Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
DARAH
Suka
Favorit
Bagikan
10. Darah#10

CUT TO

73. INT. CAFE - MALAM.

Distablished: Sebuah makan malam bersama keluarga dengan menu mewah.

Anye: Om tadi gue lihat di depan ada Erlan sama temen temennya.

Fajri: Biarin aja (cuek).

Anye: Elu punya masalah apa sih?

Fajri: (marah) Itu gara gara elu, jangan lagi lagi nyuruh gue dateng ke kampus dengan berbagai macam alasan, paham lu?? (membentak).

Anye: Lagian elu kayak anak kecil nyari musuh mulu.

Fajri: Bisa diem enggak lu?

Sani: Cukup, lanjutkan makan kalian jangan rusak suasana.

Fajri: (membanting sendok dan garpu) mamah tuh kenapa sih enggak biarin dia ikut orang tuanya disana, bukannya disini, hidup aku tuh terganggu ada disini.

Sani: Jangan memperkeruh keadaan Fajri?

Fajri: Kenapa sih mah seneng banget belain nih bocah?

Sani: Fajri...

Rahman: Ayo makan??

Suasana kembali dihiasi suara aktifitas makan.


CUT TO

74. EXT. PARKIRAN CAFE - MALAM

Erlan tak sabar ingin bertemu Fajri, siap baku hantam tak bisa menunggu lama lama, dia memutuskan menemuinya lebih awal agar cepat selesai masalahnya.

Garin: Mau kemana lu?

Erlan: Masuk, gue dah enggak sabar pengen hajar tuh muka.

Sesil: Kamu bisa sabar dikit enggak sih?? (menahan tangan Erlan).

Alvin: Kita tunggu aja dulu.

Garin: Elu bilang bokap elu mau kesini, kita tunggu aja??

Erlan: Kelamaan (melepas tangan sesil).

Sesil: Erlan kamu tuh kenapa sih??

Tak ada yang berani mencegah, Erlan nekat menemui Fajri sebelum jam yang di tentukan.


CUT TO

75. INT. CAFE - MALAM

Semua mata tertuju pada sosok Erlan yang datang main nyelonong dan teriak memanggil nama Fajri.

Erlan: FAJRI... FAJRI DIMANA MOTOR GUE?

Erlan: FAJRI DIMANA ELU, KELUAR ELU SEKARANG JUGA...

Teriakan Fajri menggema, mengganggu aktivitas pengunjung, Fajri syok dengan ulah brutal Erlan.

Fajri: Eh elu punya sopan santun enggak? (emosi membanting sendok menghampiri erlan)

Erlan: Gue enggak bisa nunggu lama lagi, gue butuh motor gue, cepet balikin?

Fajri: Gue enggak akan balikin dengan cara elu yang kaya gini.

Erlan: Jangan banyak bacot deh elu?

Sani: Ada apa Fajri?? (memegang bahu Fajri)

Fajri: Ini mah anak enggak ada akhlak dan enggak tahu diri ini emang harus dihajar.

Erlan: Tante bilang tuh sama anaknya, jadi orang tuh jangan rese, ngidam apa sih Tante waktu hamil.

Fajri: Ehh jaga mulut elu ya, (memperpendek jarak) itu nyokap gue elu harus hargai dia? elu enggak pernah diajari sopan santun sama nyokap elu ya?? (mendorong bahu Erlan keras)

Erlan: Gue enggak punya nyokap puas lu???

Fajri: (tertawa meledek) pantes, minta bokap elu buat ajarin cara menghormati seorang ibu?

Rahman: Ada apa ini Fajri?

Fajri: Cuma masala kecil pah?

Rahman: Bisa kamu menyelesaikan dengan baik?

Fajri: Biar Fajri urus diluar (mencengkram kerah baju Erlan, menyeretnya hingga parkiran cafe).


CUT TO

76. EXT. PARKIRAN CAFE - MALAM

Fajri mendorong keras Erlan hingga membentur mobil yang tengah parkir.

Fajri: Eh bocah tengil (mendorong kepala Erlan dengan jari telunjuk), sadar enggak sih suka nyari masalah gue?

Erlan: (menepis tangan Fajri keras) kenapa enggak suka?? (senyum meledek on merapihkan bajunya yang kusut).

Fajri: Elu cari mati sama gue?

Erlan: Ngapain gue cari mati, gue, gue cari motor gue yang elu curi?? (menatap sinis).

Fajri: Bisa enggak elu datang dengan bersikap baik sesuai apa yang gue perintahkan? (menoyor kepala Erlan).

Erlan: Elu siapa?? (mendorong keras Fajri dengan kedua tangan)

Fajri tak terima langsung melayangkan pukulan kewajah Erlan, hingga terjadi saling hantam diantara keduanya.


CUT TO

77. INT. CAFE - MALAM

Sani resah duduk dengan gelisah.

Rahman: Kenapa? (menggenggam tangan Sani).

Anye: Kita keluar aja yuk Oma?

Sani mengangguk, merangkul anye berjalan keluar cafe.


CUT TO

78. EXT. PARKIRAN CAFE - MALAM

Garin baru menyadarin perkalian mereka.

Garin: Brengsek?? (berlari kearah Erlan)

Teman temannya ikut berlari kearah Erlan.

Garin: Lan bukan gini caranya (menarik baju Erlan).

Alvin datang membantu menahan Erlan hingga terlepas, sementara Fajri ditahan oleh Soni dan Rio.

Fajri: Lepas (berontak).

Erlan: Balikin motor gue (melepas diri dari Garin dan Alvin).

Fajri: (senyum sinis menyeka darah dibibirnya) elu cukup minta maaf dan gue balikin, gimana??

Erlan: (tertawa) mimpi elu?? (maju dan mendorong Fajri hingga terjatuh)

Fajri terbakar amarah bangun dan langsung menghajar Erlan.

Sani: FAJRI... (histeris).

Ervan datang tiba tiba menarik Fajri dan menghajarnya tanpa ampun.

Vanya mencoba melerai pertikaian menarik tangan Ervan namun gagal.

Vanya: Cukup Mas??

Sani syok memegangi dadanya yang nyeuri, menyadari kedua anaknya saling hajar.

Sani: Berhenti Ervan kamu bisa membunuh adikmu, dia Fajri adikmu Ervan?? (seluruh mata menatap kearahnya).

Ervan menggantungkan pukulannya, terdiam menatap Fajri, suasana seketika hening berpusat pada mereka berdua.

Sani: Iya dia adikmu Ervan (berjalan tertatih menghampiri keduanya).

Ervan menurunkan tangannya, menatap sendu wanita yang berjalan kearahnya.

Sani: Ervan anakku (bersitatap menangkup wajah Ervan), pah anak kita sudah kembali, tampan sekali kamu nak? (menangis memeluk).

Ervan ikut menangis dalam pelukan ibunya, suasana berubah mengharu biru.

Sani: (melepas pelukan) apa kamu tidak rindu adikmu? (mengulurkan tangan kearah Fajri) ayo sini nak bangun, ini Ervan kakakmu yang selalu kamu rindukan.

Fajri menerima uluran tangan ibunya, bergabung dalam pelukan hangat ibunya menangis bersama.

Sani: Ayo kita pulang??


CUT TO

79. INT. RUMAH - MALAM

Distablished: Sebuah foto keluarga nampak menghiasi ruang tamu, terlihat mewah dengan lampu hias yang menggantung diatas, serta lukisan cantik yang menyatu dengan warna dinding dan sofa mewah dengan warna senada.

Erlan (V.O): (melihat sekeliling) Oh bokap anak orang kaya toh?

Fajri: Bang, aku minta maaf (lirih menatap Ervan didepannya).

Ervan: (senyum) ini salah paham, aku yang tak mengenali wajah tampanmu?

Rahman: Papah bangga sama kamu (merangkul pundak Ervan), kamu benar benar anak yang bertanggung jawab (senyum bangga), dan dia Erlan anakmu yang selalu bikin naik darah?

Ervan: Iya pah (tersipu malu).

Rahman: Dia sama tampannya.

Sani: Ayo sini Oma obatin lukanya (mendekat).

Erlan menepis menghindar makin mepet kearah Ervan

Ervan: Mah.. (tersenyum memberi isyarat).

Vanya: (menatap Ervan) boleh aku bantu??

Ervan: (tersenyum menggeleng) no thanks

Anye (V.O): Lebay banget nih bocah.

Rahman: Ya sudah biarin saja, Ervan gadis manja di sebelah Fajri ponakanmu, anak kakakmu Farhan mereka tinggal di Belanda dua anak laki-lakinya, hanya dia yang betah di Indonesia.

Anye: Hay om (melambaikan tangan).

Fajri: (menyikut lengan anye) Salim??.

Anye memberi salam pada Ervan, melupakan Erlan disampingnya.

Hening..

Erlan: Yah, balik yuk capeku??

Sani: Tidur disini saja ya sudah malam, ada kamar kosong atau kamu mau tidur di kamar ayahmu??

Erlan tak menjawab sibuk menatap ayahnya.

Erlan: Yah ayo?? (mencolek lengan Ervan).

Ervan: (menepuk paha Erlan) tunggu Fikri jemput.

Erlan: Ngantuk, capek, belum mandi nih (mengarahkan ketek kewajah Ervan).

Ervan menoyor kepala erlan menjauh, tingkahnya menjadi perhatian.


CUT TO

80. EXT. HALAMAN RUMAH - MALAM

Ervan pamit setelah Fikri Dateng menjemput.

Sani: Mamah masih kangen (melepas pelukan), jangan menjauh lagi ya??

Ervan memberi anggukan, menghapus airmata ibunya.

Rahman: Sering seringlah berkunjung, orang tuamu sudah tak muda lagi (mengusap kepala Ervan).

Ervan mencegah Erlan yang hendak masuk mobil, matanya mengisyaratkan untuk pamit terlebih dahulu, Erlan menurut setelahnya masuk mobil dengan wajah datarnya.

Ervan menurunkan jendela mobilnya, melambaikan tangan hingga mobilnya keluar dari rumah.


FADE OUT

81. INT. KONTRAKAN RUANG TAMU - SORE

Erlan kedatang shakila dan orang tuanya, mereka menikmati sore dengan cemilan yang Shakila bawa di ruang tamu, suasana begitu hangat karena keceria Shakila berceloteh kesana kemari dan kejahilan Erlan.

Shakila: Kakak jangan suka berantem, jelek tahu nanti enggak ganteng lagi.

Erlan: Asal jangan jadi cantik aja, nanti kamu kalah cantik.

Shakila: Istighfar, kakak tuh cowok bukan cewek tahu.

Erlan: (tertawa) Yang bilang kakak cewek siapa??

Shakila: (tersipu malu) enggak ada.

Erlan: (berbisik) beli es krim yuk, di minimarket di depan??

Shakila nampak berpikir, melirik kedua orangtuanya yang sedang asyik dengan gadget masing masing.

Shakila: Mamah Shakila boleh beli es krim??

Anjani: tanya papah?? (melirik kearah Fikri)

Shakila: Papah Shakila boleh es krim?

Fikri: Boleh asal pake uang sendiri?

Shakila: Siap boss?? (memberi hormat).

Anjani: Shakila punya uang??

Shakila: (menggeleng) uang kakak.

Anjani dan fikri tertawa, Erlan pasrah saja karena di yang mengajak.


CUT TO

82. EXT. TERAS KONTRAKAN - MALAM

Pulang kerja Ervan menceritakan semua apa yang terjadi dua hari yang lalu pada Fikri, termasuk pertemuannya dengan anggun.

Fikri: Tanggapan Erlan gimana??

Ervan: Tahu sendiri tuh anak gimana, dia ngeledek mulu kerjaannya, kesel tapi emang kenyataannya emang gitu.

Fikri: Ngeledek gimana??

Ervan: "cie anak kolongmerat, hartanya enggak abis tujuh turunan" (menghela nafas), itu terus yang dibahas.

Fikri: (tertawa) anak elu jahilnya kelewatan, elu belum cerita soal anggun??

Ervan: Belum sempet.

Fikri: Belum sempet apa takut?

Ervan mengangkat bahu.

Fikri: Soal Vanya??

Ervan menggelengkan kepala.

Fikri: Ceritakan semuanya sebelum terlambat.

Ervan mengusap wajahnya kasar pikirannya kacau.

Fikri: Anggun sepuluh tahun nikah belum juga dapet keturunan, sempat tiga kali keguguran, wajar aja sekarang dia ngejar ngejar elu, mungkin dia merasa kena karma karena menyia nyiakan anaknya.

Ervan hanya tersenyum kecut

83. INT. KONTRAKAN RUANG DAPUR - PAGI

Pagi ini tak seperti biasa, Erlan tengah berkutat di dapur, sandwich menjadi menu pertama yang dibuat, Ervan senyum senyum sendiri melihat putranya.

Ervan: Wih mantap? ada angin apa nih?

Erlan: Angin puting beliung.

Ervan: Untung atap aman, yakin enggak nih resepnya? (melirik kearah sandwich)

Erlan: Yakin? resep Shakila enggak ada yang gagal? seratus persen mantap rasanya (membawa sandwichnya kemeja makan).

Ervan: Beberapa hari kedepan ayah bakal lembur terus (duduk menikmati segelas susu buatan Erlan).

Erlan: Soal motor?? (duduk didepan ayahnya)

Ervan: Ayah sudah bertemu dengan Fajri, pagi ini dia bakal anterin kekampus, jangan berantem lagi.

Erlan: Tergantung.

Ervan: Enak juga sandwichnya, besok besok coba menu lain.

Erlan: Ogah, yang ada ayah pensiun jadi chef dirumah.

Ervan: Tetep ya enggak mau rugi.

Erlan: Oh pasti, ayahkan yang ngajarin.

Keduanya tertawa menikmati sandwich dipagi hari.


CUT TO

84. INT. KANTIN KAMPUS - SORE

Erlan bersama Alvin dan garin sedang membahas Soni dan Rio yang sudah punya kekasih.

Garin: Pantes ya tuh bocah jarang nongkrong.

Erlan: Alesannya banyak tugas.

Alvin: Tugas deketin cewek, kira kira apa yang membuat tuh cewek mau nerima Soni.

Garin: Calon dokter siapa yang enggak mau?

Alvin: Iya juga ya.

Erlan: Tapi emang dia ganteng kali (menoyor kepala Alvin).

Garin: Si anye kayaknya mau kesini deh (lirik Garin diikuti Alvin dan Erlan).

Alvin: Nyamperin elu kali? (menyenggol lengan Erlan)

Garin: Enggak usah diliatin (melotot kearah Alvin).

Anye menghampiri Erlan menyodorkan paper bag besar berwarna abu.

Erlan: Apa??

Anye: Titipan dari Oma buat elu sama om Ervan?

Erlan: Oke thank you.

Anye tersenyum dan berlalu.

Garin: Apa tuh?? (melirik tajam).

Alvin: Dari bentuknya sih mewah??

Erlan: Jadi kekosan Soni kagak?

Alvin: Jadi (menarik Garin berdiri)

Mereka pergi meninggalkan kantin.


CUT TO

85. EXT. NASI GORENG PINGGIR JALAN - MALAM

Distablished: Suasana malam kota, lalu lalang kendaraan masih mewarnai jalanan, lampu malam mempercantik kota.

Ervan memesan dua porsi nasi goreng pinggir jalan.

Ervan: Pak dua makan disini, jangan pedas telornya ceplok.

Penjual: Siap bos?

Ervan duduk menunggu kedatangan Fajri, setelah berjanji bertemu untuk makan malam tak biasa.

Fajri: Bang??

Ervan: Sini duduk? (Ervan membersihkan bangku disebelahnya dengan tanyanya).

Fajri: Bang enggak usah segitunyalah, biasa aja, kotorkan tangan Abang.

Ervan: Gapapa, maaf ya abang enggak bisa bawa kamu makan di restauran atau cafe mewah.

Fajri: Apaan sih bang? cuci tangan Abang? (mengambil air mineral diatas meja,menyodorkan kearah Ervan)

Ervan tersenyum meraihnya dan mencuci tangannya.

Fajri: Lusa ayah mengadakan anniversary pernikahan, mereka mengharap Abang Dateng, bang Farhan dan bang Eros juga datang.

Ervan: Abang usahahin ya, beberapa hari ini lagi sibuk sibuknya, kalaupun dateng enggak janji Erlan bisa ikut, Erlan tidak nyaman berada tempat formal dan mewah.

Fajri: Asal Abang dateng meski cuma sebentar.

Ervan menatap haru, mengacak acak rambut fajri.

Fajri: Bang aku sudah besar?

Ervan: Abang bangga sama kamu, Vanya selalu cerita kamu selalu berprestasi dalam segala hal, sayang kamu tidak mau meneruskan posisi papah.

Fajri: Itu jatah Abang.

Ervan tertawa menanggapinya.

Penjual: Permisi pesanannya sudah siap (menaruh dua porsi nasi goreng).

Ervan: Terima kasih pak.

Penjual menundukkan badannya sejenak dan kembali ke tempatnya.

Ervan: Ini aman percaya sama Abang (lirih menepuk bahu Fajri).

Fajri: Bang, kesannya gue ini enggak bisa makin ini.

Ervan: Karena Abang tahu hidupmu terjamin dan higienis.

Fajri: Bang jangan gitu dong.

Ervan: Abang pernah berada diposisi kamu dua puluh tahun yang lalu, hidup Abang terjamin dari atas rambut hingga ujung kaki, ayo kita makan.

Mereka menghabiskan waktu berdua diselingi cand tawa keduanya.


CUT TO

86. INT. TERAS KONTRAKAN - MALAM.

Ervan baru saja sampai didepan kontrakan, dikejutkan dengan kehadiran Anggun yang sedang menunggu kedatangannya, berdiri didepan gerbang seorang diri,

Ervan: Dari mana kamu tahu alamat rumahku?

Anggun: Bukan hal yang sulit untuk menemukan alamatmu.

Ervan: (senyum) bukan hal sulit, mengapa tidak kamu lakukan sejak dulu jika tujuannu hanya untuk menemui anakmu, kenapa harus menunggu dua puluh tahun.

Anggun: Ervan..

Ervan: Gimana sudah tahu tentang anakmu, masih hidup atau sudah mati?

Ervan menyandarkan tubuhnya dikursi.

Ervan: Kamu sudah lihat anakmu?

Anggun: Itu alasanku datang kesini?

Ervan: Kenapa kamu ingin menemuinya setelah kamu menyadari bahwa kamu sudah tak bisa memiliki anak?

Anggun: Kenapa kamu bicara seperti itu?

Ervan: Bukankah itu kenyataannya, bahwa kamu tak bisa memiliki anak setelah tiga kali keguguran, kamu takut hidup sendiri, kamu menyesal telah meninggalkannya, dan ingin mengambilnya dariku? (lantang dan tajam).

Erlan baru saja dari warung membeli telur, suara ayahnya terdengar cukup lantang, wajar saja jika dia mendengarnya.

Anggun: Tega kamu bicara seperti itu Ervan?

Ervan: Tega? (berdiri menghadap anggun), kamu bicara soal tega setelah pergi meninggalkan anakmu seorang diruang inkubator??

Anggun: Kamu tidak perlu mengingatkan itu kembali Ervan? (airmatanya tak terbendung).

Ervan: Kenapa, sakit mendengarnya?

Anggun: Cukup Ervan aku hanya ingin bertemu dengan anakku?

Erlan berjalan begitu saja tak mempedulikan pertengkaran ayahnya, tak ada salam seperti biasanya, Erlan membuka pintu yang tak terkunci dan masuk, Ervan dan anggun reflek melihat kearah Erlan saat terdengar suara pintu dibuka.

Ervan: Dia anakku, anak yang telah kamu buang??

Erlan samar mendengar ucapan ayahnya, langkahnya terhenti seketika, sekejap dunianya runtuh, bahagia atau terluka dengan kehadiran sosok yang lama menghilang dengan ribuan rahasia yang tersimpan.

Anggun: Bagaimana, tampan dan sehat bukan, meski tanpa ASI dan kasih sayang seorang ibu, apa perlu aku ceritakan perjuang ku bersamanya, jatuh bangun mempertahankan mental karena pengkhinatanmu, kehadiran merubah seluruh duniaku, tanpa anakku tidak mungkin aku bisa berdiri dihadapmu, sosok ibu dari anakku... (tersenyum getir).

Lagi ucapan ayahnya seperti boomerang, iya airmata Erlan lolos tanpa permisi.

Ervan: Silakan temui dan cerita semua pada anakku? Siapa kamu sebenarnya? Aku tidak akan menghalanginya sedikitpun, dan jangan temui aku lagi?

Anggun pergi tanpa sepatah kata, tangisannya terdengar pilu.


CUT TO.

87. INT. RUANG TAMU - MALAM

Energinya terkuras, Ervan duduk bersandar disofa matanya terpejam serta tangan yang memijat hidungnya, merasakan pening dikepalanya.



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar