Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kinanthi
Suka
Favorit
Bagikan
5. Semakin Jelas

Akan terbagi menjadi tiga bagian, Lena mencari guna-guna di dalam rumah, Ijat mencari di gudang Kinanthi, Irfan mencari di kebun melati

BAGIAN 1

43.INT. JOGJA - RUMAH BU SABAR — NEXT DAY

Lena membuka laci, lemari, bawah pot, bawah meja, dan semua tempat yang tertutup. Dia mengeluarkan semua benda-benda yang ada di dalam lemari. Menyapu lantai, mengais pot bunga, dan menyemprot pojokan dengan air.

Adegan ini berulang dan terlihat cepat.

Lena tidak menemukan apapun.

CUT TO:

BAGIAN 2

44.EXT. JOGJA - KEBUN MELATI KINANTHI — CONTINUOUS

Irfan mencari sesuatu yang ganjal di kebun yang luas ini. Dia mencoba menyentuh-nyentuhkan kakinya ke tanah barangkali ia bisa menemukan lubang atau gundukan atau seusatu yang membuatnya curiga. Ternyata tidak ada.

Irfan melihat sekeliling dengan tongkat yang ia bawa. Ia mencolek daun-daun melati dengan tongkat. Nihil.

Irfan tidak menemukan apapun.

CUT TO:


BAGIAN 3

45.INT. JOGJA - GUDANG KINANTHI — CONTINUOUS

Ijat membuka semua pintu dan jendela di gudang Kinanthi. Ia menyapu halaman, lalu membongkar satu persatu wadah yang ada di sana. Ia turunkan semua kotak es, ia mengecek kulkas, pojok-pojok, dan tempat mencuci bunga.

Ijat masuk ke kantor Kinanthi, ia menurunkan semua buku-buku, membuka semua laci, semua rak. Ia melihat tiap sudut dengan teliti.

Ijat keluar kantor menuju gudang. Ia melihat tampah besar di ujung dekat kulkas yang belum ia periksa. Ia buka perlahan. Tidak ada apa-apa.

Tanpa sengaja, kakinya menginjak sesuatu yang mirip seperti gundukan. Ijat mencari sekop/sejenisnya untuk membuka gundukan ini. Ijat pelan-pelan membongkar gundukan ini. Setelah dibuka ternyata ada bungkusan kain putih yang cukup besar. Ijat terkejut.

IJAT
ASTAGFIRULLAH!

Ijat melihat sekeliling tidak ada siapa-siapa. Ada hembusan angin yang tiba-tiba membuatnya merinding. Ijat membawa bungkusan kain putih ini ke teras rumah.

CUT TO:

46.EXT. JOGJA - TERAS RUMAH BU SABAR — CONTINUOUS

Terlihat Ijat, Lena, dan Irfan sedang membentuk meja bundar. Pembicaraan mereka nampak serius dan tegang. Ijat dengan berani membuka bungkusan kain putih yang ia temukan. Dia membuka pelan dan di dalamnya ada banyak rambut panjang, bunga mawar, melati yang sudah busuk, tulisan dari kertas dalam bahasa jawa kuno, dan foto ibu yang ditempel di boneka dari jerami.

LENA
Astagfirullah. Ini benar ya? Ayo dimusnahkan.
IRFAN
Tapi jangan langsung dimusnahkan, kita doakan dulu baru kita bakar.
IJAT
Aku setuju sama mas Irfan. Didongakne sek Mbak, ben syarat-syarat dukunnya hilang.
IRFAN
Kalo kata ibuku begitu. Dibersihkan dulu. Kayanya habis ini, ibu harus didoakan.

Mereka bertiga kembali membungkus dan berdoa bersama-sama.

Ijat mengeluarkan korek api dari kantongnya. Mereka turun dari teras menuju halaman. Irfan membakar bungkusan kain putih itu.

Mereka bertiga sama-sama melihat 'bungkus kiriman' itu terbakar dilahap api.

LENA
Aku ndak tau ya, tak pikir di zaman yang udah modern ini, walau kita hidup di desa, mereka udah lupa sama guna-guna
IJAT
Mbak, mbak. Wong kamu aja masih melakukan tirakat. Tirakat yang baik ya. Ya, itu aja udah dalam buat memahami kejawen. Apalagi kiriman. Pasti masih pake.
LENA
Hmm iya ya. Tapi maksudku, Budhe. Saudara kita sendiri. Ndak habis pikir aku.
IRFAN
Yang penting sekarang wes ketahuan, wes dihancurkan. Tinggal kita doa bareng-bareng sama ibu nanti.
LENA
Fan, Jat. Terus selanjutnya gimana ya? Gimana cara balikkan kepercayaan orang-orang di desa kita biar mereka kerja lagi di Kinanthi?
IJAT
Nek menurutku ya Mbak, kita harus tangkap dulu Paklik dan Budhe. Kemarin mas Irfan wes ketemu temennya, nanti dibantu diurus.
LENA
Aku lihat di WA-nya Kinanthi, kita kebanjiran pesenan tapi orang-orangnya ndak ada. Gimana aku balesnya?
IRFAN
Hmm.. Mau coba kita bertiga yang jalan?
LENA
Kamu hlo harus ngajar mas.
IRFAN
Aku santai lah, habis aku ngajar tak ke sini langsung mbantu. Kamu kan juga ngajar anak-anak ekstra to?
IJAT
Yo wis to mbak dan masku, kalian gantian wae. Termasuk aku. Nek aku ada kelas yo aku nyusul, ngono wae.

Lena kembali tersenyum. Ijat memeluk Lena, Irfan memeluk Ijat, ketiganya berpelukan.

LENA
Pokoknya kita harus saling menguatkan yo!
IJAT
Pelan-pelan asal kelakon.


CUT TO:

47.EXT. JOGJA - KEBUN MELATI KINANTHI — TWO DAYS LATER

Ibu duduk di teras pendopo sambil menghisap cerutunya. Semakin dihisap dan semakin habis. Ibu menatap kebun melati yang luas dengan bunga yang sedang mekar. Hatinya senang dan penuh.

Ijat muncul di antara bunga melati tiba-tiba mengayunkan tangan dan menyapa ibunya. Ijat terlihat sedang memetik bunga melati.

Lena terlihat di kebun melati tepat di depan ibunya, ia memetik dan memasukkannya ke dalam kantong. Terlihat Lena sudah mengisi setengah penuh kantong yang hampir setinggi dirinya. Suasana kebun yang asri, damai, dengan kicau burung.

IBU
Nduk, itu nanti kamu pilihi lagi pas udah sampe di gudang ya. Minta bantuan Irfan.
LENA
Inggih Buk. Ini tinggal sebentar lagi aku ke gudang.

Dari kejauhan terdengar suara mobil. Ibu berdiri dan melihat siapa yang datang. Ibu berjalan ke luar kebun. Ternyata Budhe.

BUDHE
Wah, wah, wah.. Adikku kok wes ayu, sueger, sanggulan. Dah sehat to?

Ekspresi ibu berubah dari senyum menjadi kesal, tapi harus tetap tersenyum untuk menutupi apa yang sudah ibu ketahui.

IBU
Alhamdulillah sudah sehat. Kenapa? Kok kayanya kurang seneng aku sehat to kamu mbak. Hehehe
BUDHE
Wo ya seneng banget to, adeknya sehat mosok gak seneng. Hahaha
(beat)
Eh tapi ke mana semua pegawai mu kok ndak ada semua? Apa wes tutup to Kinanthi?
IBU
Lagi libur kok. Kasihan kalo tiap hari kerja. Mereka juga butuh libur.
BUDHE
Si Paklik ke mana yo dek? Aku i lagi nyariin dia dari kemarin belum ketemu-ketemu.
IBU
Paling di kantor Kinanthi. Ke sana wae Mbak. Ada Irfan juga di sana lagi nyuci melati.
BUDHE
Walah-walah, Irfan kok wes kaya mantu-mu to dek dek. Itu hlo anakmu cepet dinikahkan. Nanti kalo ndak cepet-cepet nikah, takut gak punya cucu hlo kamu hahaha.
IBU
Tenang ae mbak. Lena sudah rencana mau nikah kok. Kamu aja yang kudet.

Lena membawa sekantong melati dan ikut nimbrung pembicaraan ini.

LENA
Eh kok ada Budhe di sini. Gimana Budhe? Budhe mau Lena nikah?
BUDHE
Ya iya to Nduk. Biar ibumu cepet nggendong cucu dan gak pusing mikirne anaknya yang gak jelas hahaha.
LENA
Loh tenang aja Budhe. Lena memang ada rencana mau menikah kok. Tapi pertanyaan Lena, memangnya kalau Lena menikah untungnya buat Budhe apa?
(beat)
Lena harus memenuhi keinginan Budhe? Iya? Lha yang nikah tu siapa to Budhe? Lena atau Budhe?

Budhe terlihat kesal dan mulutnya komat-kamit. Budhe meninggalkan percakapan ini dan berjalan ke arah gudang Kinanthi.

Lena mengatur napasnya, ia merasa lelah membuang energinya untuk bicara dengan budhe yang tidak paham keinginan Lena dan selalu merendahkannya.

IBU
Nduk, ini kan hari Sabtu, kamu kumpulkan anak-anak di sanggar ASA saja. Kalian latihan.
LENA
Buk, hari ini aku, mas Irfan, sama Ijat ada rencana di sini. Kita lihat ya apa yang terjadi sama Budhe dan Paklik.

Lena melihat Budhe sudah masuk ke gudang Kinanthi. Lena memberikan kode ke Ijat untuk menyusul ke sana.

CUT TO:

48.INT. JOGJA - KANTOR KINANTHI — CONTINUOUS

Paklik duduk di kursi kantor dan menulis sesuatu di komputer. Terdengar suara orang mengetuk pintu, Budhe.

Budhe berjalan tergesa, ekspresinya marah dan segera bicara dengan Paklik.

BUDHE
Paklik, kamu tau ndak sih?! Itu kenapa adekku, si Sabar jadi seger, sehat?! Kamu piye to Paklik! Kemarin naruh sajen buat nyantet udah bener apa belom?! Kata mbok Iyem si dukun terkenal itu, harus ditanam di sini, pusat bisnisnya. Kok dia jadi sueger gak sakit.
PAKLIK
Loh, wong aku udah nanem di depan situ kok Budhe. Kalau ndak percaya buka aja. Coba dikais-kais, masih di situ.
BUDHE
Tapi kok ajaib? Dia bisa sehat?! Gak mungkin Paklik. Mesti ada yang ngambil! Kamu sing bener to kalo kerja!
PAKLIK
Kok kamu jadi marahi saya to? Saya sebenarnya setia hlo sama bu Sabar. Saya bisa mengadukan semua ini bahwa kamu yang menyebabkan semua masalah di Kinanthi.
BUDHE
EH ojo kurang ajar Paklik! Saya juga bisa bongkar kalo kamu korupsi! Kamu ambil berapa persen dari duit Kinanthi! Ya to?!
PAKLIK
Jujur ya BUDHE, saya terpaksa melakukan ini. Kalo ndak kamu ancam mau bunuh saya pake santet. Barang gak kelihatan mata lebih menakutkan daripada yang keliatan.
(beat)
Terus, selama aliran uangnya bukan ke rekening saya ya aman aja. Semuanya kan tujuannya ke rekeningmu.
BUDHE
Terus?! Yang ngirim ke rekeningku siapa? KAMU PAKLIK! Mbok sadar.
(beat)
Saiki. Pertanyaanku satu. Buku kasnya di mana? Nek sampe itu ketahuan, kita habis.
PAKLIK
Aku wes pasrah kalo nanti, besok, atau kapan aku ditangkap, Bu. Aku pasrah dan pantas mati. Aku sudah berkhianat sama almarhum pak Sabar, mbah Kinanthi, dan bu Sabar. Tapi, sedurunge aku mati, aku mau bongkar kabeh. Terserah buku kas ini nanti mau kamu bakar, kamu hilangkan, aku ra peduli, ora nggagas. Sing penting aku mau jujur ke bu Sabar.

Dengan percaya diri Paklik membuka peta kebun melati itu dan membuka kotak di dinding. Ia memberikan ke Budhe. Budhe yang serakah dan mau menangnya sendiri langsung membuka itu di lantai.

BUDHE
Sini, sekarang aku yang pegang. Kalo ini dibakar ndak bakal ada sisanya. Koe gak bakal iso melaporkan aku. Terus nanti, tinggal ngurus warisan. Hahahaha.

Tangan bude membuka kotak itu. Ternyata kosong. Wajah Budhe kecewa bercampur marah. Emosinya campur aduk.

PAKLIK
Ada to di situ. Wes monggo silakan dibawa. Saya ndak mau ikut campur. Tadi juga saya sudah ganti semua history yang ada di komputer.

Budhe berteriak marah.

BUDHE
KURANG AJAR!

Budhe menunjukkan kotak yang kosong. Budhe merasa ditipu sama Paklik. Ketegangan terjadi di antara mereka berdua. Budhe mendekat ke Paklik, matanya penuh dendam dan amarah.

Dari arah samping meja Paklik, ada lorong yang menembus kulkas penyimpanan melati pengantin. Irfan keluar dari sana bersama tiga orang teman polisinya. Di luar Gudang Kinanthi sudah ada beberapa polisi yang berjaga agar Paklik dan Budhe tidak kabur. Kita akan melihat adegan penangkapan Budhe dan Paklik secara sekilas dan cepat.

Irfan telah merekam semua percakapan mereka dengan meletakkan perekam suara di antara buku yang ada di rak.

IRFAN
Semua pembicaraan Budhe dan Paklik sudah saya rekam di sini. Bukti ini langsung saya serahkan ke polisi ya. Jangan bohong karena buktiya akurat.
BUDHE
KURANG AJAR! SETAN ALAS! TAK DOAKAN KAMU NGGAK SUKSES, KAMU MELARAT, DAN HIDUP SUSAH!
(beat)
Orang yang hidupnya menyusahkan orang lain, sama Tuhan pasti akan di balas! ENTENONO!
IRFAN
Silahkan bersumpah serapah, karena orang salah tidak akan pernah mengakui dirinya salah. Begitulah kata pepatah. Budhe dan Paklik harus minta maaf sama Bu Sabar.

Paklik terlihat menyesal dan sedih. Ia melihat Irfan dengan tatapan menyedihkan.

CUT TO:

49.EXT. JOGJA - HALAMAN KINANTHI — CONTINUOUS

Paklik dan Budhe kemudian dibawa ke mobil polisi. Budhe pura-pura menangis dan mohon ampun ke bu Sabar. Paklik terlihat sedih dan kecewa dengan dirinya. Tidak ada pembelaan dari mereka berdua. Semua bukti-bukti kuat mengarah ke mereka berdua.

Ibu, Lena, Ijat, dan Irfan melihat momen ini, tidak tangis, bahagia, atau gelisah. Hanya ada perasaan tenang dan angin semilir yang menemani mereka saat ini.

Ibu memeluk Lena, Ijat, dan Irfan. Mereka cukup tenang untuk saat ini.

IBU
Matursuwun yo anak-anakku semua. Termasuk kamu Irfan. Kamu masih seneng bantu keluarga Kinanthi tanpa pamrih. Kami ndak bisa bilang apa-apa. Cuma bisa bilang terima kasih.
IRFAN
Inggih Bu, saya mengganggap keluarga ini seperti keluarga saya sendiri. Tentu setelah saya kenal sama Lena.
IJAT
Wes gek ijab ae hlo mas mas!
IRFAN
Hehhh! NGAWUR YA IJAT

Semua tersenyum dan sedikit terhibur dengan celetuk Ijat. Lena masih belum sepenuhnya bahagia. Ada yang masih mengusik batinnya.

Lena pamit masuk ke dalam rumah. Semua bingung melihat Lena. Irfan beranjak mengejar tapi tangannya ditahan Ibu. Ibu memberi sinyal untuk memberikan Lena ruang.

CUT TO:

50.INT. JOGJA - KAMAR LENA - RUMAH BU SABAR — DAWN

Di dalam kamar terlihat Lena duduk di pinggir kasur menatap jendela yang mengarah ke kebun melati. Aroma melati tercium kuat dari kamarnya.

Lamunan Lena tiba-tiba pecah, telponnya berdering. Telpon masuk dari Rendi. Lena mendiamkan telpon itu. Saat panggilan kedua, Lena merasa terusik dan baru menyadari ternyata itu telpon dari Rendi. Lena segera angkat.

RENDI (O.S)
Hai.. Lena..

Lena deg-degan, tidak menduga ia mendengar suara Rendi lagi. Suara Lena sedikit gemetar, tubuhnya tiba-tiba dingin, jantungnya berdetak kencang.

LENA
Ohh.. Hai Ren..Rendi
RENDI (O.S)
Lu gimana kabarnya, Na?
LENA
Emm.. Baik .. I..Iya baik
RENDI (O.S)
Gue denger Kinanthi lagi habis ada masalah ya? U sure u okay, now?
LENA
Oh wow, kamu tau dari mana tentang Kinanthi? Kita ndak pernah bahas itu.. Sebelumnya.. Pas kita masih sering ketemu.. Di Rumah Peran...
RENDI (O.S)
Em, aku gak tau ini aku salah masuk atau enggak. Tapi sekarang aku di depan tulisan Kinanthi.

Lena lompat dari kasurnya dan berlari ke ruang tamu. Di ruang tamu ada Ibu dan Ijat yang sedang meronce bunga, mereka terkejut dengan tingkah Lena. Lena berlari menuju jendela. Wajahnya berseri-seri.

IBU
LENA! Ya ampun. Kamu kenapa kok tiba-tiba mencolot-colot kaya kanguru?!
IJAT
Iyo iki mbakku aneh.
IBU
Ngopo kok ngintip-ngintip di jendela? Ada siapa to?!

Lena tersenyum sebentar ke arah Ibu dan Ijat lalu berlari ke arah gerbang.

Dari dalam rumah, Ibu dan ijat tahu Lena sedang bertemu dengan seorang laki-laki.

CUT TO:

51.EXT. JOGJA - TERAS KINANTHI — CONTINUOUS

Lena dan Rendi bertemu di halaman, di mana tidak ada orang. Hanya mereka, angin, langit sore, dan suara burung. Suasana yang cukup romantis untuk menyambut kedatangan seorang laki-laki di rumah gadis.

Lena menyambut Rendi dan mengajaknya duduk di teras.

Rendi berjalan sambil melihat sekeliling rumah Lena yang luas dan besar. Kita fokus pada percakapan mereka berdua di teras. Keduanya bertatapan. Matanya mewakili perasaan rindu dan senang karena bisa bertemu lagi setelah kejadian beberapa waktu lalu.

RENDI
Hai, Lena
LENA
Hai Rendi..
(beat)
Aku masih ndak ngerti kamu kok bisa sampe sini...
RENDI
Lu mau tau fakta menarik nggak?
LENA
Apa tuh?
RENDI
Sebeneranya gue bukan artis Na.
LENA
Hla kan kamu terkenal di internet sering banyak yang omongin. Jangan sok merendahkan diri kamu tu Ren.
RENDI
Loh beneran hahaha. Gue punya perusahaan sendiri di Singapore. My parents stay di sana sekarang. Gue aja yang rebel mau nyoba hidup di dunia artis. And u know la..
LENA
Okei, anggap aku wes ngerti sama apa yang kamu bilang ini tadi. Terus, gimana caramu bisa keluar dari tempat itu?! Kan aku kabur?!
RENDI
Jadi gini....

Kita akan flashback ke peristiwa Rendi diculik. Kita akan melihat apa yang sebenarnya ia lakukan di hari itu dan tindakan setelahnya.

SMASH CUT TO:

52.INT. JAKARTA - GUDANG PERSEMBUNYIAN — FLASHBACK

Rendi masih terikat di kursi dan kini dia sendirian. Lena berhasil kabur tanpa dikejar bodyguard JOcelyn. Rendi mencoba melepas ikatan di kursi dengan mengeluarkan pisau kecil yang dia sematkan di celana belakang. Pelan-pelan tali itu bisa lepas dan tangannya bebas. Rendi mencari ponselnya yang terjatuh di bawah kursi. Ia menelpon asistennya untuk menjemputnya di tempat ini.

Rendi keluar lewat pintu depan dan menyerang bodyguard Jocelyn yang bertubuh kekar. Suasana cukup tegang dan panas. Rendi dipukul ke arah kanan. Rendi terjatuh. Rendi bangkit dan membalas memukul. Lalu Rendi berlari cukup jauh tapi datanglah beberapa bodyguard Jocelyn yang lain. Rendi cukup bagus dalam bela diri, dia terus menyerang bodyguard itu sampai mereka terlihat sempoyongan.

Dari kejauhan terlihat lampu mobil yang menyorot ke arah Rendi. Ialah asisten Rendi yang kooperatif.

Rendi segera masuk ke dalam mobil dan pergi dari lokasi itu.

CUT TO:

53.INT. JAKARTA - MOBIL RENDI — NIGHT

Rendi membenarkan kancing bajunya dan mengompres bagian tubuhnya yang memar-memar.

RENDI
Bro, gimana? Lu udah nyari info yang gue bilang?
ASISTEN RENDI
Udah bos. Saya coba print di situ.
RENDI
Good job Bro! Ntar kita susul dia ya. Tapi sebelumnya beresin dulu ni cewek ngaco. Kalo dia gak kita lawan, bener-bener sampe kapanpun dia tetep terkenal dengan cara yang bego gitu.

Rendi membaca tulisan dari dalam amplop yang sudah dibuat asisten Rendi. Rendi mengangguk dan membuat rencana.

RENDI
Bro, waktu itu gue sempet nitip laptop gue kan sama lo? Ah iya, sama di lokasi tadi, gua minta tolong sama lu buat cek CCTV di dalem gedunya. Gue yakin itu gedung pasti masih ada satu CCTV.
(beat)
Kalo lu dapet, kasih tau gue, dan do it as fast as you can.

Asisten Rendi mengangguk dan menyanggupi. Kita melihat mobil Rendi yang mewah melintasi jalan Jakarta.

CUT TO:

54.INT. JAKARTA - STUDIO SYUTING — NEXT DAY

Semua orang terlihat sibuk mempersiapkan set hari ini. Tim wardrobe yang bolak-balik dari ruang rias ke ruang talent. Tim art yang membawa properti masuk ke set. Pak Iwan terlihat sedang duduk merenung di belakang monitor sutradara.

Rendi datang dengan beberapa polisi. Kedatangan Rendi mengagetkan semua orang. Polisi datang untuk melakukan penangkapan Jocelyn.

PAK IWAN
Rendi! Ada apa ini?!
RENDI
Kemarin si Jocel habis aniaya dan nyulik gue, sama Lena. Gue nggak paham tujuannya apa. Tapi rekaman CCTV di gedung itu udah jadi bukti kuat.
PAK IRWAN
Tapi Rendi, syuting hari ini gimana? Jocel pemain utamanya setelah Lena pergi dari project ini.
RENDI
Kita bisa cari pemain lain buat jadi penggantinya. Gue bisa bantuin bang. Orang kaya Jocel gitu jangan keseringan dikasih panggung. Makin songong dia.
PAK IRWAN
Oke paham. Lu yang tanggung jawab dan urus semuanya ya Rendi!
RENDI
Sure. Gue bakal bener-bener usut tuntas kasusnya Jocel. Menariknya, gak cuman gue sama Lena yang jadi korban bang. Ada banyak talent yang kualitasnya lebih bagus dari dia juga dia gituin. Disiksain sampe ada yang mau bunuh diri.
(beat)
Ini namanya bully bang. Artis tapi kelakuan gak bisa dicontoh sama masyarakat apa ya tetep mau dibelain sih bang? Gue sih ogah ya.

Polisi membawa Jocelyn. Jocelyn menatap Rendi dengan tatapan kesal.

JOCELYN
Lo bakal nyesel! Semua aib lo bakal gue bongkar!
RENDI
Silahkan dan gue gak akan takut sama ancaman lo orang sinting!

Jocelyn marah. Rendi menjaga emosinya untuk tetap stabil dan tidak terpancing apapun.

Polisi dan Jocelyn pergi. Terdengar dari jauh suara mobil polisi meninggalkan lokasi syuting. Semua crew yang ada di lokasi mengucapkan terima kasih ke Rendi. Rendi jadi tahu kalau semua orang ternyata tidak segitu suka dan terpaksa suka dan menuruti Jocelyn karena diancam.

Rendi tersenyum tipis dan pergi dari lokasi.

Tiba-tiba Pak Irwan menghentikan langkah Rendi sebentar. Pak Irwan mengajak Rendi merokok di depan studio.

Mereka berjalan ke depan sambil bicara.

PAK IRWAN
Rendi. Ada satu hal yang pengen banget saya, melalui kamu buat bilang ke Lena kalau saya sebetulnya kenal dekat sama bapaknya. Sama Kinanthi.
RENDI
Kinanthi?!
PAK IRWAN
Usaha distributor, budidaya melati punya keluarganya Lena.
RENDI
Oke terus kaitannya melati sama akting?
PAK IRWAN
Bapaknya Lena dulu aktor juga. Dulu beliau ikut kelompok wayang orang. Aktif dan dikenal banget Rendi. Dihormati di daerah sana.
(beat)
Ya, dulu saya kecil di sana. Pernah ikut latihannya dulu.

Rendi mendapat informasi penting untuk mencari Lena. Dari sinilah dia mulai mencari info tentang Lena dan keluarganya.

BACK TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar