Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
17. (Int) Bandara keberangkatan Internasional. Siang
Pras, Yoga, Tara, dan Angga mengantar keberangkatan Dika yang sudah diterima untuk kuliah di Amerika. Suasana ramai. Mereka berkumpul bersama.
Dika memegang satu koper besar, koper kabin, tas gendong. Kedua orangtua asuh Dika dan adik perempuannya.
Tara: mini dress lengan panjang, rambut bondu.
Pras: kemeja lengan pendek dan celana jeans pake jam tangan, sepatu covers.
Angga: jaket kulit coklat, daleman kaos, rambut spike panjang, sepatu kulit bertali.
Yoga: celana jeans, polo shirt, sandal sepatu gunung.
Dika memeluk satu per satu temannya bergantian, mengucapkan beberapa pesan.
Angga
Sukses ya Bro!
Angga memeluk Dika, Dika membalasnya.
Dika
Lo juga, adem pikiran di sana. Gua balik jadi ustad ya.
Angga
Minimal bisa ngaji sama sholat dulu, biar bisa do’ain ortu gua.
Dika melepas pelukan Angga dilanjutkan dengan memeluk Pras.
Pras
Jangan di asrama melulu di sana, ikut organisasi.
Dika
Ya ya ya, buat itu gua ga janji ada nilai yang harus gua kejar.
Lepas dari Pras, Dika memeluk Yoga.
Yoga
Ahh, sobat gua ini paling keren. Dik gua bangga sama lo sumpah, aset sekolah yang berhasil jadi aset negara dan sekarang menuju aset dunia.
Dika
Lo juga keren, jaga diri lo baik-baik. Gua titip Tara.
Seketika yoga terdiam, namun ia langsung mengambil alih pembicaraan ketika yang lain mulai memperhatikan.
Yoga
Pastinya.
Dan yang terlahir Tara, Dika memeluk Tara. Pelukan yang tidak biasa, Tara pun tanpa sadar air matanya sudah mengalir, pelukan paling lama tidak ada yang mencoba mengakhiri sekalipun orangtua angkat Dika. Beberapa orang lalu lalang memperhatikan namun berlalu begitu saja.
Dika
Ra ... Tara
Tara hanya menangis, semua membiarkan pelukan terbaiknya ia berikan pada Dika.
Dika sambil memegang kedua wajah Tara dengan kedua tangan.
Dika
Tara dengar aku, ada Yoga yang bisa jagain kamu. Ada Yoga yang bisa nemenin kamu kemanapun kamu mau, dan ada Yoga juga yang bakal sama kamu terus.
Dika dan Tara melihat ke arah Yoga, semua mendengar apa yang dikatakan Dika. Dan lagi-lagi tidak ada yang menghalau keduanya. Mereka dibiarkan begitu saja, berbicara. Yoga pun hanya kembali melihat tatapan Dika dan Tara tanpa bisa berkata apapun.
Dika
Ra, aku pamit ya.
Tara hanya mengangguk, air matanya masih mengalir. memejamkan mata sedalam mungkin, lalu menghirup nafas. Tara pun berupaya bicara dengan terbata-bata.
Tara
Di sini kita bukan mengantar lo pergi aja Dik, di sini kita saling mengantarkan ke tujuan masing-masing. Pertemuan kita yang sama-sama kena hukum waktu ospek karena sama-sama terlambat masuk, pertemuan yang gak baik-baik. Di sini maafin gua, karena gak bisa baik-baik buat mengantarkan ini semua.
Pras tak kuasa menahan air matanya, ia pun tanpa sadar meneteskan air mata tersebut.
Angga ia pun sama menahan air matanya, kepalanya ia tenggakan ke atas walau air mata itu tetap mengalir.
Yoga mengambil alih Tara, di peluknya, di usap bagian kepala Tara. Lalu disusul dengan Pras, Dika, dan Angga.
Pras
Gua gak kuat nahan sedih gua dari tadi asli.
Angga
Gua apalagi, Ra lu yang paling bisa bikin ketawa-ketawa elu juga yang bisa bikin kita melow gini. Playboy ikan cupang bisa nangis.
Angga sambil mengusap air mata dari pipinya.
Pras
Napa lu takut di lihat mantan?
Yoga
Lu takut di lihat senior hahaha.
Mereka saling tersenyum.
Dika
Ngga, buat besok udah beres persiapan mondoknya?
Angga
Udah boss aman.
Tara
Siapa yang nganterin?
Angga
Supir sama bu Nani yang jagain gua dari kecil.
Yoga
Gua anterin ya, ada mobil kok.
Angga
Ga usah, makasih Ga.
Dika
Hmmh.
Dika menghela nafasnya.
Dika
Ini bukan perpisahan, kita bertemu dalam doa gak ada yang lebih romantis dari itu, raga tak bertemu tapi doa tak surut.
Dika
Gua jalan, kalian juga.
Dika melambaikan tangannya dan masuk dalam ruang tunggu penumpang, Tara, Yoga, Pras dan Angga pun melambaikan tangan dan berpisah satu sama lain.
Nadin Amizah Rumpang: banyak yang tak ku ahli begitu pula menyambut mu pergi.
Tara (VO)
Pertemanan kami bukan sekedar teman anak remaja, seperti kulit dan urat nadi. Begitu dekat dan saling merasakan, mengangkat beban bersama nafas mereka juga nafasku. Empat sehat lima sempurna, kata satu sekolah. Kami tidak pernah menamainya, gak ada namanya, banyak yang iri, aku sendiri pernah hampir di bully karena terlalu dekat dengan Angga yang banyak cewenya, padahal Angga semalem abis di tampar sama ayahnya karena belain ibunya. Kami Saling melindungi, tidak boleh ada yang terluka, jika luka itu ada membasuh bersama walau tak benar-benar sembuh.
Sambil berjalan menelusuri setiap lorong bandara, menaiki mobil, menaiki mobil menelusuri tol cipularang arah ke Bandung bersama kedua orangtua Tara.