saka

WOY TOLOL JANGAN PANIK! ITU DISANA BUTUH BANTUAN. WOY ANJING JANGAN PANIK BANGSAT!

Saka mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menembus puluhan orang di depannya. Sedikit demi sedikit Saka bergerak mendekati posisi Novel Baswedan.

Saka

Sial...

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
seingat saya, saya belum pernah ikut demo ketika jadi mahasiswa sampe heroik seperti di dalam cerita ini... Saya ikut nimbrung baca aja ya Kak... hehe...
Harapan saya semoga nggak kejadian yang kayak di cerita ini... *menengadahkan tangan dan berdoa
3 tahun 7 bulan lalu