INT. RUANG KERJA SUGENG - RUMAH TAMA — SORE
Sugeng berada di Meja Kerjanya, sedang membaca buku.
Tama membuka pintu dan masuk. Ia berjalan ke arah Sugeng. Sugeng masih tetap membaca bukunya.
TAMA
Pak Karim ada kasih Ayah Proposal kegiatan siswa.
SUGENG
Ayah udah tolak.
TAMA
Kenapa?
SUGENG
Buang-buang duit sekolah buat kegiatan gak penting.
TAMA
Buat Ayah gak penting, tapi buat teman-teman Tama itu penting.
SUGENG
Kalau mau les di luar, jangan di sekolah.
Ada jeda di antara mereka.
TAMA
Padahal Ayah bisa dapat untung dari proyek itu.
Sugeng melihat Tama.
TAMA
Ayah bisa dapat untung kayak proyek-proyek sebelumnya.
SUGENG
Maksud kamu apa?
TAMA
Ayah tahu maksud Tama.
SUGENG
Kurang ajar kamu. Kamu ancam Ayah?
TAMA
Kalau itu menurut Ayah.
SUGENG
Jangan sekali-kali kamu berani lawan orang tua kamu, Tama.
TAMA
Kalau Ayah gak mau Tama lawan, setujui Proposal Pak Karim.
Tama berjalan menuju Pintu.
SUGENG
Karim suruh kamu bicara sama Ayah? Kurang ajar dia.
TAMA
Pak Karim gak tahu apa-apa soal ini. Dia juga gak tahu soal apa yang Tama tahu.
SUGENG
Dan apa yang kamu tahu?
TAMA
Ayah tahu apa yang Tama tahu.
SUGENG
Kamu pikir Ayah takut sama ancaman kamu, Tama?
TAMA
Ayah bisa lihat sendiri nanti, coba aja.
Tama berjalan keluar. Sugeng melihat pintu keluar, datar.
INT. KAMAR TAMA - RUMAH TAMA - MALAM
Tama duduk di Kursi Meja Belajarnya, ia memegang Flashdisk berukuran kecil. Ia melihatnya, datar.
Tama mengambil Handphonenya dan melihat sebuah kontak, bertuliskan:
PAK KARIM
Tama melihatnya, datar.
INT. RUANG GURU - SEKOLAH - PAGI
Karim berada di Meja Kerjanya, sedang melamun.
Dari belakang, Septia berdiri, Karim tersadar, melihat ke belakang.
SEPTIA
Mau ngopi bareng, Pak?
Karim tersenyum.
EXT. TAMAN - BELAKANG RUANG GURU - SEKOLAH - SIANG
Karim dan Septia memegang Gelas Kopi mereka. Melakukan kebiasaan mereka, melihat Taman yang kecil di belakang Ruang Guru.
SEPTIA
Kabar proposal udah keluar, Pak?
KARIM
...Belum, Bu. Mungkin masih di pertimbangkan.
Septia mengangguk.
SEPTIA
Saya masih ada materi Pendidikan seks kalau Bapak mau.
KARIM
Makasih, Bu. Tapi sekarang saya udah ajarin materi lain.
SEPTIA
Pendidikan seks gak ada hubungannya dengan Biologi apalagi Anatomi tubuh, Pak. Kan Bapak tahu sendiri.
Ada jeda di antara mereka.
SEPTIA
Kepala Sekolah tahu Bapak ajarin materi itu. Jangan bilang Bapak di suruh berhenti. Tapi saya yakin kalau di suruh pun Bapak tetap kasih materi itu lagi.
Karim melihat Septia, ia tersenyum.
SEPTIA
Bapak di ancam Kepala Sekolah...
Karim tersenyum mendengarnya.
SEPTIA
Harusnya saya gak kasih Bapak materi itu...
KARIM
Anak-anak suka materi yang Ibu kasih. Saya juga bilang itu materi dari Ibu. Mereka mau lagi malah.
SEPTIA
Dan Bapak kena getahnya sekarang.
KARIM
Saya udah tahu resiko itu dari awal. Sekarang saya masih di sini, kan. Belum di pecat.
SEPTIA
Itu gak lucu, Pak. Sialnya saya juga gak bisa buat apa-apa.
KARIM
Ibu udah bantu saya, kan.
Ada jeda di antara mereka.
SEPTIA
Kenapa kita susah buat kasih materi itu di sekolah Pak?
Karim tidak menjawab.
SEPTIA
Bukannya itu tugas kita buat mempersiapkan masa depan yang lebih baik buat mereka.
KARIM
Kita udah coba, jadi saya gak nyesal sama sekali. Kita bisa ambil sisi baiknya, setidaknya mereka sudah tahu materi ini. Selebihnya mereka bisa cari sendiri dan bisa tanya kita kalau mereka gak tahu.
SEPTIA
Apa Bapak selalu optimis kayak gini?
KARIM
Iya, Bu. Kalau saya optimis, anak-anak murid saya juga ikut kayak saya. Bukannya kita ini jadi contoh mereka di sekolah.
Septia melihat Karim, kemudian ia tersenyum.
Tama berjalan ke arah mereka, Karim dan Septia menyadarinya.
KARIM
Ada apa, Tama?
TAMA
Saya bisa bicara sama Bapak sama Ibu?
Karim dan Septia saling melihat.
TAMA
Ini soal sekolah.
Karim dan Septia melihat Tama, menunggu.
INT. RUANG KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI
Sugeng sedang membaca Kertas-kertas di atas Meja Kerjanya.
Pintu terbuka dan Karim dan Septia masuk ke dalam, berdiri di depannya. Sugeng melihat mereka berdua.
SUGENG
Kita sering ketemu minggu ini, Karim. Dan tumben Ibu Septia ke sini, jarang-jarang sekali. Apa kamu pakai bantuan kali ini, Karim?
Karim melihat Sugeng dengan penuh emosi, ia berusaha menahannya.
Ia meletakan Flashdisk di atas meja. Sugeng melihatnya.
KARIM
Bapak bisa jelasin ini ke saya.
SUGENG
Apa itu?
KARIM
Bukti-bukti korupsi Bapak selama menjadi Kepala Sekolah.
Sugeng melihat Karim dan Septia, emosi.
SUGENG
Apa Tama yang kasih itu ke kamu, dasar anak kurang ajar dia. Gak tahu di untung.
SEPTIA
Bapak masih tetap salahin Anak Bapak, Tama.
SUGENG
Dasar Anak gak tahu terimakasih.
KARIM
Bapak tahu apa yang dia bilang ke saya waktu dia serahin itu?
Sugeng tidak menjawab, ia hanya diam.
KARIM (V.O)
Apa kamu yakin kamu kasih ini ke Polisi?
CUT TO:
EXT. TAMAN - BELAKANG RUANG GURU - SEKOLAH - SIANG
Tama, Karim dan Septia duduk bertiga di Kursi Taman.
TAMA
Saya gak tahu sebenarnya. Apa yang saya lakuin ini benar atau gak. Saya cuma gak mau lihat Ayah jadi orang kayak gitu.
Septia dan Karim tidak menjawab.
SEPTIA
Apa yang kamu lakukan itu karena kamu sayang sama Ayah. Kamu cuma mau kasih tahu Ayah apa yang dia lakuin itu salah.
KARIM
Kami hargai keputusan kamu bicara sama Kami, Tama. Perlu keberanian besar buat kasih tahu hal ini.
SEPTIA
Kamu gak usah khawatir, biar Bapak sama Ibu yang urus masalah ini. Kamu bisa kembali ke kelas.
TAMA
Saya cuma mau Ayah tahu kalau apa yang dia lakuin itu salah. Bukannya sebagai orang tua dia kasih contoh yang baik buat anak-anaknya.
SEPTIA
Ibu paham maksud kamu. Maka dari itu, lebih baik kita bicara dulu sama Kepala Sekolah.
TAMA
Saya gak berani bicara sama Ayah, Bu. Saya takut bikin dia sedih.
Terdengar suara tangisan, Tama menangis.
KARIM (V.O)
Tama takut bikin Ayah sedih.
CUT TO:
INT. RUANG KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI
Sugeng, Karim dan Septia berdiri di ruangan itu.
KARIM
Dia sebenarnya takut, tapi dia gak ada pilihan lain. Dan sekarang pilihan itu ada di tangan Bapak.
SEPTIA
Tama cuma mau Bapak sadar kesalahan Bapak, tidak lebih.
SUGENG
Dia pasti ancam saya supaya setuju soal proposal kamu, Karim. Kamu yang sudah meracuni dia.
KARIM
Sedih saya lihat Bapak.
SUGENG
Diam kamu Karim. Kamu yang paling di untungkan kalau saya lengser.
Karim menggelengkan kepalanya.
KARIM
Untung sifat Tama bukan kayak Bapak. Saya bisa pastikan itu dari Ibunya.
SEPTIA
Tolong, Pak. Akui semua kesalahan Bapak. Jangan bikin Tama tambah kecewa sama Bapak.
Ada jeda di antara mereka.
SUGENG
Kamu sudah keterlaluan Karim.
SEPTIA
Pak Karim tidak salah, Pak. Saya juga terlibat, saya kasih Pak Karim materi pendidikan seks.
SUGENG
Sekarang dua orang yang kamu hasut buat lawan saya. Hebat kamu Karim.
KARIM
Saya tidak menyesal memberikan mereka materi pendidikan seks. Dan saya tidak menyesal bicara masalah ini ke Bapak.
SUGENG
Dan saya juga tidak akan menyesal melakukan apa yang harus saya lakukan ini ke kamu.
SEPTIA
Pak, tolong pertimbangkan ini. Bapak lakukan itu ke Pak Karim. Sekolah akan heboh.
SUGENG
Tidak kalau sebelumnya dia sudah punya masalah lebih dulu.
KARIM
Bapak boleh keluarkan saya dari Sekolah. Tapi jangan keluarkan Bu Septia.
Septia melihat Karim, ia tersenyum.
SEPTIA
Pak Karim.
SUGENG
Oke, saya kabulkan permintaan kamu. Sekarang saya keluarkan kamu dari sekolah.
Ada jeda di antara mereka.
KARIM
Izinkan saya pamit ke Kelas saya dulu, Pak.
SUGENG
Sebagai catatan, saya tidak akan pecat kamu. Saya akan buat kamu mengundurkan diri. Itu kompensasi yang bisa saya berikan.
KARIM
Sebagai catatan, Bapak harusnya malu dengan pekerjaan Bapak sebagai guru dan status Bapak sebagai Kepala Keluarga. Dan Bapak gak bisa jalankan dua-dua tugas Bapak dengan benar.
Karim dan Septia berjalan keluar, meninggalkan Sugeng sendirian. Sesaat ia melihat sekitar, dingin.
INT. RUANG KELAS KARINA - SEKOLAH - PAGI
Karim berdiri di depan Kelas, melihat ke Anak-anak Muridnya.
Septia berada di pintu kelas, melihat Karim.
Anak-anak duduk di tempatnya masing-masing. Menunggu kata-kata dari Karim.
KARIM
Bapak tidak punya pesan apa-apa sama kalian. Bapak cuma pesan, kalian boleh tidak peduli sama sekolah, tapi jangan tidak peduli sama masa depan kalian.
Karim melihat sekitar, memperhatikan Anak-anak Muridnya. Ia melihat Karina dan Rosa. Pram, Laras.
Ketika ia melihat Tama, Tama juga melihatnya, sesaat ia mengangguk.
MURID LAKI-LAKI
Bukannya kayak mendadak banget, Pak.
KARIM
Iya, Bapak juga gak mau mendadak. Tapi ini buat masa depan kalian juga. Bapak dapat tawaran beasiswa di luar daerah. Jadi Bapak harus siap-siap dari sekarang.
MURID PEREMPUAN
Berapa lama Bapak sekolah?
KARIM
Dua tahun, waktu kalian lulus nanti Bapak datang. Kita bisa ketemu di sana.
MURID LAKI-LAKI
Kalau kami mau ketemu Bapak gimana?
KARIM
Kalian punya nomor Bapak, kan? Gak ada yang perlu di khawatirin.
MURID LAKI-LAKI
Kalau saya mau VC sama Bapak tapi saya gak punya paket gimana, Pak?
Terdengar suara tertawa dari Anak-anak Murid. Karim juga ikut tertawa. Tapi tidak dengan Tama, ia hanya melihat Karim, datar.
KARIM
Untuk sementara Wali Kelas kalian Bu Septia. Jadi baik-baik sama dia, paham?
Terdengar jawaban dari anak-anak.
KARIM
Saya titip Anak-anak, Bu.
Septia mengangguk, ia berusahan menahan emosinya.
KARIM
Bapak harus pergi sekarang.
Anak-anak Murid Karim menyalaminya satu persatu. Karim tidak bisa menahan emosinya, berusaha menahan Air Matanya agar tidak keluar.
EXT. DEPAN RUANG KELAS - SEKOLAH — SIANG
Semua Anak-anak Murid berada di depan Kelas, melambaikan tangan kepada Karim.
Karim melihat ke belakang, ia melambaikan tangannya. Ia berusaha tersenyum.
Tama melihat Karim yang tersenyum kepadanya. Ia melihatnya datar.
Sesaat Pram melihat Tama yang melihat Karim, datar.
FADE OUT.