Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
mengantarkan pada kebahagiaan
Suka
Favorit
Bagikan
7. Impian #7

37.(Ext) Travel daerah dipatiukur. Siang. Cerah

Keduanya membawa tas ransel besar, yang di simpan di belakang. Keduanya pun duduk di travel sembari menunggu penumpang lain, mereka pun saling berbicara.

Yoga

Ra gak ada yang ketinggalan?

Tara

Gak ada, barang-barang yang sudah dibawa nyokap kemarin. Lu gimana?

Yoga

Gua juga sama, habis wisuda kemaren nyokap-bokap bawa semua barangnya, sama motor juga, tinggal beberapa baju aja.

Tara

Iah, gua mau pulangnya sama lu.

Supir travel

Sudah siap ya, kita berangkat. Bismillah.

38. (Int) Dalam Travel. Siang. Cerah

Yoga berada di sebelah Tara, ia masih merapikan barang bawaan.

Tara (VO)

Rasanya gak seperti biasanya, harusnya biasa aja pulang ke Jakarta, mungkin buat sebagian orang senang karena akhirnya bisa pulang. Tapi menurut ku Jakarta sebuah realita yang harus dihadapi, dan Bandung sebuah pelarian, rumah yang ramah untuk menghindari diri dari sebuah kebisingan. Di Bandung tetap merasa sepi, di Jakarta, bising. Kemanakah kaki ini harus melangkah, adakah rumah untuk menetap?

39. (Ext) Tol Cipularang arah Jakarta . Day . Cerah

Tara tertidur di pundak Yoga, di pegangnya tangan Tara dengan erat. Yoga duduk di paling ujung belakang sebelah jendela dan Tara di sebelahnya.

Yoga (VO)

Sayang, cinta dan kesendirian. Pertanyaan yang tidak ada habisnya untuk ditanyakan, ketika sudah menemukan, apa benar itu jawabannya dan berhenti dalam sebuah pencarian.

Yoga (VO)

Perjalanan ini akan tetap berlanjut, ada rasa sayang luar biasa tapi tidak bertautan seperti cinta. Sampai kapan? Sampai lelah, sampai bertemu, sampai terpisahkan.

40. (Ext)Jakarta 2013 . Siang. Cerah

Tara Terbangun, melihat ke arah Jalan Tol. 

Tara (VO)

Akhirnya lulus juga. Yoga diterima di perusahaan kontraktor pembuat jalan ternama, tempat dia magang waktu kuliah. Sedangkan gua masih harus berjuang untuk kerja di kedutaan Amerika, walaupun sekarang udah keterima di kedutaan Philipina dan sebelumnya sempat jadi sekretaris, tim kreatif, apa aja. Kata orang gua kurang bersyukur, tapi bukannya keinginan itu harus dikejar ya?

Pada suatu malam minggu di Jakarta pada awal 2014, Yoga menjemput Tara menggunakan mobil.

41. (Int)Mobil. Malam. Gelap

Yoga: Pakaian rapi, dandan ala-ala candle light dinner

Tara: mini dress merah, full makeup, rambut tetap pendek, heels.

Yoga

Ya gak apa-apa kamu sekarang jadi staf di kedutaan Philipina ya itung-itung pengalaman.

Tara

Tapi kan elu tau sendiri cita-cita gua apa dari dulu.

Yoga

Iah gua tau, gua tau elu bisa. Sekarang nambah kemampuan dulu aja, terus pantengin lowongan kerjanya.

Tara

Hemmh, Ga emang lu terbaik saat gua putus asa pasti ada lu yang semangatin.

Malam itu Yoga melamar Tara menjadi istrinya.

42.(Int)Restoran bintang lima. Malam. Gelap

Yoga melamar Tara menjadi istrinya. Dalam sebuah restoran bintang lima dengan live music. Yoga menunduk dan memberikan sebuah cincin dan bunga. Ekspresi Tara biasa-biasa saja, namun ia tetap memperlihatkan senyum terbaiknya.

Jakarta 2015

43.(Int) Kedutaan Amerika. Siang. Cerah

Tara tampak berjabat tangan dengan salah seorang atasannya sebagai tanda ia diterima bekerja di kedutaan tersebut. Tara Menggunakan pakaian rapi, kemeja, rok pendek, heels hitam, serta blazer. 2 orang bule, 3 orang lokal.

44.(Ext) Parkiran Kedutaan . Senja. Cerah 

Yoga habis pulang kerja, pakai baju kemeja lengan panjang namun digulung, dasi, dan celana kain. 

Tara menggunakan baju rapih khas kedutaan.

45.(Int) mobil. Jalanan Jakarta. Senja. Cerah

Tara

Yee akhirnya gua diterima juga.

Yoga

Akhirnya galau bertahun-tahun beres juga lega gua.

Tara akhirnya mendapat pekerjaan impiannya, di kedutaan Amerika bagian pengurusan visa. Ia pun bekerja seperti biasa. Seseorang datang ke mejanya untuk mengajukan perpanjangan visa.

46.(Int) dalam kantor kedutaan Amerika. Siang

Tara menggunakan baju rapi khas kedutaan, rok pendek, stoking, kemeja, nametag dan rambut yang disanggul ke belakang. Dan makeup yang full namun, tetap minimalis di muka Tara.

Tara

Ramadika Dewa, Dika? 

Tara membaca sebuah formulir permohonan perpanjangan visa

Dika

Tara?

Tara

Sejak kapan lu pulang, kenapa lu ga pernah bilang? Lu kok gak ngasih tau sih?

Tara menatap Dika dengan serius dan nada suaranya meninggi.

Dika

Tara sejak kapan kamu kerja di sini?

Tara

Baru bulan ini.

Dika

Hmmh, Tara kamu pulang jam berapa? 

Tara

Beres semua jam 5 sore.

Dika

Nanti saya tunggu di parkiran, saya mohon jangan bilang sama yang lain.

Tara hanya mengangguk mengiakan. Ia pun membereskan semua pekerjaan.

47. (Ext) jalanan ibu kota Jakarta . Senja. Cerah

Dika menunggu Tara di parkiran, mereka pun pergi bersama. Dika menggunakan kemeja abu, rambutnya panjang bergelombang, ia sudah berkumis dan brewok tipis menyapu sebagian mukanya. Tidak lagi menggunakan kacamata, mobilnya sedan keluaran terbaru.

Dika

Kamu gak bilang sama siapa-siapa kan?

Tara

Enggak.

Dika

Bagus lah.

Tara

Kenapa kamu gak pernah mau bilang kalau kamu datang? Bahkan setiap tahun ternyata kamu pulang?

Dika

Karena saya takut ketemu kamu.

Tara

Kenapa kamu takut ketemu saya?

Dika

Karena kamu pasti mengharapkan saya.

Tara

Ya saya masih berharap sama kamu.

Tara

Tapi bulan depan saya menikah dengan Yoga.

Dika

Kamu bahagia kan?

Tara

Gak tau.

Tara

Yoga selalu ada buat saya, dia gak pernah pergi, dia gak pernah menghindar, dia gak pernah menjauh.

Dika

Dia orang paling tulus yang pernah saya kenal.

Dika

Pras sama Angga apa kabar?

Tara

Pras menuju DPR RI bannernya ada di mana-mana, saya sih oke banget tapi saya ga pernah yakin dia bertahan.

Dika

Dia terlalu jujur buat masuk ke gedung itu.

Tara

Iah saya setuju, yang ada di bully, tapi dia jago politiknya yah kita doakan saja semoga hal baik menyertainya.

Tara

Angga masih mondok, dia susah dihubungi tapi ga separah kamu, Angga gak berubah tiba-tiba datang, tiba-tiba telepon, semua tiba-tiba. Ada hari-hari di mana dia libur, dia ikut saya seharian dari sarapan sampai sarapan lagi, atau ikut Yoga, kadang ikut Pras juga.

Dika

Rrang tuanya?

Tara

Sudah punya keluarga masing-masing.

Dika

Kalau Yoga di mana sekarang?

Tara

Dia lagi ada proyek di Lahat Sumatera, lusa pulang mau ketemu?

Dika

Enggak.

Tara

Kamu kenapa sih gak pernah ngasih kabar, gak mau ketemu, ada masalah?

Dika

Enggak.

Tara

Kamu gak pernah kasih alasan buat semua ini, kamu gak pernah menganggap kita ada lagi.

Dika

Kalau kamu berpikir seperti itu kamu yang gak pernah menganggap saya ada.

Tara

Hmmmh.

Tara menghela nafasnya, mobil Dika terus melaju berputar-putar mengitari jalanan ibu kota tanpa tujuan.

Dika

Saya cuman anak angkat, mereka gak pernah minta saya untuk membalas semua apa yang mereka lakukan pada saya, mereka gak pernah melarang saya untuk berteman dengan kalian, mereka gak pernah melarang saya untuk pacaran dengan kamu.

Tara

Saya gak pernah mau bertanya soal itu, walaupun saya selalu bertanya-tanya.

Dika

Tapi saya punya kewajiban untuk memenuhi harapan mereka yang mereka sendiri gak pernah bilang, tapi saya tahu. Saya harap kamu mengerti semua ini.

Tara meneteskan air matanya, ia hanya menatap langit-langit senja Jakarta dengan padatnya kendaraan.

Tara

Dik, ada satu hal yang kamu harus tahu sebelum pernikahan ini terjadi.

Dika

Ya, apa itu?

Tara

Yoga gak pernah mencintai saya, gak pernah Dik.

Dika

Dika hanya terdiam memegang setirnya, menghadapi jalanan panjang Jakarta.

Tara

Begitu juga saya.

Dika memegang erat tangan Tara, dipeluknya perlahan, diantara macetnya kota Jakarta. Air mata Tara tak tertahankan mengalir begitu saja dipelukan Dika.

Tara

Tapi Yoga gak akan pernah membiarkan air mata ini jatuh walaupun hanya setetes.

Dika

Dan hanya dia yang akan bahagiain kamu Ra!

Tara

Kamu yakin kalau saya sama dia akan bahagia? Saya sendiri saja gak pernah yakin, gimana caranya kamu bisa yakin?

Dika

Kalau saya gak yakin, saya gak bisa lepasin kamu bersama dia.

Tara

jadi?

Dika

Rasa yang bertaut ini bukan hanya milik kamu yang merasakan, seperti pembuluh darah aorta dan jantungnya, seperti urat nadi dan kulit.

Dika meminggirkan mobilnya ke sebuah jalanan yang tidak padat.

Dika

Tara kamu paham kan, kamu udah tau kan, kamu gak penasaran lagi kan, dan kamu gak usah nungguin saya lagi.

Tara

Menangis sesenggukan, lalu memeluk Dika.

Tara

Aku selalu percaya hari ini akan ada, aku selalu berharap bukan begini akhirnya, aku percaya keajaiban akan ada.

Tara

Dika aku mencintai kamu.

Dika hanya memeluk erat Tara tanpa berkata apapun memejamkan mata.

Dika melepaskan pelukan Tara perlahan, menatap Tara hingga hidung dan hidung menyatu. Dika mencium dahi Tara.

Lalu tak lama Tara melepaskan semuanya.

Tara

Saya turun ya, saya di sini aja ini udah deket rumah kok.

Dika

Saya antar sampai rumah ya.

Tara

Gak usah.

Dika

Hati-hati ya.

Dika membuka kunci pintu mobil yang dalam kendalinya.

Tara hanya tersenyum, ia membuka pintu dan membawa semua bawaanya sepulang kerja tadi.

48. (Int) mobil Dika . Petang. Gelap

Dika masih menunggu Tara di dalam mobil sampai menemukan Taksi.

Dika memejamkan mata, kepalanya ia hentakan pada kursinya.

Dika (VO)

Ada rasa yang tidak harus terucap, ada kisah yang tak harus terungkap, ada doa yang tidak harus dilafalkan cukup semua disimpan dengan baik sebagai nyawa tambahan, bahwa semua pernah dilalui.

49. (Int) taksi . Jalanan Jakarta. Petang. Gelap

Tara sudah naik ke dalam taksinya, Dika pergi melesat melewati gelapnya Jakarta, sudah tidak terlihat lagi.

50. (Int) Dalam taksi. Petang. Gelap

Tara berusaha menahan tangisnya. Ada rasa kecewa pada dika, ia menghirup nafas panjang.

Supir taksi

Mbak kita ke arah mana?

Tara

Menteng.

Sopir taksi 

Baik.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar