Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. AREA TIM 3 - DAY
GALANG membaca artikel berita di layar HP nya sambil berjalan ke kubikelnya.
LAYAR HP: Korban mengaku kepalanya ditutup tas spunbond ketika penyiksaan dilakukan. Luka terdiri dari luka akibat benda tumpul dan tajam. Namun detail masih menunggu pemeriksaan medis menyeluruh. Rumah korban sebelumnya menjadi sasaran vandalisme kelompok MEMEKik. Hal ini menyimbulkan keresahan dari korban vandalisme MEMEKik lainnya.
JANI duduk di kubikelnya, mendengarkan orang yang berbicara di ujung telepon dengan penuh perhatian.
JANI meletakkan gagang telepon pada tempatnya. Dia melepas kacamatanya dan memijit dahinya.
KINAR membaca portal berita di laptopnya
KINAR berputar-putar di kursinya sambil menggigit-gigit kukunya.
DIRGA berjalan ke area tim 3, melihat itu JANI segera menghampirinya.
DIRGA beranjak pergi. JANI memegang kepalanya, perasaannya tidak enak.
INT. RUANG MEETING - DAY
GALANG duduk sendiri di ruang meeting, mata tak bergeser dari layar laptopnya, tangannya terlipat di dada, lututnya bergerak-gerak cemas.
LOUIS menengok ke dalam ruang meeting dan tertawa melihat muka tegang GALANG.
LOUIS sudah menghilang sebelum GALANG merespon. GALANG kembali melihat prediksi Insignia berdampingan dengan prediksi lembaga survei lain di layar laptopnya dan kembali meringis.
INT. RUANG MEETING - LATER
LAYAR TV menayangkan suasana beberapa TPU yang sudah menyelesaikan penghitungan suara.
DIRGA dan seluruh anggota tim 3 duduk mengitari meja. Semua terdiam dan tampak serius.
DIRGA mengecek handphone-nya, hasil quick count sudah keluar. DIRGA memicingkan matanya memastikan matanya tidak salah lihat.
GALANG masih membelalak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
DIRGA tiba-tiba tertawa. Ekspresi anggota tim lain juga terlihat sumringah.
GALANG masih belum bersuara.
LOUIS dan beberapa karyawan lain masuk ke ruang meeting dan semua orang memberikan selamat pada satu sama lain.
LOUIS menghampiri GALANG
GALANG tersenyum
Semua serentak mengecek HP masing-masing.
LOUIS melirik JANI dan sudut bibirnya yang tersenyum lebar sedikit turun mendengar observasi JANI.
DIRGA bangun dan keluar dari ruang meeting.
INT. AREA TIM 3 - DAY
JANI dan GALANG berjalan menuju Area Tim 3. KINAR berdiri di samping DEON yang sedang memperhatikan layar laptopnya dengan serius.
JANI meletakkan tasnya.
JANI menurut. Penasaran, GALANG juga ikut merumbungi meja DEON.
DEON membuka halaman twitter, dan menunjuk #MEMEKikBerbahaya trending dengan kursornya.
JANI menelan ludah.
INT. RUANG MEETING - NIGHT
Area kantor lain sudah kosong, beberapa lampu sudah dimatikan. Dua kotak Pizza dengan isi masing-masing tinggal setengah dan enam coffee cup tergeletak sembarangan di atas meja ruang meeting. Tak kentara lagi coffee cup mana punya siapa.
Tidak terdengar suara selain detak jam di dinding yang menunjukkan jam 01.45. JANI, GALANG, KINAR, dan DEON duduk di depan laptop masing-masing, berkonsentrasi mendengarkan sesuatu dengan headphone atau earbud masing-masing.
Dengan sedikit kesal, GALANG melepas earbudnya. JANI menoleh ke arah GALANG, dan GALANG menggeleng. Setelah beberapa saat JANI pun melepas earbudnya. Berselang beberapa saat lagi, KINAR dan DEON juga melakukan hal yang sama.
GALANG melihat satu persatu muka lelah teman-temannya. Melihat tak ada yang bicara, GALANG paham bahwa semua anggota timnya, seperti dirinya, juga tidak menemukan apa-apa.
GALANG menatap JANI, wajahnya memerah, dia menghela napas dalam-dalam mencoba menenangkan dirinya, sebelum mulai berbicara lagi.
Semua sontak menoleh ke arah DEON.
Suara JANI bergetar, dan tak seorangpun di ruangan itu pernah mendengar JANI serapuh itu.
KINAR merangkul JANI. Badan JANI tiba-tiba bergetar hebat dan air mata mengalir deras. KINAR memeluk JANI yang terus menangis.
KINAR, GALANG, dan DEON bertukar pandang tak mengerti apa yang terjadi.
JUMP CUT TO:
INT. RUANG MEETING - LATER
JANI duduk dikelilingi ketiga temennya. KINAR masih merangkulnya. JANI sudah tidak sesegukan, tapi air mata masih sesekali mengalir.
KINAR meremas pundak JANI menenangkan.
KINAR mulai ikut menangis dan merangkul JANI lebih erat.
KINAR dan DEON saling mengecek reaksi satu sama lain mendengar itu, sampai akhirnya DEON memalingkan mukanya merasakan air mata tak bisa lagi dibendung.
Air mata mengambang di mata GALANG, dia menatap JANI tak bisa membayangkan rasa sakit yang dirasakan perempuan itu.
INT. MOBIL GALANG - NIGHT
JANI melihat ke luar jendela, tak bicara apa-apa. GALANG fokus menyetir, juga tak mencoba membuka percakapan.
EXT. KAWASAN BARAT JAKARTA - DAY
Establish shot area pemukiman pinggiran Jakarta. Jalanan sempit, namun lengang. Rumah berdempetan, tapi lingkungan sepi.
JANI dan Interviewer 1 (Wanita, 25 tahun) dan Supervisor 1 (Wanita, 31 tahun) keluar dari halaman salah satu rumah. Pemilik rumah mengantarkan mereka sampai ke depan pagar.
Ketiganya berjalan menyusuri jalan yang lengang. JANI mengelap dahinya yang berkeringat.
JANI memeriksa jam tangannya
EXT. TAMAN - DAY
JANI duduk di salah kursi taman, memperhatikan 6 balita bermain dengan satu orang dewasa mengawasi mereka.
JANI terhenyak.
Supervisor itu merasa tidak nyaman melanjutkan percakapan tersebut, dia melihat area sekitar mereka, mengecek tidak ada yang mendengarakan. Sampai akhirnya dia berbisik lebih lemah lagi
INT. KANTOR INTERVIEWER - DAY
JANI melihat hujan deras di luar. Cuaca panas tadi ternyata pertanda hujan besar akan turun.
JANI melihat sekeliling area kantor itu mencari sesuatu yang dia bisa lakukan. Tidak banyak orang di kantor itu. Jika tidak ada briefing, hanya ada beberapa supervisor yang bekerja di kantor itu. Beberapa ruangan yang ditata seperti ruangan kelas yang biasa digunakan untuk briefing kosong.
Satu ruangan dipenuhi material riset yang sudah selesai dilaksanakan. Ada kuesioner, showcards, photocards, semua material itu tidak boleh dibuang sembarangan.
JANI melihat-lihat tumpukan itu dan tulisan MEMEKik di salah satu tumpukan material itu dengan cepat menarik perhatiannya. Itu adalah tumpukan material Babylon. Dia memperhatikan tumpukan showcard bekas pakai itu, Q27a versi A tertera di pojok halaman itu. Tanpa mencari, dia menemukan showcard dengan tulisan Q27a versi B. Dia membandingkan keduanya dan dahinya mengernyit. Dia kemudian memeriksa tumpukan itu dengan lebih hati-hati, mencari sesuatu. Tak lama kemudian dia menemukan apa yang dicarinya. JANI meletakkan showcard Q27a versi a,b,c, dan d di hadapannya. Lalu membandingkan keempatnya dan wajahnya memucat, tangannya bergetar.
JUMP CUT TO:
INT. KANTOR INTERVIEWER - DAY
JANI melihat hujan yang masih deras di luar, tapi kini dengan napas yang cepat. Dia tidak bisa menenangkan dirinya sejak dia menyadari ada yang salah dengan showcard Babylon.
JANI melihat mobil yang familiar berhenti di depan kantor itu. GALANG berlari di bawah hujan dan masuk ke kantor itu. GALANG terlihat lega melihat JANI. Tapi JANI sebaliknya, wajahnya mengeras ketika melihat GALANG.
GALANG memperhatikan JANI, mencoba menemukan petunjuk apakah JANI sudah tahu apa yang baru saja terjadi.
CUT TO:
INT. AREA TIM 3 - DAY (FLASHBACK)
GALANG, KINAR, dan DEON duduk di kubikel masing-masing.
KINAR mengecek pesannya yang belum dibalas Jani. Dia kemudian mengecek twitter. MEMEKik trending. KINAR mengklik link itu dan wajahnya berubah panik. Dengan tangan bergetar, JANI menelepon Jani dan hanya mendengar nada sibuk. DEON menenteng sebuah dokumen dan menghampiri KINAR untuk berdiskusi.
KINAR sudah mulai menangis
GALANG yang mendengar percakapan itu menyambar kunci mobilnya dan berlari keluar, tangannya menelpon JANI, tak ada yang menjawab. Dia mencoba nomor lain.
END OF FLASHBACK.
JANI tidak menjawab, dia hanya mengambil empat lembar showcard yang sudah dia pisahkan dan memberikannya pada GALANG. GALANG kebingungan, tapi dia menerima showcard itu dan memeriksanya.
JANI berhenti bicara ketika melihat air muka GALANG berubah dari khawatir menjadi penuh rasa takut. GALANG menutup matanya, menyadari implikasi dari kesalahan yang dibuatnya di showcard itu.
Terdengar suara orang mengobrol makin mendekat di belakang mereka. Dua orang supervisor yang dari tadi berkerja di kantor belakang sepertinya membereskan ruangan depan. Suara keduanya mengobrol kini lumayan terdengar oleh GALANG dan JANI.
Percakapan itu berangsur tak terdengar lagi, kedua supervisor itu kembali ke kantor belakang.
Ekspresi JANI yang sebelumnya dingin berubah menjadi panik, akhirnya mengerti kenapa ekspresi wajah Galang berubah.
GALANG sekarang berdiri dengan tatapan kosong. JANI menghampirinya dan kedua tangannya memegang wajah Galang
GALANG pelan-pelan mengalihkan pandangannya pada wajah JANI yang berurai air mata.
JUMP CUT TO:
INT. KANTOR INTERVIEWER - DAY
Hujan sudah mulai reda. JANI dan GALANG duduk bersisian. kedua kanan JANI memegang tangan kanan Galang erat.
JANI menatap GALANG lekat.
TANGAN GALANG menyeka pipi Jani. JANI menyandarkan kepalanya ke pundak GALANG.
JANI menutup matanya.