Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
DISSOLVE TO
67. EXT. BENGKEL - PAGI
Pagi pagi Erlan ke bengkel untuk mengecek kondisi motornya yang akan dibawa touring.
Erlan: Bang rame ya?
Montir: Iya nih.
Erlan: Ya udah bang gue tinggal aja, (Erlan menyerahkan kunci motornya dan pergi).
CUT TO
68. EXT. PARKIRAN KAMPUS - PAGI
Erlan berjalan menunduk sambil memainkan ponselnya.
Fajri: Woy minggir... (teriaknya mengagetkan memainkan klasonnya).
Erlan terperanjat kaget berjalan minggir.
Fajri: (tertawa meledek) Takut mati lu??
Erlan (V.O): Nih orang kenapa sih seneng banget mancing mancing gue?
Fajri: Gue kira elu enggak takut mati (memarkirkan motor).
Erlan berjalan melewati Fajri yang berdiri menunggunya.
Fajri: Kenapa, takut elu sama gue?
Erlan menghentikan langkahnya, berbalik badan berjalan ke arah Fajri, berdiri sejajar.
Erlan: Gue takut sama elu? Gue enggak takut? (beat) eh gue takut banget (wajah Erlan dibuat buat ketakutan).
Hitungan menit tendangan keras Erlan melumpuhkan motor mahal Fajri hingga jatuh, expresi Fajri terlihat marah besar.
Erlan: Ups sorry sengaja... (kabur tertawa puas seraya meledek) weee...
Fajri memilih menyelamatkan motornya ketimbang mengejar Erlan.
Fajri: Bangke emang tuh bocah (memeriksa motornya), untung kagak ada yang lecek, dasar bocah tengil, tunggu pembalasan gue.
CUT TO
69. INT. RESTAURAN JEPANG - SIANG
Ervan tiba tiba mengajak Vanya makan siang, Ervan senang karna Vanya mau menerima ajakannya setalah empat bulan intens saling berkomunikasi.
Suasana berubah menegangkan ketika Anggun dan mamahnya ikut gabung duduk dengan mereka, Anggun seperti sengaja ingin mempermalukan Ervan di depan Vanya tentang status dirinya.
Anggun: Aku tidak ingin mengganggu kalian berdua, aku cuma mau tahu dimana anakku (melipat kedua tangannya diatas meja dengan tatapan tajam kearah Ervan).
Mamah Anggun: Walau bagaimanapun Anggun tetap ibu kandungnya, sekalipun kamu telah berkeluarga kembali.
Vanya diam menyimak dengan santai.
Anggun: Aku cuma mau kamu pertemukan aku dengan dia, bilang sama dia kalau aku ini ibunya.
Ervan: Apa yang kalian bicara?
Anggun: Ervan... aku mau kamu pertemukan aku dengan anakku hanya itu saja (nada meninggi).
Ervan memukul meja keras, mengundang berbagai pasang mata menatapnya terganggu.
Ervan: Mana ada seorang ibu yang membiarkan anaknya seorang diri di rumah sakit, dimana kamu saat dia menangis kehausan butuh asi, merindukan dekapan sosok ibu.
Mamah Anggun: Ervan tolong jaga sikap, kita berada di tempat umum.
Anggun: Van, tolong izinkan aku bertemu dia, (menggenggam tangan Ervan)
Ervan: (menepis tangan anggun keras) kamu yakin anak kamu masih hidup, sudah kamu pastikan keberadaannya setelah kamu tingglkan seorang diri diruang inkubator?? masih hidup atau sudah mati kah anakmu itu (teriak).
Ervan: Kenapa baru sekarang kamu pertanyakan keberadaannya, kemana saja kamu selama ini, baru sadar kamu punya anak? Lupa atau sengaja melupakan? (senyum sinis).
Vanya masih dengan keterdiamannya enggan beranjak.
Ervan: Cari dan temui sendiri?? jika kamu yakin anak yang kamu lahirkan masih hidup? (mengerlingkan mata bangkit dari duduk, menggandeng tangan Vanya pergi).
Anggun: Jangan bersikap egois Ervan (bangkit berteriak melepas airmatanya).
Langkah Ervan terhenti balik badan, tertawa keras tak peduli sekeliling memperhatikannya pertengkarannya.
Ervan: Egois?? (tertawa), aku yang egois atau kamu?? (menunjuk lurus pada anggun).
Mamah Anggun: Ervan? (marah bangkit dari duduk), bisakah kamu bicara dengan baik pada nggun??
Ervan: Kenapa?? (senyum licik), anda tidak terima anak anda diperlakukan tidak baik, bagaimana dengan saya)? (menunjuk diri sendiri) anak saya tidak diperlakukan dengan baik sejak lahir oleh ibunya sendiri?? (tegas dan layang).
Vanya: Mas tenang.. (lirih merangkul lengan Ervan)
Mamah Anggun: Kamu keterlaluan Ervan?? (membentak).
Ervan: Bagaimana sikap anak anda selama ini, apa tidak keterlaluan??
Anggun: CUKUP ERVAN... (berteriak kesal).
Ervan: Dan cukup kamu mengusik kehidupan?? (Saling tatapan dengan tatapan penuh amarah).
Vanya: Mas.. yuk kita pulang (lirih mengusap usap lengan Ervan)
Ervan menurut, menyudahi pertengkaranny yang membuat pengunjung cafe terganggu oleh sikapnya.
70. EXT. BENGKEL - SIANG
Fajri membawa motor kesayangannya kebengkel.
Montir: Kenapa lagi motornya? (memeriksa motor).
Fajri: Tadi pagi sempet ada yang jatuhin, periksa aja sendiri deh?
Montir: Lecet dikit doang.
Fajri: (kaget) hah serius?? (memeriksa motornya), sial kok bisa luput dari pandangan gue ya?
Fajri (V.O): Brengsek tuh bocah?
Montir: Mau ditinggal atau di tunggu?
Fajri selintas melihat motor milik Erlan, muncul ide gila untuk membalasnya.
Montir: Gimana?
Fajri: Gue tunggu.
CUT TO
71. EXT. BENGKEL - SORE
Erlan kalang kabut ketika motornya menghilang dari bengkel tempatnya service.
Erlan: (kesal) Gimana sih bang bisa hilang gitu, abang mau lihat saya dipenggal kepalanya.
Montir: Datang aja kesini? (memberi kartu nama)
Erlan: Ngapain? (menatap heran).
Montir: Katanya mau ambil motor.
Ervan mengambil kartu namanya, membolak balik tak mengerti.
Erlan: Ini apa bang? (bingung seraya mengangkat kartu nama ditangannya).
Montir: Motor udah beres dan aman, tinggal ambil aja ke alamat itu?
Erlan: Aman darimana, aman itu kalau di tangan gue bang? (kesal meremas kartu nama).
Montir: (menepuk bahu Erlan) udah ambil aja kesana?
Erlan: Abang ini bisa bisanya motor gue diserahin keorang lain.
Erlan mengacak acak rambutnya stres.
CUT TO
72. INT. RESTAURAN - SORE
Ervan menceritakan semua masa lalunya tanpa beban dan begitu tenang setelah pindah restauran.
Vanya: Erlan juga berhak tahu tentang ibunya mas?
Ervan: Aku tidak memaksakan tentang itu, aku serahkan semua pada Erlan.
Vanya: Mungkin Anggun ingin menebus kesalahannya mas?
Ervan: Aku tidak peduli soal itu (mengaduk aduk minumannya).
Vanya: Aku harap apapun keputusan kamu, aku akan tetap mendukung, aku yakin kamu lakukan ini untuk kebaikan Erlan (tersenyum).
Ervan: Maaf ya kita harus pindah restauran segala demi bisa makan berdua, sampe hari mulai gelap gini (tersipu malu).
Vanya: Enggak papa mas.
Ervan mengambil ponsel di saku celananya, mengangkat panggilan telpon Erlan.
INTERCUT TO
Erlan: Yah bantuin Erlan, motor Erlan disita??
Ervan: (kaget) Kok bisa?
Erlan: Jangan banyak nanya, bantuin dong yah? (memaksa).
Ervan: Urus sendiri?
Erlan: Yah tega banget sama anak sendiri.
Ervan: Hidup elu bikin masalah mulu? bikin ulah apalagi sama nih orang?
Erlan: Yah enggak usah banyak nanya deh (kesal).
Ervan: Oke kirim alamatnya?
Erlan: Jangan pake lama yah, besok touring?
Ervan: Emang siapa yang ngizinin elu touring?
Erlan: (menghela nafas berat) yah, bukan waktunya buat debat, buru datangin tuh alamat?
Ervan: Kalau sempet??
Ervan menutup panggilan Erlan menunggu pesan yang akan Erlan kirim.
Vanya: Kenapa mas?
Ervan: Motor Erlan disita?
Vanya: Disita? (bingung) Sama siapa mas??
Ervan mengangkat bahunya.
Vanya: Kok feeling gue enggak enak ya??
Ervan: Kamu tahu tempat ini? (menunjukan isi pesan Erlan yang baru masuk).
Vanya: Ini salah satu cafe temanku mas? (beat) yang pernah aku cerita kalau aku lahir kerja sama dia?
Ervan menunjukkan wajah kebingungan.
Ervan: Ya sudah kita kesana aja sekarang.
Tanpa pikir panjang Ervan pergi menuju alamat yang Erlan suruh ditemani Vanya.
CUT TO
73. EXT. PARKIRAN CAFE - SORE.
Erlan baru selesai menelpon ayahnya.
Rio: Kumaha?
Erlan: Gue udah kirim alamatnya.
Alvin: Mau kesini?
Erlan: kagak tahu?
Soni: aneh maneh mah lan, ya ditanyain atuh boloho? (kesal menjitak kepala Erlan).
Sesil: Ih jahat banget sih Soni (cemberut membelai rambut Erlan).
Rio: Hadeuh Erlan Erlan... (geleng geleng kepala).
Garin: Kita tunggu aja.
Alvin: Kita tunggu sampai jam delapan baru masuk.
Garin: ngapain jam delapan? tuh orang nyuruh dateng jam sembilan pitak?
Alvin: Lebih cepat lebih baik.
Rio: Mun budak na encan Dateng kumaha??
Erlan: Ngapain sih pusing kita tunggu aja disini.
Soni melirik jam tangannya kesal.
Rio: Kelamaan.
Soni: Gimana enggak kelamaan, orang ini masih jam enam kurang (menggaruk harum kepalanya)
Sesil: Kenapa pada ribut sih, tenang dong.
Mereka mengikuti perintah sesil untuk tetap tenang dan diam duduk diatas motor masing masing yang mereka bawa.