Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
ACT 6
16. INT. AULA RUMAH PAK HAJAT – MALAM
Cast : Laras, Cahya, Angkasa, Patra, Talu, Mayang, dan figuran lain.
Para peserta memasuki area permainan selanjutnya.
Ada enam perempuan jawa yang berdiri di depan panggung.
Pak Hajat mengikuti dari belakang, lalu berjalan ke arah panggung.
Pak Hajat tersenyum di depan para pemain.
Pak Hajat menunjuk satu per satu pelayan perempuan yang bertugas memegang koin.
Kamera mengikuti hitungan Pak Hajat, fokus pada para pelayan perempuan yang berdiri di depan panggung.
CUT TO
Seorang pelayan perempuan datang membawa kotak undian.
JUMP CUT
Satu persatu para peserta mengambil nomer undian, hingga sampai ke rombongan Laras.
Patra nomer 13, Angkasa nomer 9, Cahya nomer 1, Talu nomer 64, dan Laras mendapatkan nomer terakhir, 66.
CUT TO
Pak Hajat menunjuk pijakan bulat dari kayu yang disorot lampu.
Cahya menelan ludah karena ia nomer pertama.
Pak Hajat mengambil cempala.
Ia bersila di depan layar panggung kemudian mengetukkan kayu tersebut.
Bunyi ketukan kayu menggema di area permainan.
CUT TO
Perempuan paling kiri memperlihatkan koin yang dijadikan token. Menggenggamnya erat.
Cahya terlihat begitu tegang, namun berusaha fokus.
Para pelayan kemudian bernyanyi. Sambil melakukan estafet tangan.
Namun semakin mendekati akhir lagu gerakan maupun lagu mereka semakin cepat.
Lagu selesai, para pelayan perempuan bergeming.
Cahya panik karena tidak bisa mengikuti gerakan mereka di tengah permainan. Ia ingin menangis.
Cahya menelan ludah, mengambil napas dalam-dalam.
Cahya mengembuskan napas pelan
Slow motion di tangan perempuan nomer tiga.
Perlahan ia mengangkat tangan, bergantian dengan wajah Cahya yang cemas lalu memejamkan mata.
Koin tersibak yang ada di balik tangannya.
Cahya mengintip. Lega tak karuan sampai kakinya lemas dan jatuh berlutut.
Laras tersenyum lebar, Patra mengeringai, Talu tak memperlihatkan ekspresi apapun.
CUT TO
Permainan berlanjut.
Koin tidak diputar dari awal melainkan mulai diputar di posisi terakhir koin berhenti.
Peserta selanjutnya tidak bisa menebak dengan benar.
Pijakan bulat tempat mereka berdiri tiba-tiba terbuka.
Peserta tersebut jatuh ke dalam lubang.
Ke enam pelayan itu mengganti ritme nyanyian. Kadang cepat di awal, kadang cepat di tengah, sehingga peserta kesulitan menebak di mana koin disembunyikan.
Satu pserta yang gagal menjawab secara refleks melompat sesaat sebelum lubang membuka.
Namun di pijakan berikutnya tetap ada lubang menganga yang terbuka dan menjatuhkannya hidup-hidup.
CUT TO
Tiba giliran Angkasa.
Pelayan perempuan memberitahu letak posisi koin terakhir, menggulirnya, mempercepat ritme, kemudian berhenti. Angkasa menelan ludah, komat-kamit sebelum menjawab.
Angkasa masih mencoba menghitung probabilitas angka yang muncul.
Angkasa menelan ludah, merapatkan mata
Pelayan perempuan mengangkat tangan. Koin berada di nomer dua.
Lubang pijakan terbuka.
Laras terkesiap menutup mulut. Talu mengernyitkan dahi. Patra membeliak kaget.
Sebelum jatuh Angkasa mencengkeram tepian lubang dan berusaha untuk naik.
Namun lubang pijakan itu tiba-tiba menutup dan memaksa Angkasa terjun ke dalam lubang.
Cahya terduduk sambil menangis.
CUT TO
Permainan berlanjut.
Tiba giliran Patra.
Pelayan wanita mulai memindahkan koin.
Pelayan Wanita berhenti.
Patra menghembuskan napas panjang.
Pak Hajat tersenyum simpul.
Laras, Talu, Cahya, merasa mendapat semangat dari kata-kata Patra.
Kamera bergantian menyorot tangan pelayan wanita dan Patra.
Tebakan Patra benar, koin itu berada di pelayan wanita nomor dua.
Patra mengepalkan tangan ke atas.
Laras menelan ludah memikirkan nasibnya.
Pemain di depan Laras menoleh ke arahnya.
Laras dan Talu membelalak
Mayang menggeleng sambil tersenyum.
INTERCUT
Mayang menoleh ke depan. Memperhatikan peserta yang tengah kebingungan menebak angka.
Peserta gagal menebak angka.
Peserta gagal menebak angka.
Peserta gagal menebak angka.
Peserta berhasil menebak angka.
CUT TO
Laras dan Talu mengernyitkan dahi.
Mayang mengangguk.
Laras menghela napas
CUT TO
Giliran Talu menebak.
Talu mengembuskan napas. Menatap tajam setiap gerakan tangan pelayan wanita.
Lagu berhenti.
Tanpa banyak jeda Talu menjawab.
Tangan pelayan wanita satu terangkat dan memperlihatkan sebuah koin.
Talu menembuskan napas panjang sambil berdesis girang.
Laras tersenyum lebar, Mayang pun tak kalah gembira.
Mayang menoleh ke arah Laras.
Laras mengangguk.
Mayang mengangguk, berjalan ke depan dan menebak posisi koin tanpa kesulitan.
Giliran Laras sebagai peserta terakhir tampil.
Pelayan wanita menyanyikan lagu dengan ritme lambat dari awal sampai akhir, sehingga Laras bisa dengan mudah menghitung posisi koin.
Saat lagu selesai posisi koin sesuai hitungan harusnya jatuh ke nomor lima.
Namun, Laras teringat perkataan Mayang. Koinnya seharusnya jatuh di angka enam.
Laras teringat akan kata-kata Talu bahwa bisa saja koin itu tidak dipindah dan diam pada satu posisi.
Laras semakin ragu memilih.
Talu kemudian memanggilnya.
Laras pun memantapkan pilihan.
CUT TO
Laras terjatuh ke dalam lubang kemudian berteriak.
CUT TO
Semua gelap dan terdapat suara pintu berdebam.
CUT