Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Perjalanan Dinas (Bagian 3: Persinggahan Terakhir)
Suka
Favorit
Bagikan
2. KUTOARJO - 2

7. (KUTOARJO) INT. HALAMAN KANTOR POLISI - NIGHT


Gya (perempuan, 36 tahun) tampak berada di dalam mobil yang berhenti di halaman parkir kantor polisi. Ia masih belum keluar juga dari mobil. Tangannya memegang sebuah ponsel. Jempolnya bergerak-gerak seolah mencari sesuatu di dalamnya. Wajah Gya tampak panik dan cemas. Beberapa kali ia juga melirik ke depan.

Terlihat beberapa mobil polisi terparkir di depan sebuah bangunan.


CUT TO


8. (YOGYAKARTA) INT. HOTEL - NIGHT


Di salah satu meja depan ballroom yang dekat jendela, Ferdi duduk sambil menatap tajam Rudi yang duduk di hadapannya.


FERDI
Anda sedang apa di sini? Pak Menteri tidak mengajak Anda. (menatap Rudi dengan penuh menyelidik)

RUDI
(tersenyum sinis) Saya bersama dengan Pak Menteri yang lain.


Ferdi dan Rudi duduk berhadap-hadapan. Sesekali, satu-dua orang berjalan melewati tempat duduk mereka.


CUT TO


9. (KUTOARJO) INT. SEL TAHANAN- NIGHT


Christie menatap Fitra yang tertunduk. Fitra memeluk lutut dan membenamkan kepalanya. Sekilas terlihat punggungnya sedikit berguncang. Christie menyentuh dan menepuk-nepuk punggung Fitra.


CHRISTIE
Jangan bilang begitu. Kamu pikir saya juga tidak sedang dihukum?


Fitra bergeming. Ia masih sesenggukan.


FITRA
Saya nggak akan ke mana-mana sekarang. (pelan, suara tercekat, masih dengan kepala terbenam di antara lutut)

CHRISTIE
Memangnya kamu mau ke mana? (masih memegang pundak Fitra)

FITRA
(menengadahkan kepala dan mengusap matanya) Saya nggak akan ke Kementerian Perencanaan Wilayah, tapi saya juga nggak akan di Kementerian Infrastruktur. Karena … habis ini saya pasti dipecat.

CHRISTIE
Kata siapa?

FITRA
Kata aturan. (kemudian kembali membenamkan kepalanya)


Christie menatap Fitra sambil tersenyum. Tangannya kembali menepuk-nepuk punggung Fitra.


CUT TO


10. (YOGYAKARTA) INT. HOTEL - NIGHT


Suasana di luar ballroom masih ramai. Tampak meja-meja dan kursi-kursi yang tersusun rapi. Sebagian besar terlihat ada penghuninya kecuali yang letaknya agak jauh dari ballroom.

Di salah satu sisi yang menempel pada jendela, Ferdi masih duduk berhadap-hadapan dengan Rudi. 

Ponsel Ferdi terdengar berdering. Ia pun mengeluarkan ponsel dari sakunya dan melihatnya, kemudian mematikan deringnya dan meletakkannya di atas meja.


FERDI
Saya tidak menyangka. Anda benar-benar berani maju sendirian.


Rudi menaikkan alisnya, kemudian tertawa.


RUDI
(tertawa) Sendirian? (tawanya semakin keras)


Beberapa orang tampak melirik ke keduanya meski setelah itu mereka kembali cuek.


RUDI (CONT’D)
Wow! Ternyata Anda tidak sepintar yang saya duga.


Perhatian Ferdi kembali teralihkan ketika ponselnya berdering. Dan lagi-lagi ia mematikan deringnya.


FERDI
Apa maksud Anda? (ada sedikit nada tersinggung)

RUDI
Ferdi … Ferdi. (tersenyum penuh kemenangan) Tidak ada yang bermain sendiri, Fer. Konyol itu. 


Kembali terdengar dering ponsel Ferdi. Ia pun mengambilnya dan mengamatinya.


RUDI (CONT’D)
Pekerjaan-pekerjaan terkait perencanaan wilayah itu melibatkan banyak stakeholder. Asosiasi-asosiasi. Developer-developer. Banyak … masih banyak lagi yang punya kepentingan. Anda tidak bisa bermain sendirian.


CU layar ponsel Ferdi, tertera ada panggilan masuk dari kontak bertuliskan “CHRISTIE-DJPW”. 


RUDI (CONT’D)
Inilah kesalahan Anda, Pak Ferdi. (menggeleng-geleng sambil tersenyum sinis) Anda terlalu ambisius. Masalahnya, Anda itu kurang tenaga untuk ambisi Anda yang terlalu besar.


Ferdi berpura-pura tidak mendengar. Matanya sibuk menatap ponsel.


RUDI (CONT’D)
Ingin jadi menteri. (tertawa terbahak-bahak) Tapi … saya tetap berterima kasih pada Anda. Berkat ambisi Anda, saya kini tinggal melanjutkan saja pekerjaan Anda yang Anda tinggal begitu saja … karena gagal.


Ferdi kembali tampak bergeming. Namun, jempolnya kemudian bergerak menggeser ke atas bulatan berwarna merah pada ponselnya. Tertera tulisan di layar: “CALL REJECT”.


CUT TO


11. (KUTOARJO) INT./EXT. HALAMAN KANTOR POLISI - NIGHT


Gya menatap ponsel dengan gusar. Wajahnya kian panik. Ia pun mengumpat.


GYA
Ferdi sialan!


SFX: TOK … TOK!

Gya tersentak ketika pintu mobil diketuk. Ia pun membuka jendela.


POLISI
Ayo keluar! (tegas)

GYA
(gelagapan, panik) Tunggu sebentar, Pak. (kembali menunduk menatap ponsel)


CU layar ponsel di tangan Gya, tampak nama-nama di daftar kontak yang bergeser ke bawah, lalu ke atas.


POLISI
Sekarang! (tegas dan menyentak)

GYA
(kembali gelagapan) Iya. Baik, Pak.


Gya akhirnys keluar dari mobil. Polisi itu tampak berjalan duluan. Gya mengikuti dengan langkah perlahan di belakangnya dengan kepala menunduk sambil tetap menatap layar ponsel. Tangannya tetap memainkan ponsel di tangannya.

CU layar ponsel yang bergulir ke atas, lalu ke bawah, dan akhirnya berhenti di sebuah nama: Direktur Jenderal Perencanaan Wilayah. 

Gya tampak tercenung sesaat. Sekilas, raut wajahnya tampak ragu. Beberapa kali ia mendongkak, hingga akhirnya tangannya menempelkan telepon ke telinganya.


CUT TO


12. (KUTOARJO) INT. SEL TAHANAN - NIGHT


Christie tampak merangkul Fitra di sel tahanan. Fitra beberapa kali tampak mengusap matanya.


CHRISTIE
Baru sekarang kamu ngomong aturan? Biasanya kamu persetan dengan aturan? (mencoba bercanda)


Fitra tidak menjawab.


CHRISTIE
Udah, Fit. Nggak apa-apa. Ini cuma kesalahpahaman. (berusaha menghibur)

FITRA
Salah paham?  (terdiam) Apa mereka bakal percaya?

CHRISTIE
Siapa?

FITRA
Orang-orang. Polisi.

CHRISTIE
Dulu … waktu di luar negeri itu, juga kesalahpahaman, kan?


Fitra menoleh dan menatap Christie.


CHRISTIE

Tapi waktu itu semua selesai, kan?


Fitra kembali menunduk. Sorot matanya tampak memikirkan sesuatu.


CUT TO


13. (YOGYAKARTA) INT. HOTEL - NIGHT


Menteri Infrastruktur tampak tengah berbincang dengan beberapa koleganya. Sesekali ia tertawa. Lalu, ia mengambil sesuatu dari sakunya. Sebuah ponsel. Ia mengamatinya dan dahinya mengernyit. Ia pun segera menyingkir sambil menempelkan ponsel tersebut ke telinganya. Meninggalkan para menteri dan pejabat tinggi yang masih saling mengobrol di ballroom.


CUT TO


14. (YOGYAKARTA) INT. HOTEL - NIGHT


Ferdi menatap tajam Rudi. Keduanya masih duduk di kursi luar ballroom hotel.


FERDI
Kita sama-sama mengerjakan ini, Pak Rudi. (terdengar intonasi menekan di kata “Pak”) Kenapa Anda malah menusuk dari belakang?

RUDI
Menusuk? (terbelalak, tetapi kemudian malah tertawa) Justru Anda itu yang melarikan diri. (menunjuk Ferdi) Setelah lobi mati-matian agar direktorat jenderal lepas, Anda malah memilih tetap berada di Kementerian Infrastruktur.

FERDI
Itu adalah perintah Pak Menteri Infrastruktur. (PAUSE) Mantan direktur jenderal kita … atasan kita.

RUDI
Memangnya dia masih atasan kita?

FERDI
Memangnya, atas dasar apa Anda menganggap Menteri Perencanaan Wilayah adalah atasan Anda?


CUT TO


15. (YOGYAKARTA) INT. HOTEL – NIGHT


Menteri Infrastruktur tampak menghampiri Presiden Republik Indonesia di ruang ballroom dan kemudian berbicara sebentar. Tak lama, ia pergi dengan langkah terburu-buru.

INTERCUT TO luar ballroom. Tampak Menteri Infrastruktur seperti mencari sesuatu. Kepalanya terlihat celingukan. Meski tetap saja ia balas menyapa ketika didekati orang lain. Ia terlihat tersenyum, kemudian mengatupkan tangan tanda berpamitan, dan pergi.


CUT TO


16. (KUTOARJO) INT. SEL TAHANAN - NIGHT


Di dalam sel tahanan. Fitra tampak menunduk sambil memeluk lutut. 


FITRA
Saya jadi membatalkan beasiswa. Saya … takut ke luar negeri lagi. (pelan)


Christie menatap Fitra dengan iba.


CHRISTIE
Fit … ada sesuatu yang harus saya sampaikan ke kamu.


Fitra menengadah dan menatap Christie.


CHRISTIE
Saya harus … (menoleh ke Fitra sebentar, lalu sedikit menunduk) minta maaf sama kamu.

FITRA
(mengernyit) Kenapa lagi, Bu…? (mengusap matanya)

CHRISTIE
Seperti yang tadi saya bilang. (menghela napas) Bukan hanya kamu. (menoleh) Saya pun juga sedang dihukum. Mungkin.


Fitra semakin tampak bingung.


CUT TO



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar