Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
31. INT. RUMAH EMAK - LANTAI ATAS - MALAM
Mawar tidur dengan nyeyak. Seruni yang sudah dalam posisi tidur, beberapa kali mengendap-endap setengah duduk, melihat ke arah Mawar.
Bagas tidur di sisi lain dengan nyenyak bahkan mendengkur.
Seruni akhirnya tertidur.
32. INT. BAGIAN PROCUREMENT & LOGISTIC - PAGI
Mawar sibuk dengan pekerjaannya, begitu pula dengan Debby dan Hans.
Melisa melewati Mawar, Hans dan Debby.
Debby dan Hans mencibir sedangkan Mawar tak peduli, masih sibuk dengan pekerjaannya.
33.INT. BAGIAN HRD - PAGI
Seruni mendengarkan saksama arahan yang diberikan Gita, kemudian Gita dipanggil Tari ke ruangannya.
Seruni melihat ponselnya, ragu melihat kontak Mawar. Ia memasukkan ponselnya kembali ke saku ketika Gita kembali dari ruangan Tari.
34.EXT. LUAR KANTOR - SIANG
Seruni berjalan berdampingan dengan Gita.
Mawar sedang bersama Debby dan Hans menuju Tenda Semanggi, melihat Seruni bersama Gita.
Gita mengusap gawai. Setelah beberapa detik, taksi online tiba, Seruni dan Gita masuk ke dalam taksi online.
Mawar memandang sendu ke arah Seruni dan Gita pergi.
35.EXT. STASIUN MRT - PERON - MALAM
Mawar duduk bersisian dengan Seruni di bangku tunggu peron. Stasiun MRT sudah mulai sepi.
Mawar menghela napas dalam dan panjang.
Seruni mendengkus kesal dan menghentakkan kakinya ke lantai Stasiun MRT.
Gerbong-gerbong MRT masuk peron melalui tempat berdiri Mawar & Seruni.
Sepatu hitam mengkilap melangkah menuju peron MRT. Langkah berhenti 20 langkah dari Mawar & Seruni.
Pintu gerbong terbuka, Seruni segera masuk, diikuti Mawar.
Sepatu mengkilap kembali melangkah, masuk ke gerbong yang sama dengan Mawar & Seruni.
GERBONG TERTUTUP. MRT mulai melaju.
36.INT. GERBONG MRT - MALAM
Seruni duduk tak menghadap Mawar. Mereka duduk selang 2-3 tempat duduk. Mawar duduk menghadap depan dengan tenang, sesekali melirik Seruni.
Sebuah koin seribu rupiah bergambar kelapa sawit menggelinding di depan Mawar dan Seruni.
Perhatian mereka secara bersamaan tertuju pada koin tersebut sampai koin berhenti berputar.
Koin 850 ribu menyusul menggelinding.
Mawar dan Seruni terdiam, sama-sama melihat ke arah datangnya koin.
Mawar mengambil koin seribu rupiah sementara Seruni mengambil koin 850 ribu rupiah.
Mawar menoleh ke Seruni yang terpukau dengan koin yang dipegangnya. Mawar meminta koin yang dipegang Seruni.
Mawar menarik koin tersebut, Seruni sedikit tidak rela, akhirnya melepaskan.
Mawar berjalan menuju pria misterius.
Mawar menyerahkan kedua koin kepada misterius.
Pria tersebut tersenyum tipis sambil menengadahkan tangan. Tanpa suara menerima kedua koin.
Mawar memicingkan mata, beranjak menuju ke tempat duduknya semula.
Seruni memperhatikan pria misterius lalu melirik Mawar.
MRT tiba di stasiun berikutnya, Mawar menarik Seruni menuju pintu gerbong terbuka.
Mawar terdiam. Matanya masih memperhatikan pria misterius yang tidak bergerak.
Pintu gerbong tertutup, pria misterius masih di dalam gerbong. MRT kembali melaju.
Mawar menghela napas lega.
Seruni tak menjawab. Bersisian dengan Mawar, ia melihat keadaan sekitar stasiun MRT. Ia dan Mawar tercengang. Suasana stasiun tempat mereka sekarang begitu mencekam.
37.EXT. STASIUN MRT - PERON - PAGI
Tempat Seruni dan Mawar berpijak adalah stasiun yang begitu gelap. Atap gelap sekelam malam. Bahkan Seruni dan Mawar hampir tidak bisa melihat keadan sekitar jika tidak ada lampu di depan stasiun kecil itu. Lampu yang berkedip-kedip hampir saja mati total.
Mawar bergeming. Perlahan Seruni mengedarkan pandangan.
Mawar melirik Seruni.
Mawar mulai melangkah maju. Perlahan dan hati-hati. Seruni mengikuti, perlahan dan cemas.
Tidak ada yang menjaga stasiun. Sepi.
Satu-satu yang jalan keluar adalah pintu stasiun. Bentuk dan bahan pintu tersebut tidak umum sebagai pintu di stasiun.
Mawar diikuti Seruni berjalan menuju pintu tersebut.
Ketika pintu terbuka, sinar terang melingkupi Mawar dan Seruni.
38.EXT. DEPAN STASIUN - SIANG
Orang-orang berlalu lalang adalah pemandangan pertama Mawar dan Seruni setelah keluar dari stasiun.
Pandangan Mawar menelusur kepada orang-prang yang tampak normal dan tidak fokus ke ponsel tersebut.
Seruni juga mengedarkan pandangan kepada kegiatan orang-orang tersebut.
Mawar terdiam.
Mawar lalu menoleh, melihat tempat mereka keluar tadi.
Plakat bertuliskan "Perpustakaan" bertengger di dinding atas pintu tempat mereka keluar.
Seruni yang ikut menoleh, menaikkan alisnya sebelah.
Mawar menarik tangan Seruni untuk berjalan di tepi jalan. Menghindari kerumunan.
Seruni melepaskan tangannya dari Mawar dengan kasar.
Mawar membekap mulut Seruni. Adiknya itu kembali memberontak.
Mawar bergegas meninggalkan Seruni.
Langkah Mawar dan Seruni terhenti ketika seorang pria muda dengan tampilan elegan berjalan melewati depan mereka menuju sebuah toko.
Mawar menunjuk kepala Seruni dengan jarinya sampai kepala adiknya miring.
Mawar memutar matanya lalu berjlan lagi diikuti Seruni yang melirik pria muda tadi di dalam toko.
39.EXT - TEPI JALAN - SIANG
Mawar masih berjalan bersisisan dengan Seruni, mengamati keadaan di sekitarnya.
Mawar tidak peduli pada kata-kata adiknya, masih memperhatikan keadaan sekitar.
Ada juga kuli angkut yang dibayar dengan sebuah baju, dan ia terlihat sangat senang.
Perut Seruni berbunyi.
Mawar tersenyum simpul, Seruni cemas.
Mawar dan Seruni kembali berjalan menuju perpustakaan.
Ketika akan melewati toko jam, kakek tua pemilik toko sedang diapit oleh dua orang berbadan tinggi besar menuju sebuah box kayu berukuran besar di belakang kereta kuda.
Mawar dan Seruni melihat sekilas lalu kembali berjalan menuju perpustakaan.
Ketika sampai di depan perpustakaan, Mawar dan Seruni terpana.
Plakat "Tutup" berukuran kecil terlihat di depan pintu. Ada gembok berukuran besar dan rantai yang menutupi pintu.
Seruni menoleh ke Mawar yang berwajah pucat saat melihat pintu perpustakaan.
Orang-orang di sekitar mulai mendekati Kakak beradik yang memegang gembok dan pintu perpustakaan.
Seruni yang menyadari hal itu segera menarik tangan Mawar, bergegas pergi.
SUPER : Sampai matahari terbenam.
Mawar dan Seruni mendekati gedung perpustakaan dengan mengendap-endap meski sudah tidak ada lagi orang di sekitar gedung.
Setelah memeriksa rantai dan gembok yang tidak bisa dibuka, mereka memutari gedung dan tidak mendapatkan hasil.
Mawar dan Seruni kelelahan dan duduk di emperan perpustakaan.
Mata Seruni membesar lalu menghindari tatapan tajam Mawar.
Tiba-tiba pandangan Mawar terhenti pada seekor kucing berbulu putih yang gemuk. Di lehernya tergantung lonceng kecil.
Kucing yang terlihat sedih itu mendekat pada Mawar.
Mawar mengambil sesuatu di kantong jasnya. Beberapa makanan instan kucing di dalam plastik.
Seruni mengamati kakaknya.
Kucing itu makan dengan lahap.
Seruni menatap kesal kakaknya dan kucing itu dalam diam.
Kemudian sebuah sepeda gandeng samping melaju perlahan mendekati mereka, dan melewati mereka.
Pengemudi sepeda melihat Mawar berjongkok dekat kucing putih.
Mawar dan Seruni menoleh ke sumber suara. Sepeda itu berhenti.
Mawar menatap bingung Yulia lalu menggelang.
Mawar terkejut namun tetap tenang lalu menoleh ke adiknya.
Seruni menghela napas panjang, melengos.
Seruni terkejut dengan keputusan kakaknya.
Yulia menggendong Putih lalu meletakkannya di kursi samping. Mawar masuk ke kursi penumpang samping diikuti Seruni.
Seruni dicegah ikut oleh Yulia.
Seruni melotot sewot.
Yulia memandang kesal keduanya. Putih meloncat dari gendongan Yulia. Seruni mengejar Putih ke area gelap.
Beberapa detik kemudian, Seruni muncul dari kegelapan menggendong Putih.
Seruni menatap Mawar dan sebaliknya.
40.INT/EXT. SEPEDA YULIA - MALAM
Putih tampak lelap dalam dekapan Seruni yang mengantuk. Mawar melihat keadaan sekitar dengan curiga.
Pohon-pohon besar tertata di pinggir jalan. Rumah penduduk tertutup rapat semua.
Sepeda itu sampai di depan sebuah rumah dengan cahaya temaram.
Yulia turun dari sepeda. Begitu juga Mawar dan Seruni.
Yulia membuka pintu rumah lalu mempersilakan Mawar dan Seruni masuk. Yulia melihat Putih terlelap dalam gendongan Seruni.