ACT 5
14. INT. AULA RUMAH PAK HAJAT – MALAM
Cast : Laras, Cahya, Patra, Talu, Mayang, Pak Hajat
CUT TO
Laras dan Cahya perlahan membuka mata, menengadah, menemukan diri mereka berada di aula bersama para peserta yang tersisa.
Cahya dan Laras bangkit.
Laras mencoba mencari keberadaan Talu dan yang lain.
Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk pundaknya.
Laras
Talu! Syukurlah!
Cahya
Itu Angkasa!
Cahya melambaikan tangan ke Angkasa.
Angkasa menghampiri mereka.
Angkasa
Syukurlah kalian lolos!
Laras
Syukur juga kamu lolos.
Mereka dan peserta lain mengedarkan pandang.
Dari pojokan aula seseorang melambaikan tangan.
Laras
Patra?
Laras balik melambaikan tagan.
Kelimanya berkumpul kembali.
Pak Hajat datang dari balik panggung.
Para pesertamenjadi segan sekaligus geram dengan kehadiran Pak Hajat.
Pak Hajat
Selamat kepada para pelakon yang berhasil lolos dari permainan pertama. Total pelakon yang berhasil dalam babak ini ada enam puluh enam orang.
Cahya
Enam puluh enam? Berarti tiga puluh empat orang…
FLASHBACK
Laras teringat Rizki dan Tara.
Laras mencubit tengah kening. rautnya terlihat kesakitan.
Cahya
Laras? Kamu enggak apa-apa?
Laras
Nggak. Nggak apa-apa.
CUT TO
Pak Hajat di atas panggung.
Pak Hajat (O.S)
Untuk merayakan kemenangan ini, kami akan mempersilakan Anda semua beristirahat dan menjamu kalian dengan sebaik-baiknya. Silakan ikuti pintu keluar yang ada di belakang Anda. Pelayan kami akan memandu Anda ke ruang istirahat.
Seorang pelayan perempuan datang, membungkuk, lalu memandu mereka ke ruang jamuan.
Pak Hajat
Sampai jumpa di permainan selanjutnya.
Para peserta berhamburan keluar.
Rombongan Laras mengikuti perintah Pak Hajat.
Laras menatap Pak Hajat.
POV Pintu
Pak Hajat membungkuk lalu pintu perlahan ditutup.
CUT TO
15. INT. RUANG MAKAN RUMAH PAK HAJAT – MALAM
Cast : Laras, Cahya, Angkasa, Patra, Talu, figuran.
Cahya dan Angkasa membelalak dan menahan liur dengan sajian di depan mereka.
INSERT
Terdapat banyak makanan mewah khas kerajaan jawa antara lain Glendhoh, Selat, dan berbagai macam kudapan ringan.
Cahya
Woh! Kayaknya enak banget!
Angkasa mengambil garpu lalu mengambil potongan daging dari makananan yang disajikan.
Ia mengunyahnya dengan ekspresi berlebihan
Angkasa
Mm! Enak banget!
Cahya
Beneran?
Cahya mengikuti Angkasa, mengambil garpu dan menyendokkan makanan ke mulut.
Cahya
Emm! Iya enak banget! Aku gak pernah makan makanan seenak ini!
Cahya melirik ke arah Laras.
Laras tak bersemangat karena masih kepikiran kematian Rizki.
Cahya
Laras, kamu enggak makan?
Laras menoleh, tersenyum tipis, lalu menggeleng.
Laras
Enggak. Aku enggak nafsu makan. Aku minum aja.
Cahya
Patra dan Talu juga enggak makan?
Cahya bertanya sembari menyendokan makanan ke mulut.
Patra melirik Cahya dengan tatapan merendahkan.
Patra mengambil garpu, menusuk makanannya.
Patra
Kamu tahu enggak? Banyak cerita horor di mana tokoh utamanya disuguhi makanan-makanan yang enak.
Patra mengangkat garpu kemudian memperhatikan potongan daging dengan seksama.
Patra
Tapi, tahu-tahu berubah jadi otak monyet.
Mendengar penuturannya, Cahya, Angkasa, dan beberapa peserta di dekat mereka berhenti mengunyah.
Angkasa menelan makanannya dengan berat diikuti wajah menyesal.
Cahya mengeluarkan kembali makanannya, dia ikut ragu mengambil minuman untuk membasuh lidah.
Patra menyeringai, lalu memasukkan daging itu ke dalam mulut.
Patra
Aku cuma bercanda. Kalian kenapa mudah sekali dibohongi?
Cahya dan Angkasa mengembuskan napas panjang.
Angkasa
Habisnya...
Cahya
Enggak lucu banget baru makan terus ngomongin hal kayak gitu.
Talu yang sedari tadi bersandar sambil melipat tangan memajukan kursi. Mengambil sendok dan garpu kemudian menyantap makanannya.
Talu
Makanlah selagi masih bisa makan. Kalau tidak makan tubuhmu akan kehilangan energi. Kalau kau tak punya energi setan-setan itu akan dengan mudah menangkapmu.
Laras memperhatikan Talu.
Laras
Kamu tu perhatiannya bisa sedikit lebih lembut enggak, sih?
Talu tak begitu menggubris Laras, fokus ke makanannya.
Laras mengembuskan napas panjang. Ia menyantap makanannya.
CUT TO
Suasana ruang makan setelah semua menghabiskan makanan mereka.
Angkasa
Aduh! Kenyang
Cahya mentautkan tangan di depan wajah kemudian berdoa.
Cahya
Semoga tidak jadi otak monyet!
Laras menoleh ke arah Patra
Laras
Menurutmu, apa permainan selanjutnya?
Patra
Ya, mana aku tahu? Tapi, kita disuruh makan. Kemungkinan besar permainan yang membutuhkan fisik, atau mungkin adu ketangkasan, yang jelas tidak mungkin semacam kuis cerdas cermat.
Angkasa
Aku cuma berharap tidak bertemu dengan makhluk mengerikan lainnya dipermainan selanjutnya. Aku bisa sampai di babak ini saja adalah suatu mukjizat!
Patra
Baguslah, itu artinya keberuntunganmu bagus. Di dunia ini orang yang rajin atau jenius sekalipun selalu kalah dengan orang yang beruntung.
Angkasa
Mm! Benar juga, aku memang orang yang selalu beruntung.
Pintu ruang makan terbuka, mengalihkan fokus para peserta.
Pak Hajat datang.
Pak Hajat
Apa anda puas dengan jamuan kami?
Pak Hajat tersenyum. Tak ada yang berani menjawabnya.
Pak Hajat
Jangan terlalu kaku begitu, yang menjawab salah tidak akan dihukum kok.
Peserta Berkacamata
Maaf
Pak Hajat menoleh ke arah Peserta Berkacamata.
Pak Hajat
Ya?
Peserta Berkacamata
Apakah kami boleh bertanya sesuatu?
Pak Hajat
Oh! Tentu saja! Silakan silakan. Asal pertanyaan Anda tidak melampaui batasan, kami akan dengan senang hati menjawabnya.
Peserta Berkacamata mengambil napas dalam.
Peserta Berkacamata
Di mana ini?
Pak Hajat
Kampung Rawit.
Peserta Berkacamata mengembuskan napas karena kesal dengan jawabannya.
Peserta Berkacamata
Saya tidak bertanya nama tempat ini. Saya bertanya ini di dunia mana? Apakah masih alam manusia, alam mimpi, atau yang lain?
Pak Hajat
Bila kelima indera Anda masih berfungsi dengan baik, tentu Anda sudah tahu jawabannya.
Talu dan Laras mengernyit.
Patra
Semua memang terasa nyata, tapi kalau ini memang alam manusia seharusnya semua yang kita alami tadi terlalu di luar nalar untuk terjadi. Terutama saat kita tiba-tiba pindah tempat.
Talu
Setan selalu datang dengan tipu daya.
Patra mengangguk-angguk dengan jawaban Talu.
Mereka kembali ke Pak Hajat
Peserta Berkacamata
Apa hadiah yang kami dapatkan bisa kami memenangkan semua permainan?
Pak Hajat
Itu mudah, kami akan mengabulkan satu keinginan kalian. Apapun itu.
Semua peserta saling berbisik.
Cahya
Ah, aku tidak peduli dengan hadiahnya aku ingin pulang saja.
Angkasa
Kau benar. Aku ingin kita semua bisa pulang dengan selamat.
Patra mengacungkan tangan.
Patra
Ada berapa permainan yang harus kami mainkan?
Pak Hajat
Tergantung dengan sisa peserta yang bisa bertahan.
Peserta Berkacamata
Itu berarti... apa kalian akan mengeliminasi kami hingga hanya tersisa satu peserta?
Pak Hajat
Ya
Laras dan teman-temannya saling bertatapan.
Cahya
Itu ga mungkin kan?
Laras
Tenang aja, kita bakal bersama terus sampai permainan selesai
Angkasa
Itu benar. Kita semua akan selamat. Setelah ini tidak akan ada yang mati lagi.
Patra
Memang kau bisa menjaminnnya?
Angkasa
Itu- itu...
Laras menelan ludah, memberanikan diri mengacungkan tangan
Laras
Apa... apa peserta yang tidak lolos akan kembali lagi setelah semua permainan selesai?
Pak Hajat tersenyum simpul.
Pak Hajat
Tidak
Laras dan teman-temannya saling bertatapan.
Cahya menujukkan raut cemas.
Talu
Kau masih memikirkan dua orang brengsek tadi?
Laras menoleh ke arah Talu, menggeleng.
Laras
Ti-tidak.
Talu
Lalu kenapa menanyakan hal itu?
Laras
Aku cuma penasaran saja.
Talu
Udah aku bilang enggak ada gunanya mikirin orang yang enggak mikirin kamu.
Laras mengambil napas panjang lalu mengembuskannya.
Laras
Memangnya kamu mikirin aku?
Talu
Iya.
Laras terkesiap
Laras
H-Huh?
Talu mengalihkan pandangan.
Pak Hajat
Bila tidak ada pertanyaan lain mari kita lanjut ke permainan selanjutnya.
Pak Hajat menjetikkan jari.
Pintu terbuka.
Para peserta menoleh ke arah pintu.
Pak Hajat
Silakan masuk ke arena permainan.
CUT