Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
DARAH
Suka
Favorit
Bagikan
5. Darah#5

CUT TO

35. INT. RUMAH ERVAN. RUANG MAKAN - PAGI

Established: Nampak keluarga sedang menikmati sarapan pagi.

Fajri: Pagi... (menarik kursi lalu duduk disamping ibunya)

Sani: Pagi sayang...

Fajri: (kaget) Ngapain masih disini?? (melotot tajam)

Anye: Jutek banget pantes enggak nikah nikah?

Fajri: Gue nanya ngapain elu masih disini? (tegas)

Anye: Mulai sekarang gue tinggal disini, kenapa enggak suka?

Fajri: Kamu sudah tahu jawabannya, sana pergi?

Sani: Fajri... Apa apaan sih kamu, jahat banget sama ponakannya?

Fajri: Mood gue buruk liat muka elu? (bangkit dari duduk)

Rahman: Fajri?? (menahan) kapan kamu mau belajar??

Fajri: Tiap hari juga belajar Pah?

Rahman: belajar menggantikan papah yang papah maksud.

Fajri: Tunggu mas Ervan pulang??

Rahman: (serius) Bagaimana kalau kakakmu tidak akan pernah pulang??

Fajri: (kesel) Tunggu sampai pulang?? (pergi tanpa pamit)

Sani: Sabar ya Pah? (mengusap lengan)


CUT TO

36. EXT. JALAN PENDAKIAN - SIANG

Jalanan sedikit licin karena sempat turun hujan dan masih gerimis.

Alvin: Yo, gerimis makin gede nih?

Rio: Gue sih ngikut kalian aja? (berhenti berjalan diikuti dengan yang lain)

Garin: Lanjut aja, belum tentu gerimis akan berhenti, sebelum hujan gede datang kita harus tetap jalan, yang penting kita harus tetap hati hati.

Soni: Hayuh kita lanjut atuh? (logat Sunda)

Erlan: Hayuh...

Garin: Kita harus tetap hati hati. (kembali memimpin perjalanan)

Rio: Siap komandan... (semangat)

Mereka melanjutkan perjalanan, selang beberapah menit Erlan terjatuh karna menginjak tali sepatunya sendiri yang terlepas, posisi jatuh tak tepat hingga kakinya terkilir.

Alvin: (kaget) Erlan... (menghampiri Erlan yang lain ikut bergegas menghampiri)

Erlan: Aah... (meringis memegangi kaki)

Alvin: Sini gue bantu? (memberikan posisi kaki Erlan agar sejajar, Erlan terlihat kesakitan)

Sesil: (panik menghampiri) Erlan kamu kenapa??

Soni: Ai maneh kunaon??

Garin langsung memeriksa kaki Erlan seraya memijit.

Erlan: Aahh... sakit bego (memukul keras lengan Garin)

Sesil: pelan pelan Garin, Erlan kesakitan tahu (khawatir), bisa enggak sih?

Rio: Astafirullah Al'adzim, maneh mah aya aya wae lan? (cemas mengusap wajahnya)

Garin: Ini terkilir kayanya deh?

Rio: Maneh bisa jalan lan?

Mereka semua terdiam, sibuk dengan keresahan masing masing.

Erlan: Gue bisa jalan. (tegas)

Tatapan tak percaya tertuju pada Erlan.

Sesil: Kamu yakin sayang? (menggenggam tangan Erlan)

Erlan: (senyum) Yakin sayang...

Garin: Gue percaya elu kuat.

Dengan susah payah dan menahan rasa sakit Erlan tetap melanjutkan perjalannya, tak ingin mengecewakan teman temannya, didampingi Alvin yang menjaganya.

Alvin: Elu yakin kuat? (ragu dengan raut wajah Erlan yang menahan sakit)

Erlan: Yakin kan ada elu... (memainkan mata)

Alvin: Jadi tumbal dah gue. (cemberut)

Erlan tertawa geli melihat.


CUT TO

37. INT. KONTRAKAN ERVAN. RUANG MAKAN - SORE

Ervan menunggu Erlan yang belum juga pulang ditemani segelas teh manis yang tak hangat lagi.

Ervan (COND'T): Kamu kemana lan, kenapa belum ada kabar juga??


38. INT. RUMAH KAMAR ALVIN - MALAM


Baring diatas Temat tidur Alvin dengan kaki diluruskan tetap tenang dalam kesakitan.

Erlan: (menatap teduh) Kamu pulang bareng Soni ya?

Sesil: (mengangguk) Kamu cepat sehat ya, aku pulang.

Erlan: Hati hati dijalan.

Garin: Istirahat lu? (keluar kamar disusul sesil dibelakangnya)

Rio: Geura cager kasep. (memukul keras kaki Erlan dan langsung kabur)

Erlan: Aww... sakit brengsek?? (teriak kesal menahan sakit)

Soni: Sabar ya bar...

Alvin: Gue kedepan dulu, elu istirahat aja, (balik badan) elu butuh obat pereda nyeuri enggak, nanti gue beli diapotik?

Erlan: Kagak perlu.

Alvin: Oke, gue keluar (pamit keluar).

Erlan sendiri didalam kamar, mengecek ponsel disampingnya, muncul beberapa pesan dan panggilan tak terjawab.

Erlan: (kaget) Busyet... anakmu udah gede yah, masih aja dicariin??


INTERCUT TO

39. INT. KONTRAKAN KAMAR ERVAN - MALAM

Ervan baru selesai minum obat, mengangkat panggilan telpon Erlan.

Ervan: Dari mana kamu?

Erlan: (menghela nafas) Di rumah Alvin yah, besok Erlan pulang.

Ervan: Kenapa baru ngabarin?

Erlan: Lupa yah?

Ervan: Alasan klasik.

Erlan: Beneran lupa ayahku cintaku belahan jiwaku...

Ervan: Lebay lu, sana tidur?

Ervan menutup telponnya sepihak.


DISSOLVE TO:

40. INT. CAFE - SIANG

Ervan dan Fikri sedang melihat lihat brosur.

Fikri: Elu tinggal siapin uangnya aja, nanti gue yang urus.

Ervan: Oke Minggu depan gue transfer.

Fikri: Yuk balik? (berdiri)

Ervan: Yuk... (membereskan brosur)

Fikri: Coba deh elu lihat? (melihatkan ponselnya).

Ervan: (kaget) Sesil??

Ervan dan Fikri saling tatap.

Fikri: jadi elu enggak tahu Sesil ikut? Tahan emosi, elu tanya baik baik?

Ervan: (terlihat marah) kalau gue tahu enggak bakal gue izinin.

Fikri: Tenang bro, namanya juga anak muda (menepuk bahu), berpikir positif.

Ervan: Entang banget lu ngomong (emosi).

Fikri: Bro, anak gue cewek, akan lebih susah jaga cewek dari pada cowok.

Ervan: Anak elu masih kecil Fik, beda sama gue (emosi).

Fikri: Berhenti untuk posesif, anak elu udah gede, lagian dia juga bukan cewek, dia bisa jaga diri, buang jauh jauh pikiran kotor elu.

Ervan: (tersenyum sinis) elu enggak pernah ada diposisi gue, gue berjuang seorang diri menjadi orang tunggal, wajar dong gue khawatir sama masa depan dia (bicara dengan setengah berteriak).

Fikri: Yang enggak wajar tuh ketakutan elu, (kesal) gue tahu posisi elu, gue paham dan mengerti elu, walau enggak ngerasain langsung, tapi ketakutan elu itu akan menjad Boomerang buat hidup elu, terutama Erlan, paham enggak sih elu (mendorong bahu Ervan keras).

Fikri: Inget jangan samain dia sama elu (menunjuk kearah dada Ervan dengan jari telunjuk), biarkan dia tumbuh sewajarnya, jangan libatkan masa lalu, kasih dia kepercayaan untuk tumbuh layaknya remaja lain (tersenyum menahan amarah seraya menepuk nepuk pipi).

Ervan: (menepis keras tangan Fikri) orang tua gue kasih gue kepercayaan, tapi gue melanggarnya dan gue jatuh (teriak Langtang).

Fikri: Ya itu bodohnya elu (berteriak).

Hening, pengunjung cafe mulai terganggu dengan keributan keduanya.

Ervan: Elu ngajak ribut? (menatap marah)

Fikri: (tersenyum sinis) elu yang ngajak ribut?

Ervan: Elu yang mancing mancing?

Fikri: Elu kenapa sih bro?

Ervan: Elu yang kenapa? (mendorong bahu Fikri).

Fikri: Terserah elu bro (menyerah), gue enggak mau cari ribut, gue ke toilet dulu, ngademin otak yang panas gara gara elu (berjalan meninggalkan)


CUT TO

41. EXT. PARKIRAN CAFE - SIANG

Ervan membuka pintu mobil, terdengar suara panggilan menahannya masuk mobil.

Anggun: Ervan??

Ervan menoleh, seketika langsung masuk kedalam mobil.

Anggun: Ervan aku mau bicara sama kamu?? (mengetuk kaca mobil)

Ervan tetap diam dalam mobil, tak ada niat sedikitpun untuk keluar.

Anggun: Ervan izinkan aku bicara??

Fikri: (terkejut) Anggun??

Anggun: Fikri?? (beat) Fik aku mau bicara dengan Ervan?? (wajahnya memelas)

Fikri: (senyum) sorry kita lagi buru buru, lain kali aja ya?

Anggun menghela nafas pasrah melihat mobil yang ditumpangi Ervan pergi.


42. INT. KAMAR - SORE

Erlan duduk menikmati makanan yang dibawa Alvin.

Alvin: Bokap elu belum balik?

Erlan: Belum. (mengunyah makanan)

Alvin: Gue langsung balik ya udah sore?

Erlan: (mengangguk) Hati hati, salam buat mamah.

Alvin: As'salam mualaikum...

Erlan: Walaikum salam...


CUT TO

43. INT. KONTRAKAN KAMAR ERLAN - MALAM

Erlan sedang menelpon sesil.

Ervan (V.O): (memperhatikan Erlan) Kamu sudah besar, rasanya waktu begitu cepat berlalu, ayah harap kamu tidak akan pernah terjebak pada dunia yang ayah takutkan.

Erlan: Selamat tidur sayang... (mengakhiri telponnya)

Ervan: Sudah sayang sayangannya? (menatap tajam)

Erlan: Udah yah?

Ervan: Kenapa kamu bohong sama ayah??

Erlan: Bohong?? (bengong)

Ervan: Kamu bohong soal sesil yang ternyata ikut dalam rombongan, kalau ngomong dari awal ayah tidak akan mengizinkan, apa kamu sengaja tidak memberi tahu??

Erlan: Bukan gitu yah.

Ervan: Lalu apa?? (beat) belum puas tiap hari ketemu disekolah, apa alasan kamu berbohong sama ayah?

Erlan: Lagian semua aman aman aja suer. (berdiri dan menunjukan dua jarinya, terlihat menahan sakit saat berdiri)

Ervan: Tetap saja ayah tidak suka itu, lalu apa itu? (menunjuk kearah kaki Erlan) itu yang kamu bilang semua aman? (menatap marah).

Erlan mati kutu melihat ayahnya yang marah besar.

Erlan: (senyum) Maaf yah?

Ervan: Kamu sudah buat ayah kecewa, berkali kali ayah bilang jangan bermain api, ayah takut kamu mengalami apa yang ayah rasakan.

Fikri: (kesal) Elu kenapa sih? (berdiri di ambang pintu) sabar bro elu terlalu kalut, semua akan baik baik saja.

Ervan: Elu enggak lihat cara dia berdiri aja susah? semua tidak akan baik baik saja, kalau dia sudah berani berbohong (Setengah berteriak).

Fikri: Elu bisa enggak pelan pelan ngomongnya, enggak biasanya elu marah enggak jelas gini, (beat) apa ini gara gara Anggun???

Ervan: (tersenyum sinis) Kenapa bawa bawa anggun??

Fikri: Sejak bertemu Anggun mood elu tambah rusak parah, elu jadi aneh gini, apa sih yang elu pikirin?

Ervan membuang muka, ucapan Fikri memang benar.

Erlan (V.O): Kenapa mereka jadi berantem.

Fikri: Elu bilang dia mulai berani bohong, dia belajar dari elu bro, selama ini elu bohongi diri elu sendiri, sadar enggak sih elu?

Ervan: Maksud elu apa??

Fikri: Gue yakin elu paham apa yang gue omongin, dia bukan anak kecil lagi, jangan samain dia sama elu?

Ervan: (marah) Kenapa elu jadi nyudutin gue? (menatap tajam) omongan elu muter muter itu mulu, bosen gue.

Fikri: Karena gue enggak suka cara elu ngedidik dia? (balas menatap tajam)

Ervan: Dia anak gue??

Fikri: Gue tahu, tapi cara elu salah, apa sih yang elu takutin??

Erlan menghela nafas dan membuangnya kasar melihat Ervan dan Fikri malah berantem.

Ervan: Dia anak gue terserah gue mau gimana?? (mendorong keras Fikri) minggir?? (keluar berjalan menuju kamarnya)

Fikri: Berhenti menyiksa diri sendiri ERVANDA RAHMAN... (berteriak lantang menghentikan langkah Ervan)

Ervan: Berhenti ikut campur hidup gue ALFIKRI AKBAR?? (balas lebih lantang)

Fikri: Gue sayang elu dan peduli sama elu, tanpa gue elu enggak bakal bisa sampai di titik ini? Sadar woy sadar, jangan terus menerus menuntun Erlan menjadi lebih baik dengan versi elu? Biarkan dia menentukan pilihannya??

Ervan membanting keras pintu kamarnya, Fikri tak mau kalah ikut membanting pintu kamar Erlan keras, Erlan tersentak kaget, pasrah membanting tubuhnya di atas tempat tidur.


DISSOLVE TO

44. INT. KONTRAKAN RUANG MAKAN - PAGI

Ervan menikmati sarapan pagi.

Erlan : Pagi... (menarik kursi duduk didepan Ervan)

Ervan: Hmm...

Erlan (V.O): Yaelah beneran marah.

Ervan: Ayah berangkat, kalau lapar pesen aja? (membawa piring kosong dan mencucinya)

Erlan melongo melihat ayahnya pergi bekerja begitu saja.

Erlan: Ada masalah apa sih, enggak biasanya gini? (lirih) beneran enggak ada bekal sekolah? (melirik beberapa lembar uang saku dimeja makan.

Erlan mengaduk aduk sarapannya tak berselera makan, moodnya seketika rusak, susunya digelasnya masih menyisakan setengah, duduk melamun dengan tatapan kosong mengingat pertengkaran ayahnya semalam dengan sahabatnya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar