Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Lakon
Suka
Favorit
Bagikan
6. ACT 6 - CUBLAK-CUBLAK SUWENG
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

ACT 6

16. INT. AULA RUMAH PAK HAJAT – MALAM

Cast : Laras, Cahya, Angkasa, Patra, Talu, Mayang, dan figuran lain.

Para peserta memasuki area permainan selanjutnya.

Ada enam perempuan jawa yang berdiri di depan panggung.

Pak Hajat mengikuti dari belakang, lalu berjalan ke arah panggung.

Pak Hajat tersenyum di depan para pemain.

 

Pak Hajat
Permaianan kali ini namanya, cublak-cublak suweng. Permainannya cukup mudah. Salah satu dari enam pelayan perempuan kami akan bergantian menyembunyikan koin dari satu tangan ke tangan yang lain sambil bernyanyi. Setelah lagu selesai, para pelakon harus menebak siapa yang membawa koin.
Patra
Oh, jadi mirip main dadu.

 

Pak Hajat menunjuk satu per satu pelayan perempuan yang bertugas memegang koin.

Kamera mengikuti hitungan Pak Hajat, fokus pada para pelayan perempuan yang berdiri di depan panggung.

 

Pak Hajat
Nomer satu adalah yang paling kiri dari sudut pandang Anda, kemudian, nomer dua, tiga, empat, lima, dan terakhir nomer enam adalah yang paling kanan. Agar semua adil dan mendapat giliran saya berharap para pelakon mengambil undian di kotak yang kami sediakan. Kotak undian ini berisi nomor dari satu sampai enam puluh enam. Siapa yang mendapatkan nomer satu maka ia yang maju paling duluan.

 

CUT TO

Seorang pelayan perempuan datang membawa kotak undian.

JUMP CUT

Satu persatu para peserta mengambil nomer undian, hingga sampai ke rombongan Laras.

Patra nomer 13, Angkasa nomer 9, Cahya nomer 1, Talu nomer 64, dan Laras mendapatkan nomer terakhir, 66.

CUT TO

Pak Hajat
Nah, untuk para pelakon, silakan berbaris sesuai dengan nomer urut undian anda. Berdirilah di atas panggung yang telah di sediakan.


Pak Hajat menunjuk pijakan bulat dari kayu yang disorot lampu.

Cahya menelan ludah karena ia nomer pertama.


Cahya
Aku gamau mati duluan...

 

Pak Hajat mengambil cempala.

Ia bersila di depan layar panggung kemudian mengetukkan kayu tersebut.

 

Pak Hajat
Mari kita mulai permainan ini.


Bunyi ketukan kayu menggema di area permainan.

CUT TO

Perempuan paling kiri memperlihatkan koin yang dijadikan token. Menggenggamnya erat.

Cahya terlihat begitu tegang, namun berusaha fokus.

Para pelayan kemudian bernyanyi. Sambil melakukan estafet tangan.


Pelayan Perempuan
Cublak-cublak suweng, suwenge teng gelenter...

 

Namun semakin mendekati akhir lagu gerakan maupun lagu mereka semakin cepat.

 

Cahya
Hah! Hah?! Aduh jangan cepet-cepet!

 

Lagu selesai, para pelayan perempuan bergeming.

Cahya panik karena tidak bisa mengikuti gerakan mereka di tengah permainan. Ia ingin menangis.

 

Cahya
Aku gamau kalah... aku gamau mati dulu...

 

Cahya menelan ludah, mengambil napas dalam-dalam.

 

Cahya(V.O)
Semoga aku berhasil.

 

Cahya mengembuskan napas pelan

 

Cahya
Ti- tiga.


Slow motion di tangan perempuan nomer tiga.

Perlahan ia mengangkat tangan, bergantian dengan wajah Cahya yang cemas lalu memejamkan mata.

Koin tersibak yang ada di balik tangannya.

Cahya mengintip. Lega tak karuan sampai kakinya lemas dan jatuh berlutut.

 

Cahya
Ahhh! Huwaaa! Berhasil!
Angkasa
Yes! Bagus, Cahya!

 

Laras tersenyum lebar, Patra mengeringai, Talu tak memperlihatkan ekspresi apapun.

CUT TO

Permainan berlanjut.

Koin tidak diputar dari awal melainkan mulai diputar di posisi terakhir koin berhenti.

Peserta selanjutnya tidak bisa menebak dengan benar.

Pijakan bulat tempat mereka berdiri tiba-tiba terbuka.

Peserta tersebut jatuh ke dalam lubang.

Ke enam pelayan itu mengganti ritme nyanyian. Kadang cepat di awal, kadang cepat di tengah, sehingga peserta kesulitan menebak di mana koin disembunyikan.

 

Laras
Kalau disesuaikan dengan ritem lagu, harusnya kita bisa menghitung letak koinnya.
Talu
Mereka secara acak mengganti ritme permainan. kalau tidak benar-bernar konsentrasi penuh kita tidak bisa menghitung posisi koin. Ada juga kemungkinan mereka tidak memindahkan koinnya. Kalau seperti ini terus kita cuma bisa mengandalkan keberuntungan murni.

 

Satu pserta yang gagal menjawab secara refleks melompat sesaat sebelum lubang membuka.

Namun di pijakan berikutnya tetap ada lubang menganga yang terbuka dan menjatuhkannya hidup-hidup.

CUT TO

 

Tiba giliran Angkasa.

Pelayan perempuan memberitahu letak posisi koin terakhir, menggulirnya, mempercepat ritme, kemudian berhenti. Angkasa menelan ludah, komat-kamit sebelum menjawab.

 

Angkasa
Angka yang keluar tebanyak tadi adalah angka dua, disusul angka tiga, lima, lalu satu, artinya ada kemungkinan angka dua akan muncul lagi, tapi bisa jadi selain angka dua yang muncul...
Cahya
Angkasa! Kamu pasti bisa!

 

Angkasa masih mencoba menghitung probabilitas angka yang muncul.

 

Angkasa
Semoga berhasil saja! Oke! Nomor ...

 

Angkasa menelan ludah, merapatkan mata

 

Angkasa
Enam!


Pelayan perempuan mengangkat tangan. Koin berada di nomer dua.

 

Angkasa
Du-dua ... dua ... sial! Harusnya tadi aku ikut nomer dua saja!


Lubang pijakan terbuka.

 

Angkasa
Aaaaa!
Cahya
Angkasa!
Laras
Oh, tidak! Angkasa!

 

Laras terkesiap menutup mulut. Talu mengernyitkan dahi. Patra membeliak kaget.

Sebelum jatuh Angkasa mencengkeram tepian lubang dan berusaha untuk naik.

 

Angkasa
Aku tidak boleh mati di sini... Aku sudah lolos seleksi team... Aku-

 

Namun lubang pijakan itu tiba-tiba menutup dan memaksa Angkasa terjun ke dalam lubang.

Cahya terduduk sambil menangis.

 

CUT TO

Permainan berlanjut.

Tiba giliran Patra.

Pelayan wanita mulai memindahkan koin.

 

Pelayan Wanita
Cublak-cublak suweng, suwenge ting gelenter mambu ketundhung gudel, pak empong lera lere, sapa ngguyu ndhelikkake, sir sir, pong dhele kopong.

 

Pelayan Wanita berhenti.

Patra menghembuskan napas panjang.

 

Patra
Aku tidak tahu kalau aku menang di permainan ini disebut orang beruntung atau malah sial. Karena aku masih harus memainkan permainan kalian para setan!

 

Pak Hajat tersenyum simpul.

  Patra
Tapi asal kalian tahu, aku bukan orang yang pantang menyerah. Kalau aku mati aku akan jadi hantu dan menghancurkan kalian satu per satu!

 

Laras, Talu, Cahya, merasa mendapat semangat dari kata-kata Patra. 

 

Patra
nomor dua!

 

Kamera bergantian menyorot tangan pelayan wanita dan Patra.

Tebakan Patra benar, koin itu berada di pelayan wanita nomor dua.

 

Patra
AAARGH!!! YES!

 

Patra mengepalkan tangan ke atas.

 

Laras
Syukurlah.

 

Laras menelan ludah memikirkan nasibnya.

 

Laras
Bagaimana kalau aku tidak punya keberuntungan seperti Patra dan Cahya.
Mayang
Sepertinya tidak seperti itu nona.

 

Pemain di depan Laras menoleh ke arahnya.

 

Mayang
Aku bisa menebak nomor selanjutnya mulai dari angka pertama hingga kau.

 

Laras dan Talu membelalak

 

Laras
Bagaimana Anda melakukannya? Anda cenayang?

 

Mayang menggeleng sambil tersenyum.

 

Mayang
Namaku Mayang. Sepertinya di tempat ini hanya aku yang bisa menebak angka yang akan keluar.
Talu
Bagaimana caranya?

 

INTERCUT

Mayang menoleh ke depan. Memperhatikan peserta yang tengah kebingungan menebak angka.

 

Mayang
Peserta nomor empat belas, angka yang keluar adalah, tiga.

 

Peserta gagal menebak angka.

 

Mayang
Dua

 

Peserta gagal menebak angka.

 

Mayang
Lima

 

Peserta gagal menebak angka.


Mayang
Tiga

 

Peserta berhasil menebak angka.

CUT TO

 

Laras
Ba-bagaimana caranya?

 

Laras dan Talu mengernyitkan dahi.

 

Mayang
Itu mudah. Mereka mengikuti notasi lagu.
Laras
Notasi...
Talu
Lagu?

 

Mayang mengangguk.

 

Mayang
Notasi lagu dalam langgam yang dimainkan mereka, cublak-cublak suweng. Dimulai dari angka tiga, lima, lima, dua, tiga dan seterusnya.
Talu
Begitu. Jadi mereka tidak mengacak koin sembarang. Setiap permainan pasti memang memiliki kelemahan, kelemahan itu yang dimanfaatkan orang untuk berbuat curang tanpa ketahuan.
Laras
Tetap saja, mana ada yang bisa menebak kalau mereka menggunakan notasi lagu, terlebih notasi lagu tradisional seperti itu?
Talu
Bila semua orang tahu tentu saja semua bisa menang, itu akan mengurangi kesenangan dalam bermain. Tapi, ini semua tetaplah permainan soal keberuntungan. Kalau kita tidak beruntung kita tidak akan bersebelahan dengan Mbak Mayang yang memberitahu kita angka berapa yang akan keluar selanjutnya.
Mayang
Kau benar.
Talu
Jadi bisa dibilang kita berdua beruntung karena bertemu dengan Anda.

 

Laras menghela napas

 

Laras
Jadi angkaku nanti?
Mayang
Bila aku tidak salah hitung, mas yang berada di depan ini akan mendapat angka satu, aku angka lima, dan mbak yang di belakang angka enam.
Laras (V.O)
Enam, angka yang disebut Angkasa tadi.

 

CUT TO

Giliran Talu menebak.

Talu mengembuskan napas. Menatap tajam setiap gerakan tangan pelayan wanita.

Lagu berhenti.

Tanpa banyak jeda Talu menjawab.

Talu
Satu.

 

Tangan pelayan wanita satu terangkat dan memperlihatkan sebuah koin.

Talu menembuskan napas panjang sambil berdesis girang.

Laras tersenyum lebar, Mayang pun tak kalah gembira.

Mayang menoleh ke arah Laras.

 

Mayang
Kita akan berjumpa lagi di permainan selanjutnya. 

 

Laras mengangguk.


Laras
Mm. Terima kasih banyak.

 

Mayang mengangguk, berjalan ke depan dan menebak posisi koin tanpa kesulitan.

Giliran Laras sebagai peserta terakhir tampil.

Pelayan wanita menyanyikan lagu dengan ritme lambat dari awal sampai akhir, sehingga Laras bisa dengan mudah menghitung posisi koin.

Saat lagu selesai posisi koin sesuai hitungan harusnya jatuh ke nomor lima.

Namun, Laras teringat perkataan Mayang. Koinnya seharusnya jatuh di angka enam.

Laras teringat akan kata-kata Talu bahwa bisa saja koin itu tidak dipindah dan diam pada satu posisi.

Laras semakin ragu memilih.

Talu kemudian memanggilnya.

 

Talu
Laras! Jangan ragu! Turuti kata Mbak Mayang!
Laras
Itu...
Talu
Jangan terpedaya!


Laras pun memantapkan pilihan.

 

Laras
E-enam!

 

CUT TO

Laras terjatuh ke dalam lubang kemudian berteriak.

 CUT TO

Semua gelap dan terdapat suara pintu berdebam.

CUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar