Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO
SCENE 41# INT – RUMAH SAKIT – MALAM
Dokter Memeriksa anak kecil, dengan susah payah dengan dua orang perawat, lima belas menit kemudian keluar dengan wajah sedih, Bagja gelisah di luar ruangan dengan kelelahan dan keringat
BAGJA
Bagaimana, dok?
DOKTER UGD
BAGJA
(Bagja mematung mendengar jawaban dokter UGD, rasa menyesal serta putus asa, matanya dipejamkan menahan air mata menyandarkan tubuhnya ke dinding, lunglai, Kepedihan luar biasa dirasakan dari hatinya)
DOKTER UGD
(Dokter diam menatap wajah Bagja)
..testisnya pecah…
BAGJA
(Berjalan ke arah mayat anak kecil dengan air mata di Labirin rumah sakit sepi. Bagja menatap mayat anak itu dalam-dalam, kondisi mayat anak itu bibirnya biru,banyak luka lebam, hidungnya mengembang berkata dalam hati ‘aku bisa merasakan kepedihan, kesakitan, kedukaan dan kesengsaraanmu nak…damailah kau di alam sana, dan bilang sama Tuhan ampuni mereka yang menyakitimu….’ Air mata meleleh, bertanya ‘Adakah Tuhan dihati mereka yang menyiksa anak ini? Termasuk dihati Kucer dan teman-temannya dulu?...’sepi, sedih, pedih dan sakit)
CUT TO
SCENE 42# INT – RUMAH TIMOTY – MALAM
Timoty berdiri mengisap rokoknya gelisah dan marah, John dan empat pengawalnya juga tak tenang, kemudian Bagja datang bermuka sedih pakaiannya ada darah, darah anak kecil yang mati di rumah sakit.
TIMOTY
(Langsung membentak)
Dari mana, kamu!!
(Bagja tak perduli, dia ambil minuman Timoty lalu diminum dan duduk di kursi seenaknya, Timoty mendekatkan wajahnya ke wajah Bagja, dengan geram)
Jawab pertanyaanku, dari man, kamu!!!
BAGJA
Kenapa rupanya?
(Dengan santai)
TIMOTY
Anak buah Kornel sedang mencari pembunuh Kornel!
BAGJA
Apa urusannya denganku?
TIMOTY
BAGJA
BAGJA
(Bagja menyalahkan rokok lalu menghisap rokoknya lebih dalam, diteguk kembali minuman beralkohol milik Timoty. Timoty mulai kesal dengan tingkah-laku Bagja yang sok tenang dan kalem)
TIMOTY
BAGJA
(Bagja tersedak mendengar itu, Timoty tahu ada sedikit ketakutan di wajah Bagja - mungkin)
TIMOTY
BAGJA
Dia dipecat dari tentara! Bukan mantan!
TIMOTY
Sama saja!
BAGJA
Tidak!
(Menatap wajah Timoty yang sekarang bicara banyak dan menakut-nakuti)
SCENE 43# INT – RUMAH TIMOTY – MALAM
BAGJA
(Bagja keluar dari kamarnya membawa tas dan beberapa bajunya, melewati Timoty yang sedang gelisah duduk di kursi tamu dengan rokok dan minuman kesukaannya)
TIMOTY
Mau kemana lagi?”
(Pertanyaan Timoty lebih sebagai seorang ayah yang melarang anaknya pergi malam-malam)
BAGJA
Aku mau pergi dari sini!
TIMOTY
Jangan! Bahaya!
(Panik dan ketakutan)
BAGJA
Kenapa lagi? Sekarang tidak ada lagi yang aku takutkan, anak buah Kornel! Polisi! Mati sekali pun aku sudah siap!
TIMOTY
(Melemah suaranya)
BAGJA
John? Ditangkap mereka?.....
TIMOTY
(Mengangguk dan memalingkan muka dari Bagja)
BAGJA
(Pelan dan hati-hati)
TIMOTY
Tapi mereka tidak dapat diandalkan!
BAGJA
Apalagi saya?
TIMOTY
Cuma kamu yang bisa menjaga saya
(Melemah)
BAGJA
TIMOTY
(Memegang bahu Bagja)
BAGJA
Bukankah ada yang lain?
TIMOTY
Yang lain tidak seberani kamu, Bagja!
BAGJA
Aku juga tidak berani….
TIMOTY
Kamu pasti berani
BAGJA
Tidak! Aku tidak berani!
TIMOTY
BAGJA
(Terdiam..lalu berpikir ulang)
Apa yang harus aku lakukan?
TIMOTY
BAGJA
Aku tidak bisa apa-apa
TIMOTY
BAGJA
TIMOTY
(Tersenyum mengejek, terkekeh)
BAGJA
Tidak, Mereka bukan… orang baik
TIMOTY
BAGJA
(Napas Bagja tiba-tiba saja bergelora ketika nama Endang itu diucapkan Timoty)
TIMOTY
BAGJA
(Bagja menggeleng, kaku)
TIMOTY
(Timoty berapi-api dengan gayanya yang khas sebagai kepala bandit)
BAGJA
(Bagja menatap wajah Timoty yang menyebalkan dengan kumis tebalnya,Bagja menghisap rokoknya dalam-dalam)
TIMOTY
CUT OFF
SCENE 44# INT – RUMAH TIMOTY – MALAM
Suara pintu digedor begitu kencang, Bagja terbangun di dalam kamar, Bagja tidak sedang tidur. Dibuka pintu, lalu dengan cepat Dorkas yang tiba-tiba masuk dan menutup pintu kamar. Sementara Bagja sendiri bingung dari mana Dorkas kok tiba-tiba datang.
DORKAS
BAGJA
(Bagja bingung dan kaget)
lari kemana? Jalan mana? Lewat mana?
Dorkas tak memberi kesempatan untuk berpikir, Dorkas menarik Bagja keluar dari kamar menuju kamar para banci di belakang. Ada empat orang banci yang sedang bersolek. Mereka kaget demi melihat Bagja dan Dorkas.
Dengan cepat Dorkas segera meraih baju para banci yang tergantung di dinding, Dorkas menarik kaos Bagja yang longgar, memasukan long dress banci berwarna ungu, dengan tangkas Dorkas meraih wig berwarna ungu pula, lalu selendang setengah meter yang juga berwarna ungu diikatkan di leher Bagja. Dengan kasar Dorkas menarik Jupita salah satu banci yang sedang memegang alat make up, menyuruhnya dengan isyarat untuk memoles muka Bagja yang dipenuhi bulu kumis dan jambang, si Jupita harus berusaha untuk menyamarkan bulu-bulu itu. Dengan tangkas pula ke tiga banci lainnya melongo melihat kelakukan Dorkas yang seperti kesetanan dengan muka yang maha tegang, segeralah mereka beraksi, bahu-mambahu, mereka memoles muka Bagja untuk didandani.
Bagja pasrah dan bermuka bingung apa yang diperbuat oleh empat banci cekatan itu dalam memoles wajahnya yang kaku. Bau make up itu membuat matanya perih. Disuruhnya Bagja merem, menganga, mingkem lalu melotot. Sementara Dorkas pun segera memakai baju banci yang menumpuk dipojokan. Tanpa make up banyak wajah dorkas sudah senada dengan ke empat banci.
DORKAS
Cepat sedikit!!
Baru saja selesai Dorkas berkata, pintu didobrak oleh orang dari luar, mereka merasa tegang luar biasa. Si Jupita mencubit paha Bagja agar tak duduk dengan cara lelaki, Bagja paham lalu menutup pahanya agar berlaku seperti Dorkas yang dalam posisi maniiis sekali.
Jupita dan ke tiga temannya menjerit serentak, Enam orang berbadan super gempal, dengan tangan yang tak bisa rapat karena ototnya terlalu besar, berbaju sama, kaos hitam dibalut dengan jaket hitam, semuanya memakai kaca mata hitam.
Dua orang menyingkirkan kursi-kursi rias yang menghalangi. Bagja tidak bisa membedakan ke enam tamu tak diundang itu. Bagja yakin mereka mencarinya, Bagja yakin ini adalah anak buah Kornel yang diutus untuk mencari pembunuh tuannya. Jupita dan temannya kembali menjerit – dalam menjeritnya salah satu banci masih berusaha memegang paha perusak pintu itu, maka dengan tangkas dikibaskan tangan banci krempeng
ANAK BUAH KORNEL 1
Jangan main-main!...Dimana Bagja?!
BAGJA
(Bagja diam, tegang menatap Anak buah Kornel yang kasar,Hati Bagja sedikit berdebar ketika mereka menyebut nama dirinya)
Dorkas yang seketika berubah suaranya mirip banci beraksi dengan memegang dada laki-laki sangar itu)
ANAK BUAH KORNEL 1
Dengan kasar si sangar satu ini mencabut wig milik Dorkas, sementara Jupita dan teman-temannya memojok ketakutan, mereka saling berangkulan. Bagja berdebar. Si sangar satunya segera meraih baju Bagja yang terbuka lebar di bagian belakang.
NANCY
Nancy berkata mengarang cerita , Bagja salut pada si Nancy, sangat berani mengalihkan konsentrasi si ketua berbaju hitam. Sedang yang dipanggil Bang Toyib mukanya seketika berubah, rupanya apa yang dikatakan Nancy kebenaran, hanya dengan sedikit tangkisan si Nancy kembali terlempar. Nancy tidak menyerah, Nancy bangkit lagi seperti mayat dari kuburan dengan wajah menakutkan
NANCY
Kartu as buat si pemimpin yang doyan banci. Bagja dan Dorkas tersenyum melihat wajah orang yang kena terkam oleh kesialannya sendiri
ANAK BUAH KORNEL 1
Sini kamu!!..dimana Bagja?
BAGJA
Kini giliran Bagja yang harus memerankan suara banci, diterima pesan dari kedipan mata Jupita, Bagja segera merubah suaranya
Ada senyum di wajah Dorkas dan Jupita. Si sangar sedikit curiga karena jambang Bagja menyembul diantara make up putih yang setebal tembok.
ANAK BUAH KORNEL 1
BAGJA
NADILA BANNCI NO 3
Anak Buah Kornel 1 pura-pura tak mendengar, dia malah menarik baju long dress Bagja yang makin melorot karena retsletingnya robek. Padahal si ketua sangat malu akan kebenaran kata-kata Nadila itu. Kata-kata terakhir itu mampu mengusir ke lima tamu sangar itu berlalu dari kamar Jupita
BAGJA
Kata-kata tadi benar mereka penyuka banci?
JUMPITA
Menurut, ngana???
NANCY
Ya iyalah...cyiinnnn