Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kok
Suka
Favorit
Bagikan
4. Bagian 4

EXT. DEPAN RUKO - SIANG

Diana berdiri di depan sebuah Ruko, ia melihat sekitarnya, datar. Ia melihat Ruko itu lagi, datar.

Diana berjalan masuk ke dalam.

INT. KORIDOR - SIANG

Diana berjalan bersama PEREMPUAN, 20-an. Mereka berhenti di depan pintu.

Perempuan itu pergi, Diana berdiri di depan pintu, melihatnya datar. Diana melihat sekitar, ia membuka pintu dan masuk.

INT. RUANG KERJA - SIANG

Diana membuka pintu, ia melihat sekitar. Tak banyak perabotan di sana, hanya ada Meja dan Kursi.

DINA SAPUTRI, 30-an, berdiri di depannya. Ia melihat Diana.

DINA

Diana? silahkan duduk.

Diana berjalan maju dan duduk di Kursi itu. Dina tersenyum melihat Diana. Mereka hanya diam. Dina yang melihat Diana, tersenyum. Diana hanya melihat Dina, datar.

DIANA

Saya harus cerita sekarang?

DINA

Tidak. Kamu gak harus cerita sekarang.

DIANA

Jadi kenapa saya datang ke sini kalau gak cerita masalah saya.

DINA

Kamu bisa cerita selain masalah kamu.

DIANA

Dan kenapa saya harus cerita lain selain masalah saya?

DINA

Supaya kita bisa percaya satu sama lain dan kamu bisa cerita masalah kamu yang sebenarnya.

Ada jeda di antara mereka.

DIANA

Apa saya harus percaya Ibu soal masalah saya?

DINA

Gak. Saya gak bisa paksa kamu buat percaya saya. Itu semua terserah kamu. Tapi kamu datang ke sini, gak ada paksaan. Itu artinya kamu mau mencoba untuk percaya, walaupun sedikit.

DIANA

Saya datang ke sini karena teman saya suruh.

DINA

Dia cuma suruh kamu, kan? kalau kamu gak datang juga gak masalah, kan? tapi sekarang kamu di sini dan kita bicara.

DIANA

Apa memang semua psikolog kayak gini?

DINA

Apa memang semua atlet besar kayak gini?

Ada jeda di antara mereka.

DINA

Kamu datang ke sini karena butuh bantuan saya. Ini bukan pertama kalinya ada atlet yang bicara kayak kamu ke saya dan saya gak ada masalah.

Diana tidak menjawab, ia hanya diam.

DINA

Tapi satu hal yang pasti. Kamu datang ke sini karena butuh bantuan saya dan kita harus sama-sama saling menghargai. Bukannya begitu?

Diana melihat Dina, ia menghela nafas.

DIANA

Saya juga gak tahu kenapa saya bicara gitu. Saya minta maaf.

DINA

Itu wajar. Banyak atlet yang beranggapan mereka gak butuh bantuan dari kami. Kalian menganggap itu kelemahan dan kekalahan buat kalian yang tujuannya menjadi kuat dan kemenangan.

Mereka saling melihat, Dina tersenyum.

DINA

Kita mulai dari awal.

Dina menyodorkan tangan, Diana melihatnya, mereka bersalaman.

DIANA

Diana.

DINA

Dina Saputri. Panggil aja Dina. Umur kita gak jauh beda jadi panggil nama aja. Jangan panggil Ibu.

Diana tersadar, ia mengangguk.

DINA

Perkenalan diri dan bersalaman bisa jadi cara awal buat saling percaya.

Diana melihat Diana, datar. Ia mengangguk.

DINA

Jadi kenapa kamu mau datang ke sini?

DIANA

Yogi bilang kamu bisa bantu aku.

DINA

Aku bisa bantu kamu asalkan kamu percaya aku bisa bantu kamu.

DIANA

Yogi bilang masalah aku bukan cuma soal fisik aku.

DINA

Dan kamu setuju apa yang Yogi bilang?

Diana mengangguk.

DINA

Kenapa kamu bisa setuju?

DIANA

Karena masalah yang aku pikirin bikin cedera aku jadi parah.

DINA

Kenapa kamu bisa pikir gitu?

DIANA

Karena aku lari. Karena aku pengecut.

DINA

Lari dari masalah bukan berarti kamu pengecut. Bisa jadi dengan lari dari masalah kamu bisa melidungi diri kamu dari rasa sakit yang pernah kamu alami karena masalah itu.

DIANA

Karena lari juga sakit itu tetap ada sampai sekarang.

Dina melihat Diana, simpati. Diana melihat Dina, tersenyum, kecut.

DIANA

Yogi cerita tentang masalah aku?

DINA

Gak.

DIANA

Kamu tahu masalah aku dari TV?

DINA

Walaupun aku tahu tapi bukan hak aku bilang tahu atau gak. Itu semua tergantung kamu mau cerita atau gak. Aku juga gak tahu yang di TV itu bener atau gak.

Diana hanya diam. Ia melihat ke arah lain. Dina memperhatikannya.

DINA

Ada satu hal yang kamu harus tahu. Aku di sini gak bisa sembuhin apapun. Kamu yang harus cari jalan keluar kamu sendiri dan aku cuma bisa kasih kamu petunjuk.

Diana melihat Dina, datar.

DIANA

Yang ada di TV itu sebenarnya bukan aku yang cerita. Mereka cari tahu sendiri dan itu jadi pemanis. Keluarga bermasalah, tapi punya Anak yang bisa menangin All England. Dari situ semua cerita tentang aku kebongkar semuanya.

DINA

Kamu gak nyaman sama mereka yang ceritaiin keluarga kamu?

DIANA

Selama ini mereka yang selalu tanya aku bener apa gak. Aku selalu ngehindar bukan karena aku gak suka. Tapi masalah hidup aku cuma aku dan keluarga aku yang harus tahu. Tapi ada satu momen waktu mereka wawanacara dia soal aku dan dia ceritaiin semuanya dengan wajah gak bersalah.

DINA

Dia?

DIANA

Suami Ibu.

DINA

Bapak kamu?

DIANA

Aku gak ingat terakhir kapan aku panggil dia begitu.

Ada jeda di antara mereka.

DIANA

Dia orang yang pertama kali kenalin aku ke Badminton. Aku ingat dia ajak aku nonton badminton pertama kali sama Ibu di TV. Itu sedikit ingatan baik yang aku punya soal dia.

Dina hanya diam, menunggu.

DIANA

Dia punya usaha terus gagal. Sejak itu dia mulai berubah. Awalnya dia cuma marah-marah waktu aku ajak nonton badminton. Tapi lama-lama dia mulai main tangan sama aku.

DINA

Itu yang bikin kamu benci?

DIANA

Itu masih belum seberapa. Waktu aku udah ngerti masalah Ibu sama Dia. Aku baru sadar ternyata selama ini kami hidup dari uang Ibu. Dia gak ada kerjaan waktu sebelum nikah sama Ibu. Usaha yang dia buat itu dari uang Ibu. Sebelum mereka nikah, dia udah hobi judi. Dan Ibu baru tahu setelah nikah.

Diana melihat ke arah lain, berusaha mengendalikan dirinya.

DINA

Gak apa-apa. Jangan buru-buru.

Diana berusaha mengendalikan dirinya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

DIANA

Maaf.

Dengan cepat Diana berdiri dan berjalan keluar ruangan. Dina hanya melihatnya, datar.

EXT. DEPAN RUKO - SIANG

Diana bernafas, pelan. Masuk dari hidung dan keluar dari mulut.

DIANA

Aaaaahhhhhh...

Diana berjalan menuju Mobilnya.

INT. KAMAR DIANA - MALAM

Diana yang tertidur di kamarnya. Terdengar pintu terbuka, seseorang masuk ke dalam Kamar, berjalan perlahan-lahan mendekati Diana.

Diana yang masih tidur tidak menyadarinya, tampak tangan mendekati Diana, mendekatinya dan ketika tangan itu ingin menyentuh Diana --

Diana bangun dan tersadar, ia terkejut melihat orang di depannya --

DIANA

AAAAAAKK!!

IBU

INI IBU! DIANA! INI IBU!

Diana yang tersadar, melihat Ibu di depannya, tubuhnya berkeringat. Rambutnya basah, pakainnya basah.

Ibu yang melihat Diana memeluknya.

IBU

Itu cuma mimpi, Nak. Itu cuma mimpi.

Diana hanya diam, ia berusaha mengatur nafasnya. Ia masih terkejut dengan apa yang terjadi tadi.

INT. RUANG PERAWATAN - SIANG

Diana yang melakukan fisioterapi, berusaha menyeimbangkan dirinya, tetapi tidak bisa. Terlihat lututnya bergetar, menahan badannya. Wajah Diana yang menahan sakit.

Ia terjatuh, tubuhnya penuh keringat. Fisioterapis memeriksa lutut diana.

Diana yang terlihat lelah hanya duduk dan melihat ke arah depannya, datar.

Fisioterapis berdiri di sebelah Yogi, mereka melihat Diana.

FISIOTERAPIS

Cederanya makin parah. Lututnya kaku.

Yogi duduk di depan Diana, melihat wajahnya, lekat-lekat.

YOGI

Kamu ketemu Dina?

DIANA

Aku gak mau pergi lagi.

YOGI

Kamu harus selesaiin apa yang kamu lakuin sama Dina.

Diana melihat Yogi, menunggu.

YOGI

Tubuh kamu sekarang jadi kaku.

DIANA

Ini cuma sementara.

YOGI

Gak Diana.

DIANA

AKU BAIK-BAIK AJA --

YOGI

KAMU GAK BAIK-BAIK!! KAMU ADA APA-APA!!

Ada jeda di antara mereka.

DIANA

Kamu memang suka ikut campur masalah orang.

Diana berusaha bangun dan berjalan, Yogi membantunya, Diana menghindar. Fisioterapis membantunya berjalan.

INT. TRIBUN PENONTON - SIANG

Diana duduk di salah satu Kursi. Ia melihat Anak-anak yang sedang bertanding. Mereka memukul, membalas dan berteriak ketika bisa memenangkan poin.

Diana melihat Kasman yang sedang berbicara dengan Santi di pinggir lapangan. Mereka melihat Anak-anak yang sedang bertanding. Mereka memegang Kertas-kertas.

Diana melihat ANAK PEREMPUAN 1, yang berteriak senang karena memenangkan Pertandingan. Ia melihat ANAK PEREMPUAN 2, yang tertunduk, kalah dalam pertandingan. Ia melihatnya, serius.

DIANA

Itu rasanya gak berdaya walaupun udah berusaha keras sekalipun.

Anak Perempuan 2 itu menangis. Diana melihatnya serius.

Anak Perempuan 2 itu berdiri dan menghapus air matanya, ia berusaha tersenyum. Ia bersalaman dengan Umpire dan Service Judge. Ia berbciara kepada Anak Perempuan 1, mereka berdua tersenyum.

DIANA

Sial.

Diana melihat ke arah lain, ia melihat pertandingan di Lapangan sebelahnya.

Seseorang duduk di selebah Diana. Ia menyadarinya dan melihat --

DAN RIANSYAH, 40-an, duduk di sebelah Diana.

DAN

Orang luar di larang masuk.

DIANA

Sayangnya semua orang tahu aku siapa. Bukannya kamu yang orang luar.

DAN

Aku jadi pemilik PB ini sekarang. Hati-hati kalau bicara.

Diana tersadar, ia berdiri dan membungkuk sambil menyusun tangannya ke depan. Dan tertawa melihatnya.

DAN

Aku memang gak ada bakat di Badminton. Tapi aku bisa kelola PB.

Mereka melihat anak-anak yang sedang bertanding.

DAN

Kamu mau jadi pemain pro buat PB aku?

Diana melihat Dan. Dan terlihat serius.

DAN

Aku serius.

Diana tersenyum mendengarnya.

DAN

Aku tahu masalah kamu dan aku gak bisa maksa. Tapi kamu dari sini dan gak ada salahnya aku coba.

DIANA

Emang beda kalau bicara sama pengusaha.

Dan tersenyum mendengarnya.

DAN

Pasti banyak sponsor kalau kamu mau.

DIANA

Aku bener-bener jadi alat marketing?

DAN

Setidaknya aku masih minta izin kamu. Kalau mau aku bisa pasang foto kamu besar-besar di depan gedung.

Diana tidak menjawab, ia hanya diam.

DAN

Kamu juga udah gak jadi nomor satu dunia lagi.

Diana melihat Dan, serius.

DAN

Di tambah kamu juga cedera. Pelatnas juga punya anak emas baru.

DIANA

Diam, Dan.

DAN

Kamu gak perlu jadi nomor satu lagi. Kamu cukup main di turnamen. Kalah juga gak apa-apa.

DIANA

Diam, Dan.

DAN

Aku ragu kamu bisa main lagi. Cedera kamu kayaknya parah --

DIANA

AKU BILANG DIAM, DAN!!!

Semua orang terkejut. Mereka melihat Diana yang mencengkram Baju Dan, dingin. Dan mengangkat tangannya, ia sadar.

DAN

Jangan bikin masalah di sini, Diana.

DIANA

Kamu yang jangan bikin masalah di sini.

DAN

Aku cuma tawarin kamu.

Diana melihat Dan, dingin.

DAN

Aku cuma bicara fakta. Kalau kamu gak terima itu masalah kamu, bukan aku.

Diana sadar apa yang ia lakukan. Ia melepaskan cengkramannya. Diana melihat sekitar. Ia melihat Santi dan Kasman yang melihat dirinya.

Ia berjalan keluar sambil di perhatikan semua orang.

INT. KAMAR DIANA - MALAM

Diana melihat Handphonenya. Ia melihat pertandingan Badminton. Amarah sedang bermain.

Amarah memukul Kok dengan keras --

Kok masuk ke dalam bidang permainan lawan.

SUPRIYADI (O.S)

Amarah melanjutkan tren menjuarai tur asia. Dominasi Amarah tidak berhenti.

Layar Video berubah menjadi daftar peringkat tunggal putri. Disana ada daftar dan Amarah berada di peringkat satu. Di bawahnya terdapat nama-nama dan asal negara atlet yang berada di peringkat dua hingga sembilan.

Diana melihat peringkat sepuluh, bertuliskan:

10. DIANA KHARISMA.

Diana melihat Layar itu, datar.

PUTRI KARTIKA (O.S)

Diana absen karena cedera harus turun hingga peringkat sepuluh. Dengan masih banyaknya turnamen dan perbedaan poin yang sedikit di antara pemain. Posisi Diana bisa terlempar ke luar sepuluh besar. Untuk pertamakalinya kita tidak melihat nama Ratu di sepuluh besar sejak karir profesionalnya di mulai.

Diana mematikan Handphone dan meletakan Handphonenya. Ia menghela nafas, panjang. Ia memejamkan mata.

DIANA

Siaaaaaaaalll...

EXT. BELAKANG RUMAH DIANA - PAGI

Diana duduk di belakang Rumah. Ibu sedang menyiram Tanaman dan Bunga-bunga.

DIANA

Kenapa Ibu masih mau rawat bunga-bunga dia?

Ibu tidak menjawab, ia melanjutkan menyiram tanaman dan bunga-bunga itu.

DIANA

Karena dia anggap anak sendiri makanya Ibu juga pikir gitu?

Ibu tidak menjawab, ia hanya diam.

DIANA

Kenapa Ibu bilang kasian dia waktu Ibu sama Diana coba lari?

Ibu berhenti menyiram, ia melihat Diana.

IBU

Ibu minta maaf, Diana.

DIANA

Harusnya Diana lari sendiri. Gak usah pikirin Ibu. Kadang Diana pikir selama ini Ibu bodoh karena masih setia sama dia.

Ibu tidak menjawab.

DIANA

Iya, Ibu yang bodoh ditambah Dia yang bajingan. Salah aku pulang ke sini. Kalian berdua cocok. Sama-sama berengsek.

Diana berjalan masuk ke dalam rumah.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar