Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
31.EXT. JAKARTA - RUMAH PERAN — NIGHT
Hujan gerimis masih belum reda, Lena sampai di Rumah Peran dengan selamat. Lena membuka gerbang, ia tidak melihat siapapun. Ia masuk ke ruang latihan juga sepi, sampai matanya tertahan melihat Irfan di taman. Irfan mendengar langkah kaki dan terkejut melihat kondisi Lena. Irfan lari memberikan jaket dan memeluk Lena.
Tanpa kata, situasi mereka berdua sudah benar-benar mereka pahami. Lena menangis tersedu-sedu. Irfan terdiam dan ikut meneteskan air mata. Matanya terlihat kesal dan kecewa mengapa Lena harus mengalami hal ini. Lena tetap menangis.
Tangis Lena semakin pecah.
Dari arah lorong yang menuju kamar pemain, ada pak Irwan yang melihat situasi ini. Pak Irwan tertunduk lesu dan merasa gagal membawa Lena ke Jakarta.
CUT TO:
Lena sudah berhenti menangis dan terduduk di ruang latihan. Irfan membawakan handuk dan teh hangat.
Lena mengangguk dan Irfan membopong Lena ke kamarnya.
CUT TO:
Di tengah lorong, pak Irwan berdiri di depan kamar Lena. Ia terlihat seperti membawa kabar buruk. Tatapan matanya sendu tanpa cahaya. Irfan menatap pak Irwan.
Irfan membawa Lena ke kamarnya.
Irfan menutup pintu kamar Lena. Ia siap berbicara dengan pak Irwan. Pak Irwan membarikan Irfan selembar kertas berwarna cokelat. Irfan menerimanya dan mendekatkan kertas itu ke matanya. Kita akan melihat ekspresi Irfan yang kaget.
Pak Irwan tersenyum kecil dan menepuk pundak Irfan.
Lena membuka pintu kamarnya dan mempersilakan Irfan masuk. Irfan bingung harus menyampaikan ini sekarang atau besok. Sementara dia harus segera pulang besok pagi.
Irfan memeriksa tangan, lengan, wajah, kaki Lena mencari luka-luka. Irfan melihat tangan Lena yang masih bengkak setelah diikat. Irfan memegang tangan Lena. Lena merintih kesakitan. Irfan mengolesi salep ke bagian bengkak.
Lena dan Irfan sama-sama terdiam.
Irfan memberikan kertas cokelat itu. Lena membuka dan membaca isinya.
Irfan keluar dari kamar Lena. Lena terbaring di kasur sambil memegang kertas cokelat. Ia tahu kondisi ibunya sedang tidak baik di Jogja dan mau tidak mau harus pulang.
SMASH CUT TO:
32.INT. JOGJA - KAMAR IBU - RUMAH BU SABAR — NIGHT
Ibu terbaring di kasur dengan wajah yang pucat. Rambut ibu tergerai dan wajahnya terlihat semakin tirus. Ibu berusaha mengucapkan sesuatu namun suaranya lirih.
Ijat di samping ibu, mendekat dan mendengarkan apa yang ibu katakan.
Ijat mengangguk dan mengerti instruksi ibunya. Ijat beranjak dan keluar kamar ibu.
CUT TO:
33.INT. JOGJA - GUDANG KINANTHI — CONTINUOUS
Ijat masuk ke gudang, sebetulnya ia tidak yakin apa yang dilakukannya benar, tapi ia berusaha mengendalikan diri. Ijat melihat sekeliling, sepi lalu ia membuka pintu gudang perlahan dan menutupnya. Ijat berjalan mengendap-endap menuju kantor Kinanthi, kita melihat meja di tengah jendela dengan lampu meja yang antik, tumpukan buku di atasnya, kursi di belakang dan peta kebun Kinanthi yang luas, serta rak buku. Ruangan yang cukup luas disebut kantor untuk skala usaha di daerah, walau Kinanthi sudah bisa ekspor melati sampai luar negeri.
Ijat berkeliling ruangan ini. Mencari sesuatu dengan teliti. Ia mencoba merapikan lagi barang yang sudah diobrak-abrik, lalu mencari di sudut lain. Ijat harus menemukan buku kas, kunci dari kecurigaannya atas Paklik.
Ijat berjalan ke arah meja, ia membuka seluruh laci tapi dia gagal menemukan. Ia menoleh ke arah belakang, ia menyentuh peta kebun Kinanthi. Ijat menemukan seuatu. Ijat merasa tidak enak karena Paklik yang ia curigai tidak memiliki keluarga dan jika tebakannya salah, maka Ijat merasa sangat bersalah.
Ijat menyentuh bagian mengganjal di dinding. Ia membuka peta kebun Kinanthi perlahan, lalu ia menemukan kotak kayu yang ditanam di dinding. Ijat membuka kotaknya, dia menemukan buku kas bertahun-tahun. Ijat segera membawa dan merapikan ruangan ini.
Ijat keluar mengendap-endap. Ia keluar dengan aman, ia kembali ke rumah.
CUT TO:
34.INT. JOGJA - RUANG TAMU - RUMAH BU SABAR — NIGHT
Ijat duduk di kursi, mencoba memahami aliran transaksi yang dilakukan Paklik selama ini. Sejauh Ijat baca aman-aman saja. Tidak sengaja Ijat membuka satu buku kas yang berisi transaksi tahun ini, ada pengeluaran yang tidak wajar dan ditransfer ke rekening atas nama Budhe.
Ijat mencoba menarik benang merah dari setiap kejadian di Kinanthi. Ia mengingat kejadian beberapa hari lalu.
CUT TO:
35.EXT. JOGJA - GUDANG KINANTHI — DAY
Suasana gudang Kinanthi ramai, semua pekerja berkumpul di depan rumah bu Sabar. Ibu melihat dari jendela. Ibu membuka pintu, ia mengenakan jaket panjang dengan rambut yang tidak penuh digelung. Ibu bingung dan pasrah.
Ibu mencoba berdialog dengan mereka. Semua pekerja berekspresi marah dan kesal karena sesuatu.
Ibu syok mendengarnya. Semua orang masih dengan emosinya berbicara panjang lebar di depan ibu. Paklik datang langsung membubarkan pekerja. Semua pekerja meninggalkan Kinanthi.
Paklik melihat ke arah ibu dan membopong ibu untuk duduk di kursi. Ibu masih syok, wajahnya pucat. Ibu merasa pusing, mual, kepalanya sakit.
Paklik hanya diam, wajahnya menunduk, matanya tidak berani menatap ibu. Ibu diam-diam melirik Paklik dengan tajam.
Paklik mengangkat wajahnya dan menghela napas.
Wajah Paklik memerah, dia hampir ketahuan berbohong. Ia berusaha menutupi kesalahannya.
Ibu beranjak dari kursinya dan pergi ke dalam rumah, menutup pintu dan melihat Paklik dari jendela. Terlihat Paklik kebingungan dan bermain dengan ponselnya.
Kamera memperlihatkan Ibu berjalan mengambil kertas cokelat yang ada di dekat vas bunga sedap malam, lalu mencatat sesuatu, dan mengambil ponselnya yang ada di meja dekat vas bunga. Ibu menelepon seseorang.
CUT TO:
Di luar pagar Kinanthi, Ijat berdiri mematung. Ia sudah melihat seluruh potret kejadian ini.
BACK TO:
36.INT. JOGJA - RUANG TAMU - RUMAH BU SABAR — NIGHT
Kembali ke posisi Ijat yang duduk di kursi. Wajahnya kusut, matanya terbelalak, dan marah.
Kita melihat angka dua ratus juta yang ditransfer tiga kali ke rekening Budhe. Ada catatan dan bukti transfer yang akurat dengan nama "Retno Widyasari" (nama panjang budhe).
Di satu sisi Ijat kecewa dengan Paklik yang selama ini dia dan keluarga Kinanthi kenal, tapi yang mengherankan adalah alasan Paklik melakukan itu dengan Budhe.
Ijat masih duduk dengan wajah kesal.
SMASH CUT TO:
37.EXT/INT. JAKARTA - STASIUN GAMBIR — DAWN
Lena berjalan di antara kerumuman orang-orang yang ada di stasiun Gambir. Mereka sibuk dan terlihat buru-buru. Lena terlihat mencari seseorang. Lena melihat kemunculan seseorang yang ia cari. Lena mendekat. Setelah ditepuk pundaknya, ternyata bukan itu yang dia cari. Lena putus asa. Tanpa disadarinya, selembar kertas jatuh. Diam-diam Irfan memungut kertas yang jatuh, dia melihat tulisan Ibu. Irfan berdiri dan berjarak cukup jauh dari jangkauan Lena, tapi matanya masih bisa mengawasi dari jauh ke mana Lena pergi.
Irfan melihat Lena masuk ke gerbong kereta, ia mengikuti masuk. Irfan berjalan menuju gerbong Lena. Irfan membawa kertas cokelat milik Lena dan berupaya mendekati Lena. Irfan lewat sambil melewati kerumuman orang-orang yang sedang menata tas dan barang-barang di tempat penyimpanan kereta.
Saat sudah dekat dengan gerbong Lena, Irfan harus menolong seorang ibu yang kopernya jatuh dari atas tempat penyimpanan.
Irfan dengan keadaan yang tergesa menjadi harus menolong ibu ini.
Irfan kembali mengejar Lena, sebetulnya kita akan tahu Lena dan Irfan berada dalam satu gerbong, hanya saja pertemuan tadi membuat Irfan harus hati-hati dan menjaga jarak aman untuk mengawasi Lena dari jauh.
CUT TO:
Lena duduk di kursinya, ia merasa seperti dejavu mengingat momen naik kereta. Lena menatap jendela. Wajahnya masih sedih, murung, gelisah, dan kesal. Lena mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dia mengambil gelang roncean melati pemberian Bapak. Diambilnya gelang ini dan Lena memeluknya.
Lena menghela napas panjang dan memandang gelang itu.
CUT TO:
Satu kursi samping kiri sebelah belakang adalah kursi Irfan. Sejak Lena duduk di kursi itu, Irfan memandangi dengan tatapan tulus, takut kehilangan, dan sayang. Irfan kembali memegang kertas cokelat ini. Ia melihat dengan baik tulisan yang ditulis Ibu walau samar.
Tertulis: "Nduk, waktuku ndak banyak. Kamu harus bantu Kinanthi"
Irfan tidak menyangka kalau urusan Kinanthi akan semakin melebar dan kemana-mana. Irfan memasukkan kertas ini ke dalam saku. ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan ke Ijat.
Muncul pop-up chat Irfan dan Ijat.
Tertulis: Irfan: 'Jat, piye di rumah?'
Ijat: 'Kacau mas. Mas ndak bakal percaya apa yang tak temukan'
Irfan: 'Opo?'
Ijat: 'Medeni mas kalau aku kirim dari hp, harus tak kasih tahu langsung. Hari ini.'
Irfan menyadari ada kejadian aneh selama ia pergi ke Jakarta.
CUT TO:
38.EXT. JOGJA - STASIUN KERETA — CONTINUOUS
Suasana stasiun kereta ramai, banyak orang lewat silih berganti. Lena berdiri di depan tulisan stasiun. Irfan menyusul dari belakang dan berdiri di samping Lena. Lena terkejut.
Irfan berjalan mendahului Lena. Irfan terlihat mengejek Lena dan membuka mobilnya.
Irfan tersenyum dan menyuruh Lena masuk ke dalam mobil.
CUT TO:
39.INT. JOGJA - DALAM MOBIL IRFAN — CONTINUOUS
Lena duduk di samping Irfan. Tidak seperti biasanya mereka duduk berdua di dalam mobil. Mereka terbiasa menghabiskan waktu bersama dengan naik motor atau vespa milik Lena. Kali pertama Lena bisa berdiam dengan Irfan.
Irfan dan Lena terdiam. Lena menghela napas panjang dan melihat sawah-sawah yang hijau, menandakan sudah dekat dengan rumahnya.
CUT TO:
40.EXT. JOGJA - HALAMAN KINANTHI — CONTINUOUS
Mobil mulai masuk ke halaman rumah Bu Sabar. Suasana Kinanthi sepi, tidak ada satupun pegawai di sana. Paklik terlihat sedang meletakkan sebuah kardus besar di depan pintu gudang bertuliskan 'Kinanthi'. Pintu gudang tertutup rapat. Di sisi kebun melati, tidak ada petani-petani yang biasanya ada di sana. Rumah bu Sabar terlihat dingin.
Lena melihat Ijat berdiri di depan pintu rumah. Ijat berdiri khawatir menunggu kakaknya pulang.
Lena turun dari mobil, Ijat memeluk mbakyunya.
Lena bingung melihat keadaan Kinanthi yang tidak seperti biasanya. Dia hanya bisa mengingat Kinanthi biasanya ramai ibu-ibu yang memilih bunga, meronce bunga, sementara bapak-bapak membersihkan melati, membawa melati sampai ke tempat tujuan. Lena hafal betul seharusnya tempat ini seperti apa. Wajahnya muram, penuh tanda tanya.
Budhe tiba-tiba datang dari sebelah gudang Kinanthi. Semua terkejut melihat kemunculan Budhe.
Budhe berjalan menuju teras rumah bu Sabar. Mendekati Lena dan memberikan sindirian.
Budhe mendekati Lena, wajahnya mendekat ke wajah Lena dan membisikkan sesuatu.
Tatapan licik Budhe semakin mewakili apa yang selama ini Ijat bayangkan. Lena kaget ternyata budhe memiliki pemikiran seperti itu. Ijat dan Irfan berusaha menenangkan Lena.
Budhe pergi bersama sopirnya. Lena menatap kesal atas sikap Budhe yang menjengkelkan dan ingin memanfaatkan kesempatan Ibunya yang sakit.
CUT TO:
41.INT. JOGJA - KAMAR IBU - RUMAH BU SABAR — CONTINUOUS
Terlihat kamar ibu yang penuh bunga melati dan sedap malam. Ibu terbaring di atas kasur. Wajahnya pucat, matanya sayu, tubuhnya terkulai lemah. Penyakit yang tidak diketahui namanya ini datang tiba-tiba dan membuat ibu seperti ini. Lena masuk ke kamar, sedangkan Irfan dan Ijat duduk di ruang tamu.
Lena duduk di samping kasur Ibu, ia menggenggam tangan ibunya, dan menatap wajahnya. Lalu tangannya menyentuh wajah ibunya dan mengelus pipi Ibu pelan.
Ibu menatap Lena dengan tersenyum. Ia berbicara lirih.
Ibu menggenggam tangan Lena
Lena dan Ibu saling menatap. Mereka meneteskan air mata kemudian Ibu menyuruh Lena mendekat dan memeluk Lena penuh kasih sayang.
CUT TO:
42.INT. JOGJA - RUANG TAMU - RUMAH BU SABAR — A MOMENTS LATER
Irfan dan Ijat terlihat duduk di ruang tamu. Di meja, ada tumpukan buku kas dan bukti-bukti transfer yang berserakan. Ijat menunjukkan ini ke Irfan. Ijat dan Irfan saling bertatapan seolah mengerti langkah berikutnya.
Ijat dan Irfan terlihat berunding. Lena keluar dari kamar Ibu. Lena memahami situasi ini, seolah membentuk tim. Lena duduk di samping Irfan.
CUT TO: