Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Nge-Band! 104
Suka
Favorit
Bagikan
4. Bagian 4
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. KAMAR MANDI - PANTI ASUHAN - SORE

Widy mengeluarkan Ingusnya dengan Tisu. Mereka berempat melihat Widy, tersenyum.

Widy tersenyum.

WIDY

Maaf, ya.

Mereka menggeleng.

BUNGA

Jadi apa yang bisa kami bantu?

WIDY

Eh... kalian serius?

Mereka mengangguk.

BUNGA

Kami bisa bantuiin kamu apa?

WIDY

Makasih. Tapi biar masalah ini aku sama Ibu yang urus.

BUNGA

Serius, gak ada yang bisa kami bantu?

WIDY

Sebentar... mungkin kalau kalian beli jajanan aku di Kantin --

Pia mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Mereka semua melihat Pia.

PIA

Kalau itu aku bisa bantu.

Mereka tersenyum melihat Pia. Pia jadi malu sendiri.

WIDY

Makasih. Tapi kalian pasti penasaran kenapa aku bisa tinggal di sini, kan?

Mereka saling melihat, mereka mengangguk.

WIDY

Aku tinggal disini sejak aku lahir. Sebenarnya ini panti kedua aku. Yang pertama aku tinggal di Panti Ibu juga. Cuma beda rumah. Tapi Rumah itu di jual.

PIA

Pasti Abang tadi yang jual.

Widy terlihat bingung.

HAYLEY

Tadi kami ketemu Anak Bu Kasih di depan sama Orang-orang seragam PNS.

BUNGA

Mereka bilang dari Dinsos. Katanya mereka mau suruh kalian pindah. Emang bisa?

MOMO

Emang bisa. Panti asuhan itu izinnya yang keluarin Dinsos. Jadi kalau panti yang gak ada izin. Dinsos bisa keluarin semua anak-anak dari panti.

BUNGA

Tapi apa salahnya biarin mereka di situ?

MOMO

Mungkin mereka takut anak-anak yang pantinya gak terdaftar jadi tempat perdagangan anak. Atau gak eksploitasi anak-anak. Di suruh kerja yang gak-gak.

Ada jeda di antara mereka.

WIDY

Sebenarnya Mas Arief minta rumah sama tanah ini di jual.

BUNGA

Kenapa? tadi kamu bilang panti pertama kamu udah di jual sama dia?

HAYLEY

Apa yang kamu harapin dari anak yang gak lebih kaya dari orang tuanya. Kalau kamu tahu orang tua kamu punya harta yang bisa jual. Dan kamu lagi BU. Pasti kamu jual juga, kan?

BUNGA

Anjirrr, tapi gak kayak gitu juga kali. Ini rumah orang tuanya sendiri padahal.

MOMO

Aku gak tahu kalian mau bilang apa. Tapi ini udah biasa buat orang-orang.

Mereka melihat Momo. Momo mengangguk.

WIDY

Iya. Dia mau jual buat modal usahanya. Rumah pertama dia jual juga buat modal usaha tapi gagal.

HAYLEY

Panti pertama kamu itu ada izinnya?

WIDY

Iya. Lengkap. Banyak juga penghuni panti. Sekitar tiga puluh.

HAYLEY

Terus kenapa Bu Kasih gak mau urus izin panti yang sekarang?

WIDY

Karena Ibu gak punya uang lagi. Waktu panti pertama. Ibu di bantu sama Suaminya. Waktu suaminya meninggal baru Mas Arief berulah. Sekarang Ibu cuma andelin uang pensiun Bapak buat jalanin panti. Semua cerita tadi aku juga di ceritaiin sama temen panti aku.

BUNGA

Tunggu dulu, kenapa kamu bilang di ceritaiin?

WIDY

Karena waktu itu aku di adopsi sama Orang Tua Angkat aku.

Mereka terkejut. Mereka saling melihat. Widy hanya tersenyum kecil.

PIA

Serius, kak?

Widy mengangguk, ia tersenyum.

WIDY

Kalian pasti mau tahu kenapa aku di sini sekarang, kan?

Mereka mengangguk.

WIDY

Jadi aku di adopsi sama Orang Tua Angkat aku waktu aku kelas satu SD. Mereka baik sama aku. Mereka lesin aku semuanya. Nari, semua pelajaran, lesin aku musik. Piano.

PIA

Makanya kakak bisa main piano sama keyboard?

WIDY

Iya. Mereka sering ajakin aku jalan-jalan. Mereka juga izinin aku main ke panti setiap bulan.

Ada jeda di antara.

WIDY

Kalian pernah dengar kalau anak adopsi di siksa, kan?

Mereka mengangguk.

WIDY

Kejadiannya waktu aku masuk SMP. Ibu Angkat aku hamil dan melahirkan anak perempuan juga. Awalnya biasa aja. Tapi kejadiannya waktu aku mau pegang Seinna. Aku di cubit sama Ibu Angkat aku. Dia bilang jangan pernah megang-megang Sienna.

Ada jeda di antara mereka.

WIDY

Dari situ dimulai. Aku tetap bisa sekolah. Tapi begitu pulang semua kerjaan rumah aku kerjaiin. Mereka berdua main sama Sienna di depan aku. Dari situ aku ngerti "Oh, aku anak angkat. Makanya aku di giniin"

BUNGA

Kamu bisa lari dari mereka gimana?

WIDY

Waktu aku kelas tiga SMP. Aku gak pakai hijab. Pakaian aku gak kayak sekarang.

BUNGA

Aku juga iri lihat badan kamu.

Mereka melihat Bunga, tersenyum.

WIDY

Ayah Angkat aku ngelecehin aku.

Ada jeda di antara mereka.

PIA

Lecehin... Kakak?

WIDY

Gak sampai di tidurin. Untungnya aku bangun. Terus aku pukul dia kuat-kuat. Tapi aku di dorong ke dinding. Makanya ada luka di dahi aku. Robek kena ujung jendela.

Mereka menghela nafas, panjang.

WIDY

Ibu Angkat aku tahu. Mereka berantem. Aku di bawa ke rumah sakit. Waktu aku pulang ke rumah. Malam-malam, aku lari bawa barang-barang aku.

Ada jeda di antara mereka.

HAYLEY

Mereka cari kamu?

WIDY

Iya. Tapi aku hapus semua data aku di hp. Aku pakai akun baru. Itu hapenya masih ada sampai sekarang.

Mereka melihat Handphone di samping Widy.

WIDY

Aku gak tahu kalau ternyata Panti di jual. Mereka pindah kemana aku juga gak tahu. Tapi aku masih inget nomor temen panti aku yang seumuran aku. Ternyata waktu panti di jual semua anak-anak di pindahin ke panti lain. Aku dapat alamat panti baru. Terus aku ke sini.

PIA

Tapi panti lama Kakak sama sekarang beda kota?

WIDY

Aku bawa uang. Aku juga ada alamatnya. Aku naik kereta terus sampai sini.

HAYLEY

Sekolah kamu?

WIDY

Kejadiannya waktu kita udah lulus SMP.

Bunga menutup wajahnya. Hayley melihat ke arah lain. Momo hanya diam. Pia sudah menangis, terdengar senggukannya.

WIDY

Jangan nangis. Itu kan udah lewat.

MOMO

Buat kamu iya. Tapi buat kami gak.

BUNGA

Aku gak nyangka kamu senyum tiap hari tapi kamu punya cerita kayak gitu.

WIDY

Buat aku sekarang. Gimana caranya pertahanin panti ini. Itu yang ada di pikiran aku. Masa lalu aku? aku gak pikirin.

Mereka mengangguk.

WIDY

Makanya aku minta izin sama kalian. Kayaknya aku gak bisa ngeband dulu.

PIA

Sampai kapan, Kak?

WIDY

Aku gak tahu.

PIA

Tapi kakak gak keluar, kan?

Ada jeda di antara mereka.

PIA

Aku gak mau kakak keluar dari Band. Aku suka cara kakak main Keyboard.

WIDY

Aku juga suka cara kamu main gitar.

Widy melihat Bunga. Bunga melihat Mereka bertiga.

PIA

Aku gak setuju Kak Widy keluar.

MOMO

Aku ikutin yang Widy mau.

HAYLEY

Aku gak setuju Widy keluar. Kita udah janji mau jadi pro.

Bunga melihat Widy. Widy tersenyum.

BUNGA

Aku juga gak setuju kamu keluar. Tapi... kami bakal tunggu kamu. Kami bantuiin masalah kamu sebisa kami. Gimana?

Widy mengangguk. Ia tersenyum. Mereka tersenyum.

EXT. DEPAN PANTI ASUHAN - SORE

Widy melambai ke arah mereka. Mereka melambai dari dalam Mobil. Mobil itu pergi dari situ.

Kasih berdiri di depan pintu. Widy melihatnya.

KASIH

Temen-temen band kamu kayaknya anak-anak baik.

WIDY

Iya, mereka baik, banget. Bu, soal rumah sakit --

KASIH

Ibu masih ada tabungan. Kamu jangan pikirin.

Widy ingin bicara --

KASIH

Soal Arief. Biarin itu jadi masalah Ibu. Kamu cuma harus sekolah. Mulai sekarang, Ibu gak izinin kamu jualan lagi. Kecuali titip di kantin. Gara-gara Ibu kamu sakit.

Widy hanya diam. Ia tidak menjawab. Kasih tersenyum, ia berjalan masuk ke dalam. Widy mengikutinya.

Sebuah Mobil berhenti di depan Panti. Kaca Belakang terbuka.

PEREMPUAN, 40, memakai Kacamata melihat ke arah Panti.

PEREMPUAN

Tanah ini yang mau di jual?

SUARA PEREMPUAN (O.S)

Benar, Bu.

PEREMPUAN

Infonya dari Arief sendiri?

SUARA PEREMPUAN (O.S)

Iya, Bu. Saya dapat kabar dia sendiri yang jual.

PEREMPUAN

Tapi ini panti?

SUARA PEREMPUAN (O.S)

Dia bilang mereka bisa pindah.

Perempuan itu hanya melihat Panti itu.

SUARA PEREMPUAN (O.S)

Lanjutkan prosesnya, Bu?

PEREMPUAN

Iya. Lanjutkan. Lebih cepat lebih baik.

Kaca Mobil itu naik. Mobil itu pergi.

EXT. DEPAN TOKO MUSIK - SORE

Mereka berempat duduk di depan Toko Musik. Mereka hanya diam.

MOMO

Orang Tua aku mungkin bisa nyumbang. Tapi buat jadi donatur. Aku gak tahu.

HAYLEY

Iya. Belum lagi izin panti gak ada. Orang pasti gak mau. Takutnya uang mereka di pakai pengurus panti.

PIA

Kalau di pikir-pikir kita bisa apa. Cuma Anak SMA.

BUNGA

Tapi kita gak boleh nyerah gitu aja.

Mereka mengangguk. Sivia berdiri di belakang mereka, tersenyum.

HAYLEY

Oke. Kita lakuiin yang kita bisa.

PIA

Mungkin kita bisa bantu-bantu di Panti.

Mereka melihat Pia. Bunga tersenyum.

HAYLEY

Boleh juga. Gimana?

Mereka semua mengangguk.

BUNGA

(mengacungkan tangan)
Oke. Kita bantu di panti.

Mereka semua mengacungkan tangannya ke atas.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH BUNGA - MALAM

Lukita sedang menyuci di dapur. Bunga memeluknya dari belakang.

LUKITA

Kenapa? kamu mau minta uang jajan lagi?

BUNGA

Ahh, Ibu. Orang cuma mau meluk Ibu.

Lukita tersenyum mendengarnya.

BUNGA

Tadi Bunga habis ke rumah temen Bunga. Lihat dia Bunga merasa harus bersyukur sama hidup Bunga.

Lukita tidak menjawab, masih menyuci.

BUNGA

Kadang-kadang Bunga jadi anak yang gak bersyukur karena masih ada Ibu tapi gak bantuiin.

LUKITA

Ibu bersyukur punya anak kayak kamu. Gak banyak minta. Bisa cari uang sendiri. Setiap orang pasti ada masalahnya masing-masing. Jadi jangan perah mikir kamu gak pernah bantuiin Ibu.

BUNGA

Kalau gitu Bunga minta uang jajan lagi boleh, gak?

LUKITA

Boleh.

BUNGA

Bunga cuma bercanda. Bunga masih ada uang.

Bunga melepaskan pelukannya dan pergi dari situ. Lukita tersenyum.

INT. KAMAR BUNGA - RUMAH BUNGA - MALAM

Bunga berbaring, ia melihat Langit-langit, datar.

INT. KAMAR WIDY - PANTI ASUHAN - MALAM

Widy berbaring, ia melihat langit-langit, datar.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar