Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bintang SMA 103
Suka
Favorit
Bagikan
6. Bagian 6
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUANG KERJA SUGENG - RUMAH TAMA — SORE

Sugeng berada di Meja Kerjanya, sedang membaca buku.

Tama membuka pintu dan masuk. Ia berjalan ke arah Sugeng. Sugeng masih tetap membaca bukunya.

TAMA

Pak Karim ada kasih Ayah Proposal kegiatan siswa.

SUGENG

Ayah udah tolak.

TAMA

Kenapa?

SUGENG

Buang-buang duit sekolah buat kegiatan gak penting.

TAMA

Buat Ayah gak penting, tapi buat teman-teman Tama itu penting.

SUGENG

Kalau mau les di luar, jangan di sekolah.

Ada jeda di antara mereka.

TAMA

Padahal Ayah bisa dapat untung dari proyek itu.

Sugeng melihat Tama.

TAMA

Ayah bisa dapat untung kayak proyek-proyek sebelumnya.

SUGENG

Maksud kamu apa?

TAMA

Ayah tahu maksud Tama.

SUGENG

Kurang ajar kamu. Kamu ancam Ayah?

TAMA

Kalau itu menurut Ayah.

SUGENG

Jangan sekali-kali kamu berani lawan orang tua kamu, Tama.

TAMA

Kalau Ayah gak mau Tama lawan, setujui Proposal Pak Karim.

Tama berjalan menuju Pintu.

SUGENG

Karim suruh kamu bicara sama Ayah? Kurang ajar dia.

TAMA

Pak Karim gak tahu apa-apa soal ini. Dia juga gak tahu soal apa yang Tama tahu.

SUGENG

Dan apa yang kamu tahu?

TAMA

Ayah tahu apa yang Tama tahu.

SUGENG

Kamu pikir Ayah takut sama ancaman kamu, Tama?

TAMA

Ayah bisa lihat sendiri nanti, coba aja.

Tama berjalan keluar. Sugeng melihat pintu keluar, datar.

INT. KAMAR TAMA - RUMAH TAMA - MALAM

Tama duduk di Kursi Meja Belajarnya, ia memegang Flashdisk berukuran kecil. Ia melihatnya, datar.

Tama mengambil Handphonenya dan melihat sebuah kontak, bertuliskan:

PAK KARIM

Tama melihatnya, datar.

INT. RUANG GURU - SEKOLAH - PAGI

Karim berada di Meja Kerjanya, sedang melamun.

Dari belakang, Septia berdiri, Karim tersadar, melihat ke belakang.

SEPTIA

Mau ngopi bareng, Pak?

Karim tersenyum.

EXT. TAMAN - BELAKANG RUANG GURU - SEKOLAH - SIANG

Karim dan Septia memegang Gelas Kopi mereka. Melakukan kebiasaan mereka, melihat Taman yang kecil di belakang Ruang Guru.

SEPTIA

Kabar proposal udah keluar, Pak?

KARIM

...Belum, Bu. Mungkin masih di pertimbangkan.

Septia mengangguk.

SEPTIA

Saya masih ada materi Pendidikan seks kalau Bapak mau.

KARIM

Makasih, Bu. Tapi sekarang saya udah ajarin materi lain.

SEPTIA

Pendidikan seks gak ada hubungannya dengan Biologi apalagi Anatomi tubuh, Pak. Kan Bapak tahu sendiri.

Ada jeda di antara mereka.

SEPTIA

Kepala Sekolah tahu Bapak ajarin materi itu. Jangan bilang Bapak di suruh berhenti. Tapi saya yakin kalau di suruh pun Bapak tetap kasih materi itu lagi.

Karim melihat Septia, ia tersenyum.

SEPTIA

Bapak di ancam Kepala Sekolah...

Karim tersenyum mendengarnya.

SEPTIA

Harusnya saya gak kasih Bapak materi itu...

KARIM

Anak-anak suka materi yang Ibu kasih. Saya juga bilang itu materi dari Ibu. Mereka mau lagi malah.

SEPTIA

Dan Bapak kena getahnya sekarang.

KARIM

Saya udah tahu resiko itu dari awal. Sekarang saya masih di sini, kan. Belum di pecat.

SEPTIA

Itu gak lucu, Pak. Sialnya saya juga gak bisa buat apa-apa.

KARIM

Ibu udah bantu saya, kan.

Ada jeda di antara mereka.

SEPTIA

Kenapa kita susah buat kasih materi itu di sekolah Pak?

Karim tidak menjawab.

SEPTIA

Bukannya itu tugas kita buat mempersiapkan masa depan yang lebih baik buat mereka.

KARIM

Kita udah coba, jadi saya gak nyesal sama sekali. Kita bisa ambil sisi baiknya, setidaknya mereka sudah tahu materi ini. Selebihnya mereka bisa cari sendiri dan bisa tanya kita kalau mereka gak tahu.

SEPTIA

Apa Bapak selalu optimis kayak gini?

KARIM

Iya, Bu. Kalau saya optimis, anak-anak murid saya juga ikut kayak saya. Bukannya kita ini jadi contoh mereka di sekolah.

Septia melihat Karim, kemudian ia tersenyum.

Tama berjalan ke arah mereka, Karim dan Septia menyadarinya.

KARIM

Ada apa, Tama?

TAMA

Saya bisa bicara sama Bapak sama Ibu?

Karim dan Septia saling melihat.

TAMA

Ini soal sekolah.

Karim dan Septia melihat Tama, menunggu.

INT. RUANG KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Sugeng sedang membaca Kertas-kertas di atas Meja Kerjanya.

Pintu terbuka dan Karim dan Septia masuk ke dalam, berdiri di depannya. Sugeng melihat mereka berdua.

SUGENG

Kita sering ketemu minggu ini, Karim. Dan tumben Ibu Septia ke sini, jarang-jarang sekali. Apa kamu pakai bantuan kali ini, Karim?

Karim melihat Sugeng dengan penuh emosi, ia berusaha menahannya.

Ia meletakan Flashdisk di atas meja. Sugeng melihatnya.

KARIM

Bapak bisa jelasin ini ke saya.

SUGENG

Apa itu?

KARIM

Bukti-bukti korupsi Bapak selama menjadi Kepala Sekolah.

Sugeng melihat Karim dan Septia, emosi.

SUGENG

Apa Tama yang kasih itu ke kamu, dasar anak kurang ajar dia. Gak tahu di untung.

SEPTIA

Bapak masih tetap salahin Anak Bapak, Tama.

SUGENG

Dasar Anak gak tahu terimakasih.

KARIM

Bapak tahu apa yang dia bilang ke saya waktu dia serahin itu?

Sugeng tidak menjawab, ia hanya diam.

KARIM (V.O)

Apa kamu yakin kamu kasih ini ke Polisi?

CUT TO:

EXT. TAMAN - BELAKANG RUANG GURU - SEKOLAH - SIANG

Tama, Karim dan Septia duduk bertiga di Kursi Taman.

TAMA

Saya gak tahu sebenarnya. Apa yang saya lakuin ini benar atau gak. Saya cuma gak mau lihat Ayah jadi orang kayak gitu.

Septia dan Karim tidak menjawab.

SEPTIA

Apa yang kamu lakukan itu karena kamu sayang sama Ayah. Kamu cuma mau kasih tahu Ayah apa yang dia lakuin itu salah.

KARIM

Kami hargai keputusan kamu bicara sama Kami, Tama. Perlu keberanian besar buat kasih tahu hal ini.

SEPTIA

Kamu gak usah khawatir, biar Bapak sama Ibu yang urus masalah ini. Kamu bisa kembali ke kelas.

TAMA

Saya cuma mau Ayah tahu kalau apa yang dia lakuin itu salah. Bukannya sebagai orang tua dia kasih contoh yang baik buat anak-anaknya.

SEPTIA

Ibu paham maksud kamu. Maka dari itu, lebih baik kita bicara dulu sama Kepala Sekolah.

TAMA

Saya gak berani bicara sama Ayah, Bu. Saya takut bikin dia sedih.

Terdengar suara tangisan, Tama menangis.

KARIM (V.O)

Tama takut bikin Ayah sedih.

CUT TO:

INT. RUANG KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Sugeng, Karim dan Septia berdiri di ruangan itu.

KARIM

Dia sebenarnya takut, tapi dia gak ada pilihan lain. Dan sekarang pilihan itu ada di tangan Bapak.

SEPTIA

Tama cuma mau Bapak sadar kesalahan Bapak, tidak lebih.

SUGENG

Dia pasti ancam saya supaya setuju soal proposal kamu, Karim. Kamu yang sudah meracuni dia.

KARIM

Sedih saya lihat Bapak.

SUGENG

Diam kamu Karim. Kamu yang paling di untungkan kalau saya lengser.

Karim menggelengkan kepalanya.

KARIM

Untung sifat Tama bukan kayak Bapak. Saya bisa pastikan itu dari Ibunya.

SEPTIA

Tolong, Pak. Akui semua kesalahan Bapak. Jangan bikin Tama tambah kecewa sama Bapak.

Ada jeda di antara mereka.

SUGENG

Kamu sudah keterlaluan Karim.

SEPTIA

Pak Karim tidak salah, Pak. Saya juga terlibat, saya kasih Pak Karim materi pendidikan seks.

SUGENG

Sekarang dua orang yang kamu hasut buat lawan saya. Hebat kamu Karim.

KARIM

Saya tidak menyesal memberikan mereka materi pendidikan seks. Dan saya tidak menyesal bicara masalah ini ke Bapak.

SUGENG

Dan saya juga tidak akan menyesal melakukan apa yang harus saya lakukan ini ke kamu.

SEPTIA

Pak, tolong pertimbangkan ini. Bapak lakukan itu ke Pak Karim. Sekolah akan heboh.

SUGENG

Tidak kalau sebelumnya dia sudah punya masalah lebih dulu.

KARIM

Bapak boleh keluarkan saya dari Sekolah. Tapi jangan keluarkan Bu Septia.

Septia melihat Karim, ia tersenyum.

SEPTIA

Pak Karim.

SUGENG

Oke, saya kabulkan permintaan kamu. Sekarang saya keluarkan kamu dari sekolah.

Ada jeda di antara mereka.

KARIM

Izinkan saya pamit ke Kelas saya dulu, Pak.

SUGENG

Sebagai catatan, saya tidak akan pecat kamu. Saya akan buat kamu mengundurkan diri. Itu kompensasi yang bisa saya berikan.

KARIM

Sebagai catatan, Bapak harusnya malu dengan pekerjaan Bapak sebagai guru dan status Bapak sebagai Kepala Keluarga. Dan Bapak gak bisa jalankan dua-dua tugas Bapak dengan benar.

Karim dan Septia berjalan keluar, meninggalkan Sugeng sendirian. Sesaat ia melihat sekitar, dingin.

INT. RUANG KELAS KARINA - SEKOLAH - PAGI

Karim berdiri di depan Kelas, melihat ke Anak-anak Muridnya.

Septia berada di pintu kelas, melihat Karim.

Anak-anak duduk di tempatnya masing-masing. Menunggu kata-kata dari Karim.

KARIM

Bapak tidak punya pesan apa-apa sama kalian. Bapak cuma pesan, kalian boleh tidak peduli sama sekolah, tapi jangan tidak peduli sama masa depan kalian.

Karim melihat sekitar, memperhatikan Anak-anak Muridnya. Ia melihat Karina dan Rosa. Pram, Laras.

Ketika ia melihat Tama, Tama juga melihatnya, sesaat ia mengangguk.

MURID LAKI-LAKI

Bukannya kayak mendadak banget, Pak.

KARIM

Iya, Bapak juga gak mau mendadak. Tapi ini buat masa depan kalian juga. Bapak dapat tawaran beasiswa di luar daerah. Jadi Bapak harus siap-siap dari sekarang.

MURID PEREMPUAN

Berapa lama Bapak sekolah?

KARIM

Dua tahun, waktu kalian lulus nanti Bapak datang. Kita bisa ketemu di sana.

MURID LAKI-LAKI

Kalau kami mau ketemu Bapak gimana?

KARIM

Kalian punya nomor Bapak, kan? Gak ada yang perlu di khawatirin.

MURID LAKI-LAKI

Kalau saya mau VC sama Bapak tapi saya gak punya paket gimana, Pak?

Terdengar suara tertawa dari Anak-anak Murid. Karim juga ikut tertawa. Tapi tidak dengan Tama, ia hanya melihat Karim, datar.

KARIM

Untuk sementara Wali Kelas kalian Bu Septia. Jadi baik-baik sama dia, paham?

Terdengar jawaban dari anak-anak.

KARIM

Saya titip Anak-anak, Bu.

Septia mengangguk, ia berusahan menahan emosinya.

KARIM

Bapak harus pergi sekarang.

Anak-anak Murid Karim menyalaminya satu persatu. Karim tidak bisa menahan emosinya, berusaha menahan Air Matanya agar tidak keluar.

EXT. DEPAN RUANG KELAS - SEKOLAH — SIANG

Semua Anak-anak Murid berada di depan Kelas, melambaikan tangan kepada Karim.

Karim melihat ke belakang, ia melambaikan tangannya. Ia berusaha tersenyum.

Tama melihat Karim yang tersenyum kepadanya. Ia melihatnya datar.

Sesaat Pram melihat Tama yang melihat Karim, datar.

FADE OUT.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar