Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Rancu (screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
5. Keping Kelima : Fun fact 'sepanjang sejarah semua perang saudara yang pernah terjadi tak pernah mengenal kata saudara, mereka membunuh musuh dan musuh membunuh mereka'

SCENE 21

INT. PEDALAMAN HUTAN KALIMANTAN (CAMP) - NIGHT

TITLE : 2022

Pertempuran pertama telah selesai. Para tentara Angkatan Darat telah sukses mondorong masuk ke hutan. Peperangan awal terasa seperti pembantaian karena hampir 80 persen dari korban yang terjatuh adalah dari pihak para teroris.

Para prajurit yang telah lelah berperang memutuskan untuk sedikit menikmati kemenangan mereka dengan makan malam.

Ganendra tengah menyantap jatah makan malamnya. Makanan kalengan dengan cita rasa buruk, Ganendra sudah lama tidak mencicipi rasa makanan favoritnya itu.

Selain Ganendra, yang lainnya juga tengah menikmati hidangan spesial mereka. Dipo yang berada tepat di sebelah Ganendra melihat ke arah saku celana Ganendra, di saku celananya menyembul foto Hayati yang sukses membuat Dipo sedikit penasaran.

Dipo

Itu foto istri?

Ganendra terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba dari rekannya.

Ganendra

Hah?

Dipo

Itu... foto istri?

Ganendra melihat ke arah sakunya yang ditunjuk oleh Dipo.

Ganendra

Oh foto ini, iya istri.

Dipo membentuk 'o' dengan mulutnya. Dipo melanjutkan acara makan malamnya, Ganendra pun sama.

Gandi

Ey jangan ngomongin istri sama dia. Si Dipo itu perjaka tua, mana ngerti dia soal rasanya punya istri.

Gandi yang berada di seberang Ganendra menunjuk wajah Dipo dengan sendok makannya.

Dipo

Hehe brengsek.

Dipo melemparkan sedikit makanannya ke arah Gandi.

Gandi

Eh si tolol, kalo lu gak mau makan buat gua aja.

Dipo meludahi makanannya dengan satu gumpalan besar sebelum akhirnya menawarkan makanannya ke Gandi.

Gandi

Idih anjing.

Gandi menendang kaleng makanan Dio. Semua orang tertawa tak terkecuali Ganendra.

Dipo

Kan lu yang minta makanan kan tadi? Itu udah gua kasih.

Gandi

Gak gitu juga bangsat. Lu bikin gua gak nafsu makan aja, padahal gua masih laper.

Dipo

Gak usah lebay gitu lah, liat noh si umat tolol.

Rishad yang berada di kejauhan masih melanjutkan doanya. Dia sama sekali tidak berniat untuk memutus doanya.

Dipo

Dasar tolol, dipikir peluru bisa dibelokin pake doa? Goblok.

Semua orang kembali tertawa. Ganendra mengalihkan pandangannya sampai netranya terhenti pada Karto yang berbadan gempal.

Ganendra

Itu si Karto. Dia bukan tentara kan?

Dipo dan Gandi mengalihkan pandangan mereka ke arah mata Ganendra tertuju.

Gandi

Oh si celeng. Orang kayak dia udah pasti bukan tentara, mungkin dia salah satu dari orang sipil yang wajib militer dan sialnya terjun ke medan perang. Lu tau sendiri sekarang pemerintah lagi gencer-gencernya ngadain wajib militer. Jadinya warga sipil yang sial kayak dia ikut perang-perang.

Ganendra terdiam. Aturan pemerintah soal wajib militer adalah bukti kuat bahwa Indonesia telah berada di ujung tanduk.

Gandi

Woy babi!

Gandi berteriak memanggil Karto. Karto memalingkan wajahnya ke arah asal suara tersebut.

Gandi

Woy babi, bawain gua minuman ya! Haus nih, buruan!

Ganendra sama sekali tidak berniat untuk ikut campur. Ganendra memutuskan untuk masuk ke dalam tendanya dan beristirahat.

Sebelum Ganendra terlelap, dia memutuskan untuk melihat-lihat foto istrinya. Ganendra mengelus pelan bagian wajah foto istrinya tersebut, sambil tersenyum Ganendra memandang ke mata Hayati di foto itu.

Ganendra

Baru aja beberapa hari tapi udah kangen banget. Semoga kamu baik-baik aja disana, tunggu aja aku pasti pulang.

SCENE 22

INT. PEDALAMAN HUTAN KALIMANTAN - DAY

TITLE : 2022

Kolonel Erland, 47 tahun, tengah berdiri di depan ratusan prajurit yang tengah berbaris.

Erland

Selamat pagi semuanya.

Erland meraih sebatang rokok dan menyalakannya. Asap tipis mulai melayang di udara. Dion melanjutkan pidatonya sambil menyalakan rokoknya.

Erland

Saya... Kolonel... Erland Singgih.

Erland membuang asap dari paru-parunya.

Erland

Kalo kalian gak tau atau lupa soal apa yang kalian lakuin disini, kalian disini buat menyelamatkan negeri ini atau mati saat mencoba.

Erland mengarahkan telunjuknya ke arah rimbun pohon-pohon di sana.

Erland

Di sana medan perang. Di sana kematian datang dengan cepat, beberapa dari kita bakal mati sebelum sadar kalo ada peluru yang meluncur nembus kepala kita. Jangan lengah!

Erland memberikan isyarat kepada Ganendra dan Dipo untuk maju ke depan. Erland menggelar sebuah peta di atas meja kayu usang di depan Ganendra dan Gandi.

Erland

Pangkat?

Ganendra

Sersan Satu

Dipo

Sersan Mayor

Erland mengusap bewok di dagunya. Ekspresinya sama sekali tidak berubah, hanya ada anggukan kecil.

Erland

Gua pengen kalian berdua perhatiin baik-baik rencana ini oke? Abis ini kalian bagi semuanya jadi dua peleton dan kalian masing-masing pimpin oke?

Ganendra

Siap pak, tapi apa anda yakin ingin mempercayakan kepemimpinan pasukan pada prajurit berpangkat sersan pak?

Erland

Karena gak ada letnan di antara semuanya. Di sini cuman ada prajurit amatir yang baru dilatih selama beberapa bulan. Cuman ada 12 orang berpangkat sersan termasuk kalian dan cuman kalian berdua yang punya pengalaman paling bagus, jadi gak ada jalan lain. Oh iya, biasa aja kalo di depan gua oke? Gua gak terlalu suka formalitas.

Erland menunjuk ke salah satu area di dalam peta.

Erland

Misi kalian sederhana tapi sulit tentunya. Kita tau kalo cara bertempur yang digunakan musuh adalah gerilya, mereka berhasil menggunakan anggota sedikit mungkin dengan cara seefektif mungkin. Nah di sana kalian harus bertahan selama sehari penuh.

Ganendra dan Dipo terlihat terkejut, keduanya saling pandang.

Dipo

Dan kenapa kita kirim prajurit dengan jumlah kurang dari 100 ke tengah wilayah musuh buat bertahan selama sehari penuh?

Erland menunjuk ke beberapa titik daerah yang bisa dilalui oleh kendaraan.

Erland

Jawaban dari pertanyaan anda dan juga kenapa kita gak ngegunain kendaraan buat ngangkut pasukan secara besar-besaran dan langsung menuju ke wilayah musuh adalah karena mereka bisa sapu habis ribuan tentara kita sekali serang. Ribuan tentara yang lagi di dalem trek bakal jadi kelomang dalam cangkang, sekali hantem pecah dari luar dan mati yang di dalam.

Erland menunjuk ke arah dua alat komunikasi portabel.

Erland

Misinya adalah kalian dua peleton masuk ke sana dengan dua biji perlengkapan komunikasi dan kalian tunggu selama sehari penuh, kalian kabarin semua perkembangan dan kira-kira apakah kendaraan yang tengah membawa ribuan bala bantuan harus mundur atau terancam. Selain nunggu kalian juga harus menahan mereka, oke?

Dipo menatap ke arah para prajurit yang masih berbaris rapih tanpa tau apa yang tengah terjadi.

Dipo

Tapi menahan pergerakan prajurit musuh dengan jumlah pasukan dan senjata yang tidak kita ketahui dan juga dengan jumlah prajurit yang sangat amat sedikit rasanya mustahil.

Erland mendekatkan wajahnya. Kali ini riak wajahnya terlihat tegang.

Erland

Gua tau itu. Lu pikir gua kolonel tanpa otak? Jelas gua tau kalo misi ini hampir mustahil tapi lo liat ke sekeliling kita. Pemerintah cuman memperbolehkan pengerahan prajurit sebanyak 1300 orang, tau itu artinya apa? Kalo kita kirim semua 1300 orang itu pake trek dan trek itu diledakin,  boom dadah Pancasila, dadah Presiden dan Kabinetnya.

Dipo dan Ganendra terdiam. Ketiga pria itu tau betul dengan posisi yang tengah mereka rasakan.

Erland

Sekarang kalian ngerti? Kalo ngerti balik ke barisan, ada beberapa hal yang masih harus gue jelasin dan abis itu kalian ambil alih peleton kalian dan langsung jalan. Ngerti?

Ganendra dan Dipo mengiyakan perintah dari kolonelnya. Erland menepuk pipi Gandi sebelum akhirnya memberikan isyarat untuk keduanya untuk kembali ke barisan.

Erland

Ingat dalam misi ini saya tidak mau ada kata gagal. Tombak terakhir rakyat Indonesia adalah kalian. Setiap pergerakan dan perjuangan kalian akan jadi penentu apakah Indonesia akan terus berdiri sebagai kesatuan pancasila atau terorisme dan radikal?

Erland meneriakkan kalimatnya. Dengan lantang dan tanpa keraguan, puluhan prajurit di depannya bisa merasakan kobaran semangat yang diberikan oleh Erland.

Erland

Kalian semua harus berhasil. Seperti yang saya bilang tadi, kalian akan menyelamatkan negeri ini atau mati saat mencobanya. Semuanya aman?

SCENE 22

INT. PEDALAMAN HUTAN KALIMANTAM (MEMASUKI WILAYAH MUSUH) - NIGHT

TITLE : 2022

Dipo

Aman. Semuanya ayo!

Ganendra memimpin seluruh pasukan. Mereka semua mengendap-endap memasuki teritori musuh. Ganendra memberikan sinyal untuk berhenti.

Dipo yang berada di belakang dengan cepat menghampiri Ganendra yang berada di depan.

Gandi

Seperti yang kita rencanain, mulai dari sini kita bagi rute perjalanan jadi dua.

Dipo

Kalian ambil sebelah kanan dan muter dari belakang sedangkan kita ambil kiri dan masuk dari depan.

Dipo mengangguk. Keduanya bersalaman sebelum akhirnya bergerak ke arah yang berbeda.

Ganendra bergerak bersama sebuah peleton yang dipimpinnya. Peleton itu terdiri dari 37 prajurit termasuk Gandi, Karto, dan Rishad.

Mereka semua bergerak secara perlahan. Di tangan mereka terdapat senjata-senjata siap pakai, helm besi yang menggantung di kepala mereka, dan tatapan kebencian. Bukan terhadap musuh militer, tetapi terhadap peperangan.

30 menit kemudian, Ganendra dan Dipo telah membawa peletonnya cukup jauh memasuki teritori musuh tetapi situasi di daerah itu cenderung tenang. Terlalu tenang.

Ganendra

Karto, hubungin peletonnya Dipo. Bilang ke dia buat nunggu selama beberapa menit, kita pantau situasi dan kondisi sekarang.

Karto

Si...siap Pak.

Karto menghubungi Dipo dan pasukannya. Karto menyampaikan pesannya dan Dipo menyetujui saran dari Ganendra.

Ganendra

Kita stay disini. 45 menit, kita harus pantau mereka lebih hati-hati. Gandi ikut gue, kita ngawasin dari sana. Yang lain istirahat tapi jangan lengah. Misi ini tidak boleh gagal.

Ganendra dan Gandi membawa senapan laras panjang mereka sambil melangkah pergi. Keduanya terlihat siap untuk bertugas.

45 menit berlalu. Kedua prajurit itu masih siaga di posisi mereka. Kedua prajurit itu mengawasi kondisi di kejauhan melalui scope pada senjata mereka.

Keringat mengaliri wajah keduanya. Gandi tidak berhenti menghentakkan kakinya pelan. Kondisi sama sekali tidak berubah.

Selama 45 menit penuh, wilayah musuh yang mereka waspadai sama sekali tidak berubah. Keheningan yang sama, tidak ada patroli dan pasukan musuh yang melintas.

Gandi

Bangsat, mereka kemana? Katanya markas dan lain-lain tapi patroli dan penjaga aja gak ada. Rerimbunan dan bangunan-bangunan kecil itu gak keliatan berpenghuni. 

Ganendra

Sabar Di, mungkin mereka....

Gandi meletakkan senapannya. Tangan kirinya menghantam tanah basah yang tertutup rumput.

Gandi

Apa infonya salah? Bangke padahal gue pengen nunjukin trick shot andalan gue.

Ganendra menghela nafas. Dia juga terlihat kesal, Ganendra melepaskan senapannya.

Ganendra

Kita cek. Gak ada cara lain, kita persempit jaraknya. Rencana penyergapan dari pusat gak boleh gagal.

Ganendra bangkit dari posisi menembaknya diikuti oleh Gandi. Kedua pria itu kembali ke pasukannya yang tengah menunggu untuk perintah selanjutnya.

Ganendra

Hubungi Dipo dan peletonnya! Kita maju sekarang juga.

Dipo

Yok, Waktunya perang.

Dipo dan pasukannya bangkit. Semuanya berada dalam posisi siap. Beragam senjata berada di genggaman mereka, siap untuk membunuh lawan.

SCENE 23

INT. PEDALAMAN HUTAN KALIMANTAN (WILAYAH MUSUH) - NIGHT

TITLE : 2022

Ganendra memimpin peletonnya. Mereka telah bergerak secara mengendap-endap memasuki wilayah musuh.

Dalam jarak beberapa ratus meter mereka sampai pada wilayah dimana dataran hutan tersebar beberapa rumah kecil. Jumlahnya cukup banyak dan berkerumun jadi tidak aneh jika tempat itu dijadikan sarang para teroris. Satu-satunya yang aneh adalah kondisinya yang sepi dan sunyi.

Ganendra

Karto kemarikan telponnya.

Ganendra menghubungi kelompok Dipo tetapi tanpa bersuara, dengan cepat Ganendra membuat ketukan dengan morse untuk berkomunikasi.

Dipo yang tengah mendengarkan mengangguk menerima pesan dari Ganendra.

Dipo

Renggangkan formasi! Buat jarak semuanya!

Ganendra terus bergerak bersama dengan peletonnya. Dia berada di barisan tengah. 

Satu orang prajurit dengan sebuah heavy machinegun bergerak paling depan, prajurit bertubuh kekar itu terlihat kesulitan saat bergerak perlahan.

Kakinya yang berukuran besar melangkah dengan susah payah melewati rerumputan dan lumpur tanpa membuat suara berisik.

Pria itu tersungkur. Kakinya besarnya terhalang oleh sesuatu yang cukup padat dan dipenuhi lumpur. Seluruh pasukan mengalihkan pandangannya ke arah pria yang terjatuh itu.

Ganendra dan yang lainnya kehilangan kata-kata. Di balik rerumputan dan gundukan lumpur basah tersembunyi sebuah mayat atau lebih tepatnya banyak mayat.

Mayat-mayat itu tersebar dengan jumlah banyak dan posisi yang acak. Karto terlihat ketakutan, Ganendra dan Gandi saling bertukar pandangan sedangkan pria yang tersungkur dengan cepat bangkit dari posisinya.

Gandi

Wah gila. Mayat-mayat ini dateng dari mana?

Ganendra

Dari pakaiannya mereka semua warga sipil, jadi rumor kalo mereka merekrut warga sipil secara paksa benar.

Gandi

Bangsat, ternyata komplotan teroris ini lebih gila dari yang gue bayangin. Sekarang gimana?

Ganendra

Sekarang kita kontak Dipo dan pasukannya.

Ganendra meraih telepon portable yang tersampir di punggung Karto. Ganendra menghubungi Dipo dan sedikit bergerak menjauh bersama dengan Gandi dan Karto.

Tak lama kemudian Dipo menjawab panggilan mereka.

Dipo

Halo

Ganendra

Po, di sana ada mayat juga gk?

Dipo

Iya. Di sana juga ada ya? Sial, jumlahnya banyak banget. Ini sekarang gue lagi ngegeledah mayat.

Ganendra dan Dipo masih melanjutkan pembicaraan mereka dengan suara sepelan mungkin. Pria bertubuh besar itu memperhatikan mayat yang membuatnya terjatuh dari jarak dekat.

Beberapa pasukan yang lainnya juga mendekat untuk melakukan pemeriksaan.

Ganendra

Jadi gimana?

Dipo

Sabar kali, ini gue lagi ngegeledah badan...nya.

Suara Dipo terdengar bergetar.

Dipo

Anjing! Semuanya minggir!

Ganendra

Woy Dipo ada apa?

Tepat di waktu yang sama area tempat Dipo dan peletonnya timbul ledakan yang cukup besar. Ganendra, Karto, Gandi dan prajurit lainnya secara reflek mengalihkan pandangan mereka pada ledakan besar disebelah sana.

Ganendra mengerti sekarang.

Ganendra

Woy semuanya mundur! Jauhin mayat itu!

Para pasukan yang tengah memeriksa mayat itu pun terkejut karena respon mendadak dari sang komandan peleton.

Tetapi tepat sebelum satupun dari mereka sempat merespon sebuah ledakan muncul dari mayat yang tengah mereka periksa. 7 orang prajurit mati seketika denfan cara paling mengerikan.

Semuanya melompat dan menunduk untuk menghindari efek ledakan yang tengah mengincar nyawa mereka.

Prajurit 1

Ledakan apa it—

Tiba-tiba sebuah peluru melesat cepat meledakkan kepala Prajurit 1. Ganendra yang masih berada dalam posisi tengkurap dengan cepat bangkit dan memberi perintah.

Ganendra

MEREKA PUNYA PENEMBAK JITU. SEMUANYA MUNDUR! SEMBUNYI!

Semua prajurit itu berusaha untuk mundur tetapi beberapa dari mereka tidak selamat akibat peluru dan ledakan.

Ganendra

JANGAN BERGERAK DISEKITAR MAYAT-MAYAT ITU, MEREKA MEMASANG PELEDAK DI BALIK MAYAT!

Peluru menghujani para prajurit itu dan ledakan menghanguskan beberapa dari mereka yang kurang beruntung.

Rishad

Ampun Tuhan. Tolong biarkan aku hidup Tuhan.

Rishad berlari sambil merapal doa dan berlinang air mata.

Gandi

Brengsek. Fokus lari aja tolol!

Gandi mendorong Rishad yang tidak berlari cukup cepat. Ganendra menggiring Karto untuk berlari melalui pohon-pohon dengan gerakan zig-zag.

Ganendra

Bangsat pohon di daerah ini dikit banget. Karto lompat ke gundukan itu! Nunduk oke?

Karto menggangguk. Semua prajurit yang selamat melompat ke balik gundukan dengan cepat.

Peluru berhenti ditembakkan dari kejauhan. Sebagai gantinya ratusan pasukan bersenjata lengkap berlari dengan kecepatan penuh ke arah persembunyian Ganendra dan yang lainnya.

Ganendra

Jumlah pasukan mereka....

Gandi meraih senapannya dan bersiap untuk menembak membabi buta tetapi dengan cepat Ganendra menghalangi Gandi.

Ganendra

Kita disini gak sebentar, jangan boros amunisi! Kalian semua juga sama, kalo bisa jangan bunuh pake peluru berlebih.

Salah satu prajurit dengan tubuh tegap dan berotot meraih sebilah pisau komando.

Prajurit 2

Pake pisaupun udah cukup buat gua. Maju lo anjing!

Prajurit 2 merangsek ke arah para prajurit musuh, prajurit musuh menembakkan senjatanya tetapi semuanya meleset.

Prajurit 2

Tolol ternyata cuman amatir. Mati bangsat!

Prajurit dua menerjang salah satu prajurit dan menghunjamkan pisau berukuran besarnya ke tubuh prajurit itu. 

Tetapi justru yang terjadi adalah sebuah ledakan yang sama kembali terjadi dan ledakan itu berasal dari prajurit musuh yang tengah ditikam.

Gandi

Sinting, jangan bilang mereka semua suicide bomber.

Ganendra

MUNDUR!

Para prajurit itu terus merangsek maju ke arah satu-satunya pertahanan Ganendra dan peletonnya.

Ganendra

Smoke grenade!

Beberapa serdadu dari peleton Ganendra melemparkan smoke grenade mereka. Asap menutupi area musuh, membutakan mereka untuk sementara.

Ganendra

SEMUANYA TEMBAK!

Peluru melesat menembus para teroris dan dengan cepat meledakkan mereka dari balik asap. Banyak sekali ledakan yang memenuhi malam mengerikan itu. Darah dan nyawa semuanya dipertaruhkan oleh kedua belah pihak.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar