ACT 7
17. EXT. DREAM SEQUENCES – SIANG
Cast : Anak Perempuan Misterius, Anak Laki-laki Misterius.
CUT TO – MONTAGE
1. Aliran sungai dangkal.
2. Pemandangan desa.
3. Jemabatan pendek dan sempit.
4. Seorang sesepuh desa tengah bersila.
5. Beberapa orang berkumpul di depan rumah, ada yang menangis.
6. Sirine ambulan.
7. Seorang anak lelaki yang menyembunyikan wajah dengan lutut dan tangan. Lirih ia berucap.
Anak Lelaki
Laras. Ayo kembali.
CUT TO
18. EXT. AREA PERMAINAN GOBAK SODOR – MALAM
Cast : Laras, Talu, Patra, Mayang, Cahya, dan figuran.
Mata Laras membelalak dengan napas tak beraturan.
Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri.
Ia berkedip. Mengambil napas panjang, berusaha menggerakkan jari-jarinya.
Laras
Hidup...
Laras berusaha mengepalkan tangan.
Laras
Aku masih hidup?
Laras terbangun di tanah lapang.
Peserta lain mulai terbangun.
Semua memperhatikan situasi.
Talu panik mencari Laras.
Saat ia melihat bayangan Laras berdiri, Talu segera memanggil dan berlari ke arahnya.
Talu
Laras!
Laras menoleh ke sumber suara.
Laras
Talu!
Talu
Syukurlah! Aku pikir kau tadi kalah!
Talu memeluk Laras, Laras balik memeluk Talu.
Patra
Ecie, Cinlok!
Patra tertawa.
Laras dan talu melepas pelukan.
Patra
Tapi bakal sedih banget kalau salah satu dari kalian nanti harus mati.
Patra melalui mereka. Memperhatikan tanah lapang yang dikelilingi obor.
Ada garis yang membentuk empat persegi panjang.
Patra
Ini seperti area bermain gobak sodok.
Mayang
Bukan gobak sodok, tapi gobak sodor.
Patra kaget sampai melompat karena Mayang tiba-tiba datang.
Patra
Bujubuset! Bikin kaget aja!
Mayang
Ahaaha. Maaf.
Laras
Mbak Mayang!
Mayang
Syukurlah aku masih bisa bertemu kalian.
Patra
Siapa dia?
Laras
Dia yang memberitahu aku dan Talu angka yang akan muncul di permainan tadi.
Cahya
Memberitahu?
Cahya muncul. Laras dan lainnya menoleh ke arah Cahya.
Cahya mengentakkan kaki ke arah Mayang.
Cahya
Bagaimana kau bisa tahu angka berapa yang akan muncul?
Mayang
Itu...
Patra
Bocah ga punya sopan ke orang tua blang kau!
Cahya
Kalau kau tahu kenapa kau tidak memberitahukan kami semua!
Laras
Cahya tenang dulu.
Cahya
Kalau begitu kan Angkasa juga bisa selamat.
Patra
Ini juga kayaknya cinlok.
Cahya
Diem lo sinting!
Patra
Haduh...
Patra menggulirkan bola matanya ke atas.
Cahya
Oke! Kalau cara main kalian seperti itu aku juga bisa!
Cahya dengan amarah yang menggebu meninggalkan mereka.
Patra
Lah, malah pergi.
Mayang mengembuskan napas
Mayang
Dia benar, harusnya aku memberitahu peserta lain. Tapi, itu terlalu beresiko. Dalam permainan eliminasi seperti ini kita tidak tahu siapa lawan, siapa kawan. Semua bisa berbalik sesuai kebutuhan mereka.
Talu
Mbak Mayang benar. Apa yang beliau lakukan sudah tepat.
Laras
Lalu, kenapa Anda memberitahu kami?
Mayang
Aku bukan cenayang, tapi aku bisa melihat aura seseorang dan aku tak melihat aura buruk dari kalian bertiga.
Patra
Tetap saja pada akhirnya kita akan saling menjatuhkan di setiap permainan.
Mayang
Itu benar. Tapi, ada satu alasan lagi kenapa aku membutuhkan kalian.
Laras, talu, dan Patra mengernyitkan kening.
Mayang
Apabila salah satu dari kalian menang aku berharap kalian mengingat kata-kataku ini, dengan begitu kalian bisa menyelesaikan permainan kematian ini atau malah mungkin menghentikannya.
Patra
Maksudnya?
Mayang
Kalin boleh tidak percaya, kalian boleh mengatakan aku membual, aku sendiri pun tidak yakin seratus persen bahwa cerita ini benar. Karena cerita ini diturunkan secara tertutup oleh kelompok tertentu saja.
CUT TO
19. DREAM SEQUENCES – IMAJINASI MAYANG
Animasi yang menunjukkan wayang dalang sedang bermain wayang.
Mayang (O.S)
Ayahku adalah seorang Dalang. Ibuku seorang Waranggana atau lebih dikenal sebagai Sinden. Sebagai anak seorang dalang dan sinden sudah barang tentu mereka mengajariku soal kebudayaan dan tradisi kuno mengenai perdalangan dan persindenan.
Animasi yang menunjukkan Mayang kecil dalam bentuk wayang sedang mengintip Ayah dan temannya yang sedang mengobrol.
Mayang (O.S)
Saat itu Ayah kedatangan tamu. Wajah dia seperti warok dengan jenggot dan kumis tebal serta wajah merah. Teman ayahku itu bercerita tentang daerah terlarang yang sering dijadikan tempat mencari wangsit.
Animasi pakeliran wayang dengan gunungan dan beberapa karakter wayang.
Mayang (O.S)
Konon, beberapa ratus tahun yang lalu ada sebuah desa makmur penghasil kopi yang mengadakan hajatan besar di kaki gunung. Mereka menggelar pentas wayang dan bazar permainan.
Animasi sebuah desa yang hancur terkubur bebatuan.
Mayang (O.S)
Nahasnya, beberapa jam sebelum hajatan itu dimulai gempa mengguncang. Desa itu ditelan oleh bumi. Hanya ada satu akses jalan masuk dan tak ada yang berani mengambil resiko untuk pergi kesana, jadi semua menyerah dan semua orang di desa tersebut dikatakan meninggal.
Animasi wayang warga yang mengalami penyakit aneh.
Mayang (O.S)
Mereka kemudian menggelar ritual khusus agar arwah para penduduk desa dan rombongan wayang tenang. Namun, tak lama terjadi wabah di desa sekitar yang tidak bisa ditangani oleh dokter ataupun mantri manapun.
Patra (O.S)
Pasca gempa memang sering terjadi wabah penyakit karena sanitasi yang buruk, penyakit yang menyebar karena melonggarnya karantina, juga pencemaran lain.
Mayang(O.S)
Kau lumayan pintar, ya. Namun, orang jaman dahulu tidak bisa berpikir sejauh itu. Semua selalu dikaitkan dengan hal klenik.
Animasi wayang seorang dukun ilmu hitam yang datang dan memerintahkan para warga untuk mencari tumbal.
Mayang (O.S)
Singkat cerita, mereka mencari orang pintar untuk membantu masalah mereka. Lalu datang seorang dukun yang mengatakan dia bisa membebaskan wabah itu asal mereka memberinya tumbal orang-orang yang memiliki jiwa yang kuat. Jiwa yang kuat dalam hal ini adalah orang-orang yang memiliki ambisi kuat untuk bertahan hidup.
Animasi seorang Kades mengadakan sayembara.
Mayang (O.S)
Para kades menyetujuinya. Mereka pun mengadakan sayembara, siapapun yang menang akan diberi hadiah yang banyak, tetapi tak banyak yang tahu bahwa bila mereka kalah dalam sayembara itu mereka akan dibunuh untuk dijadikan tumbal.
Animasi wayang Kades mengadakan sayembara, pakeliran berubah merah.
Mayang (O.S)
Dengan menggunakan para tumbal itu sang dukun membuat kontrak dengan makhluk gaib yang lebih kuat. Kesaktiannya bertambah dan hampir tak dapat dikalahkan siapapun. Karena keserakahannya, ia berusaha agar sayembara tumbal itu tidak berhenti.
CUT TO
20. EXT. AREA PERMAINAN GOBAK SODOR – MALAM
Cast : Laras, Talu, Patra, Mayang, Cahya, Pak Hajat dan figuran.
Patra
Gila...
Laras
Kalau permainan ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu, sudah berapa orang yang...
Talu
Dan kita akan menjadi salah satu tumbal mereka?
Mayang
Mm.
Mayang tersenyum getir.
Patra
Tante, Kau tidak terlihat tegang dengan semua ini?
Mayang
Hm? Memangnya kenapa? Bukankah kau sendiri mengatakan kalau nanti mati kau akan menjadi setan dan menghajar mereka?
Patra
Hei, itu kan... aish!
Mayang
Aku bukannya tidak tegang atau takut. Aku diajarkan oleh keluargaku untuk selalu berkepala dingin dalam keadaan apapun. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya akalu kita berserah pada Yang Maha Kuasa.
Di tengah obrolan mereka suara Pak Hajat menggema mengalihkan perhatian.
Pak Hajat
Selamat kepada para pelakon yang berhasil lolos di babak kedua! Total pelakon yang berhasil dalam babak ini adalah tiga puluh orang.
Talu
Tiga puluh, berarti lebih dari setengah.
Mayang
Setelah ini mungkin lebih dari itu atau malah tersisa satu
Patra
Kenapa kau sangat yakin?
Mayang
Karena kita sudah tahu tujuan utama mereka adalah mengeliminasi hingga tersisa satu peserta.
Talu
Benar. Kita harus lebih waspada.
Laras
Lalu... bagaimana kalau yang tersisa hanya tinggal kita? Apa kita juga akan saling menjatuhkan?
Pertanyaan Laras membuat Patra, Talu, dan Mayang terdiam.
Suara Pak Hajat kembali mengggema.
Pak Hajat
Permainan selanjutnya adalah, Gobak Sodor. Peraturannya sederhana. Para pelakon diharuskan melewati garis mulai menuju garis selesai yang terletak di ujung seberang. Namun, kalian harus waspada karena di setiap garis pembatas ada penjaga yang akan menangkap kalian. Bila kalian kalah maka kalian akan dikeluarkan secara otomatis dari area permainan. Selamat bermain!
Terdengar bunyi kayu diketuk seperti biasa yang menandakan dimulainya permainan.
Dari dalam tanah muncul bayangan hitam.
Bayangan hitam itu mulai membentuk wujud manusia, mengenakan pakaian serba hitam, kain-kain yang menjuntai, lengan mereka panjang dengan tangan besar berjari tiga yang sepertinya bisa memerangkap tubuh sebesar apapun.
Patra
Curang! Kalau begitu bagaimana bisa kita lewat!
Talu
Kalau tidak salah kau bisa mengecoh lawan dengan melompat ke kanan dan kiri, tapi kalau tangan mereka sepanjang itu memang kemungkinan untuk bisa melewatinya sangat kecil.
Peserta A
Hei! Bocah kribo di sana! Kau yang tadi ngomong bakal menghajar setan-setan itu, kan? Coba keluarkan nyalimu sekali lagi!
Patra
Kurang ajar! Ini ikal! Bukan kribo! Kenapa tidak kau saja yang maju duluan?
Semua diam di tempatnya masing-masing.
Tiba-tiba ada yang menendang lutut Laras sehingga ia kehilangan keseimbangan.
Laras
Ah!
Laras nyaris jatuh terjerembab.
Talu segera meraih Laras dan sekuat tenaga menariknya.
Laras merasakan angin yang mengembus saat sang penjaga mengayunkan tangan ke arahnya.
Talu
Laras! Bertahan!
CUT TO
FLASHBACK
Laras bergelantungan sambil berpegangan pada tangan seseorang.
CUT TO
Talu menariknya ke belakang.
Laras terduduk, mengatur napas.
Ia bangkit dan menoleh ke belakang, mencari siapa yang telah mendorongnya.
Betapa terkejutnya saat ia meihat Cahya yang menatap nyalang padanya.
Laras
Cahya?
Cahya
Kita semua di sini ada tiga puluh orang. Sedangkan garis yang harus kita lewati hanya empat, jadi harusnya tidak masalah menumbalkan empat atau lima orang untuk mengelabui penjaga!
Laras
Bisa-bisanya kau berpikir seperti itu!
Peserta A
Dia benar! Ayo kita tumbalkan bersama!
Separuh Peserta
Setuju!
Lelaki yang memprovokasi peserta lain itu berlari ke arah Laras.
Talu maju di depan Laras, mengambil kerah dan ban pinggang lelaki yang mencoba mendorong Laras kemudian membantingnya ke arah penjaga.
Sang penjaga menangkap lelaki itu dengan jemari monsternya.
Kain-kain yang menjuntai disekitar kemudian membebatnya seperti perangkap laba-laba lalu melahapnya bulat-bulat.
Patra
Woho! Keren!
Talu
Sepertinya permainan ini tidak memiliki kelemahan seperti permainan lainnya.
Patra
Kau benar! Ini sudah menjadi arena rumble!
Peserta B
Bocah tengik! Kau yang akan jadi tumbal selanjutnya!
Talu
Laras! Ambil kanan! Bersiaplah lari!
Laras
Oke!
Peserta B mengayunkan tangan ke arah Talu.
Talu menangkisnya.
Di saat yang bersamaan, patra menendang perut peserta B.
Melihat ada celah Talu segera melakukan teknik judo, meraih kerah lelaki tersebut yang membantingnya sekuat tenaga ke arah kiri.
Lelaki itu menubruk penjaga.
Laras, Talu, Patra, dan peserta lainnya segera masuk ke dalam blok selanjutnya selama perhatian penjaga teralihkan.
Para peserta saling mendorong.
Satu peserta lain berhasil ditangkap oleh penjaga yang berada di garis vertikal.
Patra
Oke! Bagus! Keluar kandang macan, masuk lubang buaya!
Mayang
Keluar mulut harimau, masuk mulut buaya.
Patra
Ah! Tante! Bisa-bisanya bikin candaan di situasi kayak gini!
Mayang terkekeh.
Arena yang kian sempit membuat para peserta berdesakan di tengah untuk menghindari jangkauan penjaga.
Peserta C
Ba-bagaimana kalau kita mengadakan suit? Untuk menentukan siapa yang akan menjadi tumbal selanjutnya?
Patra
Daripada suit mending kita saling kelahi satu sama lain di sini!
Peserta D
Kau menyebalkan sekali! Bagaimana kalau kau saja yang ditumbalkan?
Patra
Kenapa sih semua suka nyalahin aku?
Broto
Itu ide yang bagus aku sangat suka!
Salah satu peserta berbadan kekar dengan banyak tato dan bekas luka menakutakan maju.
Ia mencengkeram lengan seorang perempuan.
Peserta Perempuan
Argh! Ka-kau! Apa yang kau lakukan!
Peserta itu menyeretnya mendekati penjaga.
Peserta perempuan
Hei! Apa yang mau kau- Aku perempuan! Aku perempuan! Kau lupa dari mana kau lahir! Hentikan! Lepaskan aku dasar kau- Ah! Arrrghhh!
Broto
Kalau kau mau menghantuiku ingat-ingatlah. Namaku Broto!
Broto itu melempar tubuh si wanita ke depan penjaga.
Si peserta wanita segera bangkit, berusaha lari, tetapi keburu ditangkap oleh penjaga.
Talu
Ini kesempatan! Lari!
Talu meraih lengan laras
Para peserta berlari.
Karena berdesakan beberapa ada yang terjatuh dan tak sempat menyelamatkan diri.
Mereka berhasil memasuki blok yang kedua.
Broto mengambil peserta yang sekiranya lemah untuk dijadikan tumbal.
Kali ini ia melemparkan dua orang lain yang paling kurus untuk mengelabui penjaga yang berjaga di samping dan depan.
Para peserta berhasil memasuki blok ketiga lalu terakhir tanpa hambatan.
Patra
Hei! Aku tidak mengira akan semudah ini!
Talu
...
Patra
Jadi selanjutnya-
Talu
Awas!
Talu mendorong Patra.
Broto
Kau cekatan juga!
Broto mendekat ke arah mereka.
Patra
Apa yang kau lakukan, bodoh!
Talu
Dia mau menghabisi kita duluan!
Patra
Owh! Sial! Sekarang penjaganya tidak cuma di sekitar garis namun juga di arena pemain!
Patra bangkit
Patra
Kau pikir aku takut! Ayo sini!
Patra dan Talu fokus menghindari tangkapan Broto.
Peserta lain tak ada yang membantu mereka.
Patra
Kalian kalau tidak mau membantu tidak apa-apa! Tapi kalau kami sudah mati tinggal giliran kalian dilempar ke monster-monster itu!
Provokasi Patra berhasil.
Separuh peserta maju untuk melawan Broto.
Meski sedikit kewalahan, Broto bisa melawan setiap serangan.
Di lain pihak, Cahya masih berusaha untuk menyerang Laras.
Dia mengambil pasir, melemparkannya ke mata Laras, membuat Laras sempoyongan.
Patra
Cahya! Kamu ngapain! Talu! Laras dalam bahaya!
Talu menoleh dan bergegas ke arah Laras.
Cahya
Tinggal melewati satu gars dan aku akan jadi pemenangnya!
Cahya berteriak, berlari ke arah Laras berusaha untuk mendorongnya.
Laras berhasil membersihkan debu, menatap ke arah Cahya.
Laras mengelak, menjegal kaki Cahya.
Perempuan kecil itu terjerembab, bergulung mendekat ke arah penjaga.
Penjaga menangkap kaki Cahya lalu menyeretnya.
Cahya
Ah! Tidak! lepaskan! Lepaskan! Tolong! Laras! Tolong!
Laras, Patra, dan Talu hanya bisa diam melihat Cahya dibebat kain hitam, perlahan ditelan oleh penjaga.
Cahya
Tolong! Tolong aku! To-
Talu mendekat ke Laras. Meletakkan tangannya ke bahu Laras.
Laras menitikkan air mata.
Talu
Kau enggak apa-apa?
Laras
Aku sudah membunuh Cahya.
Talu
Tidak, kau tidak membunuhnya. Kau menyelamatkan dirimu dari ancaman bahaya. Sudahlah jangan menangis.
Laras mengusap air mata.
Patra menoleh ke arah peserta yang mulai menipis karena kalah bertarung dengan Broto.
Ia mengambil napas panjang.
Patra berteriak memanggil Talu.
Patra
Hoi! Talu!
Talu menoleh ke arahnya.
Patra
Hei. Kalau kau berhasil lolos nanti, katakan kepada keluargaku, aku sedang berpetualang untuk mengalahkan Raja Iblis.
Talu
Apa yang kau katakan!
Patra
Cek saja google. Dokter Gigi Ashari Simbar Menjangan. Di negara ini cuma ada satu yang namanya seperti itu. Aku titip salam untuk keluargaku.
Talu
Patra!
Patra
Aku yakin kalian bisa menyelesaikan permainan ini dengan baik. Aku akan mengalihkan perhatiannya, kalian bergegaslah masuk ke garis finish.
Talu
Tapi-
Patra
Pada akhirnya yang tersisa hanya satu peserta! Aku tidak bisa kalau aku harus melawan ... kalian.
Patra bergantian menatap Laras dan Talu
Patra
Pokoknya kalian harus menang dulu! Jangan pikirkkan yang lain! Cepat pergi sana brengsek!
Laras
Patra!
Patra
Aku akan membukakan celah untuk kalian.
Talu menggenggam tangan Laras.
Talu
Berhati-hatilah dengan jangkauan penjaga! Begitu ada kesempatan kita segera lari.
Laras
Aku- aku tidak bisa melanjutkan permainan ini!
Talu
Aku tidak bisa membiarkanmu mati untuk kedua kalinya!
Laras terkesiap.
Terdengar jeritan. Satu peserta dilemparke penjaga yang berada di tepi.
Satu lagi di seret menuju penjaga yang bertahan di garis finish.
Broto segera berlari ke arah yang kosong.
Patra
Tahan gorila bertato ituuu!
Talu
Sekarang!
Broto
Kalian jangan coba-coba!
Patra berusaha menjegal Broto.
Broto geram dan mencekik Patra
Patra
Arrghh! Gorilla brengsek!
Broto
Kurang ajar! Mati kau!
Patra
Laras! Talu! Pergi cepat!
Di tengah kekacauan itu Talu dan Laras berlari ke garis finish.
Satu penjaga selesai menelan pemain. Ia merentangkan tangan ke arah Talu dan Laras.
Tangannya hampir menggapai Laras, tetapi Mayang menghadangnya.
Laras
Mbak Mayang!
Mayang
Semoga berhasil.
Laras mengalihkan pandangan ke garis finish.
Talu dan Laras melompat ke garish finish.
CUT TO FADE IN WHITE