Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN:
1.EXT. JOGJA - RUMAH PENGANTIN — DAY
Scene diawali dengan keramaian yang sedang terjadi pada sebuah rumah. Terlihat bapak-bapak sedang merapikan meja, ada yang merapikan kursi, dan ada ibu-ibu yang menata peralatan siraman. Di samping rumah terlihat sekelompok ibu sedang memasak bersama.
Kamera bergerak pelan menembus kerumuman ini. Kamera terus bergerak hingga kita melihat seorang perempuan berlari dari belakang rumah menuju ke ruang tengah rumah.
CUT TO:
1A.INT. JOGJA - RUANG TENGAH RUMAH PENGANTIN — CONTINUOUS
Dari arah ruang tengah muncul seorang perempuan, YUWALENA/LENA (24) (kita bisa melihat wajahnya yang cantik, berkulit sawo matang, dan setinggi 160cm, memakai kebaya hitam dengan rok batik. Rambutnya disanggul dan disematkan bunga melati). Lena membawa sekantong benda di lengan kanannya yang terlihat cukup berat. Lena terengah-engah, wajahnya terlihat cemas, khawatir, dan matanya sendu. Di sini Lena terlihat sedang mencari seseorang, JATMIKO/IJAT (20), adik laki-laki satu-satunya.
Lena menoleh ke kanan, ke kiri, menghela napas, dan bertanya ke ibu-ibu yang ada di ruangan itu.
translate: Nuwun sewu - permisi, Meniko - ini
Ibu-ibu saling menatap dan menggelengkan kepala.
Datanglah seorang ibu dari belakang Lena, BU SURTI (40) - rewang atau yang biasa biasanya ikut bantu BU SABAR (60) ibunya Lena dan Ijat, kalau sedang ada acara. Bu Surti dengan suara lantangnya memanggil Ijat. Semua orang memandang.
Bu Surti pergi dan kembali duduk di area memasak. Terlihat canggung setelahnya.
CUT TO:
1B.EXT. JOGJA - TEMPAT SIRAMAN RUMAH PENGANTIN — CONTINUOUS
Begitu namanya disebut, Ijat terlihat celingak-celinguk. Kemudian bergegas merapikan sesaji. Kita melihat ada bunga berwarna-warni, air tujuh sumber, ayam, tumpeng robyong, dan jajanan pasar. Ijat berjalan pelan kemudian berlari dari tempat siraman menuju kakaknya. Ijat sedang menutupi rasa cemas dan khawatir.
CUT TO:
INT/EXT. JOGJA - RUANG TENGAH RUMAH PENGANTIN — CONTINUOUS
Ijat mengambil kantong yang dibawa Lena. Lena menatap Ijat, Ijat menatap Lena. Keduanya diam namun wajahnya tidak dapat dibohongi, ada kekhawatiran dari sorot mata mereka. Dari kantong itu, kita melihat tulisan "Kinanthi", toko kembang melati milik ibunya.
Tatapan itu mengakhiri perjumpaan Lena dan Ijat.
Lena bergegas keluar ruangan dan pergi dengan vespa tua berwarna hijau miliknya, peninggalan ayahnya. Vespa tertempel tulisan jawa 'Kinanthi'. Masih dengan ekspresi penuh kekhawatiran dan tanda tanya ini, Lena mengebut tanpa helm.
Sementara Ijat menatap kakaknya yang tergesa-gesa. Ijat membuka bingkisan yang dibawa Lena yang berisi roncean/rangkaian bunga melati yang dibuat ibunya untuk pengantin. Ijat menghela napas dan berjalan ke arah dapur untuk menyimpan roncean melati di kulkas.
Ibu-ibu berdecakan melihat tingkah kakak, adik ini.
FADE TO:
2.EXT. JOGJA - PERBUKITAN — DAY
Established shot. Kita melihat perbukitan Bantul yang tampak luas dengan pohon-pohon yang rindang. Sawah-sawah yang hijau. Petani yang sedang bekerja di sawah. Orang-orang yang silih berganti menyapa Lena. Lena melintasi jalan ini dengan motor vespanya.
Dari sini, Lena semakin gelisah.
Lena masih di atas motornya, mencoba menyeka air matanya yang semakin deras.
Lena berhenti sejenak di pinggir jalan. Ia berpikir sambil menghirup aroma bunga melati yang dironce melingkar seperti tasbih.
Setelah pikirannya tenang, ia kembali mengemudi menuju sanggar teater.
CUT TO:
3.INT. JOGJA - SANGGAR TEATER ASA — CONTINUOUS
Lena masuk dan kita melihat papan nama 'SANGGAR TEATER ASA'. Inilah ruangan sanggar yang sederhana dengan kaca, piala, foto, dan berwarna layaknya tempat yang cocok untuk anak-anak. Dari dalam terlihat IRFAN (26), teman Lena di teater dan membantunya membangun sanggar Asa. Irfan menyambut Lena dengan senyuman. Di belakang Irfan ada sekelompok anak-anak yang ikut menyapa, kemudian memeluk Lena.
Lena tersenyum menyambut pelukan anak-anak. Lena berusaha menyembunyikan kekhawatirannya akan sesuatu. Sambil memeluk anak-anak, Lena menatap Irfan. Irfan seolah paham kondisi Lena hanya dengan menatap matanya.
Lena tersenyum, memeluk anak-anak. Lena beranjak berdiri menuju kursi panjang. Sementara itu, Irfan membagikan naskah berjudul 'Kancil Nyolong Timun'. Semua anak terlihat antusias membaca judul naskah ini. Tak lama, Ana dan Tio saling berebut peran. Irfan melerai sambil tertawa.
Irfan tersenyum melihat tingkah anak-anak SD yang menggemaskan ini. Irfan melihat Lena yang terlihat tidak baik-baik saja. Irfan pergi ke arah kulkas, ia mengeluarkan es lilin. Irfan berjalan sambil tersenyum ke arah Lena, ia memberikan es lilin dan duduk di samping Lena.
Lena dan Irfan duduk berdua seperti orang tua anak-anak. Melihat anak-anak dari sudut terbaik ruangan ini. Lena menatap Irfan.
Irfan mengambil dokumen dari laci di meja dekat kulkas dan menunjukkan ke Lena.
Lena menarik Irfan menjauh dari anak-anak menuju jendela dan berbisik lirih. Lena menatap anak-anak dari kejauhan memastikan anak-anak tidak khawatir. Kali ini pembicaraan nampak serius.
Irfan mencoba memahami kemauan Lena. Irfan berpikir sambil menatap anak-anak.
Lena melepaskan genggaman Irfan dan menatap ke luar jendela. Lena membelakangi Irfan. Irfan melanjutkan pembicaraan ini.
Irfan memberikan ruang untuk Lena sendiri dan pergi menghampiri anak-anak. Ujung mata Lena mengarah ke langkah kaki Irfan yang beranjak pergi. Lena menunduk kemudian menaikkan kepalanya dan menghela napas.
Tak lama, ponsel Lena berbunyi. Telpon dari ibu. Lena menghela napas lebih dalam seolah tahu apa yang akan ia terima. Lena mengambil ponselnya dari tas kecil miliknya. Lena berjalan menuju luar sanggar dan mengangkat telpon.
Jantung Lena berdetak lebih kencang, tubuhnya perlahan mulai dingin.
Suara ibu gemetar, berbicara pelan. Detak jantung Lena semakin kencang, keringat dingin mulai bercucuran, mulutnya bergetar.
Badan Lena lemas. Ponselnya jatuh. Ia berjalan dengan setengah sadar ke luar sanggar. Badannya sempoyongan. Dunia terasa berputar. Lena berjalan di pinggir sambil memegang dinding, menahan air matanya untuk tidak menetes. Tubuhnya semakin dingin. Telinganya berbunyi 'nging..' dan "BRUK" Lena terduduk, tatapannya kosong.
Dari arah berlawanan PAK BUDI (50), orang biasa ikut bantu-bantu di sanggar dan juga petani di kebun melati ibunya, datang dan membopong Lena dan membawanya naik mobil menuju ke rumah Lena.
FAST CUT TO:
4.INT. JOGJA - DALAM MOBIL — CONTINUOUS
Sepasang mata terbuka - inilah mata Lena yang pingsan di sanggar Asa. Irfan ada di sampingnya. Lena berusaha mengucapkan sesuatu, tapi tidak ada suara yang muncul dari mulutnya.
Lena menggenggam roncean bunga melati seperti tasbih. Lena memainkan roncean ini. Lalu, kita melihat ekspresi Lena yang sedih kemudian pelan-pelan tersenyum ikhlas menghadap ke arah kamera.
DISSOLVE TO:
Judul film "KINANTHI" disertai opening credits
Saat judul muncul, terlihat cuplikan-cuplikan seperti roll film di masa lalu.
CUPLIKAN 1: Lena (10) dan simbah yang tersenyum, tertawa, meronce bunga melati di halaman rumah. Ada bapak yang memasang tulisan 'KINANTHI' di pagar rumah. Ibu tersenyum sambil menggandeng Ijat.
CUPLIKAN 2: Lena, Ijat bermain dakon bersama simbah.
CUPLIKAN 3: Terlihat juga Wajah simbah yang cantik, berambut panjang.
CUPLIKAN 4: Terlihat aktivitas simbah yang senang membuat minyak ekstrak dari bunga melati.
CUPLIKAN 5: Lena memanggil simbah saat bermain di pinggir sungai.
CUPLIKAN 6: Simbah menggandeng Lena dan mengajak memetik bunga melati di kebun.
Kemudian ditutup dengan senyum simbah dengan Lena yang berusia 10 tahun saat di foto bersama. (Dari foto masa lalu ini nantinya akan kita lihat di masa kini dalam genggaman Lena).
CUT TO:
5.EXT. JOGJA - PINGGIR SUNGAI BELAKANG RUMAH BU SABAR — NEXT DAY
Dari hasil foto, akan ada transisi yang memperlihatkan foto 10 tahun itu sedang digenggam Lena saat ini.
Lena memandangi foto itu, sambil tersenyum kecil. Simbah adalah orang yang berjasa di hidup Lena. Sambil memandangi aliran sungai, Ijat datang membawa camilan dan teh hangat.
Lena membenarkan posisi duduknya dan berbicara serius ke Ijat. Lena menatap mata adiknya. Ijat menatap balik sambil makan cenil yang gulanya belepotan di mukanya.
Ijat menyela omongan kakaknya, sambil mengunyah cenil.
SMASH CUT TO:
6.INT. JOGJA - GEDUNG TEATER — DAY/NIGHT
Terlihat cuplikan Lena memenangkan berbagai perlombaan teater
CUPLIKAN 1: festival monolog pelajar memenangkan monolog terbaik
Di cuplikan ini terlihat Lena berada di panggung melakukan pertunjukan monolog. Lena menggunakan gaun berwarna putih. Lena disorot cahaya putih dari atas panggung. Matanya berbinar.
CUT TO:
CUPLIKAN 2: festival teater pelajar memenangkan pemeran wanita terbaik
CUPLIKAN 3: festival teater pelajar memenangkan pemeran wanita terbaik
CUPLIKAN 4: festival teater pelajar memenangkan pemeran wanita terbaik
CUPLIKAN 5: festival teater pelajar memenangkan pemeran wanita terbaik
Keempat cuplikan ini akan kita lihat dalam bentuk kompilasi. Semua ekspresi Lena bahagia. Di sana, selalu ada simbah yang memberikan semangat.
SMASH CUT BACK TO:
7.EXT. JOGJA - PINGGIR SUNGAI BELAKANG RUMAH BU SABAR — CONTINUOUS
Ijat menatap kakaknya dengan tatapan heran. Alisnya naik satu dan tersenyum kecil.
Lena tersenyum lebar dan memeluk adiknya yang selalu ia anggap adik kecil.
Ijat dan Lena beranjak, lalu pergi menuju ke rumah.
8.INT. JOGJA - RUANG TENGAH RUMAH BU SABAR — CONTINUOUS
Sebuah tangan meronce/merangkai bunga melati. Tangan tersebut milik BU SABAR/IBU (60), ibu Lena dan Ijat sekaligus distributor kembang melati yang terkenal di Bantul. Kamera bergerak pelan ke bunga-bunga melati yang ada di cawan. Tangan ibu mengambil satu melati dan mencium aromanya. Kita melihat wajah Ibu yang tetap cantik, rambutnya diikat sanggul sederhana dengan bunga melati tersemat di telinga, tanpa riasan. Ibu berbadan kecil tapi berisi, memakai kebaya cokelat dan rok batik.
Ibu meronce di ruang tamu. Kita melihat ruangan yang bernuansa tradisional seperti rumah joglo, kursi anyam, foto-foto Lena dan keluarga, barang-barang lawas, dan di beberapa sudut ada cawan-cawan bunga melati dan vas berisi sedap malam.
Ibu dibantu BUDHE (65), kakak satu-satunya dari ibu yang masih hidup dan selalu 'rewel' dan komentar soal kehidupan adiknya. Kita kemudian melihat Budhe. Budhe berkacamata, berbadan gemuk, rambutnya diikat sederhana.
Saat budhe akan berbicara tentang warisan, tiba-tiba percakapan mereka dipotong dengan kedatangan Lena dan Ijat. Ijat mengetuk pintu, salim, dan menyapa budhe.
Lena sempat mendengar pembicaraan ini dari luar. Lena berjalan masuk, salim, dan menyapa ibu. Lalu tersenyum ke kecil ke arah budhe. Dari sorot matanya terlihat ada perasaan tidak suka diantara keduanya. Sambil merangkai bunga melati, Budhe berbicara ke arah Lena.
Lena berusaha menutupi rasa kesalnya dan pergi ke kamar.
CUT TO:
9.INT. JOGJA - RUMAH BU SABAR - KAMAR LENA — CONTINUOUS
Kita melihat banyak piala penghargaan, foto-foto, dan kumpulan buku tentang akting.
Lena kini duduk di lantai, sebuah amplop cokelat di dekatnya. Di dalam amplot tersebut, ada surat dari bupati yang menginginkan teater ASA pentas di hari jadi kota Bantul. Lena dengan teliti membaca dan berpikir. Di samping amplop ini ada foto anak-anak teater ASA sedang pentas di balai desa (tahun lalu). Lena tersenyum.
Sambil berpikir, terdengar suara ibu dari luar pintu memanggil Lena. Ibu masuk.
Lena beranjak dari duduknya dan mengajak ibunya duduk di kasur, lalu menutup pintu kamarnya.
Ibu dan Lena saling memandang. Lena terlihat konsentrasi, ibu terlihat tegang. Lena membuka amplop putih tebal dengan perekat stampel seperti zaman dulu dengan pelan. Mata Ibu dan Lena sama-sama terbelalak. Mereka menikmati momen ini sampai berkeringat.
Lena dan Ibu bahagia melihat tulisan dengan font size yang cukup besar:
"Yuwalena Putri Raharjo berhasil LOLOS casting film 'Jalan Menuju Rumahmu' dan siap ikut syuting!"
Ibu menatap Lena dengan tatapan bangga. Ibu mengelus rambut Lena perlahan dan memeluknya. Ekspresi ibu berubah dari tersenyum bangga, menjadi khawatir dan muncul perasaan tidak ingin Lena pergi jauh lebih dari satu hari.
Ibu kembali menatap Lena.
Mendengar Lena, Ibu kembali tersenyum dan matanya kembali cerah. Ibu terlihat menaruh harapan ke Lena.
CUT TO:
10.EXT/INT. JOGJA - GARASI KINANTHI — PAGI
Kita berada di garasi tempat bunga-bunga melati diproses yang berisi gentong-gentong besar, kulkas besar, tumpukan kotak es.
Di sini terlihat beberapa aktivitas. Bapak-bapak membawa sekarung melati hasil panen dari kebun budidaya melati Kinanthi. Ibu-ibu duduk lantai dan bergerombol memilah melati. Mereka memisahkan melati sudah mekar dengan yang masih kuncup, melati kuncup dipilah lagi berdasar kualitasnya. Kita melihat beberapa kelompok melati yang sudah dipisahkan ke dalam cawan-cawan. Wadah 1: Melati pengantin, Wadah 2: Melati bahan campuran, Wadah 3: Melati mekar.
Ada ibu-ibu yang memasukkan melati kuncup ke dalam es. Ada juga yang sedang mencuci bunga. Ada yang sedang merangkai bunga melati untuk pengantin.
Ibu masuk dan kita lihat parasnya yang anggun saat berjalan. Ibu berkeliling, menyapa karyawannya, dan mengambil melati yang sudah mekar. Ibu melihat PAKLIK (50), orang yang dipercaya Ibu sebagai kaki tangannya dan membantu proses distribusi bunga melati ini lancar.
Ibu keluar gudang Kinanthi dan berjalan menuju pendopo di salah satu sudut kebun melati tempatnya menulis dan menenangkan diri. Pendopo ini sepi dan hanya boleh didatangi oleh keluarga Kinanthi saja. Ibu duduk di kursi panjang dekat kolam ikan, lalu melepaskan ikat sanggulnya, perlahan menghisap cerutunya, dan mulai menulis.
Ibu menghisap dalam cerutunya. Ibu menatap ke arah kolam dengan khawatir.
CUT TO: