Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 10
INT. RUANGAN PERTEMUAN ORGANISASI MAHASISWA TRISAKTI - DAY
TITLE : 2021
Saka
Di tempat itu cuman ada genangan darah.
Semua orang terlihat frustasi. Ipung menggosok wajahnya dengan kedua tangannya.
Ipung
Anjing.
Hayati melempar gelas miliknya ke dinding.
Hayati
Sorry, ntar gue rapihin.
Naya
Sekarang gimana? Kita gerak kan?
Dio
Whoa, whoa, whoa, kita masih belom bisa ambil kesimpulan. Kalian denger sendiri kan? Novel Baswedan ngilang.
Gerry
Meninggal. Lebih tepatnya meninggal.
Gerry menggigit pulpen di tangannya.
Naya
Gerry. Kok lo bisa-bisanya sih nyimpulin sepihak gitu?
Ipung
Kesimpulan dia gak cuma sepihak. Udah jelas Novel Baswedan dibunuh, gak ada kemungkinan lain.
Cantika
Berarti kita harus bergerak, sekarang!
Dio
Gue udah bilang kan? Novel Baswedan meninggal. Kalian denger gak sih? Orang sebesar dia dan seberpengaruh dia disingkirin dalam sekejap, coba pikirin nyawa para mahasiswa! Novel Baswedan meninggal—
Saka menggebrak meja di depannya sekuat tenaga.
Saka
GUA TAU. KITA SEMUA TAU. DULU BELIAU PUNYA IDE-IDE KEBEBASAN DAN KEJUJURAN DI KEPALANYA, DAN SEKARANG MUNGKIN SATU-SATUNYA HAL YANG DIA PUNYA ITU PELURU YANG BERSARANG DI KEPALANYA! KITA GAK BISA DIEM AJA BANGSAT.
Ipung
Saka! Pala boleh panas tapi jangan biarin emosi lo ganggu jalan pikiran lo. Kita tim disini, setiap orang boleh berpendapat yang penting pake tata krama kalian semua, ngerti gak lo?
Cantika
Tapi kita gak bisa diem aja. Kita mahasiswa Trisakti, kita kampus reformasi. Melawan kemunafikan udah jadi kewajiban kita.
Ipung membakar sebatang rokok.
Ipung
Sorry, gue butuh nyebat.
Hayati berpikir keras dalam diam. Kedua netranya menatap ke arah cangkir yang ia lempar ke dinding, cangkir itu telah pecah berkeping-keping dengan cairan kopi menggenang disekelilingnya.
Gerry
Oke, misalnya kita jalan kesana. Lo pada punya rencana? Punya asuransi supaya kita semua gak meninggal di tempat pasti bagus.
Hayati masih menatap ke arah cangkir yang telah tercerai-berai di lantai.
Naya
Kita tetep harus turun walaupun itu seharga nyawa kita.
Gerry
Itu yang gua takutin. We dont have a fuckin plan, what a relief.
Naya
Gerry, gak ada kemenangan tanpa pengorbanan.
Gerry tertawa pelan.
Gerry
Emang bakal ada pengorbanan, gue siap buat itu. Tapi kemenangan yang mana yang mau diraih kalo kita sendiri lompat ke jurang tanpa tali pengaman? Yang ada kita cuman mati di bawah sana, gak ada yang peduli.
Gerry melepas kaca mata miliknya, dia memijit bagian matanya sebelum kembali memasang kaca mata miliknya.
Gerry
Gua tau kita akan berkorban. Gak diraguin lagi kalo kita pasti bakal balik luka-luka atau mati, tapi kalo kita dihajar sampe mati bukan buat apa-apa siapa yang peduli? Siapa yang bakal tau? Siapa yang bakal lanjutin perjuangan ini? Masalahnya saat ini kemungkinan buat ngindarin konflik nol persen.
Hayati tersenyum lebar. Hayati mengambil pulpen di tangan Gerry.
Hayati
Gue punya rencana. Kalo emang kita gak bisa ngindarin konflik, maka kita cuman harus mastiin seluruh negeri ini nyaksiin kita.
Semuanya terdiam. Seluruh pasang mata tertuju pada Hayati yang tengah menjelaskan rencananya dengan berapi-api.
Hayati
Kalo semuanya sesuai sama yang diperkirain Gerry maka yang kita butuh cuma kekuatan media, salah satu dari kita rekam seluruh demonstrasi kita secara diem-diem terus kita kirim ke semua stasiun tv. Kalian ngerti gak? Kita gak harus menangin pertandingan argumen atau ngerubah pemerintahan dengan aksi demo, kita cuma perlu nyebarin kebusukan mereka.
Ipung menarik rokoknya dalam sebelum akhirnya mematikan sebatang kretek itu. Ipung bangkit dari posisinya dan memeluk Hayati erat.
Ipung
GILA HAYATI. OTAK LO GG BANGET!
Naya
Gue setuju.
Cantika
Gue juga.
Gerry
Sabi lah buat dicoba.
Saka
Sekarang kita siap-siap buat gerak.
Dio terdiam. Dia berjalan keluar dari ruangan itu.
Ipung
Woy Dio, lo setuju gak?
Dio menghentikan langkahnya dan berbalik.
Dio
Ayok siapin anak-anak, kita mau otw besok kan?
Ipung
Hehe anak kampret bikin gue deg-degan aja lo. Sini bangsat!
Ipung mengejar Dio keluar dari ruangan itu.
Hayati
Oke, sekarang kita butuh surat izin. Gue gak bisa urus sendiri, Gerry lo mau ikut?
Gerry menenggak minuman dari tempat minum berwarna pink yang dia bawa.
Gerry
Iya gua ikut. Keliatannya yang laen gak bisa dipake buat urusan otak, ajak Cantika sama Naya juga.
Gerry pergi meninggalkan ruangan itu dengan tas punggung miliknya dan headphone di kepalanya.
Saka
Woy bangke, maksud lo gua gak punya otak? Woy bocah brengsek!
SCENE 11
INT. SALAH SATU RUANGAN KELAS DI TRISAKTI - DAY
TITLE : 2021
Banyak mahasiswa dan mahasiswi telah memenuhi kelas tersebut. Mereka semua menunggu dengan antusias.
Tak lama kemudian Ipung, Saka, dan Dio memasuki ruangan.
Ipung
Halo semuanya. Selamat sore, maaf ngeganggu waktu kalian yang gak berguna buat mempersiapkan usaha perjuangan besar untuk negeri ini.
Ipung membakar sebatang kretek dimulutnya.
Ipung
Besok pagi kita akan berangkat ke depan Istana Negara, kesana kita bakal demo damai. Kita akan nyampein semuanya, semua perasaan dan aspirasi kita tentang kehancuran yang tengah terjadi sekarang ini.
Ipung menarik rokoknya dengan satu hisapan dalam.
Ipung
Setelah berpuluh-puluh tahun berlalu, sekarang kita bakal kembali ke masa-masa penentuan dan kita semua penentunya.
Saka
AYO KITA GANYANG PARA BEDEBAH BERDASI ITU! KITA BANTAI KETAMAKAN MEREKA DENGAN TEKAD KITA! KITA HANTAM PARA PENIPU DAN ANJING-ANJING MEREKA!
Semua orang bersorak keras. Teriakan-teriakan mulai saling sahut-menyahut.
Dio
Ehm by the way kita bakal buat demo damai.
Tidak ada yang menghiraukan perkataan Dio. Teriakan membara masih terbakar di dalam ruangan itu.
Dio
Seharusnya si Saka gak ikut rombongan Hayati dan rombongan kita.
Ipung
Udeh biarin aja. Ngebakar semangat juga dibutuhin kan?
Dio
Iya sekarang bakar semangat, besok mereka bakar mobil brimob.
Ipung menanggapi perkataan Dio dengan tawa lepas. Ruangan itu terus dipenuhi dengan semangat perjuangan sampai matahari tenggelam di hari itu.
SCENE 12
INT. KANTOR PERIZINAN DEMONSTRASI - DAY
TITLE : 2021
Bambang, 52 tahun, tengah menatap kearah empat orang yang ada di depannya.
Bambang
Maaf adek-adek. Tapi sepertinya saya tidak bisa bantu.
Cantika
Pak, Bapak harus ngerti kalo hal seperti ini dibutuhin. Kita gak akan ngelakuin yang aneh-aneh, kita cuman mau buat demonstrasi damai di depan Istana udah itu aja.
Bambang
Iya, tapi untuk hal seperti ini harus diproses dengan persetujuan atasan saya.
Cantika
Pak, Bapak denger saya ya Pak. Kita mahasiswa cuman mau demonstrasi damai, nyampein aspirasi itu yang kita mau.
Naya
Bener Pak, kalo Bapak gak ngasih izin ke kita justru yang ada bahaya. Kita bisa demo dimana aja, bisa ada salah paham, kerusakan dimana-mana.
Bambang
Dek, ini kerjaan saya. Saya yang lebih tau yang mana yang bahaya yang mana yang enggak. Kalo emang terjadi sesuatu itu artinya salah kalian bocah-bocah.
Naya
Bapak bilang apa? Bapak ini maunya—
Hayati memberikan isyarat untuk diam kepada Naya dan Cantika sedangkan Gerry bersiap untuk mengambil alih.
Gerry
Selamat siang Bapak...Bambang kalo saya gak salah. Kita disini perwakilan dari Trisakti mempunyai rencana buat ngadain demonstrasi di depan Istana, disana kita cuma sekitar dua ratus orang dan kami jamin bahwa kami tidak akan melakukan tindak kericuhan.
Gerry meraih secarik kertas dan sebuah pulpen untuk menggambar sesuatu dan memberikannya kepada Bambang.
Gerry
Nah, disana lokasi persisnya. Di bagian sana Bapak bisa taruh personil kepolisian, Bapak bisa bawa gas air mata buat jaga-jaga misalnya kita menyulut kericuhan. Saya tau ini bukan masalah atasan atau yang lainnya tapi Bapak cuman gak mau ada demonstrasi disana kan?
Gerry menatap mata Bambang dengan tatapan lurus dan senyum simpul.
Gerry
Sekarang yang kita butuh dan gak butuh adalah izin dari Bapak. Saya peringatkan dengan baik-baik bahwa kami akan datang apapun yang terjadi...dan itu termasuk tanpa izin Bapak.
Gerry meraup beberapa permen yang ada di meja Bambang. Keempat mahasiswa itu meninggalkan ruangan kerja dan Bambang sendirian.
SCENE 13
INT. DEPAN ISTANA NEGARA - DAY
TITLE : 2021
Kurang lebih dua ratus orang berjalan beriringan memenuhi jalan menuju Istana Negara.
Ipung yang berada di depan dengan sebuah toa di tangannya meneriakkan beberapa patah kata penyemangat yang diiringi dengan suara teriakan para demonstran.
Beberapa mengatakan merdeka, beberapa mengatakan demokrasi, beberapa mengatakan kebebasan, tapi beberapa orang menyadari bahwa perjuangan mereka akan sangat sulit untuk mendapatkan ketiga hal yang diteriakkan dengan mudah.
Gerry
Hayati.
Hayati
Hm?
Gerry
Gimana menurut lu sendiri?
Hayati
Maksudnya?
Gerry menatap ke sekelilingnya.
Gerry
Demonstrasi hari ini. Jangan pura-pura jadi Saka, lu cukup pinter buat tau apa yang gue omongin.
Hayati tersenyum sekilas sebelum akhirnya menjawab perkataan Gerry.
Hayati
Gue ngerti kok. Mereka sama sekali gak sadar soal apa yang bakal ada di depan sana. Semua kata-kata yang keluar dari mulut mereka gak lebih dari sajak kosong.
Gerry
Dan sajak kosong gak pernah bagus hasilnya.
Hayati
Jangan suuzon. Siapa tau sajak kosong bisa berhasil di jaman penuh omong-kosong ini.
Gerry mengangguk dengan senyuman sinis.
Tak jauh dari tempat Hayati dan Gerry, Cantika dan Naya tengah memastikan kameranya.
Naya
Gimana?
Cantika
Siap, semuanya udah disetting. Tinggal taro dan semuanya lancar.
Naya
Bagus.
Cantika mengotak-atik kamera yang menggantung di lehernya. Naya kembali memalingkan wajahnya ke arah Cantika.
Naya
Gimana?
Cantika
Gimana apanya?
Naya
Udah siap?
Cantika selesai dengan kameranya dan mengalihkan pandangannya kepada Naya.
Cantika
Siap atau gak siap itu gak penting kalo kita gak punya pilihan kan?
Naya meraih sebuah sapu tangan rajut bergambar beruang teddy dan memberikannya kepada Cantika.
Naya
Dulu pas kecil kamu paling suka meluk-meluk sapu tangan itu kalo ketakutan. Buat jaga-jaga aja kalo kamu ketakutan sampe mau ngompol.
Cantika
Ish apaansih kak. Aku udah gede kali.
Cantika memasang wajah masam sedangkan Naya sang kakak tersenyum lebar sambil mengelus kepala adiknya.
Dibagian belakang rombongan itu ada Dio dan Saka. Dio menggenggam sebuah poster bertuliskan 'kerbau yang dicucuk hidungnya tidak pantas menduduki kursi para pemimpin'.
Saka melihat ke arah seorang perempuan yang tengah sibuk merekam sekitar untuk sebuah Tik-Tok. Saka terlihat geram dan mengambil ponsel wanita itu.
Saka
Gue tanya sama lu, lu mau apa kesini? Ngebela negara apa Tik-Tokan kayak orang tolol?
Wanita
Ma-maaf kak.
Dio menepuk pundak Saka untuk menenangkannya. Saka mengembalikkan ponsel wanita itu dan kembali ke barisannya.
Dio
Chill bro.
Saka
Ya gimana gue mau chill kalo orang-orang brengsek kayak mereka masih berkeliaran disini? Sekarang orang-orang yang turun kejalan kebanyakn gak lebih dari caper dan pansos. Seharusnya orang-orang yang nyari ketenaran dari krisis dan perjuangan orang lain gak pantes hidup, mati aja bedebah kayak mereka.
Dio
Udah-udah. Lu udah peringatin dia kan? Udah kelar, chill.
Saka mengangguk pelan. Amarahnya sudah mulai mereda sampai seseoranh di depannya berhenti mendadak, mengakibatkan wajah Saka menabrak punggung pria itu.
Saka sudah bersiap untuk kembali melega sampai akhirnya dia menyadari bahwa bukan hanya pria itu yang berhenti, seluruh rombongan itu berhenti. Dio dan Saka saling lirik sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk menembus kerumunan orang yang mematung untuk maju ke barisan depan.
Saka dan Dio mendekati Ipung, Gerry, Cantika, dan Naya yang masih mematung.
Dio
Ada apaansih? Holy shit.
Barisan penuh personil kepolisian dengan seluruh perlengkapan lengkap termasuk sebuah senjata yang cukup untuk membantai dua ratus mahasiswa.
Ipung
Gila, di kira kita VOC apa gimana?
Gerry berbisik kepada Hayati
Gerry
Omong kosong huh?
Hayati
Yup.
Ipung memutuskan untuk menggunakan toa di tangannya sebagai alat mediasi.
Ipung
Halo Bapak-bapak polisi yang terhormat, ehm ibu-ibu juga. Apa Bapak dan Ibu belum dengar kalo kita disini cuma mau demonstrasi damai? Kita gak bawa benda apapun yang bisa dijadiin senjata pemusnah massal.
Semua personil itu tidak merespon sama sekali.
Ipung
Halo, apa kalian denger? Kita disini gak bermaksud buat saling bantai. Kita cuman mau nyampein aspirasi kami kepada para pejabat disana.
Mereka masih terdiam. Tidak ada respon sama sekali.
Ipung
Oke, sekarang serius. Kalian bisa nyingkirin senjata itu? Kita gak mau ada darah yang tertumpah dari dua belah pihak atau setidaknya pihak kita.
Seorang personil menjawab pernyataan Ipung dengan nada merendahkan.
Personil
Kalo kalian emang yakin gak bakal memicu kericuhan ya gak akan ada satupun dari kalian yang ditembak. Kalo kita gak salah soal tekad yang kalian banggain kan bocah?
Personil lainnya tertawa. Semua demonstran terlihat kesal tapi Ipung memutuskan untuk meredakan tensi di sekitar mereka.
Ipung
Oke, semuanya tenang. Maksud para bapak dan ibu polisi yang baik ini cuman mau ngawal demonstrasi kita. Mereka takut salah-satu dari kita pusing ataupun keseleo jadi mereka disini jadi bodyguard pribadi kita.
Sekarang pihak demonstran yang tertawa.
SCENE 14
INT. DEPAN ISTANA NEGARA - DAY
TITLE : 2021
Ganendra berada di dalam sebuah mobil infanteri bersama dengan beberapa prajurit lainnya.
Tak lama kemudian kendaraan itu berhenti di tempat tujuan mereka. Seluruh pasukan itu turun dengan perlengkapan lengkap dan senjata siap tempur.
Para prajurit itu terkejut saat melihat apa yang akan mereka kawal dengan ketat hanyalah para mahasiswa. Personil-personil yang membawa senjata termasuk para tentara yang dikirim merupakah hal yang berbuah.
Ganendra berbicara dengan seorang polisi yang terlihat memegang kendali operasi pengamanan ini.
Ganendra
Pak, apa itu yang harus dikawal pak?
Komandan Polisi
Hm? Oh,iya. Itu mereka yang harus diawasin dengan ketat. Jangan takut buat ngerespon dengan keras.
Ganendra
Pak dengan segala hormat tapi mereka semua cuma mahasiswa kan?
Polisi dengan proporsi gendut itu terlihat terganggu dengan pernyataan-pernyataan Ganendra.
Komandan Polisi
Sekarang anda denger saya. Saya lebih tau soal acara kawal mengawal. Kita ngirim kalian kesini bukan buat ngebantah, kalian ditugaskan buat mengawal mereka para berandal pembuat ricuh. Gak ada pertanyaan, begitu tugasnya.
Ganendra
Pak,tapi bukannya reaksi semua orang terlalu berlebihan.
Komandan Polisi
Saya mulai kesal sama pertanyaan-pertanyaan merendahkan kamu, sersan kayak kamu gak pantes mempertanyaan otoritas saya. Sekarang anda. Pergi. Dari. Sini. Sana Ke posisi masing-masing!
Ganendra tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti perkataan polisi itu. Ganendra melihat ke arah rombongan mahasiswa yang tengah menuju ke arahnya.
Ganendra menghentikan langkahnya. Sebuah kalimat meluncur dari mulut Ganendra dengan nada menekan.
Ganendra
Komandan yang terhormat, saya harap gak akan ada tindak kekerasan apaapun sama mereka.
Komandan Polisi
Kalo emang ada kekerasan itu pasti dimulai oleh mereka bukan kita. Kita mengayomi bukan meresahkan para masyarakat.
Ganendra sama sekali tidak mendengarkan perkataan polisi itu. Ganendra mempunyai firasat yang buruk.
3 jam telah berlalu, demonstrasi masih berjalan damai tanpa halangan. Rombongan mahasiswa itu masih berada di posisi semula mereka.
Ipung berada di atas sebuah mobil van putih dengan toa andalannya. Suaranya membakar seluruh semangat para mahasiswa.
Ipung
Kita disini bukan untuk melakukan kekerasan. Kita cuma mau menyampaikan aspirasi dimana kami minta para pemerintah untuk memperbaiki hukum di Indonesia yang semakin lama semakin memihak, kita butuh pasal yang adil dan kami tidak mau keadilan itu hanya dirasakan oleh para orang kaya. Kami menuntut agar dikembalikannya kewenangan pada KPK dan pengaktifan KPK kembali.
Ganendra mengawasi kerumunan di depannya, sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa para mahasiswa berusaha untuk memulai kericuhan.
Tak jauh dari tempat Ganendra berdiri, sang komandan memanggil salah satu personil kepolisian dan membisikan sesuatu. Setelah selesai dengan pesan rahasianya, personil itu merangsek maju ke arah para mahasiswa.
Personil Polisi
Saudara Ipung, ikut saya untuk diamankan.
Ipung terkejut dengan kehadiran seorang personil kepolisian dengan senjata menggantung di pundaknya.
Ipung
Eh? Kenapa pak? Saya gak ngapa-ngapain.
Personil Polisi
Anda akan diamankan sebagai provokator yang berusaha untuk memprovokasi pihak mahasiswa, ikut saya dengan cara baik-baik atau saya terpaksa dengan kekerasan.
Ganendra melihat kejadian itu dengan jelas dari kejauhan.
Ganendra
Bangke, sekotor itu.
Ganendra berjalan menghampiri personel polisi itu dan Ipung. Para mahasiswa terlihat kesal dengan perilaku polisi yang berusaha melakukan penangkapan tanpa sebab.
Mahasiwa 1
Woy, mereka mau nangkep Ipung.
Mahasiwa 2
Ipung gak ngeprovokasi siapa-siapa.
Kondisi para mahasiswa mulai memanas, teriakan dan makian menggema di daerah demonstrasi.
Gerry
Hayati, lo tenangin sebelah sana.
Hayati mengangguk dan mulai bergerak untuk menenangkan semua mahasiswa lainnya.
Gerry
WOY TENANG SEMUA! JANGAN BUAT ONAR! KITA DEMO DAMAI! WOY DIO, SAKA, CANTIKA, NAYA TENANGIN SEMUANYA!
DIO
SEMUANYA TENANG! KITA BISA KELARIN BAIK-BAIK.
Hayati
JANGAN KEPANCING SEMUANYA! KITA BUKAN ORANG BARBAR, KITA MAHASISWA CERDAS!
Cantika
SEMUANYA DENGERIN KITA! SEMUANYA BAIK-BAIK AJA.
NAYA
DINGININ PALA LO SEMUA! MUNDUR LO! JANGAN COBA-COBA MAJU! KITA GAK DISINI BUAT NGAJAKIN RIBUT APARAT.
Semuanya berusaha untuk menenangkan suasana kecuali Saka yang masih terdiam di tempatnya.
Naya yang melihat ke arah Saka yang masih terdiam terlihat geram. Naya menghampiri Saka dan mencengkeram kerah lehernya.
Naya
Woy tolol, lo ngapain diem aja hah? Bantuin yang laen nenangin anak-anak. Lo tau kalo kita gak nenangin itu artinya pertumpahan darah besar-besaran.
Saka menyingkirkan tangan Naya dengan kasar.
Saka
Kalo emang mereka ngerencanain ini kalo gitu biarin aja. Mereka nantangin kita, kalo kita diem aja itu artinya kita gak punya keberanian. Jangan jadi pengecut.
Naya
Dasar gila lo. Lo pikir kalo kita lanjutin begini berapa banyak yang luka? Bisa aja ada yang mati.
Saka
Kita kesini buat berjuang bukan buat ngebacot depan mereka, kalo lo takut kena pukul sekali dua kali ya jangan ikut demo goblok!
Cantika yang menyadari pertengkaran Naya dan Saka berusaha untuk menghentikan mereka berdua. Disaat yang bersamaan Ganendra menyingkirkan personil polisi yang berusaha untuk menahan Ipung.
Ganendra
Kenapa mau diamanin? Setau saya dia gak ngelakuin apapun yang salah.
Personil Polisi
Anda jangan ikut campur! Dia provokator yang mencoba memprovokasi para demonstran, kalo gak diamanin sekarang situasinya bisa—
Ganendra
Provokasi apanya? Jangan ngada-ngada. Di medan perang selain handal di bidang pertarungan tangan kosong, saya juga ahli bidik. Saya punya mata yang cukup bagus buat ngeliat yang mana yang bener yang mana yang salah.
Ipung
Pak, saya siap buat diamanin. Yang penting biarin saya buat nenangin para mahasiswa, saya mohon pak.
Tiba-tiba seseorang dari dalam kerumunan melemparkan sebuah botol kaca ke arah para personil kepolisian.
Semua orang terdiam. Para mahasiswa menyadari bahwa lemparan itu adalah awal yang buruk untuk hari yang sangat buruk kedepannya.
Komandan Polisi
Para demonstran memutuskan untuk memicu kericuhan, semua personil amankan area!
Para personil polisi merangsek maju ke arah para demonstran yang mulai kehilangan formasi mereka.
Peluru gas air mata ditembakan secara serempak. Udara yang semulanya tidak dapat melukai mulai dipenuhi dengan kepulan asap putih yang terasa pedih untuk dihirup.
Hayati melihat ke arah kerumunan, berusaha untuk mencari siapa yang melempar botol itu.
Hayati menemukan seorang pria mencurigakan yang sama sekali tidak dia kenal, pria itu melarikan diri dengan cepat di tengah kekacauan itu.
Hayati
Anjing, yang nimpuk bahkan bukan anak Tri Sakti.
Gerry menutupi hidung dan mulutnya dengan lengan pakaiannya. Di tengah kekacauan itu ada seorang wanita yang terjatuh karena terdorong oleh seseorang yang tengah berusaha untuk berlindung.
Gerry membantu wanita itu untuk bangkit, Gerry mengeluarkan sebuah sapu tangan dan menutupi wajah wanita itu.
Gerry melihat ke sekelilingnya yang sekarang dipenuhi dengan orang-orang yang berusaha untuk melarikan diri, Gerry melihat ke bagian depan tetapi disana sudah dipenuhi oleh personil kepolisian yang tengah menghajar para demonstran yang tertinggal.
Ditengah-tengah kekacauan itu, sesuatu menarik perhatian Gerry. Seorang bocah laki-laki berada ditengah orang-orang yang tengah berlarian. Bocah itu menatap ke arah para polisi yang tengah sibuk dengan latihan tinju mereka.
Gerry
SEMUANYA JANGAN PANIK! WOY JANGAN PANIK! SIAPAPUN TOLONG ANAK KECIL YANG ADA DISANA!
Dio
GERRY GUA DISINI. MANA ANAK KECILNYA?
Gerry menunjuk lokasi bocah itu dengan telunjuknya.
Gerry
Disana. LO AMANIN DIA DULU, GUA SAMA YANG LAEN MASIH SIBUK.
Cantika dan Naya berusaha untuk menenangkan orang-orang tetapi ketakutan dan rasa panik telah mengambil alih pikiran mereka.
Cantika
Kak, kakak arahin perempuan-perempuan ke tempat aman. Biar aku yang rekam semuanya disini.
Naya
Biar kakak aja, kamu yang bawa orang-orang ke tempat aman. Kamu juga harus cari tempat aman!
Cantika menggeleng.
Cantika
Kakak gak pernah megang kamera kan? Gimana kalo nanti kakak ngacauin rencananya? Sana kerjain kerjaan yang kakak bisa!
Cantika mendorong Naya menjauh sedangkan Cantika menerobos arah sebaliknya. Naya tidak bisa menghentikan adiknya, Naya punya tugas lain yang harus dia laksanakan.
Cantika
Aku bisa kak.
Naya
SEMUANYA KEARAH SINI! JANGAN DORONG-DORONG!
Ipung menyaksikan para personel polisi itu menghantamkan tongkatnya kepada para demonstran yang terjatuh.
Aspal berwarna kelabu itu mulai dihiasi dengan darah segar yang mengalir dari kepala mahasiswa yang pecah.
Ganendra
WOY JANGAN DIEM AJA! BAWA YANG LUKA PERGI! GUE COBA NGEHENTIIN MEREKA WALAUPUN MUSTAHIL.
Ganendra berlari kearah para personil kepolisian yang tengah menggila. Ipung membopong seseorang yang telah terjatuh dan bersimbah darah.
Hayati
IPUNG ARAH SANA! JANGAN AMBIL KANAN! ADA 2 LUSIN PERSONIL KEPOLISIAN YANG MUNCUL DARI SANA.
Ipung mengangguk. Hayati berlari untuk membopong beberapa orang yang terluka untuk pergi ke tempat aman.
Seorang polisi menerjang ke arah Hayati tetapi Saka berhasil tiba tepat waktu untuk melayangkan tinjunya ke arah polisi itu.
Saka mengambil tongkatnya dan menghantamkan itu ke kepala polisi itu.
Saka
Tunggu apa lagi? Cabut!
Hayati melanjutkan perjalanannya tetapi belum terlalu jauh beberapa personil berhasil mencegatnya dan menjatuhkan Hayati dan orang yang dibawanya.
Saka
Anjing! Mati lo bangsat!
Saka menghajar dua polisi lainnya. Gerry membopong seorang mahasiswi yang kakinya telah patah.
Gerry
WOY SAKA! LO NGAPAIN GOBLOK! BAWA YANG LUKA, NGAPAIN LO RIBUT ANJING!
Saka
LO BAWA SEMUA ORANG! BIAR GUE YANG NGADEPIN MEREKA.
Gerry
GILA LO!
Tiba-tiba seorang polisi sukses menerjang Gerry. Gerry terjatuh mencium tanah, Saka terkena pukulan telak di kepalanya yang akhirnya berhasil menjatuhkan pria itu.