Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kinanthi
Suka
Favorit
Bagikan
4. Satu Pilihan

31.EXT. JAKARTA - RUMAH PERAN — NIGHT

Hujan gerimis masih belum reda, Lena sampai di Rumah Peran dengan selamat. Lena membuka gerbang, ia tidak melihat siapapun. Ia masuk ke ruang latihan juga sepi, sampai matanya tertahan melihat Irfan di taman. Irfan mendengar langkah kaki dan terkejut melihat kondisi Lena. Irfan lari memberikan jaket dan memeluk Lena.

Tanpa kata, situasi mereka berdua sudah benar-benar mereka pahami. Lena menangis tersedu-sedu. Irfan terdiam dan ikut meneteskan air mata. Matanya terlihat kesal dan kecewa mengapa Lena harus mengalami hal ini. Lena tetap menangis.

IRFAN
Rapopo, Na. Menangislah sampe kamu merasa lega. Aku ndak kemana-mana. Aku tetep di sini.

Tangis Lena semakin pecah.

Dari arah lorong yang menuju kamar pemain, ada pak Irwan yang melihat situasi ini. Pak Irwan tertunduk lesu dan merasa gagal membawa Lena ke Jakarta.

CUT TO:

Lena sudah berhenti menangis dan terduduk di ruang latihan. Irfan membawakan handuk dan teh hangat.

IRFAN
Kamu ndak mau tak anterin ke kamarmu? Biar kamu bisa sekalian ganti baju, istirahat.

Lena mengangguk dan Irfan membopong Lena ke kamarnya.

CUT TO:

Di tengah lorong, pak Irwan berdiri di depan kamar Lena. Ia terlihat seperti membawa kabar buruk. Tatapan matanya sendu tanpa cahaya. Irfan menatap pak Irwan.

Irfan membawa Lena ke kamarnya.

IRFAN
Kamu mandi dulu, ganti baju. Nanti kalo udah, bilang aku ya. Tak tungguin kamu masih perlu apa. Ya?
LENA
Mas.. Makasih ya..

Irfan menutup pintu kamar Lena. Ia siap berbicara dengan pak Irwan. Pak Irwan membarikan Irfan selembar kertas berwarna cokelat. Irfan menerimanya dan mendekatkan kertas itu ke matanya. Kita akan melihat ekspresi Irfan yang kaget.

IRFAN
Apa maksudnya ini Pak?
PAK IRWAN
Dari bu Sabar. Nanti kalau Lena sudah baikan, tolong diberikan ya Fan.
IRFAN
Tunggu, Pak. Apa sebetulnya kedekatan dari Pak Irwan sama keluarga Kinanthi? Ndak mungkin cerita ini sampai begini kalo ndak ada awalannya.

Pak Irwan tersenyum kecil dan menepuk pundak Irfan.

Lena membuka pintu kamarnya dan mempersilakan Irfan masuk. Irfan bingung harus menyampaikan ini sekarang atau besok. Sementara dia harus segera pulang besok pagi.

LENA
Ada apa mas? Kok wajahmu tiba-tiba begitu?
IRFAN
Ndak papa, Na. Oh ya, kamu ndak papa to?

Irfan memeriksa tangan, lengan, wajah, kaki Lena mencari luka-luka. Irfan melihat tangan Lena yang masih bengkak setelah diikat. Irfan memegang tangan Lena. Lena merintih kesakitan. Irfan mengolesi salep ke bagian bengkak.

Lena dan Irfan sama-sama terdiam.

LENA
Fan, kenapa? Ada apa? Kok kayanya kamu mau ngomong sesuatu tapi mbok tahan.
IRFAN
Ini, pak Irwan tadi nitip ini ke aku.

Irfan memberikan kertas cokelat itu. Lena membuka dan membaca isinya.

LENA
Maksudnya?! Kok selama ini ndak pernah nelpon aku atau ngabari aku kondisinya?!
IRFAN
Pasti ada alasannya, Na. Udah ya sekarang kamu istirahat dulu.
(beat)
Oh ya, subuh nanti aku pulang ya Na.

Irfan keluar dari kamar Lena. Lena terbaring di kasur sambil memegang kertas cokelat. Ia tahu kondisi ibunya sedang tidak baik di Jogja dan mau tidak mau harus pulang.

SMASH CUT TO:

32.INT. JOGJA - KAMAR IBU - RUMAH BU SABAR — NIGHT

Ibu terbaring di kasur dengan wajah yang pucat. Rambut ibu tergerai dan wajahnya terlihat semakin tirus. Ibu berusaha mengucapkan sesuatu namun suaranya lirih.

IBU
Ijat.. Jat..

Ijat di samping ibu, mendekat dan mendengarkan apa yang ibu katakan.

IBU (CONT'D)
Jat, ibu mohon sama kamu. Tulung urusen Kinanthi. Budhe-mu sudah kurang ajar. Kamu harus tahu dimana buku kasnya.
(beat)
Ibu percaya sama kamu. Kamu pinter.

Ijat mengangguk dan mengerti instruksi ibunya. Ijat beranjak dan keluar kamar ibu.

CUT TO:

33.INT. JOGJA - GUDANG KINANTHI — CONTINUOUS

Ijat masuk ke gudang, sebetulnya ia tidak yakin apa yang dilakukannya benar, tapi ia berusaha mengendalikan diri. Ijat melihat sekeliling, sepi lalu ia membuka pintu gudang perlahan dan menutupnya. Ijat berjalan mengendap-endap menuju kantor Kinanthi, kita melihat meja di tengah jendela dengan lampu meja yang antik, tumpukan buku di atasnya, kursi di belakang dan peta kebun Kinanthi yang luas, serta rak buku. Ruangan yang cukup luas disebut kantor untuk skala usaha di daerah, walau Kinanthi sudah bisa ekspor melati sampai luar negeri.

Ijat berkeliling ruangan ini. Mencari sesuatu dengan teliti. Ia mencoba merapikan lagi barang yang sudah diobrak-abrik, lalu mencari di sudut lain. Ijat harus menemukan buku kas, kunci dari kecurigaannya atas Paklik.

Ijat berjalan ke arah meja, ia membuka seluruh laci tapi dia gagal menemukan. Ia menoleh ke arah belakang, ia menyentuh peta kebun Kinanthi. Ijat menemukan seuatu. Ijat merasa tidak enak karena Paklik yang ia curigai tidak memiliki keluarga dan jika tebakannya salah, maka Ijat merasa sangat bersalah.

Ijat menyentuh bagian mengganjal di dinding. Ia membuka peta kebun Kinanthi perlahan, lalu ia menemukan kotak kayu yang ditanam di dinding. Ijat membuka kotaknya, dia menemukan buku kas bertahun-tahun. Ijat segera membawa dan merapikan ruangan ini.

Ijat keluar mengendap-endap. Ia keluar dengan aman, ia kembali ke rumah.

CUT TO:

34.INT. JOGJA - RUANG TAMU - RUMAH BU SABAR — NIGHT

Ijat duduk di kursi, mencoba memahami aliran transaksi yang dilakukan Paklik selama ini. Sejauh Ijat baca aman-aman saja. Tidak sengaja Ijat membuka satu buku kas yang berisi transaksi tahun ini, ada pengeluaran yang tidak wajar dan ditransfer ke rekening atas nama Budhe.

Ijat mencoba menarik benang merah dari setiap kejadian di Kinanthi. Ia mengingat kejadian beberapa hari lalu.

CUT TO:

35.EXT. JOGJA - GUDANG KINANTHI — DAY

Suasana gudang Kinanthi ramai, semua pekerja berkumpul di depan rumah bu Sabar. Ibu melihat dari jendela. Ibu membuka pintu, ia mengenakan jaket panjang dengan rambut yang tidak penuh digelung. Ibu bingung dan pasrah.

Ibu mencoba berdialog dengan mereka. Semua pekerja berekspresi marah dan kesal karena sesuatu.

IBU
Ono opo to iki?! Masih pagi semuanya di sini?
PEKERJA 1
Kami mau protes! Kami mau mogok kerja hari ini!
IBU
Kenapa to? Ada apa iki?
PEKERJA 2 DAN 3
Kami mau keluar dari sini!
(beat)
Kami merasa ndak dihargai!
IBU
Apa to maksud kalian? Saya jujur ndak ngerti masalahnya apa...
PEKERJA 1
KAMI BELUM TERIMA GAJI!
PEKERJA 4
Gimana saya ngasih anak saya makan bulan ini kalo saya kerja ndak dibayar Bu?!
PEKERJA 5
Katanya Kinanthi distributor mosok gaji kami yang cuma sedikit ndak dikasih-kasih?! ANEH INI!
PEKERJA 1
Biasanya tanggalnya pas hlo bu. Kok ini sudah lebih dari 2 hari. Apa ya kami ndak curiga?

Ibu syok mendengarnya. Semua orang masih dengan emosinya berbicara panjang lebar di depan ibu. Paklik datang langsung membubarkan pekerja. Semua pekerja meninggalkan Kinanthi.

Paklik melihat ke arah ibu dan membopong ibu untuk duduk di kursi. Ibu masih syok, wajahnya pucat. Ibu merasa pusing, mual, kepalanya sakit.

IBU
Aku ora paham Paklik. Kok iso?!

Paklik hanya diam, wajahnya menunduk, matanya tidak berani menatap ibu. Ibu diam-diam melirik Paklik dengan tajam.

IBU (CONT'D)
Paklik. Apa kamu tau sesuatu?

Paklik mengangkat wajahnya dan menghela napas.

PAKLIK
Jujur mbak, aku yo ndak tau kenapa mereka seperti itu. Wong gaji sudah saya bayar.
IBU
Kalo sudah dibayar, kenapa mereka bilang belum dibayar? Aku kudu percoyo sopo, Paklik?!
PAKLIK
Mbak kan ndak pernah curiga sama saya, saya selalu pegang amanah hlo.
IBU
Ya memang aku percaya sama kamu Paklik. Kamu juga kaki tanganku di bisnis ini. Tapi, saya tetap butuh fakta, kenapa semua pekerja bilang hal yang sama HARI INI?!
(beat)
Saya ndak mau nuduh njenengan, endak. Saya perlu bukti saja.

Wajah Paklik memerah, dia hampir ketahuan berbohong. Ia berusaha menutupi kesalahannya.

PAKLIK
Nanti tak bawakan bukti transfernya, Mbak.
(beat)
Wong saya sudah ngirim duitnya ke masing-masing rekening kok. Tentu ada buktinya.
IBU
Iya saya tahu Paklik. Saya curiga ada yang mencoba memanfaatkan moment panen dan pengiriman ekspor yang cukup besar di tahun ini.
(beat)
Saya ndak curiga sama kamu, tapi tolong Paklik, kasih saya buktinya.

Ibu beranjak dari kursinya dan pergi ke dalam rumah, menutup pintu dan melihat Paklik dari jendela. Terlihat Paklik kebingungan dan bermain dengan ponselnya.

Kamera memperlihatkan Ibu berjalan mengambil kertas cokelat yang ada di dekat vas bunga sedap malam, lalu mencatat sesuatu, dan mengambil ponselnya yang ada di meja dekat vas bunga. Ibu menelepon seseorang.

CUT TO:

Di luar pagar Kinanthi, Ijat berdiri mematung. Ia sudah melihat seluruh potret kejadian ini.

BACK TO:

36.INT. JOGJA - RUANG TAMU - RUMAH BU SABAR — NIGHT

Kembali ke posisi Ijat yang duduk di kursi. Wajahnya kusut, matanya terbelalak, dan marah.

Kita melihat angka dua ratus juta yang ditransfer tiga kali ke rekening Budhe. Ada catatan dan bukti transfer yang akurat dengan nama "Retno Widyasari" (nama panjang budhe).

IJAT
Wah, kurang ajar! Wong siji iki gak bener!
(beat)
Berarti, selama ini bener feelingku?! Berarti ini penyebabnya?!

Di satu sisi Ijat kecewa dengan Paklik yang selama ini dia dan keluarga Kinanthi kenal, tapi yang mengherankan adalah alasan Paklik melakukan itu dengan Budhe.

Ijat masih duduk dengan wajah kesal.

SMASH CUT TO:

37.EXT/INT. JAKARTA - STASIUN GAMBIR — DAWN

Lena berjalan di antara kerumuman orang-orang yang ada di stasiun Gambir. Mereka sibuk dan terlihat buru-buru. Lena terlihat mencari seseorang. Lena melihat kemunculan seseorang yang ia cari. Lena mendekat. Setelah ditepuk pundaknya, ternyata bukan itu yang dia cari. Lena putus asa. Tanpa disadarinya, selembar kertas jatuh. Diam-diam Irfan memungut kertas yang jatuh, dia melihat tulisan Ibu. Irfan berdiri dan berjarak cukup jauh dari jangkauan Lena, tapi matanya masih bisa mengawasi dari jauh ke mana Lena pergi.

Irfan melihat Lena masuk ke gerbong kereta, ia mengikuti masuk. Irfan berjalan menuju gerbong Lena. Irfan membawa kertas cokelat milik Lena dan berupaya mendekati Lena. Irfan lewat sambil melewati kerumuman orang-orang yang sedang menata tas dan barang-barang di tempat penyimpanan kereta.

IRFAN
Permisi, Pak.. Permisi Bu..

Saat sudah dekat dengan gerbong Lena, Irfan harus menolong seorang ibu yang kopernya jatuh dari atas tempat penyimpanan.

PENUMPANG
Aduh mas.. Saya boleh minta tolongkah?

Irfan dengan keadaan yang tergesa menjadi harus menolong ibu ini.

IRFAN
Iyaa Bu. Saya bantu
PENUMPANG
Terima kasih ya anak ganteng. Semoga kamu dilancarkan urusannya.
IRFAN
Iya. Mari.

Irfan kembali mengejar Lena, sebetulnya kita akan tahu Lena dan Irfan berada dalam satu gerbong, hanya saja pertemuan tadi membuat Irfan harus hati-hati dan menjaga jarak aman untuk mengawasi Lena dari jauh.

CUT TO:

Lena duduk di kursinya, ia merasa seperti dejavu mengingat momen naik kereta. Lena menatap jendela. Wajahnya masih sedih, murung, gelisah, dan kesal. Lena mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dia mengambil gelang roncean melati pemberian Bapak. Diambilnya gelang ini dan Lena memeluknya.

LENA (V.O)
Aku yakin, peristiwa ini pasti ada ujungnya. Ada maksud yang sebenarnya aku tahu aku bisa mengatasinya, tapi Gusti Allah menyuruhku sabar dan banyak tabah. Belum selesai dengan urusanku di Jakarta, sekarang harus balik ke Jogja.

Lena menghela napas panjang dan memandang gelang itu.

LENA (V.O, CONT'D)
Agak aneh ibu tiba-tiba sakit. Ijat tiba-tiba ngurus Kinanthi, sementara aku yang harusnya sukses di Jakarta, terpaksa pulang. Benar-benar dari awal semuanya ndak beres.

CUT TO:

Satu kursi samping kiri sebelah belakang adalah kursi Irfan. Sejak Lena duduk di kursi itu, Irfan memandangi dengan tatapan tulus, takut kehilangan, dan sayang. Irfan kembali memegang kertas cokelat ini. Ia melihat dengan baik tulisan yang ditulis Ibu walau samar.

Tertulis: "Nduk, waktuku ndak banyak. Kamu harus bantu Kinanthi"

Irfan tidak menyangka kalau urusan Kinanthi akan semakin melebar dan kemana-mana. Irfan memasukkan kertas ini ke dalam saku. ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan ke Ijat.

Muncul pop-up chat Irfan dan Ijat.

Tertulis: Irfan: 'Jat, piye di rumah?'

Ijat: 'Kacau mas. Mas ndak bakal percaya apa yang tak temukan'

Irfan: 'Opo?'

Ijat: 'Medeni mas kalau aku kirim dari hp, harus tak kasih tahu langsung. Hari ini.'

Irfan menyadari ada kejadian aneh selama ia pergi ke Jakarta.

CUT TO:

38.EXT. JOGJA - STASIUN KERETA — CONTINUOUS

Suasana stasiun kereta ramai, banyak orang lewat silih berganti. Lena berdiri di depan tulisan stasiun. Irfan menyusul dari belakang dan berdiri di samping Lena. Lena terkejut.

LENA
Mas Irfan?!
IRFAN
Iya, saya. Ada yang bisa saya bantu?
LENA
Fan.. Gak pas banget. Aku lagi ndak mau bercanda hlo.
IRFAN
Hla kamu sedih, gelisah terus-terusan, mbok senyum sedikit kayak gitu kan ayu.
LENA
Ahh Fan! Hari ini lagi serius hlo. Lagi genting di Kinanthi, kok kita bercanda.
IRFAN
Ya wis, sekarang mau langsung ke Kinanthi ndak?
LENA
Hmm.. Ayok. Eh sek, kita naik apa?

Irfan berjalan mendahului Lena. Irfan terlihat mengejek Lena dan membuka mobilnya.

IRFAN
Monggo masuk ndoro putri.
LENA
Woh.. Pak dosen sekarang nggaya ya?! Belum ada satu bulan saya pergi dari Jogja kok sudah ada mobil apik hahaha

Irfan tersenyum dan menyuruh Lena masuk ke dalam mobil.

CUT TO:

39.INT. JOGJA - DALAM MOBIL IRFAN — CONTINUOUS

Lena duduk di samping Irfan. Tidak seperti biasanya mereka duduk berdua di dalam mobil. Mereka terbiasa menghabiskan waktu bersama dengan naik motor atau vespa milik Lena. Kali pertama Lena bisa berdiam dengan Irfan.

LENA
Fan, aku sebenernya bingung harus mulai ngomong dari mana. Maksudku cerita dari mana.
IRFAN
Ya cerita aja Na gak popo.
LENA
Aku ngeroso, Kinanthi lagi dalam bahaya mas. Tapi, aneh aja ibu tiba-tiba sakit, terus sekarang Ijat sibuk sama Kinanthi. Ijat masih kecil hlo mas. Maksudku, kan ada Paklik... Apa jangan-jangan ada sesuatu sama Paklik?!
IRFAN
Kamu itu kalo disuruh curiga sama orang, sama keadaan, selalu criwis. Aku yo ndak tahu, Na apa yang sebenarnya terjadi sama Kinanthi. Sama ibukmu. Sing pasti, Kinanthi butuh kamu.
(beat)
Kamu sing paham dari kecil sama urusan melati-melati itu.
LENA
Hooh aku paham, tapi Fan.. Masalahe aku punya kemauan sendiri. Punya pilihan sendiri.
IRFAN
Itu bener pilihamu opo nuruti egomu?
(beat)
Aku ndak mau ribut lagi sama kamu Na. Rungokno aku, apakah benar jalan yang kamu yakini benar itu adalah benar dan pilihan terbaik buat kamu sendiri? Bukannya apa, lihaten to, kamu ke Jakarta iya kamu cerdas, hebat, tapi apa? Kamu tersiksa begitu.

Irfan dan Lena terdiam. Lena menghela napas panjang dan melihat sawah-sawah yang hijau, menandakan sudah dekat dengan rumahnya.

CUT TO:

40.EXT. JOGJA - HALAMAN KINANTHI — CONTINUOUS

Mobil mulai masuk ke halaman rumah Bu Sabar. Suasana Kinanthi sepi, tidak ada satupun pegawai di sana. Paklik terlihat sedang meletakkan sebuah kardus besar di depan pintu gudang bertuliskan 'Kinanthi'. Pintu gudang tertutup rapat. Di sisi kebun melati, tidak ada petani-petani yang biasanya ada di sana. Rumah bu Sabar terlihat dingin.

Lena melihat Ijat berdiri di depan pintu rumah. Ijat berdiri khawatir menunggu kakaknya pulang.

Lena turun dari mobil, Ijat memeluk mbakyunya.

IJAT
Mbakkkkkk!! Akhirnya kamu mulih.
LENA
Iya dek. Terus, semua orang kok ndak ada? Apa hari ini libur?
IJAT
Nanti tak ceritakan, Mbak. Saiki, ayo masuk dulu.

Lena bingung melihat keadaan Kinanthi yang tidak seperti biasanya. Dia hanya bisa mengingat Kinanthi biasanya ramai ibu-ibu yang memilih bunga, meronce bunga, sementara bapak-bapak membersihkan melati, membawa melati sampai ke tempat tujuan. Lena hafal betul seharusnya tempat ini seperti apa. Wajahnya muram, penuh tanda tanya.

Budhe tiba-tiba datang dari sebelah gudang Kinanthi. Semua terkejut melihat kemunculan Budhe.

BUDHE
Ckckckck, semua ngumpul yo di sini.
(beat)
Nduk Lena, kamu sudah kapok di Jakarta ndak jadi apa-apa?! Sekarang kamu mau apa di sini? Mbambung ndak jelas lagi? Anak pertama perempuan kok kelakuan gak jelas.

Budhe berjalan menuju teras rumah bu Sabar. Mendekati Lena dan memberikan sindirian.

BUDHE (CONT'D)
Anak perempuan umur 24 tahun kudune wes rabi. Atau kalau kerja ya yang jelas. Ngalor ngidul ngajari bocah-bocah teater hasile mana? Kosong.
LENA
Budhe ndak ada hak ya buat bicara seperti itu ke saya. Saya juga punya pilihan buat menjalani hidup saya. Ini udah zaman yang lebih modern dari zaman dulu. Memang saya anak pertama, kebetulan saya perempuan, saya punya kesenengan buat hidup di dunia yang saya pilih. Terus apakah dengan saya nikah saya bisa menyenangkan budhe?!

Budhe mendekati Lena, wajahnya mendekat ke wajah Lena dan membisikkan sesuatu.

BUDHE
Selama simbahmu ndak ngasih aku warisan, sepeserpun, aku bakal tetep ganggu Kinanthi. Tunggu ae, Kinanti jadi punya Budhe. Budhe tau di mana sertifikatnya.

Tatapan licik Budhe semakin mewakili apa yang selama ini Ijat bayangkan. Lena kaget ternyata budhe memiliki pemikiran seperti itu. Ijat dan Irfan berusaha menenangkan Lena.

Budhe pergi bersama sopirnya. Lena menatap kesal atas sikap Budhe yang menjengkelkan dan ingin memanfaatkan kesempatan Ibunya yang sakit.

LENA (V.O)
Aku ndak tahu kalo masalahnya akan serumit ini. Menyangkut perasaanku, bapak, simbah, ibu dan perasaan semua orang yang ada di Kinanthi. Karena kelicikan bude, aku tau apa langkah dan pilihanku.

CUT TO:

41.INT. JOGJA - KAMAR IBU - RUMAH BU SABAR — CONTINUOUS

Terlihat kamar ibu yang penuh bunga melati dan sedap malam. Ibu terbaring di atas kasur. Wajahnya pucat, matanya sayu, tubuhnya terkulai lemah. Penyakit yang tidak diketahui namanya ini datang tiba-tiba dan membuat ibu seperti ini. Lena masuk ke kamar, sedangkan Irfan dan Ijat duduk di ruang tamu.

Lena duduk di samping kasur Ibu, ia menggenggam tangan ibunya, dan menatap wajahnya. Lalu tangannya menyentuh wajah ibunya dan mengelus pipi Ibu pelan.

LENA
Buk? Ibuk kok jadi begini..

Ibu menatap Lena dengan tersenyum. Ia berbicara lirih.

IBU
Nduk, ibu tahu ini ada yang ndak beres. Ibu curiga sama Budhemu. Ibu sehat beberapa hari lalu. Tiba-tiba semuanya rumit.
LENA
Ada apa to Buk? Tadi, Lena dengar dari Budhe kalau Budhe mau warisan dari simbah..
IBU
Iya.. Simbahmu ngasih semua warisannya ke ibumu ini. Semua lahan kebun melati, sawah, dan hutan yang dipunya simbahmu, dikasihkan ke ibu semua, termasuk rumah ini dan Kinanthi.

Ibu menggenggam tangan Lena

IBU (CONT'D)
Percaya ndak percaya, nanti kamu sama Ijat coba cari sesuatu yang mencurigakan di sekitar rumah ini, gudang Kinanthi, kebun, dan pendopo kita. Ibu yakin nduk, budhemu melakukan sesuatu.
LENA
Buk.. Lena takut Buk. Ibuk yang kuat ya, Lena bakal cari penyebab ini semua.
IBU
Tapi Nduk.. Kamu ndak papa ndak jadi di Jakarta? Maafkan ibu ya Nduk buat mimpimu jadi berantakan.
LENA
Buk. Aku tau itu memang keinginan Lena, tapi ada yang lebih penting dari itu. Ibuk, Kinanthi, Lena ndak bisa melepaskan ke orang yang salah.

Lena dan Ibu saling menatap. Mereka meneteskan air mata kemudian Ibu menyuruh Lena mendekat dan memeluk Lena penuh kasih sayang.

CUT TO:

42.INT. JOGJA - RUANG TAMU - RUMAH BU SABAR — A MOMENTS LATER

Irfan dan Ijat terlihat duduk di ruang tamu. Di meja, ada tumpukan buku kas dan bukti-bukti transfer yang berserakan. Ijat menunjukkan ini ke Irfan. Ijat dan Irfan saling bertatapan seolah mengerti langkah berikutnya.

IJAT
Mas, ini yang mau tak kasih lihat ke kamu. Aku sebetulnya paham dan ini bukti yang cukup konkrit buat naik Paklik ke polisi.
IRFAN
Tapi, pemilik usaha ini kan Bu Sabar? Apa ndak nanti bu Sabar juga kena to, Jat?
IJAT
Hmm, tapi kan dua tahun ini ibuku hanya ngurusi kebun aja mas, yang ngurusi segala sesuatu di gudang ya Paklik, tetek bengeknya Paklik. Ibu ndak bakal kena.
(beat)
Hayo! Mas Irfan mau coba nutupi kesalahan Paklik dan Budhe ya!
IRFAN
NGAWUR! Aku cuma mikir ini perlu dipikir mateng kalau lapor polisi. Aku punya teman yang mudeng hukum, nanti kita ke sana.

Ijat dan Irfan terlihat berunding. Lena keluar dari kamar Ibu. Lena memahami situasi ini, seolah membentuk tim. Lena duduk di samping Irfan.

LENA
Aku punya tugas tambahan. Kita harus bisa menemukan penyebab ibu sakit. Tak pikir ibu diguna-guna sama Budhe. Terus sertifikat kita harus amankan.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar