Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
37.(Ext) Travel daerah dipatiukur. Siang. Cerah
Keduanya membawa tas ransel besar, yang di simpan di belakang. Keduanya pun duduk di travel sembari menunggu penumpang lain, mereka pun saling berbicara.
Yoga
Ra gak ada yang ketinggalan?
Tara
Gak ada, barang-barang yang sudah dibawa nyokap kemarin. Lu gimana?
Yoga
Gua juga sama, habis wisuda kemaren nyokap-bokap bawa semua barangnya, sama motor juga, tinggal beberapa baju aja.
Tara
Iah, gua mau pulangnya sama lu.
Supir travel
Sudah siap ya, kita berangkat. Bismillah.
38. (Int) Dalam Travel. Siang. Cerah
Yoga berada di sebelah Tara, ia masih merapikan barang bawaan.
Tara (VO)
Rasanya gak seperti biasanya, harusnya biasa aja pulang ke Jakarta, mungkin buat sebagian orang senang karena akhirnya bisa pulang. Tapi menurut ku Jakarta sebuah realita yang harus dihadapi, dan Bandung sebuah pelarian, rumah yang ramah untuk menghindari diri dari sebuah kebisingan. Di Bandung tetap merasa sepi, di Jakarta, bising. Kemanakah kaki ini harus melangkah, adakah rumah untuk menetap?
39. (Ext) Tol Cipularang arah Jakarta . Day . Cerah
Tara tertidur di pundak Yoga, di pegangnya tangan Tara dengan erat. Yoga duduk di paling ujung belakang sebelah jendela dan Tara di sebelahnya.
Yoga (VO)
Sayang, cinta dan kesendirian. Pertanyaan yang tidak ada habisnya untuk ditanyakan, ketika sudah menemukan, apa benar itu jawabannya dan berhenti dalam sebuah pencarian.
Yoga (VO)
Perjalanan ini akan tetap berlanjut, ada rasa sayang luar biasa tapi tidak bertautan seperti cinta. Sampai kapan? Sampai lelah, sampai bertemu, sampai terpisahkan.
40. (Ext)Jakarta 2013 . Siang. Cerah
Tara Terbangun, melihat ke arah Jalan Tol.
Tara (VO)
Akhirnya lulus juga. Yoga diterima di perusahaan kontraktor pembuat jalan ternama, tempat dia magang waktu kuliah. Sedangkan gua masih harus berjuang untuk kerja di kedutaan Amerika, walaupun sekarang udah keterima di kedutaan Philipina dan sebelumnya sempat jadi sekretaris, tim kreatif, apa aja. Kata orang gua kurang bersyukur, tapi bukannya keinginan itu harus dikejar ya?
Pada suatu malam minggu di Jakarta pada awal 2014, Yoga menjemput Tara menggunakan mobil.
41. (Int)Mobil. Malam. Gelap
Yoga: Pakaian rapi, dandan ala-ala candle light dinner
Tara: mini dress merah, full makeup, rambut tetap pendek, heels.
Yoga
Ya gak apa-apa kamu sekarang jadi staf di kedutaan Philipina ya itung-itung pengalaman.
Tara
Tapi kan elu tau sendiri cita-cita gua apa dari dulu.
Yoga
Iah gua tau, gua tau elu bisa. Sekarang nambah kemampuan dulu aja, terus pantengin lowongan kerjanya.
Tara
Hemmh, Ga emang lu terbaik saat gua putus asa pasti ada lu yang semangatin.
Malam itu Yoga melamar Tara menjadi istrinya.
42.(Int)Restoran bintang lima. Malam. Gelap
Yoga melamar Tara menjadi istrinya. Dalam sebuah restoran bintang lima dengan live music. Yoga menunduk dan memberikan sebuah cincin dan bunga. Ekspresi Tara biasa-biasa saja, namun ia tetap memperlihatkan senyum terbaiknya.
Jakarta 2015
43.(Int) Kedutaan Amerika. Siang. Cerah
Tara tampak berjabat tangan dengan salah seorang atasannya sebagai tanda ia diterima bekerja di kedutaan tersebut. Tara Menggunakan pakaian rapi, kemeja, rok pendek, heels hitam, serta blazer. 2 orang bule, 3 orang lokal.
44.(Ext) Parkiran Kedutaan . Senja. Cerah
Yoga habis pulang kerja, pakai baju kemeja lengan panjang namun digulung, dasi, dan celana kain.
Tara menggunakan baju rapih khas kedutaan.
45.(Int) mobil. Jalanan Jakarta. Senja. Cerah
Tara
Yee akhirnya gua diterima juga.
Yoga
Akhirnya galau bertahun-tahun beres juga lega gua.
Tara akhirnya mendapat pekerjaan impiannya, di kedutaan Amerika bagian pengurusan visa. Ia pun bekerja seperti biasa. Seseorang datang ke mejanya untuk mengajukan perpanjangan visa.
46.(Int) dalam kantor kedutaan Amerika. Siang
Tara menggunakan baju rapi khas kedutaan, rok pendek, stoking, kemeja, nametag dan rambut yang disanggul ke belakang. Dan makeup yang full namun, tetap minimalis di muka Tara.
Tara
Ramadika Dewa, Dika?
Tara membaca sebuah formulir permohonan perpanjangan visa
Dika
Tara?
Tara
Sejak kapan lu pulang, kenapa lu ga pernah bilang? Lu kok gak ngasih tau sih?
Tara menatap Dika dengan serius dan nada suaranya meninggi.
Dika
Tara sejak kapan kamu kerja di sini?
Tara
Baru bulan ini.
Dika
Hmmh, Tara kamu pulang jam berapa?
Tara
Beres semua jam 5 sore.
Dika
Nanti saya tunggu di parkiran, saya mohon jangan bilang sama yang lain.
Tara hanya mengangguk mengiakan. Ia pun membereskan semua pekerjaan.
47. (Ext) jalanan ibu kota Jakarta . Senja. Cerah
Dika menunggu Tara di parkiran, mereka pun pergi bersama. Dika menggunakan kemeja abu, rambutnya panjang bergelombang, ia sudah berkumis dan brewok tipis menyapu sebagian mukanya. Tidak lagi menggunakan kacamata, mobilnya sedan keluaran terbaru.
Dika
Kamu gak bilang sama siapa-siapa kan?
Tara
Enggak.
Dika
Bagus lah.
Tara
Kenapa kamu gak pernah mau bilang kalau kamu datang? Bahkan setiap tahun ternyata kamu pulang?
Dika
Karena saya takut ketemu kamu.
Tara
Kenapa kamu takut ketemu saya?
Dika
Karena kamu pasti mengharapkan saya.
Tara
Ya saya masih berharap sama kamu.
Tara
Tapi bulan depan saya menikah dengan Yoga.
Dika
Kamu bahagia kan?
Tara
Gak tau.
Tara
Yoga selalu ada buat saya, dia gak pernah pergi, dia gak pernah menghindar, dia gak pernah menjauh.
Dika
Dia orang paling tulus yang pernah saya kenal.
Dika
Pras sama Angga apa kabar?
Tara
Pras menuju DPR RI bannernya ada di mana-mana, saya sih oke banget tapi saya ga pernah yakin dia bertahan.
Dika
Dia terlalu jujur buat masuk ke gedung itu.
Tara
Iah saya setuju, yang ada di bully, tapi dia jago politiknya yah kita doakan saja semoga hal baik menyertainya.
Tara
Angga masih mondok, dia susah dihubungi tapi ga separah kamu, Angga gak berubah tiba-tiba datang, tiba-tiba telepon, semua tiba-tiba. Ada hari-hari di mana dia libur, dia ikut saya seharian dari sarapan sampai sarapan lagi, atau ikut Yoga, kadang ikut Pras juga.
Dika
Rrang tuanya?
Tara
Sudah punya keluarga masing-masing.
Dika
Kalau Yoga di mana sekarang?
Tara
Dia lagi ada proyek di Lahat Sumatera, lusa pulang mau ketemu?
Dika
Enggak.
Tara
Kamu kenapa sih gak pernah ngasih kabar, gak mau ketemu, ada masalah?
Dika
Enggak.
Tara
Kamu gak pernah kasih alasan buat semua ini, kamu gak pernah menganggap kita ada lagi.
Dika
Kalau kamu berpikir seperti itu kamu yang gak pernah menganggap saya ada.
Tara
Hmmmh.
Tara menghela nafasnya, mobil Dika terus melaju berputar-putar mengitari jalanan ibu kota tanpa tujuan.
Dika
Saya cuman anak angkat, mereka gak pernah minta saya untuk membalas semua apa yang mereka lakukan pada saya, mereka gak pernah melarang saya untuk berteman dengan kalian, mereka gak pernah melarang saya untuk pacaran dengan kamu.
Tara
Saya gak pernah mau bertanya soal itu, walaupun saya selalu bertanya-tanya.
Dika
Tapi saya punya kewajiban untuk memenuhi harapan mereka yang mereka sendiri gak pernah bilang, tapi saya tahu. Saya harap kamu mengerti semua ini.
Tara meneteskan air matanya, ia hanya menatap langit-langit senja Jakarta dengan padatnya kendaraan.
Tara
Dik, ada satu hal yang kamu harus tahu sebelum pernikahan ini terjadi.
Dika
Ya, apa itu?
Tara
Yoga gak pernah mencintai saya, gak pernah Dik.
Dika
Dika hanya terdiam memegang setirnya, menghadapi jalanan panjang Jakarta.
Tara
Begitu juga saya.
Dika memegang erat tangan Tara, dipeluknya perlahan, diantara macetnya kota Jakarta. Air mata Tara tak tertahankan mengalir begitu saja dipelukan Dika.
Tara
Tapi Yoga gak akan pernah membiarkan air mata ini jatuh walaupun hanya setetes.
Dika
Dan hanya dia yang akan bahagiain kamu Ra!
Tara
Kamu yakin kalau saya sama dia akan bahagia? Saya sendiri saja gak pernah yakin, gimana caranya kamu bisa yakin?
Dika
Kalau saya gak yakin, saya gak bisa lepasin kamu bersama dia.
Tara
jadi?
Dika
Rasa yang bertaut ini bukan hanya milik kamu yang merasakan, seperti pembuluh darah aorta dan jantungnya, seperti urat nadi dan kulit.
Dika meminggirkan mobilnya ke sebuah jalanan yang tidak padat.
Dika
Tara kamu paham kan, kamu udah tau kan, kamu gak penasaran lagi kan, dan kamu gak usah nungguin saya lagi.
Tara
Menangis sesenggukan, lalu memeluk Dika.
Tara
Aku selalu percaya hari ini akan ada, aku selalu berharap bukan begini akhirnya, aku percaya keajaiban akan ada.
Tara
Dika aku mencintai kamu.
Dika hanya memeluk erat Tara tanpa berkata apapun memejamkan mata.
Dika melepaskan pelukan Tara perlahan, menatap Tara hingga hidung dan hidung menyatu. Dika mencium dahi Tara.
Lalu tak lama Tara melepaskan semuanya.
Tara
Saya turun ya, saya di sini aja ini udah deket rumah kok.
Dika
Saya antar sampai rumah ya.
Tara
Gak usah.
Dika
Hati-hati ya.
Dika membuka kunci pintu mobil yang dalam kendalinya.
Tara hanya tersenyum, ia membuka pintu dan membawa semua bawaanya sepulang kerja tadi.
48. (Int) mobil Dika . Petang. Gelap
Dika masih menunggu Tara di dalam mobil sampai menemukan Taksi.
Dika memejamkan mata, kepalanya ia hentakan pada kursinya.
Dika (VO)
Ada rasa yang tidak harus terucap, ada kisah yang tak harus terungkap, ada doa yang tidak harus dilafalkan cukup semua disimpan dengan baik sebagai nyawa tambahan, bahwa semua pernah dilalui.
49. (Int) taksi . Jalanan Jakarta. Petang. Gelap
Tara sudah naik ke dalam taksinya, Dika pergi melesat melewati gelapnya Jakarta, sudah tidak terlihat lagi.
50. (Int) Dalam taksi. Petang. Gelap
Tara berusaha menahan tangisnya. Ada rasa kecewa pada dika, ia menghirup nafas panjang.
Supir taksi
Mbak kita ke arah mana?
Tara
Menteng.
Sopir taksi
Baik.