Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Putra Putri Korporasi
Suka
Favorit
Bagikan
5. OVERTHINKING

INT. LOBBY GEDUNG - DAY

GALANG keluar dari gerai kopi, tangan kananya memegang coffee cup dan tangan kirinya memegang dua kantong roti.

DIRGA
Galang!

GALANG menengok dan kemudian berjalan ke arah DIRGA. DIRGA berdiri dengan ANWAR (35).

GALANG
Mau makan siang di luar Pak?
DIRGA
Lah kamu gak makan?
GALANG
Ada yang masih harus dicek Pak, jadi beli cemilan dulu.

GALANG mengangkat kantong rotinya.

DIRGA
Jangan kerja terus lah. (beat) Oh iya, good job on proposal OG! Marginnya malah jadi lebih tinggi dari target kita.
GALANG
(Bingung) Marginnya?
ANWAR
(Memotong Galang) Bukannya proposal yang itu Jani yang bikin?
DIRGA
Iya, tapi ada last minute adjustment. (Kepada Galang) Jani bilang kamu yang bikin semua adjustment itu. Good Job, Good Job!
GALANG
Tapi-
DIRGA
Oh itu Pak Guntur. (Kepada Galang) Kita jalan dulu ya!

DIRGA dan ANWAR bergegas berjalan ke luar gedung. GALANG masih berdiri tertegun.

INT. AREA TIM 1 - LATER

Kubikel-kubikel kosong ditinggal pemiliknya makan siang.

JANI dengan earbud di telinganya mengunyah gummy bear sambil memeriksa data di layar laptopnya. Tangannya merayap mengorek-ngorek bungkus plastik gummy bear tapi tak menemukan sisa satu pun. Menyadari itu, JANI melengos. Tiba-tiba sekantong roti diletakkan di mejanya, JANI menoleh menemukan GALANG berdiri di belakang kursinya.

GALANG
Buat ganjel.

Wangi butter menggelitik hidung Jani, Jani menelan air liurnya.

GALANG
Jan, BTW, kenapa lo bilang ke Pak Dirga revisi proposal OG gw semua yang ngerjain? Kemaren yang finishing kan lo juga.
JANI
Soalnya lo yang nemu alternatif metodologinya, gw cuma percantik dikit-dikit aja. (gushing) Pas ngecek gw mikir, hah kok lo bisa kepikiran pake angle itu, keren ih! Terus gw coba naikin marginnya dan gw kirim, ternyata di-approve!

Senyum menggantung di bibir JANI.

GALANG menarik kursi dari kubikel sebelah lalu duduk di samping JANI.

GALANG
Tapi tetep kan sebenernya lo yang naikin marginnya.
JANI
Yaampun Gal, kalau ada yang muji itu ya mbok diterima. Gw gak ada motif tersembunyi lho. You deserve the praise. Take it.

GALANG tidak langsung menjawab, dia mengambil waktu untuk memilih kata-katanya.

GALANG
Itu yang dibilang Louis juga, Jan. Tapi pada akhirnya, orang-orang mikir gw lebih dari gw yang sebenernya dan...itu bikin gw ngerasa kayak...penipu. Mungkin terdengar berlebihan, but- (beat) Gw tahu niat lo baik. (beat) Tapi, mungkin kedepannya lo bisa ngomong dulu sama gw.
JANI
Noted.

GALANG mengangguk dan lega JANI mengerti. Lalu tiba-tiba JANI seperti memikirkan sesuatu yang lucu.

JANI
Gal, kita baru beberapa kali ngobrol cuman setiap kali arah obrolan kita selalu gak bisa gw tebak.
GALANG
Is it a good thing?
JANI
Gw rasa iya, karena setiap kali gw ngerasa gw jadi lebih tahu seorang Galang itu orangnya kayak gimana.
GALANG
So far, lo suka gak sama Galang yang ada di kepala lo?
JANI
Hmmm, itu kayak pertanyaan jebakan.

GALANG terkekeh sambil mengedikkan bahunya.

GALANG
Lo bisa nanya hal yang sama dan bakal gw jawab.

JANI memicingkan matanya mencoba menebak kemana arah obrolan mereka kali ini.

JANI
Lo suka gak sama JANI yang ada di kepala lo-
GALANG
Sangat.

GALANG menjawab tanpa menunggu JANI menyelesaikan kalimatnya. Karyawan yang makan siang di luar sudah mulai kembali mengisi kubikel masing-masing.

GALANG
Lo pasti laper, makan dulu rotinya.

GALANG lalu beranjak untuk kembali ke kubikelnya, meninggalkan JANI yang masih mencerna semuanya.

Berselang beberapa saat, KINAR kembali dari makan siang di luar, menghampiri JANI yang masih terdiam.

KINAR
Jan, lo lagi ngapain?
JANI
Hah? Gak ngapa-ngapain.
KINAR
Lo udah maksi?
JANI
Belum, tapi gw ada roti.
KINAR
Lo kebiasaan deh. Gak mau gw pesenin apa gitu.
JANI
Isokay.

JANI kembali menghadap laptopnya dan menyanyi kecil mengikuti lagu yang sedang bermain di earbudnya.

KINAR membuka HP nya, dan membuka tab forum 'Aku Mau Mati, tapi...' meng-scroll membaca pesan-pesan sebelumnya dan mencatat beberapa username di sehelai post it. Lalu dia mengetik post baru, "Thank you udah ikutan jawab teka teki silly yang kemarin! Yang jawabannya bener adalah @hoppplenim, @loneleonell, dan @sysyphus22. Thank you udah milih buat hidup satu hari lagi".

JANI
Kin, lihat deh, ini briefnya kok gak konsisten ya?

KINAR sigap mematikan layar HP nya. JANI meletakkan kertas di meja Kinar dan menunjuk beberapa baris yang sudah sudah dia tandai.

KINAR
Hmmm, iya di atas dia bilang mau tracking tapi di bawah dia bilang mau fieldworknya satu kali aja.
JANI
Iya, kan. Musti gw telepon mereka sih buat klarifikasi

Ekor mata JANI melihat post it yang digunakan Kinar sebelumnya, lalu dia tertawa kecil.

JANI
Kok lo bisa tahu usernamenya deon di fancafe kita sih? The one and only loneleonell.

JANI kembali ke mejanya dan meraih telepon landline untuk membuat panggilan, tidak menyadari KINAR yang mematung setelah mendengar apa yang dikatakannya.

INT. PANTRY - DAY

KINAR baru sampai kantor pagi itu, kakinya refleks berbelok menuju pantry seperti biasa. Seperti biasa DEON sedang mengisi botolnya, KINAR mentally menepuk dahinya.

KINAR meraih botol 'K' miliknya dan menunggu.

DEON
Sini gw isiin.

KINAR menyerahkan botol minumnya, ini sudah jadi kebiasaan kecil mereka. KINAR memperhatikan DEON dalam diam.

DEON menutup botol KINAR dan memberikan botol yang sudah penuh pada KINAR.

KINAR
Makasih ya.

DEON mengangguk, sebelum berbalik pergi matanya menangkap KINAR yang masih berdiri memperhatikannya. DEON menatap KINAR balik, dia melihat cara KINAR melihatanya berbeda dari hari-hari sebelumnya.

INT. RUANG MEETING - DAY

DIRGA, GALANG, KINAR, dan DEON duduk mengitari meja.

DIRGA
JANI kemana sih ini?

JANI tiba-tiba masuk dengan langkah tergesa-gesa

JANI
Pak, di press release kita gak nyebut-nyebut soal Memekik lho. Ini kok ada pengamat yang ujug-ujug-
DIRGA
(Memotong JANI) Duduk dulu, Jan.

JANI menurut.

DIRGA
Nah, udah ngumpul semua. Seperti kalian sudah tahu, Sheila dibajak perusahaan riset di SG, dan karena mereka duitnya banyak, mereka bahkan bayar kantor kita biar Sheila gak harus nunggu 2-months-notice. Jadi Jani dan Kinar yang sekarang gak ada managernya untuk sementara akan join tim 3.
(beat) Ok, sekarang kita cek load projek tim kita. Pertama, ada projek rutin Babylon - survei berkala sentimen masyarakat. Jani dan Kinar yang pegang projek ini. (Menoleh ke Jani) Nah, berkaitan dengan projek ini kayaknya Jani ada unek-unek...

DIRGA memberi sinyal kepada Jani untuk bicara.

JANI
Jadi begini Pak, hasil survei kita yang terakhir kan kepercayaan terhadap Polisi turun lagi, disitu kita gak pernah sama sekali bilang kalau alasan turunnya karena Polisi kurang sigap menangani kasus Memekik. Tapi ada pengamat yang bilang begitu di interview media...

DIRGA menghela napas

DIRGA
Ini gak bakal jadi terakhir kalinya ada yang bikin interpretasi liar dari hasil riset kalian dan frankly kalau gak ada yang ngasih mic ke kita buat klarifikasi, kita gak bisa apa-apa. Satu-satunya yang bisa kita lakuin ya kerja yang bener, bikin research yang bener.

JANI terlihat masih gemas, tapi tak mengatakan apa-apa.

DIRGA
Sekarang di surveinya apa sudah ada pertanyaan soal memekik?
JANI
Belum. Sepertinya untuk wave selanjutnya bisa kita masukkan, Pak.
DIRGA
Ok, Babylon beres. Projek selanjutnya adalah projek OG yang proposalnya dikirim Jani. Itu projek timelinenya lumayan cepet, Jani be prepared.
JANI
Ok, Pak.
DIRGA
Galang, kamu bantuin Jani ya.
GALANG
Siap Pak.

Senyum kecil bermain di bibir GALANG. JANI yang mencuri-curi pandang ke arah GALANG juga melihatnya dan merasakan seyuman itu menular.

DIRGA
Projek lain, apa lagi, hmmmm. Itu aja ya?
JANI
Sorry Pak, projek bawaan dari tim 1 masih ada 7 projek lagi yang lagi jalan.

DIRGA memijit pelipisnya, lalu melirik jam tangannya

DIRGA
Ok, ayo kita bahas satu-satu.
(kepada Jani) Yang pertama apa?

INT. AREA TIM 3 - DAY

JANI memeriksa kuesioner di layar laptopnya. KINAR berdiri di samping GALANG, berdiskusi sambil memeriksa beberapa slide di layar laptop GALANG.

JANI mengernyit menemukan sesuatu yang salah.

JANI
Gal, bisa cek kuesioner Babylon Q27a?
GALANG
Wait, gw buka dulu... Ok udah, emang ada apa?
JANI
Kalau di kuesioner ada pertanyaan, "Dari daftar di bawah ini, manakah 3 hal yang paling Anda khawatirkan blabla", dan daftar pilihannya ada segambreng kayak gini lo harus make sure masukin instruksi buat pake beberapa versi showcard. Di setiap versi showcard urutan pilihannya harus diacak. Jadi setiap pilihan di daftar ada kesempatan dapat posisinya di atas, di tengah, atau bawah. Soalnya responden itu punya kecenderungan males baca dan jadinya milih yang di atas-atas aja.

GALANG mencerna penjelasan itu.

GALANG
Jadi gw harus nyiapin berapa versi showcard?
JANI
Ini pilihan jawabannya ada 12, bikin empat variasi cukup, kasih kode a sampai d.
GALANG
Terus nanti interviewernya tahu harus pake showcard yang mana gimana?
JANI
Itu lho harus masukkin instruksi di program surveynya buat pilihin secara random salah satu versi antara yang 4 itu. Interviewer nanti tinggal ngikutin aja.
GALANG
Ok, clear.
JANI
Sip.

INT. AREA TIM 3

JANI dan KINAR bediri di kiri dan kanan DEON yang sedang mengetik sesuatu.

DIRGA dengan wajah tegang dan tatapan agak kosong menghampiri area tim 3.

DIRGA
Ada yang udah lihat rilis prediksi Pilkada dari lembaga lain hari ini?

Tidak ada yang menjawab. Mendengar itu, DEON langsung membuka Google.

DEON
Oh My God.
DIRGA
Siap-siap ya.

DIRGA meninggalkan area tim 3 masih dengan ekspresi yang sama. JANI dan KINAR berpandangan bingung, keduanya lalu mengintip layar laptop Deon.

KINAR
Ada apa sih?
DEON
Lembaga survei lain udah rilis prediksi pilkada mereka.
KINAR
Terus?
DEON
Prediksi pemenang pilkada kita beda sendiri.

Mulut JANI dan KINAR sedikit menganga.

KINAR
Namanya statistik bisa aja gak tepat dong, kan ada margin of error.

KINAR berusaha menenangkan.

GALANG
Ini apa gara-gara prediksi kita pake data-data tambahan yang gw usulin ya?
JANI
Gal, please stop. Yang bikin keputusan akhir kan bukan lo, yang bikin model akhirnya kan Louis. Kalau usulan lo gak masuk akal gak bakal ada yang setuju juga.

GALANG tidak merespon, JANI dapat merasakan kata-katanya menguap di antara mereka dan tak ada efeknya untuk Galang. JANI mendekati GALANG dan memutar kursi GALANG sedikit hingga sekarang JANI bisa melihat wajah GALANG.

JANI
Gal, ini. bukan. salah lo.

Mata keduanya bertemu, tapi akhirnya GALANG yang pertama berpaling.

INT. WARUNG AYAM PENYET - NIGHT

TV di pojokan warung menyiarkan berita malam. Seorang penyiar perempuan membacakan berita: (...Rekaman TINDAKAN asusila beberapa tokoh masyarakat dan politik yang tersebar di dunia maya ini disinyalir berhubungan dengan kelompok ANARKIS MEMEKik yang mengklaim sebagai dalang aksi vandalisme yang terjadi beberapa bulan terakhir.)

JANI menonton siaran TV itu sambil mengunyah sepotong kol mentah. KINAR menyeruput habis es jeruknya, tapi masih terlihat tidak nyaman.

KINAR
Hah...sambelnya pedas banget.

Tanpa bicara DEON meletakkan gelas es teh miliknya yang masih setengah penuh ke depan KINAR. Melihat itu, KINAR menyambar gelas itu dan tanpa aba-aba menyeruputnya habis dari sedotan yang sebelumnya digunakan DEON. JANI yang menangkap itu dari ekor matanya, otomatis mengalihkan perhatiannya dari siaran TV.

DEON
(Ke penjual) Pak, buatin es jeruk satu sama es teh satu lagi ya.

JANI memperhatikan interaksi itu dan melihat KINAR dan DEON dengan sedikit curiga. KINAR mengunyah es batu dan menyadari tatapan curiga JANI.

KINAR
Gw sama Deon gak ada apa-apa kok Jan
DEON
Yang bener?
KINAR
Well, enggak "ga ada apa-apa" banget sih. Kalau dicari-dicari sih ya ada.

KINAR mencuci tangannya di mangkok kobokan.

DEON
Jani gak nyari-nyari, tapi dia bisa lihat ada apa-apa.

DEON meletakkan gelas es jeruk yang baru diantarkan ke depan KINAR.

KINAR
JANI sih emang matanya mata elang.

KINAR menoleh ke arah DEON yang tengah menyeruput es teh nya.

KINAR
Minumnya jangan dihabisin dulu, sebentar.

KINAR merogoh pouch miliknya dan mengeluarkan kotak obat kecil berisi beberapa tablet, membukanya dan meletakkannya di depan DEON. Tanpa bertanya, DEON menenggak semua tablet itu.

Lipatan di dahi JANI semakin dalam.

JANI
Gw tadinya penasaran, tapi sekarang rasanya gw mending gak tahu aja.
DEON
Ide bagus.

KINAR mengangguk setuju.

INT. LOBBY GEDUNG - LATER

KINAR, JANI, dan DEON berjalan menuju lift. DIRGA keluar dari salah satu lift dengan tas laptop dan blazer di tangan.

JANI
Pulang, Pak.
DIRGA
Iya, saya pulang duluan ya. Report OG udah saya kirim barusan sama Galang.
JANI
Baik, Pak.

INT. AREA TIM 3 - LATER

GALANG melamun dengan earbud di telinganya, tak menyadari rekan timnya sudah kembali. JANI meletakkan jus wortel di meja GALANG, membuyarkan lamunannya.

GALANG
Ah, udah pada balik.
KINAR
Kantor udah sepi gini, jangan kebanyakan ngelamun sendiri.

GALANG tidak menjawab. DEON merapikan barang-barangnya dan menggendong tasnya.

DEON
Gw pulang duluan ya.
KINAR
Jan, mau pulang bareng kita?
JANI
Kalian duluan aja, masih ada yang harus gw cek.
KINAR
Ok Deh.

DEON dan KINAR beranjak pergi.

JANI mengecek slide-slide di laptopnya dan semakin lama raut wajahnya terlihat semakin bingung. Tanpa mengalihkan pandangan dari layar, JANI mulai menanyai GALANG.

JANI
Gal, kenapa ada data yang dihilangin di report yang dikirim ke klien?

GALANG tak menjawab. JANI memeriksa beberapa slide lagi.

JANI
Semua data yang gak konsisten lo hilangin dari report??
GALANG
Pak Dirga yang minta.
JANI
Pak Dirga memang suka report yang clear dan gak banyak conflicting data, tapi lo harusnya tetep ngepush-
GALANG
Udah Jan, gw udah usaha ngomong.
JANI
Kalau kayak gini, hasilnya emang kelihatan bagus, tapi ya karena yang gak bagusnya kita gak tunjukin.
GALANG
Sorry gw kalah argumen sama Pak Dirga. Sorry.
JANI
Report kayak gini gak bakal ada gunanya buat klien Gal, kita sebagai researcher harus ngasih keseluruhan ceritanya, bukan pilih-pilih yang bagus aja.

GALANG tak menjawab, dia menghindari mata JANI, dia tahu dia akan melihat semburat kekecewaan di mata itu.

JANI menutup rapat bibirnya ketika dia merasakan dorongan banyak hal lain berusaha keluar. JANI menatap Galang dengan kecewa tanpa bicara lagi mulai memasukkan barang-barang ke dalam tasnya, hingga akhirnya tangannya berhenti.

JANI
Sorry, harusnya tadi gw gak makan keluar.

GALANG tersenyum pahit

JANI
Bukan karena gw ngerasa lebih apapun dari lo, cuma mungkin kalau dua lawan satu Pak Dirga bakal lebih gampang-

JANI berhenti berbicara menyadari diskusi ini tidak akan membawa mereka kemana-mana. Reportnya sudah terlanjur dikirim.

JANI kembali menatap GALANG yang masih terduduk sedikit menunduk di kursinya, sangat jelas dia merasa sangat bersalah, dan tatapan JANI yang sebelumnya ada sedikit tatapan menyalahkan dan kecewa mulai berubah menjadi kekhawatiran

JANI akhirnya duduk dan mereka duduk terdiam untuk beberapa saat.

GALANG menoleh ke arah JANI yang menguap kecil. GALANG akhirnya bangun dan menghampiri JANI.

GALANG
Pulang yuk!

INT. LORONG LANTAI 11 - LATER

GALANG dan JANI berjalan bersisian dengan tas masing-masing.

GALANG
Jan, lo kenapa mau jadi researcher?
JANI
Karena riset bisa maksa lo buat menerima apa yang bener, bukan apa yang lo mau denger. Basically klien bayar kita buat itu.

GALANG tersenyum.

JANI
Kalo lo? Alasan lo apa mau jadi researcher.
GALANG
Karena ini lowongan kerja pertama yang gw tembus setelah lumayan lama nganggur.
(beat) Gak semua orang kayak lo, Jan. Sejujurnya setiap hari gw masih gak yakin apakah gw bisa dan mau jadi researcher.

INT. KAMAR GALANG - LATER

GALANG menutup pintu kamarnya. Kamar yang jauh lebih kecil dan sederhana dari kamar Dipta. Dia meletakkan tas laptopnya di atas meja dan menghempaskan tubuhnya di kursi, HP nya berbunyi, Pesan Baru dari Dipta, Dipta mengirim foto dirinya memegang sebuah buku dengan judul dalam Bahasa Inggris dengan latar belakang landscape musim gurun. Dipta mengirim beberapa pesan setelahnya,

"Dipta Go International, Baby!"

"Wish you were here, bro. Susul gw ke New York kalau ada waktu".

GALANG tersenyum tulus. Dia mengetik balasan,

"Tungguin gw yang sabar di New York. Miss you, Bro!"

GALANG meletakkan HP nya di meja kerjanya, lalu melepaskan lanyard dari lehernya. Dia menatap title Research Executive di bawah namanya lekat-lekat.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar