11.EXT. LAPANGAN - SEKOLAH - SIANG
Tama duduk di pinggir lapangan, terlihat ia sedang memperhatikan Class Meeting yang sedang berlansung, datar.
Pram berdiri di sebelahnya, Tama melihatnya.
PRAM
Mau minum?
TAMA
Minum apa?
PRAM
Bebas, paling di kantin cuma ada cola atau air.
Pram berjalan menuju Kantin. Tama melihatnya sesaat, ia mengikutinya dari belakang.
12.EXT. KANTIN - SEKOLAH - PAGI
Mereka berada di kantin. Di depan mereka ada Air Mineral, Pram dan Tama melihat sekitar.
PRAM
Karina ingat kata-kata terakhir Tio.
TAMA
Itu kenapa dia mau laporin Ayah Laras?
PRAM
Iya.
TAMA
Aku cuma gak mau lihat Laras kayak gitu.
PRAM
Gak ada yang bisa kita lakuin.
TAMA
Dan itu yang bikin aku gak suka.
PRAM
Aku yakin mereka berdua lebih bersalah dari kita sekarang.
TAMA
Iya.
PRAM
Kita jangan ikut campur lagi. Ini urusan mereka berdua.
Ada jeda di antara mereka.
PRAM
Kita harus lakuin ini, Tama.
Tama tidak menjawab, ia hanya diam.
PRAM
Kamu gak harus ikut.
Tama melihat Pram.
TAMA
Aku ikut, Pram.
Mereka saling melihat.
13.INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - SIANG
Laras berada di kelas yang sepi. Ia merebahkan Kepalanya di atas meja, melihat ke arah samping, datar.
Tama berdiri di depan pintu, melihat Laras, datar.
14.EXT. SAMPING KELAS - SEKOLAH - SIANG
Karina bersandar di dinding Kelas, ia melihat datar ke arah depan. Karina memakai headset.
Pram berdiri tak jauh dari Karina, melihatnya, datar.
15.INT. MOBIL - BERGERAK - MALAM
Arif melihat jendela, datar.
Dari depan, Sabar menyetir Mobil dalam diam. Sesaat ia melihat Arif melalui cermin tengah, datar.
ARIF
Sabar.
Sabar melihat Arif dari cermin tengah.
ARIF
Kamu punya kabar tentang Ronald?
SABAR
Tidak ada, Pak.
ARIF
Adiknya masih sering jenguk dia?
SABAR
Masih, Pak. Itu yang saya dengar.
ARIF
Ibunya?
SABAR
Ibunya tidak ada perubahan.
Ada jeda di antara mereka.
SABAR
Tapi saya mendengar kabar ada beberapa orang yang mengunjungi dia.
Arif melihat Sabar, menunggu.
SABAR
Teman-teman sekolah Laras. Salah satunya Karina.
ARIF
Jadi dia sudah tahu.
SABAR
Kemungkinan dia di bantu Pram.
ARIF
Begitu.
SABAR
Tama juga.
Ada jeda di antara mereka.
ARIF
Apa kamu pikir yang saya lakukan itu salah, Sabar?
SABAR
Saya tidak punya hak untuk menilai itu, Pak.
ARIF
Saya bebaskan kamu bicara kepada saya, bukan sebagai bawahan saya.
Sabar melihat Arif, menunggu.
ARIF
Tapi sebagai teman.
Sabar melihat Arif --
SABAR
Apa yang kamu lakukan itu demi diri kamu sendiri. Aku gak tahu Laras tahu apa yang kamu lakuin di belakangnya, tapi kalau dia tahu mungkin dia akan kecewa. Kamu pegangan hidup dia selama ini. Kalau kamu melakukan hal ini, aku yakin Laras bisa melakukan hal yang lebih dari apa yang kamu lakukan.
ARIF
Makasih, Sabar.
Ada jeda di antara mereka.
SABAR
Soal Karina, Pak?
ARIF
Biarkan saja mereka melakukan apa yang mereka mau lakukan.
SABAR
Bapak biarkan mereka?
ARIF
Karena ini penting untuk Karina dan Laras. Saya akan ikuti saran dari teman saya.
Sabar melihat Arif melalui cermin tengah. Arif melihatnya.
ARIF
Mempunyai teman yang bisa memberikan saran ada adanya itu menenangkan pikiran. Saya harus makasih sama orang itu.
Sabar melihat Arif dari cermin tengah.
ARIF
Saya rasa saya perlu istirahat dari semuanya. Saya ingin dekat dengan Laras lagi.
Arif melihat luar jendela, datar.
16.INT. KAMAR LARAS - RUMAH LARAS - MALAM
Laras berbaring di Tempat Tidurnya, menghadap dinding, datar.
Pintu Kamar Laras terbuka, Arif berdiri di balik pintu.
Laras menutup matanya.
Arif hanya melihat Laras, datar. Ia menutup pintu.
Laras membuka matanya, melihat dinding kamarnya, datar.
17.INT. KANTOR POLISI - SIANG
Dedi melihat Dokumen di depannya, datar.
LAKI-LAKI, POLISI TIGA, sedang melihat Dedi yang melihat Dokumen itu.
POLISI TIGA
Hanya itu yang bisa aku dapat.
DEDI
Sisanya?
POLISI TIGA
Gak ada, laporannya hanya berhenti di situ.
Dedi melihat Laporan itu.
POLISI TIGA
Waktu kita selidiki, mereka gak dengar ada tawuran di situ, maksud aku, orang-orang sekitar gak dengar motor-motor di sekitar TKP. Mereka hanya dengar suara keras.
DEDI
Tapi beberapa hari kemudian arah penyelidikan berubah?
POLISI TIGA
Iya, penyelidikan mulai berubah karena Ronald di tangkap, dia bilang semuanya yang ada di laporan yang Abang pegang.
Dedi melihat dokumen di tangan kanannya.
DEDI
Apa orang-orang yang terlibat masih di sini?
POLISI TIGA
Kebanyakan dari mereka di pindahkan, hanya tinggal beberapa orang, itu pun cuma orang-orang yang terlibat setelah penyelidikan berubah.
DEDI
Makasih.
POLISI TIGA
Untuk apa Abang minta aku cariin laporan itu?
DEDI
Bukan untuk apa-apa, hanya ada orang yang minta tolong.
Dedi berjalan pergi dengan dokumen-dokumen itu.
18.INT. WARKOP - SORE
Pram dan Dedi berada di Warkop. Dedi sedang memakan Bubur Kacang Hijau.
Pram di sebelahya, sedang melihat laporan-laporan itu.
DEDI
Kecurigaan kamu memang benar, Pram.
PRAM
Bapak tahu soal ini?
DEDI
Bisa jadi, mungkin ada yang laporin ke Komandan.
PRAM
Kalau Bapak tahu, Om bilang apa?
DEDI
Palingan Om cuci tangan, bilang kamu yang minta.
PRAM
Padahal udah di suruh gak usah mau di suruh-suruh aku.
DEDI
Palingan Om di mutasi.
PRAM
Gara-gara aku?
DEDI
Itu paling parahnya. Tapi Om yakin Komandan gak marah.
Ada jeda di antara mereka.
PRAM
Om Arif yang nabrak Karina dan nusuk Tio, Om.
Dedi melihat Pram, hanya diam.
PRAM
Aku tahu dari Karina yang ketemu saksi dari kecelakaan itu.
DEDI
Di penyelidikan gak di bilang ada Saksi.
PRAM
Karena Saksi itu orang yang di bawa Om Arif. Karina ketemu dia dan Orang itu cerita semuanya. Dan Laras tahu selama ini.
DEDI
Karena dia mau lindungin Arif?
PRAM
Iya, barang buktinya ada di Laras. Pisau buat nusuk Tio.
DEDI
Karina bilang apa?
PRAM
Laras minta buat gak laporin Om Arif dan Karina ikutin. Tapi Karina berubah pikiran, dia mau laporin Om Arif.
DEDI
Kalian harus cepat laporin kalau memang gak ada masalah lagi.
PRAM
Semua keputusan di tangan Karina, Om. Aku gak bisa apa-apa lagi sekarang.
Ada jeda di antara mereka.
DEDI
Kamu sekarang udah tahu yang sebenarnya. Kamu mau ngapain, Pram?
Pram melihat laporan-laporan itu.
PRAM
Aku bantu Karina sebisa aku.
DEDI
Ada satu pertanyaa aku Om mau tanya ke kamu.
Pram melihat Dedi, menunggu.
DEDI
Kalau memang benar laporan ini di ubah. Komandan jadi orang yang ikut campur, Pram. Apa kamu gak masalah?
PRAM
Karena itu aku mau bikin Bapak sadar.
DEDI
Walaupun kamu tahu dia Orang Tua kamu sendiri? Kalau memang benar, dia bisa di mutasi dan promosi jadi jenderal nya di tunda.
PRAM
Aku gak peduli berapa bintang Bapak bisa dapat, Om. Buat aku Bapak salah dan Bapak harus tanggung jawab. Sesederhana itu.
Dedi tersenyum mendengarnya.
DEDI
Kalau kamu butuh apa-apa, kabarin Om.
Pram melihat Dedi.
PRAM
Kenapa Om mau bantuin aku?
DEDI
Om juga gak tahu kenapa. Mungkin karena lihat kamu.
Mereka saling tersenyum.
DEDI
Btw, gimana hubungan kamu sama Karina?, udah sejauh mana?
PRAM
Kami cuma teman, gak lebih. Beberapa hari yang lalu kami jalan.
Dedi tersenyum mendengarnya.
PRAM
Cuma jalan, gak lebih.
DEDI
Om gak bilang apa-apa. Walaupun kalau lebih dari itu juga gak apa-apa, asalkan kalian tanggung jawab.
Pram melihat Dedi, ia menggelengkan kepala.
DEDI
Serius, kenapa Karina bisa tahan sama kamu.
PRAM
Gak tahu, mungkin ini pesona aku.
Dedi tertawa, di paksakan.
19.RUANG KERJA AGUNG - RUMAH PRAM - MALAM
Pram berjalan menuju Agung yang sedang bekerja. Pram berhenti di depan Agung. Ia meletakan Map di depannya. Agung melihatnya.
AGUNG
Permainan apa lagi ini, Pram.
Pram tidak menjawab, ia hanya diam.
AGUNG
Bapak gak punya waktu buat permainan kamu.
PRAM
Bapak pasti ada waktu kali ini.
Agung melihat Pram, ia membuka Map itu dan melihat Dokumen-dokumen itu.
PRAM
Bapak tahu Pram sekarang gak main-main.
AGUNG
Kenapa kamu gak langsung lapor ini ke Dedi?
PRAM
Karena Pram tahu Bapak bisa hilangan barang bukti ini, kayak masalah Tio.
Ada jeda di antara mereka.
AGUNG
Apa yang kamu mau?
PRAM
Pram gak mau apa-apa. Pram cuma mau Bapak tanggung jawab atas apa yang Bapak buat.
AGUNG
Apa kamu ancam Bapak kamu sendiri?
PRAM
Pram bukan ancam Bapak. Justru karena Pram sayang Bapak makanya Pram lakuin ini.
Ada jeda di antara mereka.
PRAM
Bapak tahu apa yang Pram mau.
Pram berjalan menuju pintu --
AGUNG
Kenapa ini penting buat kamu, Pram?
Pram berhenti, ia menoleh ke Agung.
PRAM
Karena ini penting buat orang yang Pram peduliin.
AGUNG
Apa yang buat kamu gak suka dengan apa yang Bapak lakuin?
PRAM
Karena Bapak selalu ajarin Pram buat tanggung jawab. Dan Bapak tahu apa yang Bapak lakukan ini sekarang termasuk tanggung jawab atau tidak.
Agung hanya diam, tidak menjawab. Pram membuka pintu, ia berjalan keluar.
Agung melihat kertas-kertas itu, datar.
AGUNG
Udah besar kamu ternyata.
Agung melihat pintu, datar.
20.INT. RUANG KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI
Sugeng sedang memeriksa dokumen-dokumen yang ada di depannya.
Pintu di ketok dan terbuka, Karim dan Septia masuk ke dalam, mereka berdiri di depan Sugeng.
Sugeng melihat mereka, datar.
SUGENG
Ada apa?
Karim meletakan Map di depan Sugeng. Sugeng melihatnya, ia terkejut, melihat mereka berdua.
KARIM
Kami melakukan penyelidikan tentang korupsi yang di laporkan Tama. Dan kami menemukan itu.
SUGENG
Apa kamu di suruh Tama?
SEPTIA
Kami melakukan atas inisiatif kami, Pak. Apa Tama temukan itu hanya sebagian kecil dari kasus ini. Kasus Tunjangan Ekstra itu kami yang menemukannya. Dan juga SPT yang Bapak keluarkan, itu hasil kerjasama Bapak dengan PT yang di miliki Pak Arif Lukito, Orang Tua dari Laras Lukito.
Ada jeda di antara mereka.
KARIM
Kami juga menemukan Orang yang Bapak ajak kerjasama soal Tunjangan Ekstra. Rian Hidayat, pasti Bapak ingat nama itu.
SUGENG
Kurang ajar, kalian sudah berani-berani lawan saya.
KARIM
Kalau itu menyangkut soal masa depan Sekolah ini dan anak-anak murid saya berani. Jangan menantang saya soal ini.
SUGENG
Jangan ikut campur masalah ini, Karim.
KARIM
Terlambat, Pak. Sejak awal masalah ini muncul, saya sudah ikut campur. Dan Bapak tidak penasaran dari mana saya mendapatkan barang-barang bukti ini?
Sugeng tidak menjawab, ia hanya diam.
KARIM
Pasti Bapak tahu dari mana saya mendapatkan semua ini.
SUGENG
Kurang ajar Irfan.
KARIM
Dan Suparman, dia mungkin bukan guru yang baik. Tapi dia orang yang benar-benar konsisten. Dia tidak mau jatuh sendirian, sekalipun itu harus menyeret Bapak juga.
Ada jeda di antara mereka.
KARIM
Kami tidak akan lama menunggu, Pak. Kami yang lapor atau Bapak yang menyerahkan diri. Pilih salah satu.
SUGENG
Kamu tidak bisa membuat saya jatuh, Karim.
KARIM
Berarti kami tahu apa yang Bapak pilih.
SEPTIA
Kalau Bapak tidak mau lakukan ini demi diri Bapak sendiri. Lakukan ini demi Tama, Pak. Lakukan ini sebagai Orang Tua Tama.
SUGENG
Diam kamu, Septia. Tahu apa kamu soal tugas Orang Tua.
SEPTIA
Saya mungkin belum jadi Orang Tua, tapi saya tahu mau menjadi Orang Tua yang seperti apa.
Karim dan Septia berjalan keluar ruangan. Sugeng melihatnya, dingin.
SUGENG
Tak ada yang bisa jatuhkan aku di sini.
Sugeng melihat ke arah depan, dingin.
Ia mengambil Handphone dan memencet sesuatu di sana, ia menempelkannya di telinga.
SUGENG
Halo, ini saya. Bapak harus bantu saya.