Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO
13. EXT. JALAN PEDESAAN - PAGI
Udara sejuk menyambut pagi yang indah, hamparan hijaunya sawah memberi kesan asri, waktu berjalan begitu cepat tanpa disadari, sudah lima bulan Ervan mengayu sepeda menuju sekolah tanpa malu atau pun gengsi, semangatnya tiap hari semakin meningkat, memulai semua dari awal kembali, dengan sejuta harapan baru, dan lingkungan baru.
CUT TO
14. INT. VILLA. KAMAR ERVAN - PAGI
Seperti biasa, disaat Ervan pergi anggun selalu mencuri waktu menelpon ibunya hanya sekedar menanyakan kabar.
Anggun: Kandunganku sudah besar mah?? (tersenyum mengusap peru buncitnya)
INTER CUT MAMAH ANGGUN
Mamah Anggun: Jaga baik baik kandunganmu?
Anggun: Iya mah..
Mamah Anggun: Ya sudah ya, banyak yang harus mamah kerjakan. tuttt...
Begitulah setiap telpon, ibunya selalu memutuskan sambungannya lebih dulu, tak peduli dengan keinginan anaknya yang masih ingin berbicara dengannya.
Anggun (CONT'D): Mah... apa yang harus anggun lakukan agar mamah tidak bersikap seperti itu lagi, sakit hati anggun mah...
Anggun hanya bisa menangis, sadar akan kesalahannya yang membuat ibunya bersikap acuh tak acuh.
15. INT. VILLA. KAMAR ERVAN - MALAM
Anggun mengusap usap perutnya yang semakin membesar berjalan tertatih menuju dapur, sudah beberapa hari dia sering terbangun tengah malam dan tak bisa tidur kembali.
Anggun: Mamah pasti sudah tidur? (melihat jam dinding) Mah aku takut mah...
Bersandar di lemari es tanpa melepas pandangan dari jam dingin pikirannya melayang.
16.EXT. DEPAN KELAS - SIANG
Sejak pagi Ervan merasa resah, hati dan pikirannya tidak bisa dikendalikan, keinginannya untuk segera pulang setelah bel sekolah berbunyi terhalang oleh hujan yang tiba tiba turun dengan deras.
17. INT. RUMAH SAKIT. RUANG RAWAT - SIANG
Anggun terbaring lemah, airmatanya tak berhenti mengalir menggenggam tangan ibunya yang duduk disamping menemaninya.
Mamah Anggun: Cukup anggun, ini adalah jalan yang terbaik untuk kalian?! (tegas)
Anggun: Tapi aku merasa berkhianat mah... (lirih)
Mamah Anggun: anggun ingat?! kamu punya masa depan sama seperti Ervan.
Anggun makin tak tenang, rasa bersalah menghantuinya karena diam diam menghubungi ibunya dan pergi tanpa pamit.
Anggun (V.O): Ervan maafkan aku telah mengkhianatimu, ini yang terbaik untuk kita, agar kamu bisa melanjutkan masa depanmu tanpa terbenani.
18. EXT. JAlANAN PEDESAAN - SORE.
Cuaca masih gerimis Ervan nekat pulang karena terus memikirkan keadaan Anggun sendirian di rumah, jalanan yang licin dan becek membuatnya berhati hati melewatinya.
Teman 1: Ervan saya duluan ya? (melambaikan tangan seraya memasuki gang kecil)
Ervan tersenyum ikut melambaikan tangan tetap fokus pada kondisi jalanan.
Teman 2: Ervan kamu mampir tidak untuk berteduh?!
Ervan: Tidak terima kasih.
Teman 2: Ya sudah saya masuk duluan ya?! (pamit, tersenyum memasuki halaman rumahnya yang cukup luas) hati hati dijalan... (berseru)
Ervan: Iya...
19. INT. VILLA - SORE
Ervan melempar sembarang sepatunya, masuk kedalam villa dengan basah kuyup mencari keberadaan anggun, seisi villa sudah ditelusuri namun nihil, Anggun benar benar tidak ada.
Ervan: ANGGUN.... (teriak) dimana kamu Anggun? (menghapus kasar wajahnya, melayangkan pukulan keras pada pintu kamar)
Ervan (COND'T): Berkali kali aku bilang apa pun yang terjadi kita harus saling jujur, tapi nyatanya kamu menghancurkan kepercayaanku.. (menyeka airmatanya yang lolos) jika kamu ingin lepas aku akan melepasmu tapi jika kamu pergi jangan harap aku akan mencarimu...
Tangan dan kakinya terus memukuli dan memendang pintu kamar bersama airmata yang terus membasahi wajah, terbakar api amarah merasa dikhianati.
DISSOLVE TO
20. INT. KANTIN SEKOLAH -PAGI.
Ervan mengajak dua teman untuk membolos jam pelajaran, duduk santai di pojok kantin menghabiskan beberapa batang rokok, mata tertuju pada temannya yang asyik bercanda, Ervan tak menyimak masih diam seribu bahasa dan temannya tak menanyakannya.
Ervan (V.O): Harusnya kamu jujur sejak awal jika kamu ragu...
DISSOLVE TO
21. EXT. TAMAN VILLA - SORE
Fikri menghampiri Ervan yang sedang duduk menikmati senja sore, dua Minggu sejak Ervan menceritakan kepergian Anggun, Ervan tak bisa dihubungi.
Fikri: Anggun sudah melahirkan... (beat) dia menghilang?! (tak ada respon) anak kamu masih ada di rumah sakit dalam perawatan... (lirikan tajam Ervan menuntun memperjelas) Anggun melahirkan prematur dan sekarang anak elu butuh elu?? (tegas)
Ervan: (tersenyum sinis) Untuk apa? bukankah dia yang memilih pergi??
Fikri: Gue tahu itu??
Ervan: Gue tegaskan sekali lagi... (menarik nafas panjang mencari ketenangan) "Jika dia ingin lepas gue akan lepas dia tapi jika dia pergi jangan harap gue akan mencarinya" (tersenyum menang) gue yakin dia tidak akan lupa kata yang selalu gue ucapkan??
Fikri: Setidaknya elu temui anak elu, gimana kondisi dia sekarang??
Ervan: (membuang muka) gue enggak peduli itu??
Fikri: Anak elu gak salah? elu bilang elu enggak mau anak elu bernasib sama dengan elu, hidup hura hura dan lupa diri?? dan ini saatnya elu buktikan ucapan elu, kenapa elu bisa sampai berada di titik ini??
Sentilan Fikri berhasil menggelitik hati Ervan yang mulai membeku.
Fikri (COND'T): Dia cuma punya elu setelah ibunya pergi entah kemana...
Senja mulai menghilang, terdengar suara adzan mahgrib berkumandang, Ervan terpana mendengarnya.
Ervan (V.O): Aku tidak tahu kapan terakhir kali memenuhi panggilanMu, bersujud dan memohon ampunanMu... (berdiri memejamkan mata, mendengar syahdunya suara adzan)
Ervan terlihat lebih tenang setelah mendengarkan suara adzan, berjalan meninggalkan Fikri, bergegas mengambil wudhu dan menunaikan sholat begitu khusu.
DISSOLVE TO
22. INT. RUMAH SAKIT - SIANG
Bayi mungil tak berdosa tengah bertaruh nyawa diruang inkubator, hati Ervan terenyuh menyaksikan putra yang malang, berjuang seorang diri tanpa kasih sayang ibunya.
Fikri: Dia butuh elu?? (menepuk bahu Ervan) percayalah elu pasti bisa.. (tersenyum bangga)
DISSOLVE TO
22. INT. KAMAR VILLA - MALAM
Dokter memperbolehkan putranya pulang, hari harinya kini dihabiskan hanya di villa bersama putranya, hatinya mulai membuka kehadiran putranya, belajar ikhlas dengan keadaan, menyayangi dan mencintai putranya seperti mencintai diri sendiri.
Fikri (V.O): Gue seneng lihat elu kaya gini Van? (Tersenyum memperhatikan)
Naluri seorang ayah dari Ervan keluar saat dia begitu telatan merawat dan mengurus putranya, Fikri berdecak kagum melihatnya.
Ervan : (menggendong) Sudah kenyang jagoan ayah, hebatnya (Meletakkan botol susu di meja) sekarang waktunya bobo... (menepuk menepuk pantat pelan)