Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kinanthi
Suka
Favorit
Bagikan
1. Permulaan

FADE IN:

1.EXT. JOGJA - RUMAH PENGANTIN — DAY

Scene diawali dengan keramaian yang sedang terjadi pada sebuah rumah. Terlihat bapak-bapak sedang merapikan meja, ada yang merapikan kursi, dan ada ibu-ibu yang menata peralatan siraman. Di samping rumah terlihat sekelompok ibu sedang memasak bersama.

Kamera bergerak pelan menembus kerumuman ini. Kamera terus bergerak hingga kita melihat seorang perempuan berlari dari belakang rumah menuju ke ruang tengah rumah.

CUT TO:

1A.INT. JOGJA - RUANG TENGAH RUMAH PENGANTIN — CONTINUOUS

Dari arah ruang tengah muncul seorang perempuan, YUWALENA/LENA (24) (kita bisa melihat wajahnya yang cantik, berkulit sawo matang, dan setinggi 160cm, memakai kebaya hitam dengan rok batik. Rambutnya disanggul dan disematkan bunga melati). Lena membawa sekantong benda di lengan kanannya yang terlihat cukup berat. Lena terengah-engah, wajahnya terlihat cemas, khawatir, dan matanya sendu. Di sini Lena terlihat sedang mencari seseorang, JATMIKO/IJAT (20), adik laki-laki satu-satunya.

Lena menoleh ke kanan, ke kiri, menghela napas, dan bertanya ke ibu-ibu yang ada di ruangan itu.

LENA
Nuwun sewu Bu, apakah tau Ijat di mana? Saya nyari dari tadi ndak ketemu-ketemu(sambil menunjukkan barang yang dibawa)
(beat)
Meniko, saya mau kasih ini

translate: Nuwun sewu - permisi, Meniko - ini

Ibu-ibu saling menatap dan menggelengkan kepala.

Datanglah seorang ibu dari belakang Lena, BU SURTI (40) - rewang atau yang biasa biasanya ikut bantu BU SABAR (60) ibunya Lena dan Ijat, kalau sedang ada acara. Bu Surti dengan suara lantangnya memanggil Ijat. Semua orang memandang.

Bu Surti pergi dan kembali duduk di area memasak. Terlihat canggung setelahnya.

BU SURTI
Owalah, JATMIKO! Digoleki mbakyumu!(Oalah, Jatmiko, dicariin kakakmu)

CUT TO:

1B.EXT. JOGJA - TEMPAT SIRAMAN RUMAH PENGANTIN — CONTINUOUS

Begitu namanya disebut, Ijat terlihat celingak-celinguk. Kemudian bergegas merapikan sesaji. Kita melihat ada bunga berwarna-warni, air tujuh sumber, ayam, tumpeng robyong, dan jajanan pasar. Ijat berjalan pelan kemudian berlari dari tempat siraman menuju kakaknya. Ijat sedang menutupi rasa cemas dan khawatir.

CUT TO:

INT/EXT. JOGJA - RUANG TENGAH RUMAH PENGANTIN — CONTINUOUS

Ijat mengambil kantong yang dibawa Lena. Lena menatap Ijat, Ijat menatap Lena. Keduanya diam namun wajahnya tidak dapat dibohongi, ada kekhawatiran dari sorot mata mereka. Dari kantong itu, kita melihat tulisan "Kinanthi", toko kembang melati milik ibunya.

Tatapan itu mengakhiri perjumpaan Lena dan Ijat.

Lena bergegas keluar ruangan dan pergi dengan vespa tua berwarna hijau miliknya, peninggalan ayahnya. Vespa tertempel tulisan jawa 'Kinanthi'. Masih dengan ekspresi penuh kekhawatiran dan tanda tanya ini, Lena mengebut tanpa helm.

Sementara Ijat menatap kakaknya yang tergesa-gesa. Ijat membuka bingkisan yang dibawa Lena yang berisi roncean/rangkaian bunga melati yang dibuat ibunya untuk pengantin. Ijat menghela napas dan berjalan ke arah dapur untuk menyimpan roncean melati di kulkas.

Ibu-ibu berdecakan melihat tingkah kakak, adik ini.

FADE TO:

2.EXT. JOGJA - PERBUKITAN — DAY

Established shot. Kita melihat perbukitan Bantul yang tampak luas dengan pohon-pohon yang rindang. Sawah-sawah yang hijau. Petani yang sedang bekerja di sawah. Orang-orang yang silih berganti menyapa Lena. Lena melintasi jalan ini dengan motor vespanya.

Dari sini, Lena semakin gelisah.

LENA (V.O)
Aku tahu, hari ini pasti datang. Sebenarnya aku ingin jangan sekarang, tapi kalau ruh sudah mau megat, bagaimana lagi. Trima dan coba buat ikhlas.
(beat)
Aromanya, aku hafal betul aroma ini.

Lena masih di atas motornya, mencoba menyeka air matanya yang semakin deras.

Lena berhenti sejenak di pinggir jalan. Ia berpikir sambil menghirup aroma bunga melati yang dironce melingkar seperti tasbih.

LENA (V.O)
Entah, siap atau tidak. Hari ini aku ditakdirkan untuk legowo.

Setelah pikirannya tenang, ia kembali mengemudi menuju sanggar teater.

CUT TO:

3.INT. JOGJA - SANGGAR TEATER ASA — CONTINUOUS

Lena masuk dan kita melihat papan nama 'SANGGAR TEATER ASA'. Inilah ruangan sanggar yang sederhana dengan kaca, piala, foto, dan berwarna layaknya tempat yang cocok untuk anak-anak. Dari dalam terlihat IRFAN (26), teman Lena di teater dan membantunya membangun sanggar Asa. Irfan menyambut Lena dengan senyuman. Di belakang Irfan ada sekelompok anak-anak yang ikut menyapa, kemudian memeluk Lena.

ANAK-ANAK
Mbak Lenaaaaaaa

Lena tersenyum menyambut pelukan anak-anak. Lena berusaha menyembunyikan kekhawatirannya akan sesuatu. Sambil memeluk anak-anak, Lena menatap Irfan. Irfan seolah paham kondisi Lena hanya dengan menatap matanya.

LENA
Haiiiii. Atututu. Gimana dek latihannya? Masih semangat ya semuanya?
ANA
Iya mbak, aku semangat! Tapi, mbak Lena harus di sini biar kami tambah semangat
ANAK-ANAK
Iyaaaa mbaaakkk!
DINA
Mbak Lena, hari ini kita belajar apa??
LENA
Hari ini kita belajar sama mas Irfan ya. Emm.. Hari ini belajar membaca naskah baru ya.
ANAK-ANAK
Horeee!! Belajar, belajar..

Lena tersenyum, memeluk anak-anak. Lena beranjak berdiri menuju kursi panjang. Sementara itu, Irfan membagikan naskah berjudul 'Kancil Nyolong Timun'. Semua anak terlihat antusias membaca judul naskah ini. Tak lama, Ana dan Tio saling berebut peran. Irfan melerai sambil tertawa.

IRFAN
Heyo, tidak perlu ber...teng..
ANAK-ANAK
Bertengkar..
IRFAN
Pintar. Dibaca dulu sama teman di samping kanannya ya, nanti semua maju dan mencoba ke depan sesuai yang adik-adik pilih ya.
TIYO
Aku boleh pilih yang menyanyi ndak kak Irfan?
JOKO
Emange suaramu apik to, Yo? (memangnya suara kamu bagus, Tiyo?)
TIYO
Wo ngece i Joko.. (Woh, ngejek nih Joko)
ANA
Ahh, uwes.. Ayoo belajar. Ojo berteng...
ANAK-ANAK
OJO BERTENGKAR!

Irfan tersenyum melihat tingkah anak-anak SD yang menggemaskan ini. Irfan melihat Lena yang terlihat tidak baik-baik saja. Irfan pergi ke arah kulkas, ia mengeluarkan es lilin. Irfan berjalan sambil tersenyum ke arah Lena, ia memberikan es lilin dan duduk di samping Lena.

Lena dan Irfan duduk berdua seperti orang tua anak-anak. Melihat anak-anak dari sudut terbaik ruangan ini. Lena menatap Irfan.

LENA
Fan, suwun ya. Kamu selalu bantu aku.
IRFAN
(menepuk pundak Lena perlahan) Iyo, ndak usah dipikir. Aku ngerti kok kamu lagi kepikiran apa.
(beat)
Sek ya, aku mau kasih tau kamu sesuatu.

Irfan mengambil dokumen dari laci di meja dekat kulkas dan menunjukkan ke Lena.

IRFAN
Jadi Na.. Kemarin aku dikasih tau sama pak Budi. Pak Bupati itu mau sanggar Asa pentas di hari jadi kota kita.. Masih nanti. Kabarnya menteri datang juga. Dua bulan lagi lah kira-kira.
LENA
Hmmm, gimana ya Fan....

Lena menarik Irfan menjauh dari anak-anak menuju jendela dan berbisik lirih. Lena menatap anak-anak dari kejauhan memastikan anak-anak tidak khawatir. Kali ini pembicaraan nampak serius.

LENA (CONT'D)
Aku tahu ini mendesak. Anak-anak juga ada yang sekolah. Dari waktunya saja, kita selalu dan hanya bisa mengajak anak-anak latihan di Sabtu dan Minggu. Kita ndak mungkin maksa mereka buat latihan setiap hari to kalau pentasnya buat orang sepenting ini.(menghela napas)
(beat)
Kamu tau sendiri Fan, kalau misal.. Misalnya ya.. Misalnya lho.. Aku ini nanti lolos casting, aku ndak mungkin di sini dalam satu bulan dan otomatis aku harus ke sana buat syuting..

Irfan mencoba memahami kemauan Lena. Irfan berpikir sambil menatap anak-anak.

IRFAN
Iya aku paham kok. Tapi Na, apa kamu tega lungo adoh dengan hasil yang kamu ndak tau bakal gimana nasib kamu? Aku ndak maksud meremehkan kamu.(menggenggam tangan Lena perlahan dan menatap dalam Lena)
(beat)
Lena.. Iya, memang ada aku di sini, aku bisa ngajar seperti biasanya. Tapi lihat itu anak-anak semangatnya luar biasa, mereka juga butuh kamu di sini. Kita bisa buktikan kalo anak-anak di sini ndak kalah hebat sama anak-anak di kota-kota sana. Kita buktikan lewat penampilan di depan menteri. Latihan Sabtu sama Minggu cukup kok.

Lena melepaskan genggaman Irfan dan menatap ke luar jendela. Lena membelakangi Irfan. Irfan melanjutkan pembicaraan ini.

IRFAN (CONT'D)
Na.. Ya, aku ndak maksud buat mencegah kamu pergi dari Bantul. Endak kok. Tapi maksud aku, nanti kamu di sana gimana? Kamu sendiri lho, Na.
(beat)
Ya.. Aku ini khawatir.

Irfan memberikan ruang untuk Lena sendiri dan pergi menghampiri anak-anak. Ujung mata Lena mengarah ke langkah kaki Irfan yang beranjak pergi. Lena menunduk kemudian menaikkan kepalanya dan menghela napas.

Tak lama, ponsel Lena berbunyi. Telpon dari ibu. Lena menghela napas lebih dalam seolah tahu apa yang akan ia terima. Lena mengambil ponselnya dari tas kecil miliknya. Lena berjalan menuju luar sanggar dan mengangkat telpon.

LENA
Waalaikum salam.. Nggih ibu? Ada apa?

Jantung Lena berdetak lebih kencang, tubuhnya perlahan mulai dingin.

IBU (O.S)
Lena..

Suara ibu gemetar, berbicara pelan. Detak jantung Lena semakin kencang, keringat dingin mulai bercucuran, mulutnya bergetar.

LENA
I.. Iya buk..
IBU (O.S)
Simbah sudah tindak, nduk. Baru saja dimandikan...
(beat)
Kamu, segera ke sini ya.

Badan Lena lemas. Ponselnya jatuh. Ia berjalan dengan setengah sadar ke luar sanggar. Badannya sempoyongan. Dunia terasa berputar. Lena berjalan di pinggir sambil memegang dinding, menahan air matanya untuk tidak menetes. Tubuhnya semakin dingin. Telinganya berbunyi 'nging..' dan "BRUK" Lena terduduk, tatapannya kosong.

Dari arah berlawanan PAK BUDI (50), orang biasa ikut bantu-bantu di sanggar dan juga petani di kebun melati ibunya, datang dan membopong Lena dan membawanya naik mobil menuju ke rumah Lena.

FAST CUT TO:

4.INT. JOGJA - DALAM MOBIL — CONTINUOUS

Sepasang mata terbuka - inilah mata Lena yang pingsan di sanggar Asa. Irfan ada di sampingnya. Lena berusaha mengucapkan sesuatu, tapi tidak ada suara yang muncul dari mulutnya.

Lena menggenggam roncean bunga melati seperti tasbih. Lena memainkan roncean ini. Lalu, kita melihat ekspresi Lena yang sedih kemudian pelan-pelan tersenyum ikhlas menghadap ke arah kamera.

DISSOLVE TO:

Judul film "KINANTHI" disertai opening credits

Saat judul muncul, terlihat cuplikan-cuplikan seperti roll film di masa lalu.

CUPLIKAN 1: Lena (10) dan simbah yang tersenyum, tertawa, meronce bunga melati di halaman rumah. Ada bapak yang memasang tulisan 'KINANTHI' di pagar rumah. Ibu tersenyum sambil menggandeng Ijat.

CUPLIKAN 2: Lena, Ijat bermain dakon bersama simbah.

CUPLIKAN 3: Terlihat juga Wajah simbah yang cantik, berambut panjang.

CUPLIKAN 4: Terlihat aktivitas simbah yang senang membuat minyak ekstrak dari bunga melati.

CUPLIKAN 5: Lena memanggil simbah saat bermain di pinggir sungai.

CUPLIKAN 6: Simbah menggandeng Lena dan mengajak memetik bunga melati di kebun.

Kemudian ditutup dengan senyum simbah dengan Lena yang berusia 10 tahun saat di foto bersama. (Dari foto masa lalu ini nantinya akan kita lihat di masa kini dalam genggaman Lena).

CUT TO:

5.EXT. JOGJA - PINGGIR SUNGAI BELAKANG RUMAH BU SABAR — NEXT DAY

Dari hasil foto, akan ada transisi yang memperlihatkan foto 10 tahun itu sedang digenggam Lena saat ini.

Lena memandangi foto itu, sambil tersenyum kecil. Simbah adalah orang yang berjasa di hidup Lena. Sambil memandangi aliran sungai, Ijat datang membawa camilan dan teh hangat.

IJAT
Mbak, kamu dari tadi belum makan loh. Iki tak bawakan cenil kesukaanmu. Nanti kalo kamu ndak mau makan, simbah sedih lho.(sambil menyuapi kakaknya)
(beat)
Nyoh, ndang... Aaaaaaaa.
LENA
Deeekkkkk! Iya iya. Tak maem sendiri.
IJAT
Lha yo yo mba, tak kira simbah itu bisa kuat sampe 100 tahun.. Tapi ternyata Gusti Allah lebih sayang simbah yo mbak.
LENA
Yaa namanya hidup Jat, ndak ada yang tahu kita dikasih napas sampai umur berapa. Yang pasti, kita harus berbuat baik sampai nanti Gusti Allah panggil kita lagi.
IJAT
Weladalah bijak mbakyuku sekarang hahaha.

Lena membenarkan posisi duduknya dan berbicara serius ke Ijat. Lena menatap mata adiknya. Ijat menatap balik sambil makan cenil yang gulanya belepotan di mukanya.

LENA
Jat! Piye menurutmu, kalau aku bener-bener lolos casting dan jadi pergi ke ibu kota, terus aku.....

Ijat menyela omongan kakaknya, sambil mengunyah cenil.

IJAT
Mbak tak bilangi, gak usah ketinggian kamu itu mau dikenal orang sana. Mereka lho ndak ngilirik kamu, sepinter apapun kamu di Jogja, di Bantul....
LENA
Jatmiko Raharjo! Apa belum cukup itu piala-piala yang mbak kumpulkeun dari jaman sekolah buat membuktikan kemampuanku???

SMASH CUT TO:

6.INT. JOGJA - GEDUNG TEATER — DAY/NIGHT

Terlihat cuplikan Lena memenangkan berbagai perlombaan teater

CUPLIKAN 1: festival monolog pelajar memenangkan monolog terbaik

Di cuplikan ini terlihat Lena berada di panggung melakukan pertunjukan monolog. Lena menggunakan gaun berwarna putih. Lena disorot cahaya putih dari atas panggung. Matanya berbinar.

LENA
Di sini, lewat kota ini, aku akan kembali padamu...

CUT TO:

CUPLIKAN 2: festival teater pelajar memenangkan pemeran wanita terbaik

CUPLIKAN 3: festival teater pelajar memenangkan pemeran wanita terbaik

CUPLIKAN 4: festival teater pelajar memenangkan pemeran wanita terbaik

CUPLIKAN 5: festival teater pelajar memenangkan pemeran wanita terbaik

Keempat cuplikan ini akan kita lihat dalam bentuk kompilasi. Semua ekspresi Lena bahagia. Di sana, selalu ada simbah yang memberikan semangat.

SMASH CUT BACK TO:

7.EXT. JOGJA - PINGGIR SUNGAI BELAKANG RUMAH BU SABAR — CONTINUOUS

Ijat menatap kakaknya dengan tatapan heran. Alisnya naik satu dan tersenyum kecil.

IJAT
Ya wes, kalau mbakyuku ini lolos casting, buktikan kemampuamu mbak.

Lena tersenyum lebar dan memeluk adiknya yang selalu ia anggap adik kecil.

Ijat dan Lena beranjak, lalu pergi menuju ke rumah.

8.INT. JOGJA - RUANG TENGAH RUMAH BU SABAR — CONTINUOUS

Sebuah tangan meronce/merangkai bunga melati. Tangan tersebut milik BU SABAR/IBU (60), ibu Lena dan Ijat sekaligus distributor kembang melati yang terkenal di Bantul. Kamera bergerak pelan ke bunga-bunga melati yang ada di cawan. Tangan ibu mengambil satu melati dan mencium aromanya. Kita melihat wajah Ibu yang tetap cantik, rambutnya diikat sanggul sederhana dengan bunga melati tersemat di telinga, tanpa riasan. Ibu berbadan kecil tapi berisi, memakai kebaya cokelat dan rok batik.

Ibu meronce di ruang tamu. Kita melihat ruangan yang bernuansa tradisional seperti rumah joglo, kursi anyam, foto-foto Lena dan keluarga, barang-barang lawas, dan di beberapa sudut ada cawan-cawan bunga melati dan vas berisi sedap malam.

Ibu dibantu BUDHE (65), kakak satu-satunya dari ibu yang masih hidup dan selalu 'rewel' dan komentar soal kehidupan adiknya. Kita kemudian melihat Budhe. Budhe berkacamata, berbadan gemuk, rambutnya diikat sederhana.

BUDHE
Yoalah, sudah seminggu ibuk sedo yo dek.
IBU
Iya mbak.
BUDHE
Hehehe, gimana dek, waktu itu aku kan lagi ndak ada di Jogja, jadi aku ndak bisa ngancani ibuk pas mau megatruh.(sambil tersenyum licik)
(beat)
Anu dek.. hehehe. Pas momen itu.. hehehe.. Ibuk sempet ngomong tentang war...

Saat budhe akan berbicara tentang warisan, tiba-tiba percakapan mereka dipotong dengan kedatangan Lena dan Ijat. Ijat mengetuk pintu, salim, dan menyapa budhe.

Lena sempat mendengar pembicaraan ini dari luar. Lena berjalan masuk, salim, dan menyapa ibu. Lalu tersenyum ke kecil ke arah budhe. Dari sorot matanya terlihat ada perasaan tidak suka diantara keduanya. Sambil merangkai bunga melati, Budhe berbicara ke arah Lena.

BUDHE
Katanya kamu mau ngartis ya? Yakin kamu mau hidup seperti itu terus-terusan? Jaminan hidupmu gimana nanti? Umure wes 24 tahun, masih belum dapat calon suami.. Wes piye iki
LENA
Hmm, saya ndak mau ngartis kok Budhe. Saya mau hidup lebih baik.
BUDHE
Kamu pikir usaha dari simbahmu yang diwarisi ke ibumu ini bukan 'hidup lebih baik'?! Ektang, ekting, pekerjaanmu itu lho tidak pasti. Buat apa kamu kerja kayak gitu?!
LENA
Hehehe, ya ini pilihan Lena Budhe. Lena suka, dari dulu simbah mendukung Lena. Ibuk, bapak, Ijat, mas Irfan juga dukung Lena.
(beat)
Lena juga mau berkembang to, Budhe. Nanti kalau.......
BUDHE
Aiisshhh, omong kosong. Ndak sopan ya kamu ngomongnya! Wes wes, iki pasti terlalu sering ngumpul sama teman-teman gak jelasmu itu!

Lena berusaha menutupi rasa kesalnya dan pergi ke kamar.

CUT TO:

9.INT. JOGJA - RUMAH BU SABAR - KAMAR LENA — CONTINUOUS

Kita melihat banyak piala penghargaan, foto-foto, dan kumpulan buku tentang akting.

Lena kini duduk di lantai, sebuah amplop cokelat di dekatnya. Di dalam amplot tersebut, ada surat dari bupati yang menginginkan teater ASA pentas di hari jadi kota Bantul. Lena dengan teliti membaca dan berpikir. Di samping amplop ini ada foto anak-anak teater ASA sedang pentas di balai desa (tahun lalu). Lena tersenyum.

Sambil berpikir, terdengar suara ibu dari luar pintu memanggil Lena. Ibu masuk.

IBU
Lena, baru saja ada paket. Katanya dari Pak Irwan. Siapa Nduk pak Irwan?

Lena beranjak dari duduknya dan mengajak ibunya duduk di kasur, lalu menutup pintu kamarnya.

LENA
Buk.. Pak Irwan ini sutradara yang kemarin Lena ikut casting film, Buk.
(beat)
Em.. Sepertinya ini hasil casting Buk.. Kita buka bareng-bareng ya buk...

Ibu dan Lena saling memandang. Lena terlihat konsentrasi, ibu terlihat tegang. Lena membuka amplop putih tebal dengan perekat stampel seperti zaman dulu dengan pelan. Mata Ibu dan Lena sama-sama terbelalak. Mereka menikmati momen ini sampai berkeringat.

Lena dan Ibu bahagia melihat tulisan dengan font size yang cukup besar:

"Yuwalena Putri Raharjo berhasil LOLOS casting film 'Jalan Menuju Rumahmu' dan siap ikut syuting!"

IBU DAN LENA
ALHAMDULILLAH!!!!
LENA
Buk! AAAAA.. Aku ke ibu kota Buk!!!
(beat)
Buk, Lena janji Lena bakal jadi aktris sing pualing pinter di sana. Tak buktikan kemampuanku gak kalah sama yang lain, Buk!

Ibu menatap Lena dengan tatapan bangga. Ibu mengelus rambut Lena perlahan dan memeluknya. Ekspresi ibu berubah dari tersenyum bangga, menjadi khawatir dan muncul perasaan tidak ingin Lena pergi jauh lebih dari satu hari.

Ibu kembali menatap Lena.

IBU
Kamu tahu to, Nduk.. Ketika kamu di sana, kamu akan jauh dari ibu, jauh dari Ijat, jauh dari mas Irfan, Paklik, pak Budi..(menghela napas)
(beat)
Ibu ndak bisa menjaga kamu..
LENA
Buk, Lena sudah besar, sudah 24 tahun lho.. Ndak papa. Lena juga sering ke luar kota juga ndak papa.
IBU
Nduk, ke luar kota kan cuma satu sampai maksimal tiga hari. Lha ini kamu harus syuting film lho, Nduk.. Ibu tahu kalo syuting itu waktunya lama, kan bapakmu dulu juga begitu...
LENA
Buk.. Percaya sama Lena. Ini ndak akan lama. Lena janji, setelah syuting, Lena langsung pulang.
(beat)
Lena juga ada janji sama adik-adik teater ASA.. Dua bulan lagi mau pentas di depan menteri, Buk.

Mendengar Lena, Ibu kembali tersenyum dan matanya kembali cerah. Ibu terlihat menaruh harapan ke Lena.

CUT TO:

10.EXT/INT. JOGJA - GARASI KINANTHI — PAGI

Kita berada di garasi tempat bunga-bunga melati diproses yang berisi gentong-gentong besar, kulkas besar, tumpukan kotak es.

Di sini terlihat beberapa aktivitas. Bapak-bapak membawa sekarung melati hasil panen dari kebun budidaya melati Kinanthi. Ibu-ibu duduk lantai dan bergerombol memilah melati. Mereka memisahkan melati sudah mekar dengan yang masih kuncup, melati kuncup dipilah lagi berdasar kualitasnya. Kita melihat beberapa kelompok melati yang sudah dipisahkan ke dalam cawan-cawan. Wadah 1: Melati pengantin, Wadah 2: Melati bahan campuran, Wadah 3: Melati mekar.

Ada ibu-ibu yang memasukkan melati kuncup ke dalam es. Ada juga yang sedang mencuci bunga. Ada yang sedang merangkai bunga melati untuk pengantin.

Ibu masuk dan kita lihat parasnya yang anggun saat berjalan. Ibu berkeliling, menyapa karyawannya, dan mengambil melati yang sudah mekar. Ibu melihat PAKLIK (50), orang yang dipercaya Ibu sebagai kaki tangannya dan membantu proses distribusi bunga melati ini lancar.

IBU
Paklik, yang mekar nanti saya minta ya. Minta tolong buat dipisah di satu cawan, nggih
PAKLIK
Nggih, Mbak. Ini nanti mau buat apa?
IBU
Buat di rumah, ditaruh di kamarnya simbah.
PAKLIK
Oalah, lha apa perlu tak buatkan srana sekalian, Mbak?
IBU
Wes gak usah. Melati saja.

Ibu keluar gudang Kinanthi dan berjalan menuju pendopo di salah satu sudut kebun melati tempatnya menulis dan menenangkan diri. Pendopo ini sepi dan hanya boleh didatangi oleh keluarga Kinanthi saja. Ibu duduk di kursi panjang dekat kolam ikan, lalu melepaskan ikat sanggulnya, perlahan menghisap cerutunya, dan mulai menulis.

IBU (V.O)
Bu.. Anakku sudah tumbuh besar. Dia mulai menemukan wanginya. Sebenarnya aku tidak melarang dia pergi jauh. Tapi, aku takut tiba-tiba dia seperti bapaknya.

Ibu menghisap dalam cerutunya. Ibu menatap ke arah kolam dengan khawatir.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar