Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kinanthi
Suka
Favorit
Bagikan
3. Antara Aku atau Kembali

21.INT. JAKARTA - DALAM MOBIL RENDI — CONTINUOUS

Rendi kebingungan harus mulai bicara apa. Lena menatap jendela, tatapannya kosong, air matanya mengalir. Rendi menatap Lena sambil fokus menyetir mobil.

Lena berbicara lirih.

LENA
Kayanya omongane ibukku bener. Aku sendiri di sini.

Rendi terkejut.

RENDI
Na.. Ini bukan masalah yang besar. Kamu juga nggak sendiri...

Lena menatap tajam Rendi, seolah menolak setuju denganya.

RENDI (CONT'D)
Iya.. Maaf, tapi maksud gue.. Kita masih bisa lurusin masalah ini. Simpelnya dipikiran gue nih ya.. Lu kan cerdas banget nih Na, gak ada yang bisa ngalahin pendalaman karakter lu yang bisa dadakan dan cepet itu.
(beat)
Gue aja yang udah lama ikut syutingan kaget banget tahu elu yang dari daerah tiba-tiba jadi pemeran utama di proyek ini. Berarti apa? Lu dipercaya banget karena kemampuan lu, Na. Just.. Biarin lah si Jocel.
LENA
Ren.. Tapi kamu ndak ngerti.. Dia itu influenser dan dikenal banyak orang. Semua bisa percaya hlo sama omongannya dia. Berapa tadi itu yang nonton LIVE-nya dia...
(beat)
Yaa kalau dibuktikan aku bisa buktikan aku ini bisa. Aku juga punya tujuan datang jauh-jauh, pergi satu bulan. Tapi gak gini hlo Ren carane...

Rendi tiba-tiba mengerem dan menepikan mobilnya. Terdengar bunyi klakson dari arah belakang. Rendi memutar wajah Lena untuk menatap matanya.

RENDI
Jujur. Gue gak suka lu keliatan lemah gini Na. Lu harus kuat dan yakin kalo lo bisa berhasil di panggung ini ya karena kemampuan lo bukan apalah itu. Percaya sama gue. Speak up aja.

Tatapan mata Rendi tulus dan dalam. Lena berusaha menahan detak jantungnya yang perlahan menjadi kencang dan menjauhkan wajahny dari Rendi.

RENDI (CONT'D)
Emm. Sorry bukan maksud gue buat gimana.. Sorry.
(beat)
Gu..gu..e anterin langsung ya.

Rendi dan Lena sama-sama canggung. Mereka melanjutkan perjalanan.

SMASH CUT TO:

22.INT. JOGJA - TERAS RUMAH BU SABAR — SORE

Ibu sedang merangkai bunga di depan rumah.

Ijat yang libur kuliah juga ada di sana membantu membawakan beberapa bunga dari taman bunga di dekat garasi Kinanthi. Ijat melihat ibunya yang tenang.

IJAT
Buk, aku bisa bantu-bantu ngronce kembang melati hlo. Biar ibuk ndak ngronce sendirian.
IBU
Kamu itu hlo. Fokus kuliah, belajar sing bener. Kuliahmu penting.
IJAT
Halah, aku libur kok buk hari ini. Ibuk bebas mau suruh Ijat ngopo wae hahaha.
IBU
Halah, halah. Yawes itu kamu coba ke garasi. Lihaten apa yang bisa kamu bantu di sana.

Ijat senang dan melihat ke arah kirinya (garasi Kinanthi) yang terlihat sibuk dengan aktivitas. Terlihat Paklik seperti mandor yang sedang mengawasi semua pegawai.

IJAT
Buk.. Ibuk kenapa bisa percaya sama paklik? Aku kok agak gimana gitu ya Buk
IBU
Kamu itu sama aja kayak mbakyumu Lena. Gampang curiga sama apa yang belum bener.
(beat)
Yaa gimana ndak percaya, wong paklikmu itu orang kepercayaannya bapakmu. Ndak mungkin berkhianat.
IJAT
Tapi Buk.. Ibuk udah pernah ngecek uang masuk sama uang keluar Kinanthi? Yaa kan ijat kuliahnya bisnis.. Ijat bisa hlo bantu ibuk ngitung-ngitung.
IBU
Wes to.. Wong kamu itu belum selesai sarjana kok sok pinter hahaha. Biar paklikmu yang ngurus.
IJAT
Buk, Ijat sudah gede hlo. Ijat bisa dikasih tanggung jawab buat yoo mengawasi duit.
IBU
Wes ben, biar paklikmu saja. Wes sana hlo kamu ke mana gitu. Ibuk mau naruh bunga ke dalam.

Ijat mengangguk dan mengganggap rasa curiganya salah. Ijat membuka ponselnya dan ia melihat Lena trending di sosial media. Dia kaget, tangannya gemetar, bergegas pergi ke rumah Irfan.

CUT TO:

23.EXT. JOGJA - DEPAN RUMAH IRFAN — CONTINUOUS

Ijat berada di depan rumah Irfan sambil membawa ponsel seperti tergesa-gesa ingin menyampaikan sesuatu. Dari luar ia memanggil nama Irfan. Kemudian Irfan keluar dengan wajah bingung.

IRFAN
Piye, piye Jat. Ada apa?
IJAT
Bukaken hapemu sekarang mas. Cepat.
IRFAN
Rene hlo, duduk dulu. Tenang dulu tarik napas.
IJAT
Cepet mas bukaken internet saiki.

Irfan terkejut dan melihat beberapa berita yang menyatakan Lena memakai dukun untuk bisa jadi pemeran utama di film 'Jalan Menuju Rumahmu'. Irfan juga melihat foto Lena sedang dibopong laki-laki menuju mobil. Kita tahu laki-laki ini adalah Rendi.

IJAT
Mas.. Piye iki mas. Mbak Lena mesti bingung, dimusuhi banyak orang. Dia sendiri di sana.

Irfan menahan emosinya, mencoba berpikir jernih.

IRFAN
Yo wis, sesuai janjiku kalo Lena kenapa-kenapa aku pergi ke Jakarta.
IJAT
Eh sek mas.. Kalo mas Irfan pergi, hla anak-anak ASA piye?
IRFAN
Hla apa kamu mau nyusul mbakyu mu ke Jakarta? Ibukmu piye kamu tinggal sendiri?
(beat)
Satu-satunya orang yang bisa pergi ya aku. Kamu kan sedikit-sedikit perah ikut teater, aku percaya sama kamu dulu ya. Aku pergi sehari aja.
IJAT
Aku perlu nelpon mbak Lena dulu gak mas?
IRFAN
Gak usah.

Ijat mengangguk, lalu pulang.

CUT TO:

24.INT. JOGJA - PENDOPO KINANTHI — NIGHT

Ibu yang melihat Ijat pulang dari kejauhan, langsung berjalan cepat dan bergegas masuk ke dalam pendopo. Ibu kembali duduk dan menulis di tepi kolam. Tepat di bawah sinar bulan purnama, ibu menggerai rambutnya, menyalakan cerutunya, dihisap pelan, dan menghela napas panjang. Ibu tahu apa yang terjadi dengan Lena. Ibu sudah selesai membaca semua berita. Tinggal menunggu besok pagi semua orang di desa membicarakan anaknnya. Wajah ibu pucat seperti warna bulan malam ini. Ada sesuatu yang ia sembunyikan.

Ibu menatap wajahnya di cermin yang tepat di depannya, ibu pelan-pelan menangis. Kemudian mulai menulis di buku cokelat kesayangannya yang mulai kusam.

IBU (V.O)
Kamu tahu apa yang lebih perih dari lukamu? Kamu tahu anakmu dalam bahaya tapi kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Semua yang diperingatkan, ternyata benar terjadi.
Aku tahu.. Ini salahku punya Kinanthi. Anakku tidak salah terlahir dengan kemampuannya.

Ibu menahan Tanpa sadar, Ijat melihat ibunya yang sedang menangis itu di situ. Ijat membawakan teh panas dan meletakkannya di meja dekat pintu. Ia pergi seolah tidak ada yang terjadi.

SMASH CUT TO:

25.INT. JAKARTA - RUMAH PERAN — NIGHT

Berita masih ramai, Lena terdiam di ruang latihan. Kali ini Lena tidak mempersiapkan dirinya seperti sebelumnya. Ia hanya memakai kaus, celana panjang, dengan rambut dikucir apa adanya. Lena kembali melihat foto simbah. Dia berdialog sendiri.

LENA
Mbah.. Apa aku iki gak pantes yo mencoba?

Terdengar suara simbah dari dekat. Kita akan melihat simbah ada di sebelah kanan Lena, semua serba putih.

SIMBAH
Kamu ndak salah, Nduk. Simbah selalu melihat kamu hebat.

Lena terkejut bercampur haru.

SIMBAH
Wong urip tergantung pilihan. Hilangkan keraguan di hatimu, Nduk

Ketika simbah mengucapkan kata itu, kita akan melihat flashback simbah berulang kali mengucap kata-kata itu saat Lena belum beruntung ketika lomba.

FLASHBACK: Lena kecil sampai SMA yang menangis karena gagal lomba, nenek mengucapkan itu.

Rendi datang melihat keadaan Lena. Lena yang setengah sadar, langsung memeluk Rendi, ia mengira itu simbah. Rendi memeluknya sampai Lena tenang dan tertidur.

Dalam bayangan mimpi, Lena seperti di nina bobokkan simbah di depan televisi bersama Ijat.

CUT TO:

26.INT. JAKARTA - STUDIO SYUTING — DAY

Sebuah lampu sorot menyala. Lena masuk bersama Rendi. Kita melihat background hitam, setumpuk barang-barang di lokasi syuting. Lena menatap ke arah kamera. Kali ini Lena sudah berani untuk speak-up. Lena ditemani Rendi. Rendi ada di samping sambil memantau LIVE.

Pak Irwan memandang Lena dari jauh. Ia sibuk dengan ponselnya.

LENA
Di sini saya akan menolak omongan dari mbak Jocelyn. Semuanya tidak benar. Teman-teman di manapun kalian berada, beri saya tantangan untuk membaca sekilas naskah apa saja. Lalu, saya akan memerankannya di sini.
(beat)
Jika kalian tidak percaya dengan kemampuan saya, saya akan buktikan. Silakan.

Kolom komentar LIVE YouTube Rendi ramai dan ada satu orang yang ingin Lena memerankan bagian naskah film 'Tera Kota'. Orang ini langsung mengirim ke email Rendi. Orang ini memberikan waktu 5 menit ke Lena. Lena diharuskan memahami, menghafal, dan menghayati script.

RENDI
Ini Na, ada yang minta lu buat perform naskah 'Tera Kota'.
(beat)
Na, lu gak perlu sampe segini-nya sih. Its okay kalau kamu udah ngerasa enough.

Sebenarnya Lena belum pernah menonton film itu. Ia mencoba membaca sekilas bagian script yang ia terima. Pop-up komentar di LIVE bermunculan dan mengaggap Lena menyerah. 5 menit berlalu, Lena mulai beraksi.

LENA
Kalian mau lihat aku berakting seperti di film itu, kan? Oke, lihat ya.
(beat)
"Dipikir kalo hidup di kota itu mudah, ahhh salah lu bos. Gak segampang keliatannya.... Eh itu si Marko katanya dia kerja di apa tuh namanya, ah tapi sampe sekarang kaga keliatan gimane tuh hasilnye. Gini-gini aje hidupnya. Hahahaha. Ya gak sih? Eh tapi, tapi..........."

Rendi mulai membaca komentar. Ia tidak percaya respons mereka positif. Mereka menyambut baik akting Lena.

Rendi bergeming, takjub, dan tercengang selama memantau LIVE ini.

LENA
Sekian.

Lena meninggalkan panggung LIVE. Lena kembali mendapat simpati.

Muncul postingan, berita positif tentang Lena. Pop-up muncul di sekitar wajah Lena yang bahagia.

Lena tersenyum dan mengingat kenapa dia bisa secerdas itu.

WHITE DISSOLVES TO:

27.INT. JOGJA - PENDOPO KINANTHI — FLASHBACK

Lena kecil tersenyum, terlihat bapak mengajari Lena untuk mendalami peran dalam wayang orang. Di pendopo terlihat banyak foto-foto bapak saat berperan di wayang orang. Ada kaca tinggi, setumpuk kostum, dan piranti yang digunakan bapak pentas. Bapak adalah seniman wayang orang di Jogja yang pada masanya cukup terkenal.

Bapak mengajari Lena untuk menghafal cepat

BAPAK
Lena, sing dipahami intine. Naskah ini mau bicara apa. Habis itu, kamu baca lagi per-dialognya, pahami satu-satu sambil dihafal sambil dipahami.
(beat)
Ayo coba. Bapak kasih waktu 10 menit!
LENA KECIL
Hlo bapak. Kok cepetmen! Emoh..
BAPAK
Nanti kalo kamu jadi aktor, tiba-tiba orang minta ganti naskah piye? Kamu harus bisa mikir cepet. Ayok.

Sambil bercanda sambil serius. Kita akan melihat flashback yang manis. Bapak mengajari Lena dengan sabar dan pelan-pelan. Bapak membuatkan gelang yang bisa dipakai sebagai tasbih berbentuk roncean melati yang dibuat khusus.

BACK TO:

28.INT. JAKARTA - STUDIO SYUTING — DAY

Sambil berjalan dan melihat orang-orang lewat, Lena berbicara dalam hati.

LENA (V.O)
Begitulah, dari kecil aku dekat dengan wangi melati. Dari kelahiran sampai kematian, baunya akan tetap melati. Cuma di tempat ini, melati dimaknai tidak baik.

Lena melihat orang-orang masih membicarakan dirinya. Ia merasa belum ada penerimaan yang baik di lokasi syuting ini. Lena tahu kemampuannya, Pak Irwan juga, tapi Jocelyn masih saja iri.

Lena duduk di kursi sudut lokasi syuting. Ia mengambil melati tasbih yang selalu ia bawa kemudian memeluknya. Terbesit dipikiran Lena untuk pulang atau tetap di Jakarta dengan musuh yang lebih banyak. Lena menuangkan isi pikirannya di lembaran kertas. Lena menggambar bunga melati. Tanpa disadari, Irfan tiba di depannya dan melihat roncean melati yang sedang digambar Lena.

IRFAN
Kamu kok nggambar melati. Kangen rumah to?

Lena kaget mendengar suara itu. Ia bergegas membenarkan dirinya dan berdiri.

LENA
Mas! Kok kamu di sini?? Kok bisa sampek sini, gimana ceritanya?

Irfan memeluk Lena. Lena terkejut ia melihat ada Rendi membawakan teh untuknya dari jauh. Lena melepaskan pelukan Irfan untuk pertama kalinya.

IRFAN
Aku itu khawatir sama kamu. Keadaanmu gak baik di sini. Aku rencana juga mau jemput kamu.
LENA
Loh, aku kan belum selesai syuting, mas. Masih ada beberapa hari lagi di sini.

Rendi mendekati mereka.

RENDI
Lena, ini gue bawain teh. Diminum dulu ya.
(beat)
Eh, siapa nih? Gue baru liat

Rendi dan Irfan saling menatap. Mereka berdua sama-sama menyukai Lena.

IRFAN
Aku temennya Lena di Jogja.
(beat)
Yaa, tapi udah kaya keluarga sih. Kami cukup dekat.

Rendi terlihat cemburu dan berusaha menyembunyikan perasaannya.

RENDI
Oh gitu. Ada urusan apa lo ke sini? Gak liat kita masih mau syuting?
IRFAN
Aku udah izin kok sama pak Irwan. Ya, kebetulan kenal juga sama beliau. Katanya sih silakan aja mampir sekalian dukung Lena. Support dari dekat.
(beat)
Hari ini, Lena sama aku ya.

Rendi melirik sinis dan pergi.

CUT TO:

29.INT. JAKARTA - RUANG TALENT STUDIO SYUTING — CONTINUOUS

Lena dan Irfan pindah ke ruang talent. Mereka berbincang berdua. Suasana menjadi canggung dan sedikit tegang di antara keduanya.

IRFAN
Na.. Kondisimu beberapa minggu ini aku khawatir banget. Tapi, kamu kok bisa tetep bertahan?
LENA
Fan, aku punya keyakinan kalo aku bisa. Terbukti hari ini aku LIVE, orang-orang mengakui itu.
IRFAN
Kamu itu niatnya ke Jakarta cuma buat nyari pengakuan tho?
LENA
Gak gitu, mas. Aku ke sini mau membuktikan kalo aku bisa juga bersinar di sini. Hidupku ndak terus-terusan tentang melati.
IRFAN
Kamu tu apa ndak kasihan sama ibukmu?
LENA
Ibuk baik-baik aja kok. Aku beberapa kali kalo lagi ndak syuting sempet nelpon. Ibuk ndak papa, Fan.
IRFAN
Apa kamu ndak ngerti juga to maksudku?!
LENA
Apa to yang kamu mau, mas?!
IRFAN
Muleh. Di sini bukan tempatmu.
LENA
Tak pikir, kamu itu bakal terus dukung aku, Fan. Sekarang kamu kok begini.
IRFAN
Kamu punya rumah yang harus kamu urus. Sekarang bukan waktune kamu nyari pembenaran. Muleh.
LENA
Kamu itu, kalau mau ngomong mbok yang jelas. Ada apa sebenarnya?!

Irfan diam lalu memberikan surat dari pak bupati.

LENA
Opo iki, Fan?
IRFAN
Baca sendiri.

Lena membuka surat resmi ini dan membaca pelan-pelan.

ISI SURAT:

Yth. Sanggar Teater ASA

di tempat

Bersama surat ini kami memohon maaf untuk membatalkan pertunjukan yang kami sampaikan beberapa waktu lalu. Kami belum memiliki keyakinan yang kuat untuk mengajak teater ASA dalam hari jadi kota Bantul. Semoga di lain kesempatan kami masih bisa mengundang teater ASA untuk mengisi acara.

Terima kasih.

TTD

Isyadi Masyur

(Sekretaris Daerah)

Lena paham maksud isi surat ini setelah kejadian yang menimpanya. Ia akhirnya paham apa maksud Irfan.

LENA
Fan, iyo aku paham. Tapi, Fan... Aku ndak bisa pergi sekarang. Aku masih ada kontrak di sini. Aku ndak mau dibilang ndak profesional.
IRFAN
Kamu itu hlo. Kamu mikirno dirimu terus. Ndak pernah mikirno ibumu, Kinanthi, trus adik-adik kita di ASA. Egois!

Irfan pergi dan membanting pintu. Di luar ada Rendi yang mendengar pertengkaran mereka berdua. Keduanya saling menatap. Irfan keluar dari lokasi syuting dan langsung kembali ke Jogja.

Lena mencoba kembali tenang. Mencoba memahami kembali maksud Irfan yang sebenarnya. Rendi masuk membawa teh.

RENDI
Hei, don't worry. I'm here. Ini diminum dulu.

Lena meminum teh yang dibawa Rendi. Lena merasa pusing, pandangannya kabur, dan pingsan.

Rendi diam-diam membawa Lena ke luar lokasi syuting.

CUT TO:

30.INT. JAKARTA - GUDANG PERSEMBUNYIAN — CONTINUOUS

Rendi membawa Lena ke sebuah gudang tua yang jauh dari Rumah Peran dan lokasi syuting. Gudang yang terlihat kumuh dan banyak benda bekas mobil. Ruangan remang-remang. Hanya ada satu lampu menyala.

Lena tersadar dan tubuhnya diikat tali menyatu dengan kursi. Lena kesulitan bergerak. Lena berteriak kencang minta tolong namun tidak ada yang menolongnya. Terdengar langkah kaki menuju ke arah Lena.

Jocelyn mengagetkan Lena dari belakang.

JOCELYN
Hi loser!
LENA
Jocel.. Kenapa kamu tega?!
JOCELYN
Hahaha, gue nggak semudah itu bisa dikalahin sama orang baru, minim pengalaman kayak elo! Nggak level!
LENA
Aku salah apa sih ke kamu? Aku ikut casting ya emang ikut..
JOCELYN
Halah. Lu udah mulai ngrebut cowok gue juga nih gue liat-liat.
LENA
Hah?! Siapa cowok kamu Cel? Aku hlo ndak pernah dekat sama laki-laki. Aku ndak kenal cowokmu!
JOCELYN
R.E.N.DI. Gue suka sama dia! Kenapa lo gatel banget deketin dia juga sih?! Setelah lo rebut peran gue yang harusnya gue jadi pemeran utama itu, eh taunya yang kepilih elo orang gak dikenal, gak terkenal!
(beat)
Sekarang cowok gue jadi simpati sama lo! Gila gak lo! Ngrebut!
LENA
Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Rendi. Kita berteman biasa aja kok.

Jocel menunjukkan foto yang diambil Rina di Rumah Peran saat Lena berpelukan sama Rendi.

JOCELYN
See?! Maling gak mau ngaku lagi nih. Lu udah dua kali ini ngelakuin kesalahan! Lu tu pulang aja sana! Ngapain sih lo jauh-jauh datang ke sini?!
LENA
Aku nggak ada hubungan apa-apa....

Rendi muncul dengan muka sedih, menyesal. Rendi diikat tangannya dan dibawa bodyguard Jocelyn mendekat ke Lena.

JOCELYN
Tanya aja sama Rendi. Siapa tadi yang bawa lo ke sini.

Rendi meminta maaf ke Lena.

RENDI
Na... gua gak bermaksud jahat ke lo... Percaya sama gue
JOCELYN
Halah, lo tu ya mestinya bersyukur gue suka sama lo! Lo gak mungkin bisa masuk industri ini kalo bukan karna gue RENDI!
RENDI
Heh! Jaga ya omongan lo!

Jocelyn mendekati Lena dan menyirami Lena dengan air mawar, lalu menaburi Lena dengan bunga melati.

JOCELYN
Bau menyan kan lo sekarang! Udahlah ngaku aja lo kalo emang lo itu bisa di level ini karena lo punya guna-guna!

Jocelyn mengguyur Lena dengan air. Tubuh Lena basah kuyup. Di sekitarnya banyak bunga melati. Lena pasrah.

Lena menatap Rendi dengan tatapan kecewa, sambil menangis, dan tidak menyangka. Mereka berdua ditinggal sendirian di gudang, ada bodyguard Jocelyn di pintu depan.

RENDI
Na.. Maafin gue, gue bener-bener gak bermaksud jahat. Gue diancem, Na.
LENA
Ya terus kalo diancam kamu ndak bisa buat rencana buat ancam dia balik? Kamu hlo artis juga levelnya sama kaya dia?! Kok jadi aku yang kamu korbankan, Ren?! Tega kamu.
RENDI
Gue emang gak berhak buat ngelarang lo benci sama gue. Tapi gue punya alasan yang gue gabisa jelasin sekarang Na. Plis, percaya gue sekali lagi, Na.
LENA
Aku wes gak ngerti. Aku kira kamu temanku di Jakarta ini Ren. Ternyata semua orang mukanya banyak di sini.
(beat)
Aku, ndak tau gimana carane, aku harus keluar dari sini.
RENDI
Plis, gue bantu lo lepasin tali lo. Plis, boleh ya?!

Rendi mencoba melepaskan ikatan tali Lena. Rendi telihat profesional bisa dengan cepat melepas ikatan itu. Lena bingung, sedih, perasaannya campur aduk. Rendi menahan rasa kesal, sedih, kecewa.

Ikatan tali Lena lepas. Tubuhnya lemas. Ia ingin segera lari dari tempat ini.

RENDI
Na, dengerin gue. Lu keluar lewat jendela dari samping yang ngadep perumahan warga. Lu jalan aja lurus jangan belok-belok di pinggir sungai. Nanti lu bakal ketemu sama rel kereta. Abis tu lu keluar dari rel dan membaur sama warga, dari situ lu bisa naik kendaraan umum.
(beat)
Please Na.. Gue gak menyesatkan. Ini beneran. Gue sering lewat situ kalo lagi kaya gini.

Lena mendengarkan tapi pikirannya kalut. Ia berusaha mengingat instruksi Rendi dan berlari.

CUT TO:

Lena benar-benar mengikuti petunjuk Rendi. Badannya basah kuyup, perasaanya sudah gado-gado. Hujan datang malam itu, Lena berusaha menahan tangisnya, tapi akhirnya tangisnya pecah. Tangannya gemetar. Pikirannya kosong dan bingung.

LENA (V.O)
Aku ndak tau perjalanan ini menjadi sangat sulit. Aku yakin seharusnya tidak seperti ini. Melatiku yang harum kini benar-benar membuatku malu.
(beat)
Aku malu mengakui aku gagal dengan ekspektasiku sendiri. Berharap di ibu kota aku lebih baik. Nyatanya tidak lain aku pecundang.

Tangis Lena semakin kencang, suaranya tidak terlalu terdengar karena ditutupi hujan.

Lena terus berjalan, ia bertemu rel kereta. Ia berjalan lagi, bertemu rumah-rumah warga, Lena mencoba membaur dan mencari transportasi untuk mengantarnya ke Rumah Peran. Ia mendapat ojek.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar